Anda di halaman 1dari 3

MAJAS

A. Perbandingan
Gaya bahasa yang digunakan dalam kelompok majas perbandingan adalah dengan
membandingkan atau menyandingkan – bahwa sesuatu sama, lebih, atau dapat menggantikan
yang lain.
1. Personifikasi
Majas personifikasi membandingkan manusia dan benda mati. Gaya bahasa yang
digunakan seolah-olah benda mati tersebut selayaknya manusia.

Contoh: Laut yang biru seakan menatapku dalam keheningan.

2. Metafora
Majas metafora membandingkan dua objek yang berbeda namun memiliki sifat yang
serupa. Kita mengenal gaya bahasa ini sebagai analogi.

Contoh: Sang Raja Siang bersinar dan membawa kehangatan.

3. Asosiasi
Gaya bahasa perbandingan dalam majas metafora ditampilkan secara implisit. Dua
objek yang dibandingkan sebenarnya berbeda, tetapi dianggap sama. Keduanya dihubungkan
dengan 'seperti,' 'bak,' atau 'bagaikan.'

Contoh: Apa yang telah kamu lakukan itu seperti duri dalam sekam.

4. Hiperbola
Mengekspresikan sesuatu dengan sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan
berlebihan itu. lebay. Gaya bahasa ini digunakan saat kita membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain, yang tak masuk akal untuk disandingkan sebagai perbandingan.

Contoh: Katanya dia berlatih bernyanyi, tapi suaranya bikin pecah gendang telingaku setiap
hari.

5. Eufimisme
Saat ada kata yang dirasa kurang etis, kita menggunakan majas eufimisme. Kita
menggunakan kata yang lebih sopan dengan makna yang sepadan.

Contoh: Tiba-tiba dia terhenyak dari tempat duduknya dan berlari menuju kamar kecil.

6. Metonimia
Majas ini menyebut sebuah merek untuk benda umum.
Contoh: Kami hanya disuguhi aqua saja di rumahnya.
B. Pertentangan
Dalam majas perbandingan, kata kiasan yang digunakan memiliki makna yang berkebalikan
atau bertentangan dengan maksud yang sesungguhnya.

1. Litotes
Dikenal sebagai lawan dari majas hiperbola, majas litotes mengecilkan atau
menyempitkan sebuah ungkapan. Gaya bahasa ini biasanya digunakan untuk tujuan
merendahkan diri karena kenyataannya justru tidak seperti yang disebutkan.

Contoh: Ini tanda terima kasih kami, sekadar ongkos angkot.

2. Paradoks
Adakalanya kita membandingkan suatu fakta dengan sesuatu yang berkebalikan. Saat
itulah kita menggunakan majas paradoks.

Contoh: Isi kepalanya begitu bising ketika ia duduk sendiri di ruang keluarga yang begitu
sepi.

3. Antitesis
Ciri khas gaya bahasa ini adalah pasangan kata yang maknanya bertentangan atau
berlawanan. Pasangan kata tersebut biasanya diletakkan berurutan.

Contoh: Setiap perempuan itu cantik, tak jadi soal kurus atau gemuk.

C. Penegasan
Gaya bahasa ini bertujuan untuk memperkuat pengaruh dan mendapatkan persetujuan
pembaca atau pendengar.

1. Pleonasme
Majas pleonasme menggunakan kata-kata dengan makna yang sama. Kesan yang
diperoleh memang sepertinya kurang efektif, tapi memang sengaja dilakukan agar kita
mendapatkan efek penegasan yang diinginkan.

Contoh: Baru saja dia naik ke atas.

2. Repetisi
Gaya bahasa ini tampak pada pengulangan yang berkali-kali digunakan. Tujuannya
sama, pengulangan dilakukan untuk menegaskan.

Contoh: Rumah adalah tempat yang paling nyaman, rumah juga menjadi tempat bernaung
dari panas dan hujan.
3. Retorika
Majas retorika berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya retorika tak memerlukan
jawaban. Iya, tujuan kalimat tanya tersebut memang untuk membuat penegasan.

Contoh: Siapa yang tak ingin kuliah di kampus terbaik?

4. Paralelisme
Lumrah digunakan dalam puisi, majas paralelisme ditunjukkan oleh pengulangan
kata. Meskipun diulang-ilang, definisi kata tersebut tak sama antara satu dengan lainnya.
Anafora adalah pengulangan di bagian awal kalimat, sedangkan epifora adalah pengulangan
di bagian akhir kalimat.

Contoh:

Cinta itu sabar.

Cinta itu lemah lembut.

Cinta itu memaafkan.

Cinta itu tidak serakah

D. Sindiran
Gaya bahasa bermajas sindiran bertujuan menyindir perilaku, seseorang, maupun
kondisi tertentu. Untuk tujuan tersebut, kita menggunakan kata kiasan.
1. Ironi
Kita menggunakan majas ironi melalui kata-kata yang bertentangan dengan dengan
fakta atau kenyataan yang ada. Sekilas kata-kata yang digunakan tampak seperti pujian.

Contoh: Santun sekali perilakunya, bertanya saja pakai teriak-teriak.

2. Sinisme
Dalam sinisme, kita menyindir secara langsung. Meskipun tanpa memperhalus seperti
pada majas ironi, gaya bahasa sinisme tidak dapat serta-merta disebut kasar.

Contoh: Kakakku pelit sekali, tak mau berbagi pengalamannya denganku.

3. Sarkasme
Sindiran dalam sarkasme disampaikan secara langsung dan cenderung kasar. Bahkan,
sarkasme bisa terdengar seperti hujatan.

Contoh: Kontestan itu suaranya jelek sampai-sampai telingaku sakit dibuatnya.

Anda mungkin juga menyukai