NIM : C1814201110
A. Definisi
Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus renal. Menurut
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) nefrolitiasis adalah pembentukan dan penumpukan batu
maupun kalkuli dalam saluran kemih mulai dari ginjal hingga ke kandung kemih oleh
kritalisasi dari substansi ekskersi di dalam urine.
Nefrolitiasis dapat terbentuk dimana saja dalam traktur urinarius dan umumnya
ditemukan pada bagian pelvis renal. Nefrolitiasis memiliki ukuran yang beragam serta dapat
soliter maupun mutipel. Nefrolitiasis umunya terjadi pada laki-laki dibanding wanita dan
jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umunya terjadi pada laki-laki usia
pertengahan dengan riwayat keluarga memiliki penyakit yang sama. Batu ginjal atau
nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat benda padat yang dibentuk oleh
prepitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, dan sistin (Grace & Borley, 2006).
1
B. Etiologi
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis belum memiliki
penyebab yang pasti (idiopatik), namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada pH yang tinggi, dan batu
asam urat banyak terdapat pada pH yang rendah).
4. Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius
5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring di ginjal
6. Faktor metabolik
7. Faktor makanan yang dikonsumsi
8. Penyakit renal
9. Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau penurunan
eksresinya).
10. Faktor herediter
Brunner & Suddarth .(2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab lain dari
terjadinya nefrolitiasis yang meliputi:
1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu
2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu
terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan
mineral struvit.
3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi
karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar
2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa
mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
2
C. Manifestasi Klinik
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa tanda dan gejala yang
dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi:
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang berfungsi
Menurut Smeltzer, & Bare (2002) beberapa tanda dan gejala yang juga dapat muncul
pada penderita nefrolitiasis meliputi:
1. Keluhan yang disampaikan oleh klien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu
dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri
pada pinggang, menjalar ke daerah panggul, bersifat terus-menerus pada daerah
pinggang.
2. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh klien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing.
3. Urgency
4. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh klien akibat trauma pada mukosa saluran kemih
yang disebabkan oleh batu
5. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta
ureter proksimal yang menyebabkan kolik, nyeri hilang setelah batu keluar.
a. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan kolik, nyeri hilang setelah
batu keluar.
b. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitis.
6. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih:
demam dan menggigil.
7. Gejala gastrointestinal, meliputi mual, muntah, diare dan perasaan tidak enak di perut
berhubungan dengan refluks antara ureter dan intestin
3
D. Komplikasi
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) beberapa komplikasi yang dapat muncul
akibat nefrolitiasis adalah:
1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal
2. Nekrosis tekanan
3. Obstruksi oleh batu
4. Hidronefrosis
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
7. Infeksi
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) hasil pemeriksaan berikut ini dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis nefrolitiasis.
2. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran serta
lokasi batu
4. Kultur urin yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih
5. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor, dan asam
dalam urin
7. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis hiperparatiroidisme dan
peningkatan kalsium terhadap protein serum normal
8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang tidak
terikat dengan protein.
4
F. Penatalaksanaan
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilakukan meliputi:
1. Penambahan asupan cairan hingga lebih 3L per hari untuk meningkatkan hidrasi
2. Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih menurut hasil kultur
mikroorganisme
3. Obat-obat analgetik sepertik meperidin (Demerol) atau morfin untuk meredakan rasa
nyeri
4. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan pembentukan batu. Preparat
tiazida untuk menurunkan ekskresi kalsium ke dalam urin.
5. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi
6. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi
7. Kolestiramin yang dpaat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorptif
8. Paratiroidektomi untuk hiperparatiroidisme
9. Allopurinol untuk batu asam urat
10. Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin
11. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal yang tidak dapat
keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar
12. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi ukuran yang lebih kecil agar dapat
keluar sendiri atau dikeluarkan dengan melakukan pengisapan.
13. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat pengalih aliran
urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi.
5
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab, status
perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
c. Penrunan volume urine
d. Rasa terbakar, dorongan berkemih
e. Diare
f. Perhatikan tanda oliguria, hematuria, piouria, serta kaji perubahan pola berkemih
g. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat
h. Hidrasi yang tidak adekuat
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas dan istirahat
b. Sirkulasi: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
c. Eliminasi : nyeri tekan abdomen, distensi abdomen
d. Pola kebersihan diri
e. Nyeri/kenyamanan : nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu
f. Keamanan: suhu yang naik turun
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
d. Kultur urin yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih
6
e. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor, dan
asam dalam urin
h. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang tidak
terikat dengan protein.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan NANDA 2015-2017 (Herdman & Kamitsuru,
2015) adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan
3. Resiko infeksi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial
dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Ekspresi wajah Setelah perawatan selama 2x24 jam, Manajemen Nyeri
meringis nyeri kronis klien berkurang dengan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Keluhan tentang nyeri kriteria hasil: b. Observasi adanya petunjuk nonverbak terkait nyeri
menggunakan NRS maupun ketidaknyamanan terutama pada pasien
c. Keluhan tentang Kontrol Nyeri yang tidak dapat berbicara
karakteristik nyeri a. Klien dapat mengenali kapan nyeri c. Pastikan perawatan analgesik pada pasien
d. Laporan tentang terjadi dilakukan dengan tepat
perubahan aktivitas b. Klien mengetahui penyebab d. Gunakan strategi komunkasi terapeutik untuk
akibat nyeri terjadinya nyeri mengetahui pengalaman klien terkait nyeri dan
e. Perilaku distraksi c. Klien mampu mengurangi rasa nyeri penerimaan klien terhadap nyeri
f. Perubahan pada tanpa analgesik e. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
parameter fisiologis d. Klien melaporkan perubahan gejala memperberat maupun mengurang nyeri
(tanda-tanda vital) nyeri f. Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
g. Perubahan posisi untuk e. Klien mengenali hal-hal yang pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
menghindari nyeri berkaitan dengan nyeri. sebelumnya jika ada
Perubahan pola makan g. Bantu keluarga untuk menyediakan dukungan bagi
Tingkat Nyeri klien
a. Klien mengatakan rasa nyeri telah h. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
berkurang penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
b. Klien melaporkan panjang episode dirasakan
nyeri telah berkurang i. Kendalikan faktor lingkunan yang dapat
c. Tanda-tanda vital dalam rentang mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
normal j. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
d. Tidak mengalami gangguan tidur. seperti farmakologis dan non farmakolois untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
8
k. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi penurunan nyeri sesuai dengan
kebutuhan
l. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
m. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi nafas dalam, aplikasi panas/dingin
dan pijatan jika memungkinkan.
n. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
o. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan
p. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan nyeri
berdasarkan respon klien
q. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk mendorong preventif
terkait dengan manajemen nyeri
9
inspirasi f. Balance cairan seimbang f. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin
g. Pernapasan bibir pada abdomen.
h. Pernapasan cuping g. Kateterisaai jika perlu
hidung
h. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria,
i. Pola napas abnormal
perubahan bau dan konsistensi urine)
10
n. kolaborasi pemberian terapi antibiotik yang sesuai
o. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
pada tim kesehatan
p. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tindakan
menghindari infeksi
11
beragam seperti farmakologis dan non
farmakolois untuk memfasilitasi penurunan nyeri
k. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi penurunan nyeri sesuai dengan
kebutuhan
l. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
m. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi nafas dalam, aplikasi
panas/dingin dan pijatan jika memungkinkan.
n. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
o. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan
p. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan nyeri
berdasarkan respon klien
q. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
r. Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk mendorong preventif
terkait dengan manajemen nyeri
Manajemen lingkungan
a. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
mengelola lingkungan dan kenyamanan yang
optimal
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
mendukung
c. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
d. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan
seperti balutan yang lembab, posisi selang,
balutan yang tertekan, sprei kusut, maupun
12
lingkungan yang mengganggu
e. Sesuaikan suhu lingkungan yang dapat
meningkatkan kenyamanan bagi individu
f. Sesuaikan pencahayaan sesuai kebutuhan klien
g. Berikan klien posisi yang nyaman
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom.
Batasan Karakteristik NOC NIC
a. Gelisah Setelah perawatan 2x24 jam, diperoleh Pengurangan kecemasan
b. Kontak mata yang kriteria hasil: a. Kaji anda verbal dan nonverbal terhadap
buruk kecemasaan yang dialami klien
c. Mengekspresikan Tingkat kecemasan b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
kekhawatiran karena a. Klien melaporkan dapat beristirahat c. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
perubahan dalam b. Klien tidak tampak gelisah klien
peristiwa hidup c. Klien tidak menyampaikan rasa d. Jelaskan semua prosedur termasuk sesnasi yang
d. Gugup takut dan cemas secara lisan akan dirasakan dan mungkin dialami klien selama
e. Fokus pada diri sendiri d. Klien tidak berjalan mondar-mandir prosedur dilakukan
f. Putus asa dan ragu e. Klien tidak kesulitan berkonsentrasi e. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
g. Tremor f. Klien tidak melaporkan adanya perawatan, dan prognosis
h. Peningkatan produksi gangguan tidur f. Anjurkan keluarrga klien untuk mneinkatkan rasa
keringat g. Klien melaporkan pola makan baik aman dan mengurangi kecemasan klien
i. Peningkatan h. Klien tidak menarik diri g. Lakukan usapan pada punggung leher dengan cara
ketegangan yang tepat
j. Suara bergetar Kontrol kecemasan diri h. Dengarkan keluhan klien
k. Wajah tegang a. Klien dapat mengurangi penyebab i. Puji dan kuatkan perilaku yang baik secara tepat
kecemasan j. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan
b. Klien dapat memantau intensitas ketakutan
kecemasan k. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
c. Klien mampu merencanakan strategi mengurangi tekanan
koping untuk situasi yang l. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
menimbulkan stress kecemasan
d. Klien mampu menggunakan strategi m. Dukung penggunaan mekanisme koping yang
koping yang efektif sesuai
13
e. Klien mampu menggunakan teknik n. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi relaksasi
kecemasan o. Kolaborasi terapi farmakologi jika diperlukan
f. Klien mampu mengendalikan respon
kecemasan
Terapi relaksasi
a. Kaji pengalaman penggunaan teknik relaksasi
klien di masa lalu
b. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis terapi relaksasi yang tersedia
c. Uji penurunan tingkat energi saat ini,
ketidakmampuan untuk konsentrasi, atau gejala
lain yang mengiringi yang mungkin
mempengaruhi kemampuan kognisi klien untuk
berfokus pada teknik relaksasi
d. Pertimbangkan keinginan dan kemampuan klien
untuk berpartisipasi sebelum memilih terapi
relaksasi yang tepat
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
f. Beri posisi yang nyaman bagi klien
g. Berikan deskripsi detail terkait terapi yang akan
diberikan
h. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
relaksasi seperti menguap, bernafas dalam, atau
bayangan yang menyenangkan
i. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada
klien
j. Gunakan suara yang tenang dan lembut
k. Dorong pengulangan teknik relaksasi secara
berkala
l. Evaluasi laporan individu terkait terapi relaksasi
yang digunakan
14
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)
Kerusakan
Konsumsi Konsumsi air Infeksi ginjal
pada nefron
obat diuretik rendah
ginjal
Penurunan
cairan ke ginjal Gangguan
fungsi ginjal
Urin pekat Koping tidak
Peningkatan
efektif Ansietas
mineral di ginjal
Perubahan satus
Gangguan pola Kesulitan tidur Mineral mengendap
kesehatan
tidur akibat nyeri Nyeri menjadi kristal
Prosedur bedah
Distensi abdomen Nefrolitiasis
Risiko Infeksi
Pemasangan
Obstruksi aliran urin
Urin menetes, kateter urin
sedikit, tiba-tiba
Peningkatan tekanan
berhenti Nyeri saat Nyeri akut
hidrostatik
berkemih
Retensi urin Endapan kristal
merobek uretra
Hematuria
15
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth .(2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers
Grace, Pierce. (2006). At a Galance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical
Nursing Ninth edition. Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Smeltzer, S.C, & Bare, B.G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta :
EGC.
16