PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Topik Penelitian
Penelitian diawali dengan langkah pemilihan topik penelitian, yang kemudian
didukung dengan pengumpulan data awal. Menurut asal katanya, istilah topik berasal dari
bahasa yunani yaitu “topoi” yang berarti tempat. Dalam hal tulis menulis berarti pokok
pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu tulisan. Topik adalah pokok
permasalahan yang akan diperkirakan atau masalah yang hendak dikemukakan dalam karya
ilmiah. Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang akan dijadikan
sebagai lapangan penelitian. Terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh calon
peneliti sebelum menentukan topik penelitian antara lain : manageable topic, obtainable
data, interested topic, significance of topic, apakah topik tersebut dapat diselidiki, serta
keadaan waktu dan biaya.1[1]
1. Manageable topic (topik yang dipilih hendaknya berada dalam jangkauan)
Baik ataupun tidaknya suatu penelitian tidak selalu tergantung kepada luas tidaknya topik dan
permasalahan yang diteliti. Suatu topik penelitian yang masih berada dalam jangkauan
peneliti dan tidak terlalu luas pada akhirnya semakin mempermudah peneliti dalam
mengorganisasikan, mengatur dan mengendalikan jalannya penelitian. Paling tidak perlu
dipertimbangkan kemampuan yang dimiliki, lamanya waktu penelitian, jumlah dana yang
tersedia, keadaan personel peneliti serta peralatan yang dimiliki.
2[1] Drs. S. Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2005), Cet-5, h.
54-58
Penemuan Masalah Penelitian
Penemuan Masalah Penelitian - Sesudah seorang peneliti menetapkan problem area atau
bidang penelitian yang akan diamati, maka kegiatan selanjutnya yaitu menemukan masalah
(problem generation atau problem finding). Penemuan permasalahan penelitian adalah salah
satu tahap yang penting dalam sebuah penelitian. Keadaannya jelas: apabila masalah tidak
ditemui, maka sebuah penelitian tidak perlu untuk dilakukan. Penemuan masalah dalam
penelitian merupakan hal penting juga dinyatakan dalam ungkapan: “Keberhasilan
perumusan permasalahan adalah setengah dari kegiatan penelitian”.
Ditemukannya permasalah dalam sebuah penelitian juga bisa dibilang sebagai tes dalam
suatu bidang ilmu, seperti yang disebutkan dalam dalam : Buckley dkk., 1976, 14 oleh Mario
Bunge: “Kriteria paling baik untuk menjajagi suatu disiplin ilmu apakah masih hidup ataukah
tidak yaitu dengan cara memastikan apakah dalam bidang ilmu itu masih dapat menghasilkan
suatu masalah. Tiada satupun maslah yang tercetus dalam bidang ilmu yang telah mati”.
Selanjutnya permasalahan yang ditemukan dirumuskan ke dalam sebuah pernyataan atau
problem statement. Dengan begitu, maka dalam pembahasan ini dibagi menjadi 2 bagian
yang pertama yaitu penemuan masalah dalam artikel ini dan yang kedua perumusan masalah
yang akan kami bahas dalam artikel selanjutnya.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa kegiatan penemuan permasalahan penelitian
didukung adanya survai ke perpustakaan untuk lebih mengenal perkembangan bidang yang
akan diteliti. Dalam usulan penelitian, pengenalan tersebut akan dijadikan sebagai bahan
utama deskripsi yang menjadi “latar belakang permasalahan”.
Cara untuk menemukan permasalahan ini, sudah diamati Buckley dkk. (1976) yang
memberitahukan kalau penemuan permasalahan bisa dilakukan secara “formal” dan bisa juga
secara “informal”. Penemuan permasalahan secara formal dapat melibatkan prosedur yang
menuruti metodoligi penelitan tertentu, dan bila penemuan masalah secara informal akan
bersifat subjektif serta tidak rutin. Sehingga, cara formal kualitasnya lebih baik jika
dibandingkan dengan cara informal. Cara-cara yang telah diusulkan oleh Buckley dkk dalam
sebuah kelompok formal dan informal rinciannya seperti yang terlihat dalam gambar berikut
ini.
Menurut Bukley dkk., (1976:16-27) telah dijelaskan cara-cara penemuan masalah penelitian
baik itu secara formal maupun secara informal seperti yang diuraikan dalam uraian berikut
ini. Sesudah penemuan permasalahan, setelah itu dilakuan evaluasi atau pengecekan pada
permasalahan tersebut sebelum melakukan perumusan permasalahan.
Menurut metodologi penelitian cara-cara formal dalam menemukan masalah penelitian bisa
dilakukan melalui alternatif-alternatif sebagai berikut:
Cara penemuan masalah penelitian rekomendasikan dari suatu riset. Biasanya sebuah
laporan penelitian di bab terakhir dimuat kesimpulan dan juga saran. Umumnya Saran
direkomendasikan menunjukan kemungkinan penelitian lebih lanjut atau penelitian
yang lain yang berhubungan dengan kesimpulan yang diperoleh. Bisa dikaji kalau
saran ini sebagai arahan untuk menemukan permasalahan.
Cara penemuan permasalahan penelitian secara analogi. Yaitu penemuan masalah
penelitian dengan cara “mengambil” pengetahuan yang berasal dari bidang ilmu lain
kemudian diterapkan pada bidang yang sedang diteliti. Pada hal ini, disyaratkan kalau
kedua bidang itu harus sesuai pada setiap hal-hal yang penting. Sebagai contoh dalam
permasalahan yang telah ditemukan melalui cara analogi ini, Misalkan: “Apakah
proses dari perancangan software komputer bisa diterapkan dalam proses perancangan
arsitektural” (seperti yang telah diketahui kalau perencanaan perusahaan serta
perencanaan arsitektural memiliki tingkat kesamaan dalam hal pembuatan keputusan.
Cara penemuan masalah penelitian dengan cara renovasi. Cara renovasi bisa
digunakan untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari sebuah teori. Cara
ini tujuannya yaitu untuk memperbaiki serta meningkatkan kemantapan sebuah teori.
Sebagai contoh sebauah teori mengungkapkan “ Secara signifikan ada korelasi arah
pengembangan bangunan rumah tipe tertentu padda perumahan sub – dengan tipe
bangunan rumah asal penghuninya” bisa direnovasi menjadi permasalahan “seberapa
korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu pada perumahan sub
– inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan
penghuninya yang berbeda. Pada contoh tersebut, kondisi “umum” diubah dengan
kondisi yang spesifik yaitu tingkat pendidikan yang tidak sama.
Penemuan masalah penelitian dengan cara dialetik. Dalam hal ini dialetik berarti
sanggahan atau tandingan. Melalui cara dialetik, peneliti bisa mengusulkan untuk
dapat menghasilkan sebuah teori yang menjadi sanggahan atau tandingan terhadap
teori yang telah ada.
Penemuan masalah dengan cara Ekstrapolasi yaitu menemukan masalah dengan
membuat tren permasalahan yang dihadapi atau tren sebuah teori.
Penemuan masalah penelitian dengan cara morfologi. Morfologi itu maksudnya
sebuah cara yang dapat digunakan untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan
kombinasi yang terkandung pada sebuah permasalahan yang kompleks dan rumit.
Penemuan masalah penelitian dengan cara dekomposisi adalah cara pemerincian atau
penjabaran sebuah permasalahan ke dalam komponen-komponennya.
Penemuan masalah penelitian dengan cara agregasi. Melalui cara agregasi ini peneliti
bisa mengambil teori dari beberapa bidang penelitian atau dari hasil-hasil penelitian
serta “mengumpulkannya” untuk membentuk sebuah permasalahan yang lebih
kompleks dan rumit.
Penemuan masalah penelitian dapat dilakukan secara informal (subyektif) dengan alternatif-
alternatif sebagai berikut.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam identifikasi masalah, dipaparkan seluruh masalah yang ditemukan dalam latar belakang
masalah. Oleh karena itu harus dihindari memunculkan masalah yang tidak memiliki landasan/pijakan dari latar
belakang masalah. Bagian identifikasi masalah ini memiliki fungsi untuk menunjukkan bahwa banyak masalah
yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian.
Namun karena keterbatasan waktu, biaya, kemampuan dan minat peneliti serta tingkat urgensi
masalah itu untuk dikaji/diteliti, maka peneliti akan membatasi pada masalah – masalah tertentu untuk diteliti.
Bagian ini disebut sebagai pembatasan masalah.
Dari pembatasan masalah, maka kemudian dilanjutkan perumusan masalah. Perumusan masalah
merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan
jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup
masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya
disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik
akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut,
dan subjek penelitian.
Setelah rumusan masalah kemudian dilanjutkan memaparkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian
mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada
isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian
dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam
bentuk kalimat pernyataan.
Pemilihan masalah dalam penelitian sering terjadi semata –mata atas pertimbangan minat peneliti atau
bersifat subyektif. Masalah penelitian yang demikian tentunya tidak layak untuk diteliti. Karena dalam penelitian
ilmiah, ada beberapa patokan untuk menentukan suatu masalah layak diteliti atau tidak (Bagong Suyanto, dkk,
editor, 1995 : 24-25) yaitu:
1. Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya dan menggunakan terminologi
atau kosepsi-konsepsi ilmu sosial yang baku. Tentunya hal ini dapat dimengerti karena akan lebih
mengarahkan pada jawaban yang diharapkan.
2. Masalah yang dirumuskan hendaknya dapat diuji secara empirik melalui aktivitas penelitian dilapangan.
3. Masalah yang dirumuskan hendaknya up to date, memiliki nilai keaslian dan sejauh mungkin
menghindari terjadinya duplikasi topik penelitian.
Disamping patokan di atas, hendaknya masalah penelitian yang diajukan memiliki nilai penelitian. Nilai
penelitian dalam arti merupakan sesuatu yang penting atau bahkan sangat mendesak untuk dikaji.
3[2] Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal: 61
2) Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (Satu variabel du
sampel)
3) Adakah perbedaan, motivasi Belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga guru, pegawai swasta dan pedagang? (dua variabel tiga sampel)
c. Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah hubunga antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersama.
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut;
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid
sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan kedua adalah kejahatan) hal ini berarti
yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkkin logikanya
adalah sebagai berikut pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat
murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka
disitu banyak kejahatan.
b. Adakah hubungan antara rumah yang dekat dengan rel kereta api denga jumlah anak?
c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan dengan jumlah murid sekolah?
2) Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan
memperoleh pekerjaan?
c. Seberapa besar pegaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui
mana variabel yang independen dan dependennya, contoh:
a. Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Disini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi
motivasi
b. Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya,
demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.4[3]
2. Syarat-syarat perumusan masalah
a. Harus dalam bahasa yang jelas
b. Tujuan penelitian yang jelas
c. Langsung tanpa putar belit atau pendahuluan panjang lebar.5[4]
4[3] Prof. Dr. Sugioyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D), (Bandung: CV. ALFABETA 2006), cet –ke7, hal: 55-60
5[4] Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Metode Research, (Bandung: Jemmars, 1991), hal:26