Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Penelitian merupakan salah satu langkah penting untuk memantapkan peneliti dalam
kegiatan keilmuan yang mendukung di bidangnya masing-masing. Sehubungan dengan hal
ini, setiap mahasiswa akan diwajibkan mengerjakan tugas akhir. Tugas tersebut adalah
melakukan penelitian atau membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk laporan. Penelitian
tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dikerjakan bagi mahasiswa yang akan
menyelesaikan studinya.
Melakukan penelitian tidak semudah yang dibayangkan. Proses penelitian harus
melalui prosedur dan mengikuti sistematika dari perencanaan sampai selesainya laporan
penelitian. Penelitian dengan langkah menentukan topik, yang kemudian pengumpulan data
awal. Topik dalam penelitian diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang akan dijadikan
dasar penelitian. Dalam sebuah penelitian harus ada topik atau masalah yang
melatarbelakangi penelitian. Hal yang pertama dilakukan sebelum melakukan penelitian
adalah menentukan topik, karena topik adalah salah satu yang menjadi landasan penelitian.
Topik dapat berupa persoalan pokok yang memerlukan pemecahan, penjelasan,
pendeskripsian, dan penegasan lebih lanjut.

B.     RUMUSAN MASALAH


1.        Bagaimana Mengidentifikasi Topik penelitian ?
2.        Apa Saja Sumber-sumber Pencarian dan Penemuan Topik Penelitian ?
3.        Bagaimana Merumuskan Judul Penelitian yang Baik ?
4.        Apa saja Ciri-ciri Topik Penelitian yang Baik ?

C.    TUJUAN PENULISAN


1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Mengidentifikasi Topik penelitian
2.      Untuk Mengetahui Sumber-sumber Pencarian dan Penemuan Topik Penelitian
3.      Untuk Mengetahui Cara Merumuskan Judul Penelitian yang Baik
4.      Untuk Mengetahui Ciri-ciri Topik Penelitian yang Baik

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Identifikasi Topik Penelitian
Penelitian diawali dengan langkah pemilihan topik penelitian, yang kemudian
didukung dengan pengumpulan data awal. Menurut asal katanya, istilah topik berasal dari
bahasa yunani yaitu “topoi” yang berarti tempat. Dalam hal tulis menulis berarti pokok
pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu tulisan. Topik adalah pokok
permasalahan yang akan diperkirakan atau masalah yang hendak dikemukakan dalam karya
ilmiah. Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang akan dijadikan
sebagai lapangan penelitian. Terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh calon
peneliti sebelum menentukan topik penelitian antara lain : manageable topic, obtainable
data, interested topic, significance of topic, apakah topik tersebut dapat diselidiki, serta
keadaan waktu dan biaya.1[1]
1.      Manageable topic (topik yang dipilih hendaknya berada dalam jangkauan)
Baik ataupun tidaknya suatu penelitian tidak selalu tergantung kepada luas tidaknya topik dan
permasalahan yang diteliti. Suatu topik penelitian yang masih berada dalam jangkauan
peneliti dan tidak terlalu luas pada akhirnya semakin mempermudah peneliti dalam
mengorganisasikan, mengatur dan mengendalikan jalannya penelitian. Paling tidak perlu
dipertimbangkan kemampuan yang dimiliki, lamanya waktu penelitian, jumlah dana yang
tersedia, keadaan personel peneliti serta peralatan yang dimiliki.

2.      Obtainable data (tersedianya data untuk membahas topik)


Suatu penelitian yang dijalankan tidak akan memenuhi sasaran tanpa didukung oleh data
yang memadai dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atau tidak obyektif. Kegagalan
penelitian seringkali karena data yang tersedia tidak lengkap atau tidak obyektif. Peneliti
harus mampu melakukan perkiraan kemungkinan-kemungkinan ada tidaknya data dan
kesulitan-kesulitan penggalian data.

3.      Interested topic (topik tersebut menarik untuk diteliti)


Daya tarik topik perlu pula diperhatikan, topik yang dipilih harus menarik bagi si peneliti
sendiri, selain itu topik tersebut juga harus mampu membangkitkan minat bagi pembacanya,
pemesan maupun pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

4.      Significance of topic (topik tersebut cukup penting untuk diteliti)


1
Begitu pula halnya dengan tingkat keberartian topik, hal ini perlu mendapat perhatian.
Pemilihan topik selayaknya disesuaikan dan diarahkan kepada tingkat kebutuhan dan
sumbangannya, baik utuk kepentingan pembangunan, khalayak banyak, pengembangan ilmu
pengetahuan ataupun permintaan pemesanan.

5.      Apakah topik tersebut dapat diselidiki


Selanjutnya, faktor penting lainnya dalam pemilihan topik adalah mengenai kemungkinan
keberhasilan penyelidikan. Topik yang dipilih hendaknya secara logis dapat diselidiki.
Penelitian-penelitian yang kemungkinannya kita tidak dapat memperoleh data ataupun hasil
konklusi yang akan dibuat sebaiknya perlu dihindari.

6.      Keadaan waktu dan biaya


Peneliti yang memiliki biaya relatif sedikit ada baiknya menghindari pemilihan topik yang
luas dan rumit. Begitupun halnya keadaan waktu yang dimiliki, jika yang tersedia relatif
singkat sebaiknya peneliti memilih topik yang diperkirakan memerlukan waktu penelitian
yang relatif singkat pula. Keseimbangan antara ketersediaan waktu dan biaya penelitian
dengan topik memungkinkan peneliti mampu memenuhi sasaran penelitian dengan hasil yang
memuaskan.

A.     IDENTIFIKASI MASALAH


Untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, ia harus giat
mencari masalah dari sumber-sumbernya.
Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan ialah:
a.       Bacaan
Seorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian. Pada
umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas. Bahkan suatu
penelitian itu memberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebih lanjut.
b.      Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
Peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah
yang memecahkan permasalahan menurut bidangnnya masing-masing. Mungkin saja masalah
itu perlu diteliti dari segi ilmu lain.
c.       Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
Sering dalam ceramah atau pernyataan seorang pejabat tinggi, misalnya seorang
menteri bahwa ada suatu masalah yang harus dipecahkan. Demikian pula pernyataan ahli-ahli
tertentu yang disiarkan melalui media massa mengenai suatu permasalahan. Sehingga
seorang peneliti tergugah untuk menelitinya. Umpamanya seorang administrator pendidikan
di sumatera utara mengatakan, bahwa kemunduran mutu pendidikan di sumatera utara
disebabkan mundurnya dedikasi guru-guru di SD hingga SLTA. Seorang peneliti tergugah
untuk menguji kebenaran pernyataan itu.
d.      Pengamatan sekilas
Mungkin seorang ahli ketika melakukan perjalanan dinas melihat suatu gejala yang
tidak sehat yang perlu dipecahkan. Untuk pemecahannya harus diadakan penelitian terlebih
dahulu. Umpamanya seorang ahli dari staf BP3K, melihat dalam peninjuan kedaerah, terdapat
banyak anak-anak dari usia sekolah tidak bersekolah walaupun SD inpres sudah ada di
tempat itu.

e.       Pengalaman pribadi


Dari pengalaman pribadi seorang yang berminat dalam penelitian mungkin muncul
suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian. Umpamanya, seorang dosen
setelah mengajar selama beberapa tahun memperhatikan bahwa mahasiswa dari sekolah-
sekolah kejuruan lanjutan atas yang telah bekerja sedikitnya dua tahun semua berhasil
mengikuti kuliahnya degan baik.
f.       Perasaan dan ilham
Dalam benak seorang peneliti yang sudah berpengalaman, mungkin tiba-tiba muncul
suatu pertanyaan yang mendorong melakukan penelitian. Mungkin saja pertanyaan itu tiba-
tiba ia rasakan ketika ia sedang santai-santai dengan anggota keluarganya. Umpamanya,
seorang peneliti ketika santai berbincang-bincang dengan putra-putranya yang remaja
memperhatikan rambut gondrong mereka. Tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Sejauh mana generasi muda sekarang menyukai rambut gondrong? Bilamana seorang
peneliti mendapatkan suatu permasalahan dari salah satu sumber tersebut diatas, perlu ia
pertimbangkan masalah itu perlu atau dapatkah ia teliti? Maka ada kriteria tersebut baginya
untuk memutuskan perlu tidaknya atau dapat tidaknya ia meneliti pemecahan persoalan itu.2
[1]

2[1] Drs. S. Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2005), Cet-5, h.
54-58
Penemuan Masalah Penelitian

Penemuan Masalah Penelitian - Sesudah seorang peneliti menetapkan problem area atau
bidang penelitian yang akan diamati, maka kegiatan selanjutnya yaitu menemukan masalah
(problem generation atau problem finding). Penemuan permasalahan penelitian adalah salah
satu tahap yang penting dalam sebuah penelitian. Keadaannya jelas: apabila masalah tidak
ditemui, maka sebuah penelitian tidak perlu untuk dilakukan. Penemuan masalah dalam
penelitian merupakan hal penting juga dinyatakan dalam ungkapan: “Keberhasilan
perumusan permasalahan adalah setengah dari kegiatan penelitian”.

Ditemukannya permasalah dalam sebuah penelitian juga bisa dibilang sebagai tes dalam
suatu bidang ilmu, seperti yang disebutkan dalam  dalam : Buckley dkk., 1976, 14 oleh Mario
Bunge: “Kriteria paling baik untuk menjajagi suatu disiplin ilmu apakah masih hidup ataukah
tidak yaitu dengan cara memastikan apakah dalam bidang ilmu itu masih dapat menghasilkan
suatu masalah. Tiada satupun maslah yang tercetus dalam bidang ilmu yang telah mati”.
Selanjutnya permasalahan yang ditemukan dirumuskan ke dalam sebuah pernyataan atau
problem statement. Dengan begitu, maka dalam pembahasan ini dibagi menjadi 2 bagian
yang pertama yaitu penemuan masalah  dalam artikel ini dan yang kedua perumusan masalah
yang akan kami bahas dalam artikel selanjutnya.

Penemuan Masalah Penelitian


Biasanya kegiatan penemuan masalah  penelitian didukung adanya survai ke perpustakaan
untuk mengukur perkembangan pengetahuan pada bidang yang akan dijadikan penelitian,
terlebih yang terduga mengandung suatu permasalahan. Dalam hal ini, perlu untuk
dimengerti kalau publikasi dalam bentuk buku tidaklah informasi yang paling baru sebab
penerbitan buku adalah sebuah proses yang memerlukan wakt yang lumayan lama, sehingga
buku yang diterbitkan, contohnya pada hari ini, ditulis sekitar setahun atau malahan 2 tahun
yang telah berlalu. Biasanya perkembangan suatu pengetahuan terakhir dipublikasikan
sebagai sebuah artikel dalam majalah ilmiah, dengan begitu sebuah usulan penelitian lebih
baik kalau mengandung banyak pembahasan mengenai artikel-artikel terbaru yang bersumber
dari majalah-majalah atau jurnal ilmiah pada bidang yang sedang diteliti.

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa kegiatan penemuan permasalahan penelitian
didukung adanya survai ke perpustakaan untuk lebih mengenal perkembangan bidang yang
akan diteliti. Dalam usulan penelitian, pengenalan tersebut akan dijadikan sebagai bahan
utama deskripsi yang menjadi “latar belakang permasalahan”.

Dalam penelitian sebuah permasalahan bisa diidentifikasikan sebagai sebuah kesenjangan


antara harapan dengan fakta, antara keinginan perkembangan dengan tren perkembangan,
antara ide dengan kenyataan. Oleh Sutrisno Hadi (1986, 3) mengidentifikasikan kalau sebuah
permasalahan sebagai perwujudan dari “kelangkaan, ketiadaan, ketertinggalan, ketimpangan,
kemrosotan, ketidak serasian, kejanggalan, dan sejenisnya”. Seorang peneliti yang
mempunyai banyak pengalaman akan lebih mudah untuk menemukan suatu permasalahan
penelitian dalam bidang yang ditekuninnya. Peneliti tersebut seringkali merumuskan
permasalahan secara naluriah, serta tidak bisa menjelaskan bagaiaman cara untuk
menemukananya.

Cara untuk menemukan permasalahan ini, sudah diamati Buckley dkk. (1976) yang
memberitahukan kalau penemuan permasalahan bisa dilakukan secara “formal” dan bisa juga
secara “informal”. Penemuan permasalahan secara formal dapat melibatkan prosedur yang
menuruti metodoligi penelitan tertentu, dan bila penemuan masalah secara informal akan
bersifat subjektif serta tidak rutin. Sehingga, cara formal kualitasnya lebih baik jika
dibandingkan dengan cara informal. Cara-cara yang telah diusulkan oleh Buckley dkk dalam
sebuah kelompok formal dan informal rinciannya seperti yang terlihat dalam gambar berikut
ini.

Menurut Bukley dkk., (1976:16-27) telah dijelaskan cara-cara penemuan masalah penelitian
baik itu secara formal maupun secara informal seperti yang diuraikan dalam uraian berikut
ini. Sesudah penemuan permasalahan, setelah itu dilakuan evaluasi atau pengecekan pada
permasalahan tersebut sebelum melakukan perumusan permasalahan.

Penemuan Masalah Penelitian Secara Formal

Menurut metodologi penelitian cara-cara formal dalam menemukan masalah penelitian bisa
dilakukan melalui alternatif-alternatif sebagai berikut:

 Cara penemuan masalah penelitian rekomendasikan dari suatu riset. Biasanya sebuah
laporan penelitian di bab terakhir dimuat kesimpulan dan juga saran. Umumnya Saran
direkomendasikan menunjukan kemungkinan penelitian lebih lanjut atau penelitian
yang lain yang berhubungan dengan kesimpulan yang diperoleh. Bisa dikaji kalau
saran ini sebagai arahan untuk menemukan permasalahan.
 Cara penemuan permasalahan penelitian secara analogi. Yaitu penemuan masalah
penelitian dengan cara “mengambil” pengetahuan yang berasal dari bidang ilmu lain
kemudian diterapkan pada bidang yang sedang diteliti. Pada hal ini, disyaratkan kalau
kedua bidang itu harus sesuai pada setiap hal-hal yang penting. Sebagai contoh dalam
permasalahan yang telah ditemukan melalui cara analogi ini, Misalkan: “Apakah
proses dari perancangan software komputer bisa diterapkan dalam proses perancangan
arsitektural” (seperti yang telah diketahui kalau perencanaan perusahaan serta
perencanaan arsitektural memiliki tingkat kesamaan dalam hal pembuatan keputusan.
 Cara penemuan masalah penelitian dengan cara renovasi. Cara renovasi bisa
digunakan untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari sebuah teori. Cara
ini tujuannya yaitu untuk memperbaiki serta meningkatkan kemantapan sebuah teori.
Sebagai contoh sebauah teori mengungkapkan “ Secara signifikan ada korelasi arah
pengembangan bangunan rumah tipe tertentu padda perumahan sub – dengan tipe
bangunan rumah asal penghuninya”  bisa direnovasi menjadi permasalahan “seberapa
korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu pada perumahan sub
– inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan
penghuninya yang berbeda. Pada contoh tersebut, kondisi “umum” diubah dengan
kondisi yang spesifik yaitu tingkat pendidikan yang tidak sama.
 Penemuan masalah penelitian dengan cara dialetik. Dalam hal ini dialetik berarti
sanggahan atau tandingan. Melalui cara dialetik, peneliti bisa mengusulkan untuk
dapat menghasilkan sebuah teori yang menjadi sanggahan atau tandingan terhadap
teori yang telah ada.
 Penemuan masalah dengan cara Ekstrapolasi yaitu menemukan masalah dengan
membuat tren permasalahan yang dihadapi atau tren sebuah teori.
 Penemuan masalah penelitian dengan cara morfologi. Morfologi itu maksudnya
sebuah cara yang dapat digunakan untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan
kombinasi yang terkandung pada sebuah permasalahan yang kompleks dan rumit.
 Penemuan masalah penelitian dengan cara dekomposisi adalah cara pemerincian atau
penjabaran sebuah permasalahan ke dalam komponen-komponennya.
 Penemuan masalah penelitian dengan cara agregasi. Melalui cara agregasi ini peneliti
bisa mengambil teori dari beberapa bidang penelitian atau dari hasil-hasil penelitian
serta “mengumpulkannya” untuk membentuk sebuah permasalahan yang lebih
kompleks dan rumit.

Penemuan Masalah Penelitian Secara Informal

Penemuan masalah penelitian dapat dilakukan secara informal (subyektif) dengan alternatif-
alternatif sebagai berikut.

 Penemuan masalah penelitian ditemukan secara Konjektur (naluriah). Yaitu


penemuan masalah penelitian tanpa adanya dasar-dasar secara jelas. Jika selanjutnya,
latar belakang atau dasar- dasar permasalahan tersebut bisa dijelaskan, maka
penelitian secara ilmiah bisa diteruskan. Perlu diketahui kalau naluri adalah fakta
apresiasi individu kepada lingkungannya.  Menurut Buckley, dkk., (1976, 19) naluri
adalah alat yang berguna untuk memproses penemuan permasalahan.
 Penemuan masalah penelitian dengan cara fenomenologi. Suatu permasalahan baru
dalam peneltitian bisa ditemukan berhubungan dengan fenomena (perkembangan,
kejadian) yang bisa diamati. Contoh: fenomena penggunaan komputer sebagai alat
bantu analisis bisa dihubungkan untuk menemukan permasalahan. Misalkan: Dalam
proses perancangan arsitektural, seperti apakah pola dasar pendeknya penggunaan
komputer.
 Penemuan masalah penelitian secara konsensus. Sebagai contoh adanya konsensus
kalau kemiskinan tidaklah  menjadi masalah untuk Indonesia, namun kualitas
lingkungan yang menjadi masalah yang butuh untuk diatasi. (Hal seperti ini adalah
sebuah konsensus nasional).
 Penemuan masalah penelitian dari pengalaman.  Tidak perlu  diragukanlagi, karena
pengalaman adalah sumber untuk menemukan permasalahan. Dari adanya
pengalaman kegagalan maka akan terdorong untuk menemukan masalah penyebab
kegagalan tersebut. Selain itu pengalaman dari kesuksesan atau keberhasilan akan
memberikan dorongan dalam studi perumusan sebab-sebab dari keberhasilan
tersebut.  Misalkan, umpan balik dari klien, penelitian akan mendorong  untuk
merumuskan komunikasi yang lebih baik antara arsitek dengan klien.

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam identifikasi masalah, dipaparkan seluruh masalah yang ditemukan dalam latar belakang
masalah. Oleh karena itu harus dihindari memunculkan masalah yang tidak memiliki landasan/pijakan dari latar
belakang masalah. Bagian identifikasi masalah ini memiliki fungsi untuk menunjukkan bahwa banyak masalah
yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian.

Namun karena keterbatasan waktu, biaya, kemampuan dan minat peneliti serta tingkat urgensi
masalah itu untuk dikaji/diteliti, maka peneliti akan membatasi pada masalah – masalah tertentu untuk diteliti.
Bagian ini disebut sebagai pembatasan masalah.

Dari pembatasan masalah, maka kemudian dilanjutkan perumusan masalah. Perumusan masalah
merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan
jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup
masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya
disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik
akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut,
dan subjek penelitian. 

Setelah rumusan masalah kemudian dilanjutkan memaparkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian
mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada
isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian
dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam
bentuk kalimat pernyataan.

B. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan permasalahan

Pemilihan masalah dalam penelitian sering terjadi semata –mata atas pertimbangan minat peneliti atau
bersifat subyektif. Masalah penelitian yang demikian tentunya tidak layak untuk diteliti. Karena dalam penelitian
ilmiah, ada beberapa patokan untuk menentukan suatu masalah layak diteliti atau tidak (Bagong Suyanto, dkk,
editor, 1995 : 24-25) yaitu:
1. Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya dan menggunakan terminologi
atau kosepsi-konsepsi ilmu sosial yang baku. Tentunya hal ini dapat dimengerti karena akan lebih
mengarahkan pada jawaban yang diharapkan.

2. Masalah yang dirumuskan hendaknya dapat diuji secara empirik melalui aktivitas penelitian dilapangan.
3. Masalah yang dirumuskan hendaknya up to date, memiliki nilai keaslian dan sejauh mungkin
menghindari terjadinya duplikasi topik penelitian.

Disamping patokan di atas, hendaknya masalah penelitian yang diajukan memiliki nilai penelitian. Nilai
penelitian dalam arti merupakan sesuatu yang penting atau bahkan sangat mendesak untuk dikaji.

B.     PERUMUSAN MASALAH


Dalam usulan penelitian, perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti.
Penegasan tersebut, bisa berbentuk pertanyaan, juga bisa berbentuk pernyataan deklaratif.
Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti nantinya di
dalam proses suatu penelitian. Rumusan masalah haruslah cukup terbatas lingkupnya
sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.3[2]
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan
masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
1.      Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian
Bentuk rumusan masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,
komparatif, asosiatif.
a.       Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
(variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan
variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain.
Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
1)      Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional
2)      Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum
3)      Seberapa tinggi efektifitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia
b.      Rumusan masalah komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada
waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1)      Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel
penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)

3[2] Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal: 61
2)      Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (Satu variabel du
sampel)
3)      Adakah perbedaan, motivasi Belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga guru, pegawai swasta dan pedagang? (dua variabel tiga sampel)
c.       Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1)      Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah hubunga antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersama.
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut;
a.       Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid
sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan kedua adalah kejahatan) hal ini berarti
yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkkin logikanya
adalah sebagai berikut pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat
murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka
disitu banyak kejahatan.
b.      Adakah hubungan antara rumah yang dekat dengan rel kereta api denga jumlah anak?
c.       Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan dengan jumlah murid sekolah?
2)      Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a.       Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
b.      Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan
memperoleh pekerjaan?
c.       Seberapa besar pegaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
3)      Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui
mana variabel yang independen dan dependennya, contoh:
a.       Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Disini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi
motivasi
b.      Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya,
demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.4[3]
2.      Syarat-syarat perumusan masalah
a.       Harus dalam bahasa yang jelas
b.      Tujuan penelitian yang jelas
c.       Langsung tanpa putar belit atau pendahuluan panjang lebar.5[4]

4[3] Prof. Dr. Sugioyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D), (Bandung: CV. ALFABETA 2006), cet –ke7, hal: 55-60

5[4] Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Metode Research, (Bandung: Jemmars, 1991), hal:26

Anda mungkin juga menyukai