Materi UTS Akuntansi Pajak (PPH 21, 22, 23, 24, 26)
Materi UTS Akuntansi Pajak (PPH 21, 22, 23, 24, 26)
PPh 21
Objek PPh 21
1. Biaya gaji
2. Honor
3. Pesangon, dst
Tarif
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan
menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
1. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp50.000.000,- adalah 5%.
2. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000,- sampai dengan
Rp250.000.000,- adalah 15%.
3. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000,- sampai dengan
Rp500.000.000,- adalah 25%.
4. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000,- adalah 30%.
Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang
memiliki NPWP.
PPh 22
(Impor)
PPh Pasal 22 merupakan PPh yang bersifat transaksional. Artinya kewajiban pemungutan PPh
Pasal 22 akan timbul apabila ada transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut/terutang
PPh Pasal 22. Diantaranya:
Berdasarkan ketentuan di atas, menurut sifatnya, PPh Pasal 22 terbagi menjadi dua, yaitu PPh
Pasal 22 yang tidak bersifat final dan yang bersifat final (hanya penjualan BBM, BBG dan
pelumas kepada agen saja). Apabila PPh Pasal 22 ini bersifat final, maka tidak dapat dijadikan
sebagai uang muka pajak bagi pihak yang dipungut (tidak dapat dikreditkan di SPT Tahunan PPh
sesuai Pasal 28 UU PPh). Sebaliknya apabila bersifat tidak final, menjadi kredit pajak bagi pihak
yang dipungut dan dapat dikreditkan di SPT Tahunan PPh berdasarkan ketentuan Pasal 28 UU
PPh).
PPh 23
PPh Pasal 23 sebagaimana kita ketahui diatur dalam Pasal 23 UU PPh, yaitu UU No 36 tahun
2008. PPh Pasal 23 adalah PPh yang dikenakan atas penghasilan-penghasilan sebagaimana
disebut dalam Pasal 23 UU PPh kepada Wajib Pajak Dalam Negeri atau BUT. Tarif PPh Pasal 23
terbagi menjadi dua jenis, yaitu 15% dan 2%.
PPh Pasal 23 dengan tarif 15% dikenakan atas penghasilan-penghasilan di bawah ini:
a. dividen
b. bunga
c. royalti
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Sedangkan PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dikenakan atas penghasilan-penghasilan di
bawah ini:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh final
Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21. Mengingat PPh
Pasal 23 bersifat positif list, maka jasa lain sebagaimana dimaksud di atas juga
kemudian diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 244/PMK.03/2008.
Jenis jasa lain tersebut terdiri dari:
jasa penilai (appraisal)
jasa aktuaris
jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
jasa perancang (design)
jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas),
kecuali yang dilakukan oleh BUT
jasa penunjang di bidang penambangan migas
jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
jasa penebangan hutan
jasa pengolahan limbah
jasa penyedia tenaga kerja (outsourching services)
jasa perantara dan/atau keagenan
jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
Bursa Efek, KSEI, dan KPEI
jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
jasa mixing film
jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan, dan perbaikan
jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
jasa maklom
jasa penyelidikan dan kemanan
jasa penyelenggara kegiatan atau event organizeri
jasa pengepakan
jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang
atau media lain untuk penyampaian informasi
jasa pembasmian hama
jasa kebersihan atau cleaning service
jasa katering atau tata boga
Selanjutnya, kita akan mengulas tarif pajak yang dikenakan atas jasa kontruksi. Jika mengacu
pada PP No 5 Tahun 2008, tarif jasa konstruksi dibagi menjadi lima yakni:
2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki
kualifikasi usaha kecil.
4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa
sebagaimana dimaksud dalam poin a dan b.
4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha.
6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa tarif yang dikenakan bervariasi tergantung pada
kondisi penyedia jasa konstruksi. Misalnya, jika penyedia jasa konstruksi memiliki kualifikasi
usana kecil, maka tarif yang dikenakan sebesar 2%.
Pemotongan PPh Pasal 23 bersifat tidak final, sehingga bisa dikreditkan terhadap PPh terutang
pada SPT Tahunan PPh sebagaimana diatur di Pasal 28 UU PPh. Sehingga pada saat dipotong,
diperlakkan sebagai uang muka; dan bagi pihak yang memotong dianggap sebagai utang.
PPh 24
Dalam hal jumlah pajak yang dibayar di luar negeri melebihi jumlah kredit pajak yang
diperkenankan, maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan PPh terutang
tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak
dapat dimintakan restitusi.
PPh Pasal 24 dicatat sebagai pajak dibayar di muka dalam pembukuan. Namun mengingat akan
dilakukan penyesuaian pada akhir tahun, maka perlu dibuat adjustment di akhir tahun.
PPh 26
PPh Pasal 26 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib
Pajak Luar Negeri. PPh Pasal 26 merupakan kebalikan dari PPh Pasal 24. Berdasarkan Pasal 26
UU PPh, atas penghasilan tersebut di bawah ini yang dibayarkan kepada subjek pajak luar
negeri dipotong pajak dengan tarif 20%:
a. deviden
b. bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. imbalam sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) atau dikenal sebagai tax treaty pada dasarnya
hanya mengatur mengenai hak pemajakan, tidak mengatur mengenai tarif pajak. Namun pada
P3B yang kita temui sekarang akan kita dapati bahwa P3B juga mengatur mengenai tarif, meski
dinyatakan dengan kalimat shall not exceed ….% of the gross amount of the …..