ANALISIS ARTIKEL
DISUSUN OLEH
KELAS : C
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas nikmat iman,
kesehatan, dan kesempatan sehingga masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
Tugas Final Mata Kuliah Sumber dan Media Pembelajaran Sejarah. Shalawat serta salam kita
haturkan kepada junjungan kita, panutan kita, dan suri tauladan kita Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Final Mata Kuliah Sumber dan
Media Pembelajaran Sejarah. Tugas ini dibuat dengan semaksimal mungkin, dengan
mengambil sumber terpercaya dari jurnal maupun artikel.
Oleh karena itu, kami sadar bahwa dalam proses pembuatan tugas ini masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kedepannya lebih baik lagi dalam membuat makalah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
ANALISIS ARTIKEL/JURNAL...............................................................................................1
JURNAL 1..............................................................................................................................1
JURNAL 2..............................................................................................................................3
JURNAL 3..............................................................................................................................4
JURNAL 4..............................................................................................................................6
JURNAL 5..............................................................................................................................8
LAMPIRAN.............................................................................................................................11
JURNAL 1............................................................................................................................11
JURNAL 2:...........................................................................................................................20
JURNAL 3:...........................................................................................................................35
JURNAL 4:...........................................................................................................................46
JURNAL 5:...........................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................59
iii
iv
ANALISIS ARTIKEL/JURNAL
JURNAL 1
JUDUL : PENERAPAN MEDIA FILM SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGOLAH INFORMASI SISWA
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh Lusiana Surya Widiani,
Wawan Darmawan, Tarunasena Ma’mur - Universitas Pendidikan Indonesia
ISI JURNAL :
Jurnal ini membahas permasalahan bagaimana upaya meningkatkan kemampuan
mengolah informasi siswa melalui penggunaan media film dalam proses pembelajaran
sejarah di kelas XI IPS I Pasundan 8 Bandung. Tujuan dari proses penelitian ini yaitu untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Adapun metode penelitian yang digunakan
dalam jurnal ini adalah metode penelitian tindakan kelas.
Mata pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang
membahas mengenai perubahan aspek cerita kehidupan manusia di masa lampau yang lebih
banyak mengingat hafalan tokoh atau nama pahlawan, tanggal, tahun dan tempat terjadinya
peristiwa. Materi sejarah yang berisikan fakta-fakta, konsep-konsep harus mampu melatih
daya nalar peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Terdapat beberapa
permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Pertama,
pembelajaran selama ini disampaikan kepada peserta didik lebih kepada penyampaian satu
arah, artinya siswa hanya memperoleh informasi dari guru saja, sehingga dalam pembelajaran
seperti ini peserta didik kurang dilibatkan dalam menemukan informasi yang mereka peroleh.
Kedua, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik pada dasarnya peserta
didik lebih tertarik melihat film atau video. Ketiga, kemampuan peserta didik dalam
menghubungkan informasi yang satu dengan informasi yang lainnya masih terlihat rendah.
Hal ini terbukti peserta didik hanya mampu mengembangkan kemampuan mengingat dan
menghafal saja, dilihat dari hasil tes yang diberikan kurang menekankan pada peserta didik
untuk mengolah informasi, memecahkan masalah ataupun pemahaman dari materi
pembelajaran sejarah.
1
KELEBIHAN :
Jurnal ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan saran atau rekomendasi serta bahan pertimbangan untuk guru agar siswa memiliki
kemampuan mengolah informasi sehingga pembelajaran sejarah lebih bermakna.
KEKURANGAN :
Peserta didik tidak mampu menangkap pokok-pokok materi di awal pembelajaran. Selain itu
peserta didik lebih menekankan kepada fakta-fakta informasi yang diungkapkan oleh guru
tanpa mampu menganalisis serta mengolah informasi yang telah di dapat.
KESIMPULAN :
Melalui penerapan media film siswa terbiasa untuk mengolah informasi yang mereka peroleh
dari hasil tayangan yang ditampilkan, selain itu pula siswa mampu membandingkan serta
menghubungkan informasi yang mereka peroleh dari sumber buku dan internet, tidak hanya
itu saja siswa dilatih untuk menarik kesimpulan. Penerapan media film mampu untuk
meningkatkan kemampuan mengolah informasi siswa pada mata pelajaran sejarah.
SARAN :
2
JURNAL 2
JUDUL : MANFAAT PEMBELAJARAN SEJARAH MENGGUNAKAN GOOGLE
CLASSROOM PADA MASA PANDEMI COVID-19 Oleh Marharjono -
SMA Negeri 1 Sewon
ISI JURNAL :
Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui pelaksanaan dan nilai nilai pembelajaran
sejarah menggunakan Google Classroom masa pandemic covid-19 pada kelas XI MIPA 2 di
SMA Negeri 1 Sewon.
KELEBIHAN :
Kelebihan penggunaan Google Classroom, guru dan peserta didik menjadi terbiasa
menggunakan pembelajaran daring. Selain itu manfaat pembelajaran daring menggunakan
Google Classroom peserta didik dapat mengatahui sejarah peristiwa sekitar proklamasi,
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia, perjuangan menghadapi kekuasaan Jepang,
perjuangan menghadapi kedatangan Sekutu dan Belanda, serta perjuangan meghadapi
aancaman Belanda melalui konfontasi militer dan deplomasi.
KEKURANGAN :
Terdapat beberapa kesalahan penulisan dalam jurnal ini. Selain itu hambatan penggunaan
Google Classroom, guru dan peserta didik tidak dapat bertatap muka langsung dalam
pembelajaran. Apabila sarana kurang memadai dapat menghambat pembelajaran daring
KESIMPULAN :
Pembelajaran sejarah menggunakan Google Classroom masa pandemi covid-19 pada kelas
XI MIPA 2 di SMA Negeri 1 Sewon bermanfaat bagi peserta didik bagi peserta didik yaitu
dapat mengatahui sejarah peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya
Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan melawan Sekutu dan Belanda. Selain itu
peserta didik juga mendapatkan nilai-nilai karakter seperti: 1) sabar dan bijaksana; 2) kerja
keras; 3) rela berkorban tanpa pamrih; 4) pantang menyerah; 5) nasionalisme; 6) cinta tanah
3
air; 7) saling menghargai. Nilai-nilai karakter tersebut sangat penting bagi peserta didik
sebagai modal untuk membangun dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.
SARAN :
JURNAL 3
JUDUL : PEMBELAJARAN SEJARAH YANG AKTIF, KREATIF DAN INOVATIF
MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI – Oleh Herdin Muhtarom, Dora Kurniasih, Andi - Program
Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
ISI JURNAL :
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui Pembelajaran Sejarah yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif
Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tujuan lain dari penelitian
didalam jurnal ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode Mixed Methods, dengan menggunakan desain sequential explanatory,
yakni penggabungan antara data kuantitatif dan data kualitatif secara berurutan. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menyebarkan kuesioner/angket terhadap
mahasiswa.
4
bisa memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan baik. Salah satu terobosan
yang dapat digunakan dalam Teknologi mengenai pembelajaran sejarah yang efektif bagi
mahasiswa, bisa melalui berbagai metode diantaranya menggunakan Schoology, Google
Clasroom, Edmodo, Zoom Meeting, Quizizz, Whatsap Group dan juga metode pembelajaran
melalui E-Learning.
Dengan cara menggunakan model E-Learning, dosen dapat memberikan materi melalui
pemanfaatan teknologi sebagai sarana atau media dalam pembelajaran. Dalam Pembelajaran
yang Aktif, Inspiratif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), kontekstual yang
melibatkan empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya dengan model E-Learning
adalah: 1) Proses Interaksi; 2) Proses Komunikasi; 3) Proses Refleksi; 4) Proses Eksplorasi.
KELEBIHAN :
E-Learning sangat efektif dalam Pembelajaran Sejarah yang Aktif, Kreatif, dan
Inovatif Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PAIKEM), dan juga
dapat mengurangi akan kebosanan dalam memahami materi sejarah. Karena dengan model E-
Learning yang memanfaatkan teknologi dapat memfasilitasi mahasiswa lebih kreatif,
inovatif, dan sangat efektif untuk memahai materi sejarah dengan mudah.
KEKURANGAN :
5
KESIMPULAN :
Adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Hasil penelitian di dalam jurnal menunjukkan bahwa E-Learning merupakan model
Pembelajaran Sejarah Yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif Dalam Memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
SARAN :
JURNAL 4
JUDUL : THE EFFECTIVENESS OF PREZI MEDIA FOR HISTORY LEARNING
OF THE ELEVENTH GRADE (EFEKTIVITAS PREZI MEDIA UNTUK
PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS SEBELAS – Oleh Shintya Elisvaa,
Nurul Umamah, Sumardi – Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Negeri Jember
ISI JURNAL :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan media Prezi pada siswa kelas
XI dan menghasilkan produk Media Prezi yang efektiv digunakan pada pembelajaran sejarah
SMA Kelas XI dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan metode one group pretest-posttest design. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, angket, wawancara dan tes. Efektivitas produk dapat dilihat
dari perolehan skor.
Media yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik adalah media yang bersifat visual-
auditori yakni merupakan media yang memiliki kemampuan untuk memproyeksikan sesuatu
yang dapat dilihat dan didengar. Contoh dari media ini adalah film, video, web interaktif,
slide, dan sebagainya. Berdasarkan macam-macam dari contoh media tersebut, alternatif dari
kebutuhan akan media tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk Prezi.
6
Dalam jurnal ini disebutkan Desain Prezi adalah multimedia, sehingga dapat
menggabungkan teks, chart, grafik, gambar maupun video. Prezi dapat mengelompokkan
konten dan mengurutkannya sehingga dalam presentasi Prezi dapat menunjukan lebih jelas
interkoneksi dan hubungan dalam konten. Implikasi media Prezi bagi pendidik adalah media
yang menarik yang dapat menarik perhatian peserta didik, peta pikiran yang dapat disajikan
menggunakan Prezi menciptakan gambaran materi pembelajaran secara konkret, yang dapat
membantu pembelajaran. Hal ini sangat membantu pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pendidik terbantu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih inovatif
dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran dengan media Prezi.
Media Prezi dinyatakan layak dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sejarah
karena telah melalui tahap uji produk. Tahap uji coba produk yang dilakukan meliputi uji
coba pengguna, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Uji coba pengguna
dilakukan kepada pendidik dan peserta didik bertujuan untuk mengetahui kualitas media
Prezi berdasarkan kriteria kelayakan produk diperoleh sebesar 88% dari pendidik dan 89%
dari peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian didalam jurnal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
efektivitas produk adalah 0,73. Jika di masukan dalam tabel kriteria N-gain, maka produk
termasuk dalam kualifikasi tinggi untuk keefektivitasannya.
KELEBIHAN :
Media Prezi ini sangat baik dan efektif dalam membantu pengajar/guru dalam melaksanakan
proses mengajar.
KEKURANGAN :
Media Prezi ini terbagi menjadi dua, yaitu dalam versi gratis dan berbayar. Versi gratis
sendiri kekurangannya yaitu tidak bisa mengakses lebih dalam fitur Media Prezi itu sendiri,
seperti keterbatasan penulisan kata, yakni hanya 100 kata untuk mengetik materi didalam
media Prezi. Sehingga tidak maksimal jika hanya menggunakan Media Prezi versi gratis. Dan
tentunya harus menggunakan Media Prezi yang berbayar untuk mendapatkan fitur Media
Prezi yang lebih kompleks.
7
KESIMPULAN :
Menurut Suryosubroto (2009) belajar dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% peserta
didik yang mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Hasil belajar yang diperoleh
peserta didik setelah menggunakan media pembelajaran Prezi dikatakan tuntas. Hal tersebut
dapat diketahui melalui nilai post-test yang diperoleh peserta didik tidak ada yang
memperoleh nilai dibawah 75 yang merupakan kriteria ketuntasan minimal yang ada di
sekolah yang diujicobakan produk oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian didalam jurnal
ini, media prezi dinyatakan efektif dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah
di sekolah bagi siswa.
SARAN :
Pendidik harus memanfaatkan media pembelajaran Prezi dengan baik, demi pembelajaran
yang inovatif dan kreatif. Selain itu pendidik harus mendesain pembelajaran yang inovatif,
sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik agar lebih kompeten.
Pembelajaran sejarah yang inovatif dan kreatif, selain dapat meningkatkan profesionalisme
pendidik juga dapat mengembangkan kompetensi peserta didik terkait dengan materi sejarah.
JURNAL 5
JUDUL : MANFAAT MEDIA DALAM PEMBELAJARAN - Isran Rasyid Karo-Karo
S, Rohani - Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN-SU
Medan dan Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini FITK
UIN-SU Medan
ISI JURNAL :
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk, 1996). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1999) media merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah,
8
radio, televisi, film, poster dan spanduk. Guru dapat berperan sebagai kreator yaitu
menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisien, dan menyenangkan bagi siswa.
Setiap kegiatan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,
metode, dan alat (media), serta evaluasi. Unsur metode dan alat (media) merupakan unsur
yang tidak bisa dipisahkan dari unsur-unsur lainya yang berfungsi sebagai cara atau teknik
untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan
tersebut, peranan media sebagai alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting,
sebab dengan adanya media ini bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
KELEBIHAN :
Sesuai judulnya, jurnal ini memaparkan dengan rinci manfaat dari Media Pembelajaran
beserta pengertiannya. Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif
dan efisien. Secara rinci, manfaat media dalam pembelajaran yaitu: a) Penyampaian materi
pelajaran dapat diseragamkan; b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; c)
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif; d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga; e)
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; f) Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa
terhadap materi dan proses belajar; h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif. Selain itu media juga dapat menarik perhatian siswa sehingga memunculkan
motivasi belajar.
Dalam hal ini, pemanfaatan media yang relevan di dalam kelas dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran. Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar.
9
KEKURANGAN :
Abstrak jurnal ini termuat dalam bentuk bahasa Inggris dan tidak dalam bentuk bahasa
Indonesia, sehingga tidak dimengerti oleh sebagian orang dan harus diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia, atau memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik agar dapat
memahami abstrak dari jurnal ini.
KESIMPULAN :
Media merupakan suatu alat atau sarana sebagai perantara untuk menyampaikan bahan
pelajaran dari guru kepada anak didik Adapun jenis-jenis media pendidikan yang biasa
digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: Pertama, media grafis seperti
gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster kartun, komik dan lain-lain. Media grafis
sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar. Kedua media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solit model),
model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan lain-lain. Ketiga, model proyeksi
spserti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran. Adapun indikator-indikator pengetahuan tentang
media pendidikan yang harus dukuasai oleh seorang guru ialah : (1) mengetahui ciri-ciri
umum media pendidikan, (2) mengetahui cara memilih dan mempersiapkan media
pendidikan sederhana seperti gambar, peta dan sejenisnya, (3) mengetahui cara-cara
menggunakan media pendidikan pada proses belajar mengajar, dan, (4) mengetahui cara
menyesuaikan media pendidikan yang dipakai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.
SARAN :
Manfaat dari Media Pembelajaran ini harus dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-
baiknya oleh pendidik untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kompeten.
10
LAMPIRAN
JURNAL 1
11
dan mengafal. Ketika dihadapkan pada dilakukan, perkembangan siswa dalam
suatu persoalan, siswa belum mampu mencapai kriteria pada indikator
dalam mengolah informasi. Kemampuan kemampuan mengolah informasi yang
mengolah informasi yang ditekankan pada telah ditentukan mengalami peningkatan
penelitian ini adalah kemampuan siswa yang cukup signifikan pada setiap
dalam mengolah informasi dari berbagai siklusnya. Melalui penerapan media film
sumber informasi saat pembelajaran siswa terbiasa untuk mengolah informasi
berlangsung. Untuk itu, peneliti mencoba yang mereka peroleh. Hal ini menunjukkan
melakukan penelitian dengan tujuan bahwa dalam penerapan media film untuk
meningkatkan kemampuan mengolah meningkatkan kemampuan mengolah
informasi siswa melalui penerapan media informasi siswa merupakan salah satu cara
film dalam pembelajaran sejarah. Adapun yang dapat digunakan dalam pembelajaran
metode penelitian yang digunakan adalah sejarah di sekolah. Hasil penelitian ini
metode penelitian tindakan kelas dengan dapat dijadikan saran atau rekomendasi
menggunakan desain penelitian dari serta bahan pertimbangan untuk guru agar
Kemmis dan Mc. Taggart. Metode siswa memiliki kemampuan mengolah
penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan informasi sehingga pembelajaran sejarah
dengan empat tahap yaitu perencanaan lebih bermakna.
(plan), tindakan (act), pengamatan
Kata kunci: Media film, Kemampuan
(observing), dan refleksi (reflecting).
Mengolah Informasi Siswa.
Berdasarkan penelitian yang telah
12
pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Beyer “proses pengolahan informasi, yang juga
(Hasan, 1996, hlm. 222)‘kemampuan disebut komunikasi interpersonal meliputi
pengolahan informasi dianggap sebagai sensasi, persepsi, memori dan berpikir”.
proses berpikir’. Untuk mengembangkan kemampuan
mengolah informasi Hasan (1996, hlm.
Berdasarkan hasil observasi yang
222) menambahkan bahwa dalam kegiatan
telah dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA
mengolah informasi merupakan bagian
Pasundan 8 Bandung, peneliti menemukan
dari kemampuan menganalisis.
bahwa terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi saat proses pembelajaran Kemampuan analisis di sini peserta
sejarah berlangsung. Pertama, didik dapat menentukan keterhubungan
pembelajaran selama ini disampaikan antara satu sumber informasi dengan
kepada peserta didik lebih kepada informasi lainnya. Mengolah informasi
penyampaian satu arah, artinya siswa yang di dapat, sehingga peserta didik tidak
hanya memperoleh informasi dari guru dapat begitu saja menerima informasi yang
saja, sehingga dalam pembelajaran seperti mereka dapat dari berbagai sumber,
ini peserta didik kurang dilibatkan dalam menentukan pokok-pokok pikiran yang
menemukan informasi yang mereka mendasari suatu informasi dan menarik
peroleh. Kedua, berdasarkan hasil konsekuensi dari informasi baik dalam
wawancara dengan beberapa peserta didik waktu maupun dalam dimensi.
pada dasarnya peserta didik lebih tertarik Kemampuan mengolah informasi
melihat film atau video. Ketiga, merupakan perpaduan dari proses berpikir
kemampuan peserta didik dalam peserta didik, karena ketika peserta didik
menghubungkan informasi yang satu mengolah informasi, peserta didik harus
dengan informasi yang lainnya masih bisa mengembangkan kemampuannya
terlihat rendah. Hal ini terbukti peserta secara bertahap. Menurut pendapat Anwar
didik hanya mampu mengembangkan (2006, hlm. 29) kemampuan berpikir
kemampuan mengingat dan menghafal meliputi “kemampuan menggali informasi,
saja, dilihat dari hasil tes yang diberikan kemampuan mengolah informasi,
kurang menekankan pada peserta didik kemampuan mengambil keputusan dan
untuk mengolah informasi, memecahkan memecahkan secara kreatif”. Dengan
masalah ataupun pemahaman dari materi berpikir, peserta didik akan terlatih untuk
pembelajaran sejarah. menyelesesaikan masalah sesuai dengan
nalar atau logika.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik tidak Pada dasarnya kegiatan mengolah
mampu menangkap pokok-pokok materi di informasi terdapat pada Kurikulum 2006
awal pembelajaran, peserta didik lebih maupun Kurikulum 2013. Dalam
menekankan kepada fakta-fakta informasi kurikulum 2013 mengolah informasi lebih
yang diungkapkan oleh guru tanpa mampu ditujukan kepada kajian saintifik, namun
menganalisis serta mengolah informasi sebenarnya terdapat kesamaan pada
yang telah di dapat. Tinggi rendahnya kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013
kemampuan peserta didik dalam merekam misalnya dalam pendekatan ilmiah yang
informasi sangat ditentukan oleh pada hakekatnya adalah pembelajaran
kemampuan otak atau kemampuan berpikir berpusat pada siswa, siswa mencari
dalam mengolah informasi. Dalam Rohim pengetahuan bukan menerima
(2009, hlm. 59) menjelaskan bahwa pengetahuan. Dalam KTSP kegiatan
13
mengolah informasi terdapat pada kegiatan pembelajaran adalah bahwa media
proses pembelajaran yang mencakup, mengandung dan membawa pesan atau
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, salah informasi kepada penerima yaitu siswa.
satu proses yang menggunakan
Berbagai jenis media pembelajaran
kemampuan berpikir anak terdapat pada
yang ada saat ini, peneliti memutuskan
kegiatan elaborasi. Kegiatan elaborasi ini
untuk memilih media film sebagai media
memberikan kesempatan peserta didik
pembelajaran. Pengertian film itu sendiri
untuk berpikir, menganalisis,
menurut Munadi (2008, hlm. 116) “film
menyelesaikan masalah, dan bertindak
adalah alat komunikasi yang sangat
tanpa rasa takut.
membantu proses pembelajaran efektif.
Berdasarkan permasalahan Apa yang terpandang oleh mata dan
tersebut, maka perlu dikembangkan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan
dengan penerapan sebuah media lebih mudah diingat dari pada apa yang
pembelajaran yang harapkan dapat hanya dapat dibaca atau hanya didengar”.
membantu siswa dalam meningkatkan Sementara Trianton (2013, hlm 57)
kemampuan mengolah informasi siswa. menyatakan media film adalah “alat
Media pembelajaran saat ini mengalami penghubung yang berupa film; media
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini massa alat komunikasi seperti radio,
dapat dikatakan bahwa media televisi, surat kabar, majalah yang
pembelajaran adalah alat yang dapat memberikan penerangan kepada orang
membantu dalam proses pembelajaran, banyak (massa) dan mempengaruhi pikiran
tidak hanya itu saja media pembelajaran mereka”. Penggunaan media film sebagai
dianggap sebagai salah satu sumber belajar media belajar atau sumber belajar, dapat
yang ikut membantu guru dalam membantu pendidik dan peserta didik
memperkaya wawasan peserta didik serta menjalin komunikasi dan interaksi yang
berfungsi untuk memperjelas makna pesan lebih hidup, sehingga pesan pembelajaran
yang ini disampaikan. Sependapat dengan yang ingin disampaikan dapat tercapai
Trianton (2013, hlm. xi) menyatakan dengan lebih baik dan sempurna.
bahwa “media yang baik adalah yang
Melalui Penggunaan film
mengandung pesan sebagai perangsang
diharapkan siswa mampu mengolah
sehingga dapat menumbuhkan motivasi
informasi yang ada dari isi film tersebut
belajar pada siswa (peserta didik).
dengan begitu siswa dapat menganalisis
Tujuannya adalah agar peserta didik
serta dapat mengelompokkan data atau
menjadi tidak bosan atau cepat jenuh
informasi mana saja yang sesuai dengan
dalam mengikuti proses belajar”.
fakta dan realita nya tidak hanya itu saja
Menurut pendapat Gagne dan siswa dapat mengembangkan proses
Briggs (Arsyad, 2009, hlm. 81) berpikirnya, maka dari itu penggunaan
mengatakan bahwa ‘media pembelajaran media film dapat menjelaskan suatu proses
meliputi alat yang secara fisik digunakan dan menjelaskan suatu keterampilan dan
untuk menyampaikan isi materi semua siswa dapat belajar dari film
pengajaran, yang terdiri dari antara lain tersebut sekaligus dapat mengembangkan
buku, tape rceorder, kaset, video, camera, kemampuan mengolah informasi siswa.
video recorder, film slide (gambar
Selain itu, terdapat beberapa
bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan
kegiatan yang dapat meningkatkan
komputer’. Salah satu ciri media
kemampuan mengolah informasi siswa.
14
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat proses pembelajaran sejarah di kelas XI
ditemukan di dalam langkah-langkah IPS I Pasundan 8 Bandung”.
penerapan media film. Guru menayangkan
METODE PENELITIAN
film di dalam kelas serta guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencari Metode penelitian yang digunakan
sumber informasi yang ada, sehingga untuk mendapatkan data penelitian yaitu
siswa dilatih untuk mengambil poin-poin dengan menggunakan metode penelitian
penting yang ada dalam isi pokok film tindakan kelas (PTK). Menurut Daryanto
serta mampu mengolah informasi yang (2011, hlm. 4) menyatakan “Penelitian
telah didapat. Pembelajaran menggunakan Tindakan Kelas adalah penelitian yang
media film ini dilakukan secara dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
berkelompok, setiap kelompok berdiskusi sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
membahas permasalahan dari lembar kerja untuk memperbaiki kualitas proses
siswa (LKS) yang diberikan oleh guru pembelajaran di kelas, sehingga hasil
diharapkan peserta didik terbiasa belajar siswa dapat ditingkatkan”.
bagaimana cara mengolah sumber Sedangkan desain penelitian yang
informasi menjadi hasil informasi yang digunakan yaitu model spiral dari Kemmis
bermakna. & Mc.Taggart. dimana dalam desainnya
ini terdapat empat komponen penting yang
Dari pemaparan di atas bahwa
saling berhubungan yang terdiri dari
melalui melalui pemutaran film peserta
komponen perencanaan (planning),
didik dilatih untuk mengambil poin-poin
tindakan (acting), pengamatan (observing)
penting yang ada dalam isi pokok film
dan refleksi (reflecting).
serta mampu menganalisis dan mengolah
informasi yang telah didapatkan utnuk Sekolah yang dijadikan sebagai
menciptakan informasi yang lebih akurat tempat penelitian adalah SMA Pasundan 8
dengan membandingkan dengan sumber Bandung, SMA Pasundan 8 Bandung
informasi lainnya. Dihubungkan dengan terletak di Jl. Cihampelas No. 167.
kemampuan mengolah informasi, film Kecamatan Coblong Kelurahan Cipaganti
dapat dijadikan sebagai sumber informasi Kota Bandung Jawa Barat 40131. Kelas
yang dapat dijadikan sebagai pembanding yang dipilih sebagai subjek penelitian
antara sumber informasi lainnya, baik disesuaikan dengan karakteristik
melalui sumber buku maupun sumber permasalahan yang diteliti sebelumnya
internet. Maka tujuan dari proses sebagai upaya untuk memperbaiki proses
penelitian ini yaitu untuk mengembangkan pembelajaran di dalam kelas. Adapun
kemmapuan berpikir siswa sebab kelas yang menjadi objek penelitian ini
kemampuan mengolah informasi termasuk adalah kelas XI IPS 1 terdiri dari 33 orang
kegiatan mengelompokkan dan siswa dengan 14 siswa perempuan dan 19
menganalisis, dengan begitu siswa tidak siswa laki-laki.
mudah percaya begitu saja terhadap setiap
informasi yang mereka dapat. Adapun instrumen penelitian yang
digunakan yaitu pedoman observasi, catatn
Pada penelitian ini yang menjadi lapangan, pedoman wawancara, lembar
pokok permasalahan yang dikaji adalah kerja sisiwa (LKS). Adapun teknik
“Bagaimana upaya meningkatkan pengumpulan data yang digunakan dalam
kemampuan mengolah informasi siswa penelitian ini berupa observasi, wawancara
melalui penggunaan media film dalam dan studi dokumentasi. Setelah data
15
terkumpul kegiatan yang dilakukan kegiatan proses pembelajaran berlangsung
selanjutnya adalah mengolah data tersebut. dan pemberian tugas berupa lembar kerja
Pengolahan data dilakukan setelah siswa sesuai dengan materi pembelajaran.
pengumpulan data dengan menggunakan Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
berbagai teknik pengumpulan data, data melalui penerapan media film ini
yang dilakukan bersifat kuantitatif dan dilakukan melalui kelompok yang terdiri
kualitatif, data tersebut dapat memberikan dari 6-7 orang siswa.
makna yang berarti dalam memecahkan
Pada siklus I tindakan I tahap
masalah dalam penelitian.
perencanaan di awali dengan melakukan
Hasil penelitian yang diperoleh perijinan dengan pihak sekolah dan guru
oleh peneliti perlu adanya pengujian untuk untuk melakuakn penelitian, kemudian
menilai keabsahan atau tingkat kesahihan mempersiapkan rencana pelaksanaan
untuk mengetahui kebenarannya dari pembelajaran (RPP). Langkah selanjutnya
sebuah penelitian agar dapat peneliti mempersiapkan instrumen yang
dipertanggungjawabkan. “Di dalam akan digunakan, dan mempersiapkan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), cara alatalat yang akan dibutuhkan ketika
yang dapat dilakukan untuk pengujian tindakan berlangsung. Pada tahap
validasi data dengan melakukan member pelaksanaan peneliti mempersiapkan
chek yaitu “memeriksa kembali materi perkembangan kerajaan Hindu-
keteranganketerangan atau informasi data Budha di Nusantara mengenai
yang diperoleh selama observasi atau perkembangan kerajaan Majapahit
wawancara dari narasumber, apakah menyajikannya dalam bentuk power point,
keterangan, atau informasi, atau penjelasan selanjutnya siswa menyimak film dengan
itu tetap sifatnya atau tidak berubah judul “Mahkota Majapahit”. Selanjutnya
sehingga dapat dipastikan keajegannya, siswa ditugaskan untuk mencari informasi
dan data itu terperiksa kebenarannya” melalui film yang telah ditayangkan dan
(Wiriaatmadja, 2014, hlm 168). Kemudian menghubungkan informasi yang satu
melakukan Audit trail yang dapat dengan informasi lainnya yang relevan
memeriksa kesalahan-kesalaahn yang dengan materi pembelajaran. Pada
dilakukan oleh penelti. Dan yang terkahir tindakan I ini terlihat bahwa kemampuan
yaitu Expert Opinion dimana hal ini siswa dalam mengolah informasi masih
dilakukan dengan pendapat dari pakar atau sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
pembimbing. perolehan nilai setiap kelompok, dimana
skor yang diperoleh masih jauh dari skor
maksimal yang ditentukan oleh peneliti
HASIL PENELITIAN DAN yaitu 12. tiga kelompok yang memperoleh
PEMBAHASAN kategori kurang baik dengan skor 4 yaitu
kelompok 3, 4 dan 5. Sementara dua
Hasil penelitian ini diperoleh kelompok yang memperoleh kategori
setelah melakukan pengumpulan data dari cukup baik dengan skor 6 yaitu kelompok
tanggal 28 Agustus 2015 sampai dengan 1 dan 2. Berdasarkan hasil penelitian yang
23 Oktober 2015 di SMA Pasundan 8 telah dilakukan bahwa siswa masih belum
Bandung. Penelitian ini dilakukan memahami cara proses menjawab
sebanyak 4 siklus yang terdiri dari 4 kali permasalahan yang ada di dalam lembar
pertemuan. Hasil penelitian ini diperoleh kerja siswa dengan mengaitkan hasil
melalui penilaian terhadap siswa selama informasi yang ada di film.
16
Pada sklus II tindakan II kelompok mendapatkan kategori cukup
perencanaan dilakukan dengan baik yaitu kelompok 4 memperoleh skor 6
mempersiapkan segala sesuatu yang dan kelompok 5 memperoleh skor 6.
dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian bahwa masih
termasuk RPP, instrumen penelitian, Pada kurangnya siswa dalam kemampuan
tahap pelaksanaan peneliti mempersiapkan memberikan sudut pandang mereka untuk
materi pembelajaran mengenai “Peranan mengolah informasi atau menganalisis
Wali Songo dalam proses penyebaran terlebih dahulu hasil informasi yang
agama Islam di Nusantara”. Selanjutnya mereka dapat.
siswa menyimak penayangan film dengan
Pada siklus IV tindakan IV tahap
judul “kisah 9 wali”. Pada tindakan II ini
perencanaan dilakukan hampir sama
hasil dari proses penelitian masih
dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu
menjukkan belum adanya perubahan ke
mempersiapkan perangkat pembelajaran
arah yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan
yang akan digunakan. materi yang akan
dengan perolehan nilai kelompok dimana
dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu
skor yang diperoleh. Terdapat empat
mengenai “Kerajaan Mataram Islam”.
kelompok yang mendapatkan kategori
Selanjutnya peneliti mempersiapkan film
cukup baik yaitu kelompok 1 memperoleh
dokumenter yang berjudul “Islam
skor 7, kelompok 2 memperoleh skor 6,
Nusantara (kerajaan Mataram“. Pada
kelompok 3 memperoleh skor 5 dan
tindakan IV menunjukkan bahwa
kelompok 4 memperoleh skor 6.
kemampuan mengolah informasi siswa
Sementara hanya satu kelompok yang
pada tindakan ini sudah baik atau siswa
memperoleh kategori kurang baik dengan
sudah mampu mengolah informasi yang
skor 4 yaitu kelompok 5.
mereka peroleh. Hal ini di tunjukkan
Pada siklus III tindakan III dengan perolehan nilai skor kelompok
perencanaan yang dilakukan hampir sama yaitu terdapat empat kelompok yang
dengan tindakan sebelumnya yaitu mendapatkan kategori baik yaitu kelompok
mempersiapkan perangkat pembelajaran 1 memperoleh skor 11, kelompok 2
yang akan digunakan. Materi yang akan memperoleh skor 9, kelompok 3
dipersiapkan oleh peneliti yaitu mengenai memperoleh skor 9 dan kelompok 5
kerajaan bercorak Islam di Nusantara memperoleh 9. Sementara kategori yang
“Kerajaan Banten”. selanjutnya peneliti cukup baik hanya satu kelompok yaitu
mempersiapkan film berjudul kelompok 4 dengan perolehan skor 6.
“Perkembangan Islam di Wilayah
Berdasarkan hasil temuan di
Kerajaan Banten“.pada tindakan III
lapangan, yaitu selama melakukan
menunjukkan adanya perubahan ke arah
penelitian mengenai penerapan media film
yang lebih baik. Namun demikian,
sebagai sumber belajar untuk meningkatan
kemampuan mengolah informasi siswa
kemampuan mengolah informasi siswa
dalam pembelajaran sejarah perlu
dalam pembelajaran sejarah, memperoleh
ditingkatkan kembali. Hal ini di tunjukkan
hasil bahwa kemampuan mengoah
dengan perolehan nilai kelompok dimana
informasi siswa mengalami peningkatan
skor yang diperoleh. Terdapat tiga
dalam setiap tindakan. Peningkatan
kelompok yang mendapatkan kategori baik
tersebut dinilai dari proses diskusi
yaitu kelompok 1 dengan perolehan skor 9,
kelompok dengan mendiskusikan
kelompok 2 mempeorleh skor 9, kelompok
permasalahan yang terdapat di dalam
3 memperoleh skor 8. Sementara dua
17
lembar kerja siswa (LKS), karena pada mereka peroleh. Peningkatan kemampuan
proses ini setiap siswa mampu mengolah informasi siswa pada saat
menggunakan kemampuan berpikirnya diskusi secara berkelompok terlihat dari
untuk menganalisis serta mengolah presentase rata-rata yang dijabarkan dalam
terlebih dahulu informasi yang telah tabel ini.
Tabel 1
Pencapaian Skor Kemampuan Mengolah Informasi Siswa pada Saat Diskusi Kelompok
dalam Mengerjakan LKS
Kelompok Tindakan I Tindakan II Tindakan III Tindakan IV
1 6 7 9 11
2 6 8 9 9
3 4 5 8 9
4 4 6 6 6
5 4 4 6 9
Jumlah Skor
Kelompok 24 30 38 44
Skor Maksimal 60
Rata-rata 40% 50% 63,3% 73,3%
presentase
Kategori Nilai Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
18
yang diberikan oleh guru. Ketiga, siswa demikian media film ini mendorong dan
terbiasa mengolah hasil informasi yang memberikan kesempatan kepada siswa
mereka peroleh agar memperoleh hasil untuk terampil dalam mencari informasi.
informasi yang sesuai dengan faktafakta Artinya, siswa didorong untuk mampu
sejarah. Keempat, siswa mulai mampu mencari serta mengolah informasi yang
menyimpulkan hasil analisis atau diperoleh serta mampu menyimpulkan
kesimpulan dengan menggunakan kalimat hasil informasi yang mereka peroleh ke
sendiri. dalam tulisan sesuai dengan pemahaman
mereka. Siswa juga akan mampu
Kenaikan presentase rata-rata
membangun dan menumbuhkan motivasi
kemampuan mengolah informasi siswa
cara belajar mereka sehingga proses
melalui penerapan media film
belajar mengajar dapat berjalan dengan
mengindikasikan adanya perubahan
efektif.
terhadap cara berpikir siswa dalam
mengolah informasi yang awalnya mereka
hanya terdapat pada kategori yang rendah
SIMPULAN
jadi berada pada kategori baik bahkan
mencapai 73,3%. Bahwa pada dasarnya Secara keseluruhan, perencanaan
kemampuan mengolah informasi dianggap dalam penelitian ini dapat berjalan dengan
sebagai proses berpikir seseorang. Hal ini baik. Dari awal perijinan, observasi, dan
sependapat menurut Hasan (1996, hlm. menyiapkan perangkat pembelajaran yang
222) yang menyatakan bahwa akan digunakan untuk melaksanakan
‘kemampuan pengolahan informasi kegiatan pembelajaran dengan
dianggap sebagai proses berpikir’. Hal ini menggunakan penerapan media film di
menunjukkan bahwa kemampuan kelas XI IPS I. Selain itu peneliti
mengolah informasi merupakan salah satu mempersiapkan instrumen penelitian yang
wujud bagaimana proses belajar siswa dapat memudahkan peneliti untuk
yang dilakukan di dalam kelas. Sehingga memperoleh data. Perencaaan yang
kemampuan berpikir siswa dalam dilakukan oleh peneliti pada setiap
mengolah informasi mulai terlihat siklusnya mengalami perkembangan ke
membuahkan hasil yang cukup signifikan. arah yang lebih baik dan semakin matang.
Kemampuan mengolah informasi Pelaksanaan penerapan media film
siswa dengan penerapan media film dalam untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran sejarah memiliki keterkaitan mengolah informasi siswa ini secara
sendiri dalam proses pembelajaran sebab keseluruhan dapat berjalan dengan cukup
dengan penampilan media film dapat baik yang dilakukan sebanyak empat
dimanfaatkan sebagai media penyampai tindakan dan empat siklus. Kegiatan
pesan informasi yang efektif. Menurut pelaksanaan penerapan media film
Munadi (2008, hlm. 116) “film adalah alat tentunya disesuaikan dengan kondisi dan
komunikasi yang sangat membantu proses karakteristik kelas yang dijadikan sebagai
pembelajaran yang efektif”. Sependapat tempat penelitian yaitu kelas XI IPS 1.
dengan dengan Trianton (2013, hlm. xi) Pembelajaran di awali dengan pemaparan
menyatakan “media yang baik adalah yang materi dengan menyajikan power point
mengandung pesan sebagai perangsang serta menayangkan media film yang
sehingga dapat menumbuhkan motivasi berkaitan dengan materi pembelajaran,
belajar pada siswa (peserta didik). Dengan kemudian dilakukan diskusi kelompok
19
untuk memecahkan permasalahan yang Anwar (2006). Pendidikan kecakapan
telah ada di lembar kerja siswa serta hidup. Alfabeta: Bandung
mengetahui seberapa besar kemampuan
Arsyad, A. (2009). Media pembelajaran.
siswa dalam mengolah informasi yang
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
telah di dapat.
Daryanto. (2011). Penelitian tindakan
Berdasarkan hasil dari penelitian
kelas dan penelitian tindakan sekolah
yang dilakukan, secara keseluruhan
beserta contoh-contohnya. Yogyakarta:
kemampuan mengolah informasi siswa
Gava Media.
mengalami peningkatan yang cukup
signifikan setelah diterapkannya media Hasan. H. (1996). Pendidikan ilmu sosial.
film dalam proses pembelajaran. Melalui Jakarta: Departemen Pendidikan dan
penerapan media film siswa terbiasa untuk Kebudayaan Direktorat Jenderal
mengolah informasi yang mereka peroleh Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
dari hasil tayangan yang ditampilkan, Tenaga Akademik.
selain itu pula siswa mampu
membandingkan serta menghubungkan Ismaun (2001). Paradigma pendidikan
informasi yang mereka peroleh dari sejarah yang terarah dan bermakna. Jurnal
sumber buku dan internet, tidak hanya itu Pendidikan Sejarah. 4, (II).
saja siswa dilatih untuk menarik Munadi. Y. (2008). Media pembelajaran
kesimpulan. Penerapan media film mampu sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gunung
untuk meningkatkan kemampuan Persada Perss.
mengolah informasi siswa pada mata
pelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari hasil Rohim, S. (2009). Teori komunikasi
tindakan yang dilakukan sebanyak empat perspektif, ragam, & aplikasi. Jakarta:
kali, di mana dalam setiap tindakan ke-I Rineka Cipta
sampai pada tindakan keIV mengalami Trianton. T. (2013). Film sebagai media
peningkatan yang cukup signifikan. belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Wiriaatmadja. R. (2014). Metode
penelitian tindakan kelas. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
JURNAL 2:
MANFAAT PEMBELAJARAN SEJARAH MENGGUNAKAN GOOGLE
CLASSROOM PADA MASA PANDEMI COVID-19
Marharjono
20
marhar.jono15@gmail.com
Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui pelaksanaan dan nilai nilai
pembelajaran sejarah menggunakan Google Classroom masa pandemic covid-19 pada kelas
XI MIPA 2 di SMA Negeri 1 Sewon. Pelaksanaan pembelajaran berlangsung delapan kali
pertemuan. Manfaat pembelajaran daring menggunakan Google Classroom peserta didik
dapat mengatahui sejarah peristiwa sekitar proklamasi, pembentukan pemerintahan Republik
Indonesia, perjuangan menghadapi kekuasaan Jepang, perjuangan menghadapi kedatangan
Sekutu dan Belanda, serta perjuangan meghadapi aancaman Belanda melalui konfontasi
militer dan deplomasi. Kelebihan penggunaan Google Classroom, guru dan peserta didik
menjadi terbiasa menggunakan pembelajaran daring. Hambatan penggunaan Google
Classroom, guru dan peserta didik tidak dapat bertatap muka langsung dalam pembelajaran.
Apabila sarana kurang memadai dapat menghambat pembelajaran daring. Nilai-nilai
mempelajari materi sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia antara lain: 1) sabar dan
bijaksana; 2) kerja keras; 3) rela berkorban tanpa pamrih; 4) pantang menyerah; 5)
nasionalisme; 6) cinta tanah air; 7) saling menghargai.
Abstract: The purpose of this study is to determine the implementation and historical
learning values using google classroom during covid-19 pandemic at class XI MIPA 2 in
SMA Negeri 1 Sewon. The learning process took place eight times. The benefits of using
google classroom for online history learning were student able to know the history of events
around the proclamation, the formation of the government of the Republic of Indonesia, the
struggle against Japanese rule, the struggle against the arrival of the Allies and the
Netherlands, as well as the struggle against the threat of the Netherlands through military
confrontation and deplomation. By using google classroom, teachers and students become
accustomed with online learning. However, the utilization of google classroom can not
enable synchronous learning between teachers and students. Inadequate facilities may
obstruct this online learning method. The values of studying history of the Indonesian
independence revolution include : 1) patient and wise; 2) hard work; 3) willing to sacrifice
selflessly; 4) never give up; 5) nationalism; 6) patriotism; 7) mutual respect.
21
Keywords: learning, Google Classroom, Covid-19
22
satu bidang yang terdampak akibat adanya bervareasi antarpeserta didik, sesuai
pandemi covid-19 tersebut. Dengan adanya dengan minat dan kondisi masing-masing
pembatasan interaksi, Kementerian termasuk mempertimbangkan
Pendidikan di Indonesia juga akses/fasilitas belajar di rumah. 4) Bukti
mengeluarkan kebijakan yaitu dengan atau aktifitas belajar dari rumah diberi
meliburkan sekolah dan mengganti proses umpan balik yang bersifat kualitatif dan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan berguna dari guru tanpa diharuskan
menggunakan sistem dalam jaringan memberi skor / nilai kuantitatif.
(daring). Dengan menggunakan sistem
Sebelum adanya pandemi covid-19
pembelajaran secara daring ini, kadang-
pembelajaran di SMA Negeri 1 Sewon
kadang muncul berbagai masalah yang
dilaksanakan dengan tatap muka
dihadapi oleh siswa dan guru, seperti
pembelanjaran langsung di kelas, hanya
materi pelajaran yang belum selesai
sebagian saja guru yang menggunakan
disampaikan oleh guru kemudian guru
pembelajaran online di kelas. Dengan
mengganti dengan tugas lainnya. Hal
diberlakukannya masa tanggap darurat
tersebut menjadi keluhan bagi siswa
pandemi covid-19 SMA Negeri 1 Sewon
karena tugas yang diberikan oleh guru
juga melaksanakan pembelajaran
lebih banyak (Rani Puspitasari, 2020 : 1).
daring/jarak. Persiapan dilaksanakan oleh
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 sekolah dengan mengadakan Workshop
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pembelajaran daring atau pembelajaran
Republik Indonesia tentang Pelaksanaan jarak jauh bagi semua guru SMA Negeri 1
Kebijakan Pendidikan Masa Darurat Sewon pada hari Rabu, tanggal 18 Maret
Covid-19, dijelaskan 1) Belajar dari rumah 2020 pukul 13.00 – 15.30 WIB. dengan
melalui pembelajaran daring/jarak jauh materi penggunaan Google Classroom.
dilaksanakan untuk memberikan
Penulis sebagai guru yang
pengalaman belajar yang bermakna bagi
mengampu mata pelajaran Sejarah di SMA
peserta didik tanpa terbebani tuntutan
Negeri 1 Sewon pada tulisan ini akan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum
memaparkan pengalaman mengajar
untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. 2)
dengan menggunakan Google Classroom
Belajar dari rumah dapat difokuskan pada
pada Kelas XI MIPA 2. Google
pendidikan kecakapan hidup antara lain
Classroom dipilih dan digunakan dalam
mengenai pandemi Covid-19. 3) Aktivitas
pembelajaran karena guru pernah
dan tugas pembelajaran dari rumah dapat
mengikuti workshop penggunaan media
23
Google Classroom. Penggunaan media sebagai hasil pengetahuan sendiri dalam
tersebut juga lebih familier dibandingkan interaksi dengan lingkungannya (Sutikno,
aplkasi yang lainnya dan jika ada kendala 2013:2). Belajar diartikan pula sebagai
tehnis penggunaan bisa bertanya pada guru suatu proses perubahan tingkah laku
yang lain yang lebih menguasai individu melalui interaksi dengan
penggunaan media Google Classroom. lingkungan (Hamalik, 2003:28).
24
Sejarah adalah semua yang kita c. Menumbuhkan apresiasi dan
ketahui mengenai segala sesuatu yang penghargaan peserta didik terhadap
telah dilakukan atau dipikirkan atau peninggalan sejarah sebagai bukti
diharap atau dirahasiakan oleh manusia peradaban bangsa Indonesia di
(Suhardi Marli, 2011:2). Menurut BNSP masa lampau
sejarah adalah cabang ilmu pengetahuan d. Menumbuhkan pemahaman peserta
yang menelaah tentang asal-usul dan didik terhadap proses terbentuknya
perkembangan serta peranan masyarakat di bangsa Indonesia melalui sejarah
masa lampau berdasarkan metode dan yang panjang dan masih berproses
metodologi tertentu. Terkait dengan hingga masa kini dan masa yang
pendidikan di sekolah dasar hingga akan datang.
sekolah menengah, pengetahuan masa e. Menumbuhkan kesadaran dalam
lampau tersebut mengandung nilai-nilai diri peserta didik sebagai bagian
kearifan yang dapat digunakan untuk dari bangsa Indonesia yang
melatih kecerdasan, membentuk sikap, memiliki rasa bangga dan cinta
watak dan kepribadian peserta didik tanah air yang dapat
(BSNP, 2006:187). diimplementasikan dalam berbagai
bidang kehidupan baik nasional
Tujuan Mata Pelajaran Sejarah,
maupun internasional.
BSNP (2006:188) menyatakan bahwa mata
pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
25
for Educattion rilis pada tanggal 12 Google Classroom merupakan
Agustus 2014. media yang menyediakan kemudahan
dalam pendistribusian materi pembelajaran
Menurut website resmi dari Google
maupun soal serta dapat digunakan sebagai
media Google Classroom merupakan alat
sarana penilaian terhadap hasil kerja
produktivitas gratis meliputi email,
peserta didik dan melakukan interaksi
dokumen dan penyimpanan Classroom
dengan pengguna lainnya (Millatana,
didesain untuk memudahkan guru
2019: 77)
(pengajar) dalam menghemat waktu,
mengelola kelas dan meningkatkan
komunikasi dengan peserta didik-peserta
PEMBAHASAN
didiknya. Dengan Google Classroom ini
dapat memudahkan peserta didik dan Pelaksanaan Pembelajaran Daring /
26
Berdasarkan tabel tersebut digunakan peserta didik, yaitu buku siswa
menunjukan bahwa materi pelajaran pada Sejarah Indonesia SMA/MA/MK Kelas XI
kompetensi dasar 3.7, 3.8, 3.9 dan 3.10 ada Kemendikbud Tahun 2018 dan lembar
kesesuaian atau dapat dilaksanakan dengan kerja siswa, serta buku referensi lainnya.
pembelajaran daring menggunakan Sedangkan materi pelajaran disesuaikan
aplikasi Google Classroom. dengan silabus yaitu pada kompetensi
dasar 3.7, 3.8, 3.9 dan 3.10. Adapun materi
Pembelajaran Sejarah pada kelas
yang diajarkan dalam pembelajaran
XI IPA 2 dengan jumlah 36 peserta didik
sebagai berikut:
dilaksanakan sesuai jadwal setiap hari
selasa, pelaksanaannya paralel dengan a. Bab VI Indonesia Merdeka.
kelas XI IPA 1. Pembelajaran dimulai Materinya antara lain; Peristiwa
tanggal 24 Maret 2020 berlangsung sampai proklamasi kemerdekaan,
dengan tanggal 12 Mei 2020, pukul 08.00 Pembentukan pemerintahan
sampai dengan 09.30 WIB dengan jumlah Republik Indonesia; Peran tokoh
pertemuan delapan kali. Buku pegangan peristiwa proklamasi
peserta didik atau buku paket yang
27
b. Bab VII Revolusi Menegakan Panji diwajibkan untuk melakukan litarasi
Panji NKRI. Materinya meliputi; materi untuk mendalami materi buku teks
Perjuangan menghadapi kekuasaan pegangan siswa, lembar kerja siswa
Jepang, Perjuangan menghadapi maupun ringkasan materi yang disiapkan
kedatangan Sekutu dan Belanda, guru. Dan diberikan tugas latihan soal
perjuangan menghadapi ancaman dalam bentuk uraian, pilihan ganda
Belanda melalui konfrontasi militer maupun jawaban singkat. Batas waktu
dan deplomasi. pengumpulan tugas dua hari setelah jadwal
pembelajaran daring berlangsung. Data
Pada setiap pertemuan pelaksanaan
pengumpulan tugas peserta didik pada
pembelajaran daring pada kelas XI IPA 2
setiap pertemuan sebagai berikut :
SMA Negeri 1 Sewon peserta didik
28
sedikit pada pertemuan ke enam 26 (72%) 3) Banyak tugas yang diberikan
peserta didik. Peserta didik yang oleh guru mata pelajaran lainnya
mengumpulkan tugas terlambat paling sehingga dalam menyelesaikan
banyak pada pertemuan ke enam yaitu 10 tugas dilakukan urut
(27,8%) peserta didik, sedangkan yang menyesuaikan batas akhir
mengumpulkan tugas terlambat paling pengumpulan tugas yang
sedikit pada pertemuan ke delapan 0 (0%) diberikan oleh guru atau mata
peserta didik. Peserta didik yang tidak pelajaran lainnya.
mengumpulkan tugas pertemuan pertama
4) Adanya kecenderungan peserta
sampai dengan pertemuan ke delapan 0
didik untuk menunda-nunda
(0%).
waktu dalam mengerjakan tugas
Hasil konfirmasi dengan peserta yang diberikan guru.
didik bahwa keterlambatan mengumpulkan
Adapun hasil penilaian tugas
tugas disebabkan antara lain:
selama pembelajaran daring dengan
1) Kuota internet peserta didik menggunakan Google Classroom pada
tidak mencukupi untuk mata pelajaran sejarah kelas XI MIPA 2
mengakses pembelajaran daring SMA Negeri 1 Sewon pada setiap
Google Classroom Kompetensi Dasar (KD) sebagi berikut
29
(33,3%) peserta didik, sedangkan nilai Sedangkan beberapa
paling tinggi dengan nilai 90 – 94 terdapat kekurangannya antara lain adalah sebagai
8 (22,2%) peserta didik. 3) Pada berikut:
Kompetensi Dasar 3.9 nilai paling rendah
a. Guru dan peserta didik tidak
dengan nilai <75 terdapat 1 (2,8%) peserta
dapat bertatap muka langsung
didik, sedangkan nilai paling tinggi dengan
dalam pembelajaran.
nilai 90 – 94 terdapat 4 (11,1%) peserta
b. Pengeluran semakin bertambah
didik. 4) Pada Kompetensi Dasar 3.10 nilai
untuk membeli pulsa, quota
paling rendah dengan nilai <75 terdapat 3
c. Perlu sarana prasarana yang
(8,3%) peserta didik, sedangkan nilai
memadai hand phone,
paling tinggi dengan nilai 95 – 100
laptop/computer maupun
terdapat 4 (11,1%) peserta didik.
jaringan internet
d. Apabila sarana kurang
terpenuhi dapat menghambat
Kelebihan dan Kekurangan
pembelajaran.
Pembelajaran Google Classroom
30
Hasil rekapitulasi tanggapan pembelajaran sejarah seperti tabel di
peserta didik terhadap angket pemahaman bawah ini:
materi dan penanaman nilai nilai
Tabel 4. Rekapitulasi angket pemahaman materi dan nilai-nilai pembelajaran sejarah kelas XI
MIPA 2
31
sejarah menggunakan Google Classroom bagi peserta didik yaitu dapat
ternyata banyak pengalaman yang mengatahui sejarah peristiwa
diperoleh peserta didik antara lain, sekitar proklamasi kemerdekaan
bertambahnya pengetahuan materi sejarah Indonesia dan upaya Bangsa
dan makna nilai nilai pembelajaran sejarah Indonesia mempertahankan
yaitu terbentuk sikap karakter bagi peserta kemerdekaan melawan Sekutu
didik sebagai generasi penerus bangsa. dan Belanda.
2. Kelebihan penggunaan Google
Pembelajaran sejarah
Classroom, guru dan peserta
menggunakan Google Classroom kedepan
didik menjadi terbiasa
perlu dilaksanakan tidak sebatas sebatas
menggunakan pembelajaran
karena ada wabah pandemic covid-19,
daring. Hambatan penggunaan
untuk menghadapi tatangan ke depan di
Google Classroom, guru dan
era revolusi industri abad 4.0.
peserta didik tidak dapat
Sekolah perlu memfasilitasi bertatap muka langsung dalam
peningkatan sumber daya manusia dengan pembelajaran. Apabila sarana
mengadakan workhop pembelajaran daring kurang memadai dapat
metode pembelajaran jarak jauh lainnya, menghambat pelaksanaan
sehingga guru semakin professional dalam pembelajaran daring.
menghadapi tantangan kemajuan tehnologi 3. Nilai-nilai mempelajari materi
informasi dalam meningkatan kemajuan sejarah revolusi kemerdekaan
pendidikan. Indonesia antara lain: 1) sabar
dan bijaksana; 2) kerja keras; 3)
rela berkorban tanpa pamrih; 4)
SIMPULAN DAN SARAN
pantang menyerah; 5)
Berdasarkan tulisan artikel ini nasionalisme; 6) cinta tanah air;
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 7) saling menghargai. Nilai-nilai
karakter tersebut sangat penting
1. Pembelajaran sejarah
bagi peserta didik sebagai modal
menggunakan Google
untuk membangun dan mengisi
Classroom masa pandemic
kemerdekaan bangsa Indonesia
covid-19 pada kelas XI MIPA 2
tercinta.
di SMA Negeri 1 Sewon
bermanfaat bagi peserta didik
32
Beberapa saran yang dapat
disampaikan tulisan artikel ini antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
1. Pembelajaran daring/jarak perlu
Afriyani, W. E. (2018). Penerapan Google
dilanjutkan tidak sebatas hanya
Classroom Dalam Pembelajaran
berlangsung pada masa pandemi
Akuntansi
covid-19, tetapi dalam rangka
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/
menghadapi tantang
handle/123456789/6173/SKRIPSI
perkembangan era revolusi
pdf? sequence=1
industri abad 4.0.
2. Pemerintah dalam hal ini BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan
33
Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Sardiman, A.M. (2009). Interaksi dan
http://pmbs.ac.id/news/ Metode_ Motivasi Belajar. Jakarta: Raja
Pembelajaran_ Pendidikan_ Dalam Grafindo Persada.
Menghadapi_Revolusi_Industri_4
Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4
0
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Puspitasari, R. (2020), Hikmah Pandemi Kebijakan Pendidikan Masa
Covid-19 bagi Pendidikan Di Darurat Covid-19
Indonesia https://iain
Sutikno, M. S. (2013). Belajar dan
surakarta.ac.id/hikmah
Pembelajaran, Lombok, Holistica
pandemicovid-19-bagi-
pendidikan-di-indonesia/ Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional
34
JURNAL 3:
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembelajaran Sejarah yang Aktif, Kreatif, dan
Inovatif Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Mixed Methods. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menyebarkan kuesioner/angket terhadap mahasiswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa E-Learning merupakan model Pembelajaran Sejarah Yang Aktif,
Kreatif, dan Inovatif Dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hal ini
dapat dilihat dari responden yang memilih model E-Learning sebagai media Pembelajaran
Sejarah Yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dengan jumlah 33 responden (68,8%) menyatakan bahwa mereka setuju
penerapan E-Learning sudah efektif dalam pembelajaran sejarah. E-Learning sangat efektif
dalam Pembelajaran Sejarah yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif Melalui Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kata kunci: E-Learning, pembelajaran sejarah, efektivitas
Abstract
35
This study aims to determine the Active, Creative, and Innovative History Learning Through
the Utilization of Information and Communication Technology. The method used in this
research is Mixed Methods. The instrument used in this study was distributing
questionnaires / questionnaires to students. The results showed that E-Learning is an Active,
Creative, and Innovative History Learning Model in Utilizing Information and
Communication Technology. This can be seen from the respondents who chose the
ELearning model as a medium for Active, Creative, and Innovative History Learning through
the Utilization of Information and Communication Technology with a total of 33 respondents
(68.8%) stating that they agreed that the application of E-Learning was effective in history
learning. E-Learning is very effective in Active, Creative, and Innovative History Learning
using Information and Communication Technology
Keywords: E-Learning, history Learning, effectiveness
36
teknologi pembawa pesan yang dapat mengarahkan peserta didik dan
dimanfaatkan untuk keperluan mahasiswanya supaya bisa menggunakan
pembelajaran (Schramm, 1982). Apabila teknologi informasi dan komunikasi
media digunakan untuk membawa suatu dengan bijaksana dalam melakukan
informasi atau pesan-pesan yang bertujuan pembelajaran.
instruksional ataupun mempunyai maksud- Salah satu terobosan yang dapat
maksud dalam pembelajaran, maka dari itu digunakan dalam Teknologi mengenai
dapat disebut sebagai media pembelajaran. pembelajaran sejarah yang efektif bagi
Pembelajaran sejarah merupakan mahasiswa, bisa melalui berbagai metode
cabang ilmu pengetahuan yang menelaah diantaranya menggunakan Schoology,
tentang asal-usul dan perkembangan serta Google Clasroom, Edmodo, Zoom
peranan masyarakat pada masa lampau Meeting, Quizizz, Whatsap Group dan juga
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang metode pembelajaran melalui E-Learning.
dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, Biasanya banyak mahasiswa yang
membentuk sikap, watak dan kepribadian cenderung lebih menyukai menggunakan
peserta didik (Sapriya, 2012:209-210). metode pembelajaran E-Learning.
Selain itu pembelajaran sejarah juga dapat Soekartawi (2003) menyatakan E-
membentuk sikap sosial terhadap diri Learning berarti pembelajaran dengan
sendiri seperti saling menghargai, menggunakan jasa bantuan perangkat
menghormati perbedaan yang satu dengan elektronika. Jadi dalam pelaksanaan E-
yang lainnya. Pembelajaran sejarah juga Learning di dalamnya dapat menggunakan
memiliki tujuan agar para mahasiswa berbagai jasa tulisan, video, audio atau
ataupun peserta didik mampu untuk perangkat komputer atau kombinasi dari
membangun atau menumbuhkan akan ketiganya.
kesadarannya mengenai pentingnya suatu Perkembangan Teknologi
peristiwa sejarah pada masa lampau. Informasi dan Komunikasi yang begitu
Pembelajaran sejarah dapat lebih pesat dapat mendorong berbagai lembaga
menarik dan tidak membosankan jika kita pendidikan untuk memanfaatkan sistem
bisa memanfaatkan Teknologi Informasi pembelajaran melalui E-Learning agar
dan Komunikasi dengan baik. Disinilah meningkatkan evektifitas dan fleksibilitas
peran seorang pendidik ataupun calon dalam setiap pembelajaran. Soekartawi
pendidik (mahasiswa keguruan) harus bisa (2003) menyatakan dalam penelitiannya
menguasai Teknologi Informasi dan menunjukkan bahwa efektivitas
Komunikasi agar bisa membimbing atau pembelajaran menggunakan sistem E-
37
Learning cenderung sama bila dibanding menggunakan desain sequential
dengan pembelajaran konvensional atau explanatory, yakni penggabungan antara
klasikal, tetapi keuntungan yang bisa data kuantitatif dan data kualitatif secara
diperoleh dengan E-Learning adalah dalam berurutan. Instrumen yang digunakan
hal fleksibilitasnya. Melalui penggunaan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
ELearning ini dapat mengakses materi data yaitu dengan menggunakan
pembelajaran dimana saja dan kapan saja. kuesioner/angket. Penelitian dilaksanakan
Dengan adanya Teknologi di program studi Pendidikan sejarah.
Informasi dan Komunikasi dalam suatu Langkah pertama dalam penelitian
pembelajaran, khususnya pada ini adalah mengumpulkan data dan
pembelajaran Sejarah dapat mempermudah menganalisis data kuantitatif. Kedua,
mahasiswa dan peserta didik untuk mengumpulkan data dan menganalisis data
berkomunikasi ataupun mencari suatu kualitatif. Dan untuk tahap terakhir
informasi-informasi mengenai peristiwa menganalisis semua data-data untuk
sejarah pada masa lampau. Dengan begitu diambil kesimpulan dari analisis data
mahasiswa dan peserta didik dapat tersebut.
mempelajari sejarah dengan konsep yang
berbeda. PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini untuk Berdasarkan hasil penyebaran
mengetahui bagaimana Pemanfaatan kuesioner kepada para responden, maka
Teknologi Informasi dan Komunikasi, data yang dihasilkan mengenai aspek
digunakan dalam kegiatan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
sejarah. dalam pembelajaran sejarah yang aktif,
kreatif, dan inovatif dapat dilihat pada
METODE tabel berikut :
Pada penelitian ini menggunakan
metode mixed methods dengan
38
Sebanyak 33 responden (68,8%) pembelajaran sejarah, Sisanya 13
menyatakan bahwa mereka setuju responden (27,1%) menyatakan bahwa
penerapan E-Learning sudah efektif dalam mereka tidak setuju.
pembelajaran sejarah, sebanyak 3 Sedangkan mengenai metode
reponden (6,3%) mereka sangat setuju online yang efektif dalam pembelajaran
penerapan E-Learning sudah efektif dalam sejarah, dapat dilihat pada tabel berikut :
40
jaringan komputer). Ketiga, menggunakan Dengan demikian, dalam
bahan ajar bersifat mandiri (self learning menggunakan E-Learning dapat
materials) disimpan di komputer sehingga mempermudah mahasiswa untuk
dapat di askes oleh guru dan siswa kapan memahami materi yang diberikan dosen.
saja dan di mana saja bila yang Karena mahasiswa dapat mengakses
bersangkutan memerlukannya. Keempat, materi tersebut kapan pun dan dimana pun.
memanfaatkan jadwal pembelajaran, hal itu akan membuat mahasiswa lebih
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal- mudah untuk memahami secara detail
hal yang berkaitan dengan administrasi mengenai materi yang diberikan oleh
pendidikan dapat dilihat setiap saat di dosen.
komputer (Yazdi, Matematika, &
Tadulako, 2012). Efektifvitas Penggunan E-Learning
Model pembelajaran E-Learning Dalam Pembelajaran Sejarah
menurut Rasthy dapat diklasifikasikan Kegiatan dalam pembelajaran di
menjadi tiga model yaitu adjunct, sekolah dengan efektif oleh seorang
mixed/blanded, dan fully online (Dewi pendidik dapat menciptakan proses
Salma, Prawradilaga, 2013). Model pembelajaran yang menyenangkan.
pembelajaran Adjunt yaitu proses Efektivitas pembelajaran merupakan
pembelajaran tradisional plus, maksudnya takaran keberhasilan suatu sekolah dalam
yaitu sistem penunjang penyampaian menyelenggarakan pendidikan, sehingga
belajar secara online sebagai tambahan sangat diperlukan adanya upaya
pengayaan dari pembelajaran tradisional. pembelajaran yang mampu
Misalnya mahasiswa mendapatkan tugas membangkitkan minat dan kemauan anak
dari dosen untuk mencari sumber materi dalam kegiatan pembelajaran untuk
melalui internet sebagai sarana untuk mengembangkan seluruh potensi dalam
menunjang proses pembelajaran dikelas. diri anak yang dipadukan dengan kelima
Model Mixed/Blanded, yaitu proses aspek perkembangan serta penanaman
pembelajaran secara bersamaan dengan nilai agama yang kuat dalam diri anak
melalui tatap muka dan online secara tersebut (Rohmawati, 2015). Penerapan
bersama-sama atau keseluruhan. kecanggihan teknologi di pembelajaran
Sedangkan model pembelajaran fully sejarah dapat meningkatkan
online yaitu semua proses pembelajaran keefektivitasan dalam pembelajaran.
dan penyampaian materi dilakukan secara Proses pembelajaran dengan
online secara keseluruhan. memanfaatkan Teknologi Informasi dan
41
Komunikasi merupakan bimbingan dari diterapkannya strategi pembelajaran di
pengajar untuk memfasilitasi sekolah untuk meningkatkan penguasaan
pembelajaran-pembelajaran yang efektif atau prestasi belajar peserta didik. Strategi
(Munir, 2009). pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll
Pembelajaran yang dikategorikan (1992) dapat digunakan untuk mencapai
efektif dalam kegiatan pembelajaran yaitu berbagai tujuan pemberian materi
dengan memanfaatkan Teknologi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk
Informasi dan Komunikasi dengan optimal siswa yang berbeda, dalam konteks yang
sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar. berbeda pula. Gerlach & Ely (1980)
Dalam pembelajaran sejarah, salah satu mengatakan bahwa strategi pembelajaran
pemanfaatan Teknologi Informasi dan merupakan cara-cara yang dipilih untuk
Komunikasi yang dianggap efektif dalam menyampaikan materi pelajaran dalam
metode pembelajaran yaitu dengan lingkungan pembelajaran tertentu, yang
menggunakan E-Learning, karena meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
sebanyak 33 responden (68,8%) setuju yang dapat memberikan pengalaman
dengan metode E-Learning dapat belajar kepada siswa. Dick dan Carey
meningkatkan efektivitas dalam (1996) berpendapat bahwa strategi
pembelajar sejarah. Dengan memanfaatkan pembelajaran tidak hanya terbatas pada
E-Learning dalam media pembelajaran prosedur kegiatan, melainkan juga
yang bertujuan untuk meningkatkan termasuk di dalamnya materi atau paket
pemahaman mahasiswa terhadap materi pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri
sejarah dan meningkatkan metode atas semua komponen materi pelajaran dan
pembelajaran, sehingga meningkatnya prosedur yang akan di gunakan untuk
tingkat efektivitas dalam pembelajaran membantu siswa mencapai tujuan
sejarah. pembelajaran tertentu.
Crowl, Kaminsky & Podell (1997)
Strategi Pembelajaran Sejarah Aktif, mengemukakan tiga pendekatan yang
Inovatif, Kreatif, Efektif Dan mendasari pengembangan strategi
Menyenangkan (PAIKEM) Dengan pembelajaran. Pertama, Advance
Menggunakan Model E-Learning Organizers dari Ausubel, yang merupakan
Sebagai seorang pendidik pernyataan pengantar yang membantu
diperlukannya memiliki strategi siswa mempersiapkan kegiatan belajar
pembelajaran yang akan di terapkan dalam baru dan menunjukan hubungan antara apa
pembelajaran di sekolah. Tujuan dari yang akan dipelajari dengan konsep atau
42
ide yang lebih luas. Kedua, Discovery prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
Learning dari Bruner, yang menyarankan sesuai dengan bakat, minat, dan
pembelajaran dimulai dari penyajian perkembangan fisik dan psikologis peserta
masalah dari guru untuk meningkatkan didik.
kemampuan siswa dalam menyelidiki dan Dengan berkembangnya Teknologi
menentukan pemecahannya. Ketiga, Informasi dan Komunikasi mahasiswa
peristiwaperistiwa belajar dari Gagne. mendapatkan kemudahan dalam
Berdasarkan pembahasan yang berinteraksi dengan sumber belajar yang
dikemukakan di atas, suatu proses kegiatan cakupan sangat luas. Dengan adanya
tidak lepas dari apa yang di rencanakan kecanggihan teknologi, mahasiswa dapat
atau di buat dalam strategi pembelajaran memperoleh informasi dan ilmu
yang di buat oleh dosen. Demikian pula pengetahuan atau bahan ajar dengan sangat
kedudukan mahasiswa dalam proses mudah. Dampak yang sedemikian luas
pembelajaran sejarah yang ditentukan oleh tersebut telah memberikan model
dosen dalam membuat proses perencanaan pembelajaran yang baru dikalangan dunia
dan mengaktifkan proses pembelajaran. pendidikan, yang sering dikenal dengan
Strategi pembelajaran ini sangat istilah model E-Learning, Distance
menentukan tingkatan keterlibatan Learning, Online Learning, Web Based
mahasiswa dalam interaksi dan pada Learning, dan Virtual Class Room. Model
gilirannya tingkat keterlibatan tersebut pembelajaran tersebut merupakan model
menentukan tingkat perubahan kualitas pembelajaran yang memanfaatkan
yang terjadi pada diri mahasiswa. Tingkat kecanggihan Teknologi Informasi dan
perubahan kualitas individu mahasiswa Komunikasi dalam dunia pendidikan.
inilah yang dinamakan hasil belajar. Hal Pelajaran sejarah identik dengan
ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 rasa bosan jika sedang belajar materi
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk sejarah, hal tersebut merupakan tantangan
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bagi dosen untuk mengatur strategi
yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mahasiswa dapat
inti pembelajaran merupakan proses untuk menerima cakupan materi yang diberikan
mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang oleh dosen. Pembelajaran sejarah dengan
harus dilakukan secara interaktif, inspiratif menggunakan PAIKEM dengan model E-
menyenangkan, menantang, memotivasi Learning merupakan cara atau metode
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, yang dapat digunakan untuk mengatasi
serta memberikan ruang cukup bagi permasalahan tersebut. Dengan cara
43
menggunakan model E-Learning, dosen yang diberikan dalam model E-
dapat memberikan materi melalui Learning, sehingga dosen dapat
pemanfaatan teknologi sebagai sarana atau meninjau pembelajaran yang
media dalam pembelajaran. Dalam seharusnya dilakukan sesuai
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inspiratif, dengan model E-Learning.
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) 4. Proses Eksplorasi
terdapat model pembelajaran kontekstual Dengan kemudahan informasi,
yang melibatkan empat prinsip utama mahasiswa dapat memanfaatkan
dalam proses pembelajarannya dengan kecanggihan teknologi informasi
model E-Learning: dan komunikasi dalam mencari
1. Proses Interaksi sumber materi pembelajaran yang
Pada tahap ini mahasiswa dan diberikan oleh dosen, sehingga
dosen berinteraksi secara aktif mahasiswa dapat mengetahui dan
dalam forum diskusi yang tersedia mencari referensi terlebih dahulu
pada E-Learning. dengan sebelum adanya pembelajaran yang
menggunakan forum diskusi dilakukan oleh dosen dalam E-
mahasiswa dapat bertaya akan hal Learning.
materi yang diberikan oleh dosen,
sehingga akan tercipta Dengan menggunakan model E-
pembelajaran aktif dengan Learning dalam pembelajaran sejarah
menggunakan model E-Learning. dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
2. Proses Komunikasi Inspiratif, Kreatif, Efektif dan
Pada tahap ini mahasiswa dapat Menyenangkan). Dapat mengurangi akan
mengkomunikasikan pengalaman kebosan dalam memahami materi sejarah.
pembelajaran dengan model E- Karena dengan model E-Learning dengan
Learning, sehingga dosen memanfaatkan teknologi dapat
mengetahui hasil dari pembelajaran memfasilitasi mahasiswa lebih kreatif,
yang telah diberikan kepada inovatif, dan sangat efektif untuk memahai
mahasiswa. materi sejarah dengan mudah.
3. Proses Refleksi
Pada tahap ini peran dosen sangat KESIMPULAN
penting, karena sebagai pendidik Dari hasil penelitian ini dapat
harus dapat mengetahui seberapa ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya
paham mahasiswa terhadap materi Teknologi Informasi dan Komunikasi
44
sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Dewi Salma, Prawradilaga, dkk. 2013.
Dan berdasarkan hasil penyebaran Mozaik Teknologi Pendidikan E
kuesioner terhadap para responden pada Learning. Jakarta: Kencana.
program studi pendidikan sejarah. Data Frelberg, H.J. and Driscoll, A. 1992.
yang diperoleh mengenai pemanfaatan Universial Teaching Strategies.
Teknologi Informasi dan Komunikasi Boston: Allyn & Bacon.
dalam Pembelajaran Sejarah yang aktif, Gerlach, V.S. & Ely, D.P. 1980. Teaching
kreatif, dan inovatif telah terbukti bahwa and Media A Systematic Karwati,
sebanyak 33 responden (68,8%) mereka E. 2014. The Influence of E-Learning
menyatakan bahwa setuju akan penerapan Based on Information. Approach.
E-Learning sudah efektif dalam New Jersey: Prentice Hall.
pembelajaran sejarah, sebanyak 3 Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh
responden (6,3%) mereka sangat setuju Berbasis Teknologi Informasi dan
akan penerapan E-Learning yang sudah Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
efektif dalam pembelajaran sejarah, Rohmawati, A. 2015. Usia Taman Kanak
sisanya sebanyak 13 responden (27,1%) kanak. Jurnal Pendidikan Usia
mereka menyatakan tidak setuju jika Dini, 9(1), 15–32.
penerapan E-Learning dalam pembelajaran Sadiman Arief, dkk. 1996. Media
sejarah sudah efektif. Dan mengenai Pendidikan. Jakarta: Rajawali
pembelajaran sejarah yang efektif Press.
mahasiswa menyukai pembelajaran sejarah Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep
dengan menggunakan metode dan Pembelajaran. Bandung: PT.
pembelajaran melalui media platform Remaja Rosdakarya.
seperti E-Learning, Schoology, Google Schramm, Wilbut. 1978. Draf sampler of
Classroom, Edmodo, Zoom Meeting, Distance Education. Hawaii: East
Quizizz dan Whatsap Group. West Communication Institute.
Soekartawi. 2003. Prinsip Dasar E
DAFTAR PUSTAKA learning: Teori dan Aplikasinya Di
Departemen Pendidikan dan Kebudayan. Indonesia. Jakarta: Jurnal
(1982). Konsep CBSA dan Teknodik. Depdiknas Edisi
Berbagai Strategi Belajar Mengajar. No.12/VII/ Oktober/2003.
Program Akta VB modul 11 Yazdi, M., Matematika, D. J., & Tadulako,
Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi. U. 2012. E-Learning Sebagai
45
Media Pembelajaran. 2(1), 143 152.
JURNAL 4:
46
with high qualifications. Based on the results obtained, Prezi media can be engaged as
learning media in schools for students.
Keywords: Effectiveness, Prezi, History Learning
PENDAHULUAN
Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi merupakan kebutuhan
utama peserta didik di era Revolusi Industri 4.0. Selanjutnya untuk menghadapi society 5.0,
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi hal yang penting, karena peserta
didik sebagai pusat peradaban teknologi. Pada era Revolusi Industri 4.0, teknologi digunakan
sebagai basis dari bidang pendidikan (Risdianto, 2019). Pembelajaran berbasis teknologi
perlu diterapkan, untuk memenuhi kebutuhan peserta didik demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Kurikulum 2013, bila ditelaah telah disesuaikan dengan karakteristik gen Z, antara
lain: digitalnavites, screenteers, gamers, zeds, cerdas teknologi, terhubung dalam kehidupan
diplanet bumi, pengubah dunia dan “mengikuti kata hati”, maka perlu dirancang
pembelajaran sejarah yang sesuai dengan kebutuhan mereka (Umamah, 2017). Desain pem
belajaran yang dapat mengoptimalkan kebutuhan dan memenuhi hasrat belajarnya.
Pada konteks pembelajaran sejarah, desain pembelajaran sejarah yang dirancang
pendidik harus dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengambil makna dari peristiwa
sejarah (Umamah, 2014). Penting mengambil makna, karena pembelajaran sejarah dapat
mengembangkan berbagai potensi dasar peserta didik seperti nilai-nilai kearifan, watak dan
kepribadian (Hassan, 1998; Isjoni, 2007; Alfian, 2007; Kochar, 2008; Sapriya, 2009).
Pembelajaran sejarah yang ideal memfasilitasi peserta didik untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal (Na’im, dkk, 2017; Suyono, 2013:14). Pendidik harus
mendesain pembelajaran yang inovatif, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan peserta
didik agar lebih kompeten (Umamah, 2015). Pembelajaran sejarah yang inovatif dan kreatif,
selain dapat meningkatkan profesionalisme pendidik juga dapat mengembangkan kompetensi
peserta didik terkait dengan materi sejarah.
Keterampilan abad 21 yang dikenal dengan 4C (Communication, collaboration,
critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation) mutlak diperlukan pada
era Revolusi Industri 4.0 (Zuhri, 2017). Selain itu keterampilan 4C erat kaitannya dengan
kurikulum 2013. Adanya keterampilan tersebut menjadi sebuah tuntutan dalam pembelajaran
sejarah. Pendidik sebagai agent of change, harus dapat mengikuti perkembangan teknologi,
dan mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif (Umamah, 2015). Salah satunya
dengan mengoptimalkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media pembelajaran
yang dapat mengkomunikasikan materi. Sehingga, tujuan pembelajaran sejarah dapat
tercapai.
Belajar sejarah banyak mempelajari mengenai peristiwa masa lampau. Peserta didik
tidak akan dapat membangun pengetahuannya mengenai peristiwa sejarah yang hanya
diceritakan oleh pendidik (Umamah, 2014). Langkah untuk membangun kemampuan peserta
didik adalah dengan dapat menghadirkan peristiwa sejarah pada masa lampau agar peserta
didik dapat menghayati serta memaknainya (Umamah, 2018). Akan tetapi, menghadirkan
47
peristiwa sejarah dalam pembelajaran sejarah tidaklah mungkin dapat dilakukan, karena
peristiwa sejarah bersifat (einmalig) yaitu sekali terjadi dan tidak dapat diulang kembali.
Solusi untuk pendidik agar tetap dapat menghadirkan peristiwa sejarah dihadapan peserta
didik adalah dengan menggunakan media.
Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa media efektif digunakan dalam
pembelajaran sejarah (Fitrianingtyas dkk, 2019; Imansari dkk, 2019; Khoirunnisa dkk, 2019).
Selain itu, media pembelajaran efektif meningkatkan hasil belajar (Umamah, 2017; Agustien
dkk, 2018; Wulandari dkk, 2018; Suliningsih dkk, 2018; Puji & Umamah, 2018). Penelitian
tersebut menunjukkan media efektif digunakan dalam pembelajaran sejarah karena dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat membangun pengetahuan terkait dengan
fakta sejarah melalui apa yang mereka lihat dan dengar sehingga dapat menghayati dan
memaknainya.
Permasalahan yang diperoleh dari observasi awal yang dilakukan di tiga sekolah yaitu
SMAN 3 Jember, SMAN Ambulu, dan SMAN Rambipuji melalui analisis performansi
dengan menggunakan cara menyebar angket yang mengadaptasi dari Umamah (2014:13),
fakta terkait permasalahan pembelajaran sejarah adalah pengimplementasian media hanya
25%, sehingga peserta didik kurang bersemangat dalam pembelajaran karena lebih sering
dijelaskan tanpa menggunakan media apapun. Hasil analisis kebutuhan (need Assessment)
peserta didik di SMAN 3 Jember, SMAN Ambulu dan SMAN Rambipuji, menunjukkan pada
usia remaja 16-17 tahun cenderung lebih senang belajar dengan memanfaatkan visual-
auditori.
Alternatif media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah
adalah dengan menggunakan media yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Media
yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik adalah media yang bersifat visual-auditori
yakni merupakan media yang memiliki kemampuan untuk memproyeksikan sesuatu yang
dapat dilihat dan didengar. Contoh dari media ini adalah film, video, web interaktif, slide, dan
sebagainya. Berdasarkan macam-macam dari contoh media tersebut, alternatif dari kebutuhan
akan media tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk Prezi.
Desain Prezi adalah multimedia (White, 2011; Brock, 2013), sehingga dapat
menggabungkan teks, chart, grafik, gambar maupun video. Prezi dapat mengelompokkan
konten dan mengurutkannya sehingga dalam presentasi Prezi dapat menunjukan lebih jelas
interkoneksi dan hubungan dalam konten (Harris, 2011; Lorang, 2010; Manning et al., 2011;
Russel, 2012). Implikasi media Prezi bagi pendidik adalah media yang menarik yang dapat
menarik perhatian peserta didik, peta pikiran yang dapat disajikan menggunakan Prezi
menciptakan gambaran materi pembelajaran secara konkret, yang dapat membantu
pembelajaran (Duffy et al, 2015). Hal ini sangat membantu pendidik dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Pendidik terbantu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
inovatif dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran dengan media Prezi.
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menghasilkan produk Media Prezi yang efektiv
digunakan pada pembelajaran sejarah SMA Kelas XI. Adapun asumsi dalam penelitian ini,
yakni efektivitas penggunaan media Prezi pada pembelajaran sejarah SMA Kelas XI. Adapun
beberapa asumsi dalam pengembangan media pembelajaran ini, antara lain: (1) media Prezi
efektif digunakan pada mata pelajaran sejarah. Peserta didik juga dapat menambah
pengetahuan mengenai materi “Peristiwa Proklamasi dan Maknanya bagi kehidupan Bangsa
48
Indonesia”; (2) media Prezi didesain dan disusun secara sistematis untuk membantu pendidik
dan peserta didik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pola one group
pretestposttest design. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara
observasi, kuesioner, wawancara, dan tes. Subjek penelitian ini terdiri dari 1 pendidik mata
pelajaran sejarah dan 30 peserta didik kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kabupaten
Jember. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik kuantitatif. Analisis data
kuantitatif digunakan untuk mendefinisikan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan
sesuai hasil pembelajaran peserta didik setalah menggunakan media Prezi sebagai media
pembelajaran.
Efektivitas media Prezi, menggunakan analisis nilai N-gain ternormalisasi.
Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan efektivitas media Prezi berdasarkan hasil preest
dan post-test pada uji coba kelompok kecil dan kelompok besar. Menurut Hake (dalam
Meltzer, 2002) rumus N-gain yang digunakan adalah sebagai berikut:
n-gain =(Nilai 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡−Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
(Nilai Maksimum Ideal−Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
Keterangan: n-gain = Nilai gain ternormalisasi
49
peserta didik bertujuan untuk mengetahui kualitas media Prezi berdasarkan kriteria kelayakan
produk diperoleh sebesar 88% dari pendidik dan 89% dari peserta didik artinya produk sangat
baik dan tidak perlu revisi. Uji coba kelompok kecil dan kelompok besar digunakan untuk
mengetahui efektivitas media Prezi.
Hasil penelitian mengenai keefektivan media Prezi ditunjukkan dengan hasil pre-test
dan post-test. Hasil uji coba tersebut dihasilkan dari uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar. Hasil rata-rata pre-test dan post-test pada uji coba kelompok besar dan uji
coba kelompok kecil dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 1. Diagram Hasil rata-rata pre-test dan post test Uji Coba Kelompok Kecil dan Uji
Coba Kelompok Besar
Hasil nilai pre-test dan post-test uji coba kelompok kecil akan digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas media Prezi. Tingkat efektivitas tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan rumus gain ternormalisasi dimana terdapat selisih antara nilai post-test dan
nilai pre-test. Berikut merupakan rumus yang digunakan.
N-gain = (Nilai 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡−Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
(Nilai Maksimum Ideal − Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
N − gain = (965−580) = 385 = 0,6
(1200−580) 620
50
N-gain = (Nilai 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡−Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
(Nilai Maksimum Ideal − Nilai 𝑃𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡)
N − gain = (2540 - 1240) = 1300 = 0,73
(3000−1240) 1760
Berdasarkan hasil penilaian mengunakan rumus diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat efektivitas produk adalah 0,73. Jika di masukan dalam tabel kriteria N-gain,
maka produk termasuk dalam kualifikasi tinggi untuk keefektivitasannya.
Berdasarkan hasil data di atas dapat disimpulkan bahwa Media Prezi ini telah
dinyatakan efektiv digunakan pada pembelajaran Sejarah. Beberapa penelitian yang relevan
menyatakan bahwa ada nilai positif dari produk yang dikembangkan. Manfaat utama dari
Prezi yang diidentifikasi berdasarkan hasil penelitian oleh Duffy et al dan Alfred Lam (2015)
dan penggunaan Prezi menarik untuk pembelajaran dan Prezi dapat meningkatkan minat
peserta didik. Prezi efektif sebagai alat belajar karena kemudahan memyampaikan informasi
dan gaya desain presentasi yang menarik (Raihana, 2017; Akgun, 2016; Strasser, 2014;
Bender, 2012; Kiss, 2009) . Hal ini memungkinkan prezi menjadi sumber belajar yang dapat
memberi pemahaman terhadap siswa tanpa adanya pendidik.
Keefektivitan Media pembelajaran Prezi dapat diketahui melalui peningkatan hasil
belajar peserta didik setelah menggunakan media Prezi. Menurut (Slavin, 2009)
mengemukakan empat indikator efektivitas pembelajaran yaitu antara lain: a) mutu
pengajaran; b) tingkat pengajaran yang tepat; c) intensif dan; d) waktu.
Mutu pengajaran dapat dilihat dari proses hingga hasil pembelajaran, proses
pembelajaran dapat dilihat dari kesesuaian aktivitas pendidik dan peserta didik dengan
langkah-langkah pembelajaran yang digunakan. Sedangkan hasil pembelajaran dilihat
ketuntasan belajar peserta didik. Menurut Suryosubroto (2009) belajar dikatakan tuntas
apabila terdapat minimal 85% peserta didik yang mencapai KKM (kriteria ketuntasan
minimal). Hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah menggunakan media
pembelajaran Prezi dikatakan tuntas. Hal tersebut dapat diketahui melalui nilai post-test yang
diperoleh peserta didik tidak ada yang memperoleh nilai dibawah 75 yang merupakan kriteria
ketuntasan minimal yang ada di sekolah yang diujicobakan produk oleh peneliti. Berdasarkan
pemerolehan nilai yang didapat peserta didik tersebut dapat disimpulkan bahwa media Prezi
efektiv digunakan dalam proses pembelajaran.
51
UCAPAN TERIMAKASIH
Shintya Elisva sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Nurul
Umamah, M.Pd. dan Dr. Sumardi, M.Hum., yang telah meluangkan waktunya, memberikan
bimbingan dan saran dengan penuh kesabaran demi terselesaikannnya jurnal ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis dan
memberikan semangat serta dukungan demi terselesaikannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akgun, O.E. 2016. Effects of Lectures with PowerPoint or Prezi Presentations on Cognitive
Load, Recall, and Conceptual Learning. Internasional Online Journal of Education
Sciences. 8(3).1-11.
Alfred Lam. 2014. Evaluating the Effectiveness of Prezi in Higher Education. Journal of
Medical Imaging and Radiance Sciences. 45.
Bender, C. 2011. Using Prezi To Motivate Middle School Science Students. I-manager’s
Journal on School Educational Technology. 7l:3.
Brock, S. 2013. A Tale of Two Cultures: Cross Cultural Comparison in Learning the Prezi
Presentation Software Tool in the US and Norway. Journal of Information
Technology Education. 12.
Duffy, dkk. 2015. Experiences of Using Prezi on Psychiatry Teaching. Journal. 39(6).
Fitriningtiyas, dkk. 2019. Gooegle Classroom: As a Media of Learning History. IOP
Conference Series: Earth and Enviromental Science. 243, 1:012156.
Hake, Richard R. 1999. AnalyzingChange/Gain scores. [On-Line]. Diakses dari
www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada tanggal 8 Maret
2019, Jam 12.58 WIB.
Harris, D. 2011. Presentation software: Pedagogical constraints and potentials. Journal of the
Hospitality. 10(1), 72-84.
Haryoko, S. 2009. Efektivitas Pemanfaatn Media Audio-Visual Sebagai Alternatif
Optimalisasi Pembelajaran. Jurnal Edukasi. 5 (1).
Imansari, dkk. 2019. The Usage of E-Bookas Learning Media Through The Sigil Application
in History. IOP Conference Series: Earth and Enviromental Science. 243, 1:01255.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Kevin YEE. 2010. PREZI: A Different Way to Present. Turkish Online Journal of Distance
Education. 11(4).
Khoirunnisa, dkk. 2019. Edmodo As a Media for History Learning in the Digital Era. IOP
Conference Series: Earth and Enviromental Science. 243, 1:012087.
52
Kiss, G. 2016. Ms Power Point vs Prezi in Higher Education. The Turkish Online Journal of
Educational Technology. 3(15).
Kochar, K. S. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lorang, T. 2010. Prezi versus PowerPoint. Retrieved on March 03, 2019, from
http://imagemediapartners.blogspot.com/2010/03/prezi-versus powerpoint.html.
Manning, et al. 2011. A tech tools for teachers, by teachers: Bridging teachers and students.
Wisconsin English Journal. 53(1), 24-28.
Na'im, M., dan Sumardi. 2017. The Development of Digital Module Through eXe
Application Based to Improve Learners Attraction and Learning Outcomes of Indonesia
History. The Internasional Journal of Social Sciences and Humanities Invention, 4(7).
Nicole L.White. 2011. Prezi vs. PowerPoint: Finding the right tool for the job. State
University of New York Institute of Technology: Utica NY.
Puji & Umamah. 2018. Edmodo Multimedia: Supporting Technology for Media Learning at
Higher Education. Internasional Journal of English Literature and Social Science
(IJELS). 3(1).
Agustien, dkk. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Dua Dimensi Situs Pekauman di
Bondowoso Dengan Model ADDIE Mata Pelajaran Sejarah Kelas X IPS. Jurnal
Edukasi. Jember: Universitas Jember.
Russel, A. 2012. Mastering Prezi For Business Presentation Brimingham. Jurnal. UK : Packt
Publishing Ltd.
Siahaan, M. S. 2012. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Fisika. Prosiding Seminar Nasional Fisika:Universitas Sriwijaya.
Simanjuntak, D. 2013. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kurikulum
2013. Jurnal Pendidikan Penabur. 12:21.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Sardiman. 2004. Memahami Sejarah. Yogyakarta. Bigraf Publishing.
Sayono, J. 2013. Pembelajaran Sejarah Di Sekolah dari Pragmatis Ke Idealis. Jurnal Sejarah
dan Budaya. 7(1).
Umamah, N. 2014. Kurikulum 2013 dan Kendala yang Dihadapi Pendidik dalam Merancang
Desain Pembelajaran Sejarah. Prosiding: Seminar Nasional Pembelajaran Sejarah
ditengah Perubahan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Umamah, N. 2014. Perencanaan pembelajaran. Jember: Universitas Jember.
Umamah, N. 2015. Teachers, Inovative, Instructional Design and a Good Character in
Information Era. Proceeding of Internasional Seminar Education for Nation
Character Building. Tulungagung: STKIP PGRI Tulungagung.
Umamah, N. 2017. Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual VCD Terhadap Ketuntasan
Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 2 Jember. Pancaran Pendidikan. Jember:
53
Universitas Jember.
Umamah, N. 2018. Perencanaan pembelajaran. Jember: Universitas Jember.
Wulandari, dkk. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Video Dokumenter
Menggunakan Model 4D pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA. Tidak Diterbitkan.
Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Zuhri, M. 2017. Pengembangan Keterampilan 4C Melalui Pembuatan Film Pendek pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Naskah Best Practice
Olimpiade Guru Nasional 2017.
JURNAL 5:
MANFAAT MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Oleh: Isran Rasyid Karo-Karo S*, Rohani**
*Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN-SU Medan
**Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini FITK UIN-SU Medan
*Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate
**Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate
E-mail: *isranrkaro@yahoo.com, **rohanistr@gmail.com
Abstract:
Media is a tool or means as an intermediary to deliver lessons from teachers to
students. Types of educational media commonly used are: graphics media, three-
dimensional media, and media projection. Benefits of media in learning are: (1)
Submission of subject matter can be uniformed. (2) The learning process becomes
more clear and interesting. (3) The learning process becomes more interactive. (4)
Efficiency in time and effort. (5) Improve the quality of student learning outcomes.
(6) Media allows the learning process can be done anywhere and anytime. (7) The
media can foster a positive attitude of students to the material and learning process.
(8) Changing the role of teachers in a more positive and productive direction.
54
Keywords:
Learning media
A. Pendahuluan
Pemanfaatan media yang relevan di dalam kelas dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran. Bagi guru, media pembelajaran membantu mengkonkritkan konsep atau
gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi
jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat membantu tugas
guru dan siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkam. Agar media
pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan
pembelajarannya dan permasalahanpermasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang
akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan relevansi,
kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa. Guru dapat berperan sebagai kreator yaitu
menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisien, dan menyenangkan bagi siswa.
Namun dalam pemanfaatannya di kelas, perlu ditekankan bahwa siswalah yang seharusnya
memanfaatkan media pembelajaran tersebut. Menurut paradigma behavioristik, belajar
merupakan transfer pengetahuan dari expert ke novice.
Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannnya
apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyak-banyaknya ke kepala siswa dan siswa
dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan guru
kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam itu adalah
bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan kognitif para siswa,
menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai
higher order thinking.
Akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme. Menurut
paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil
interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam peristiwa
belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan
akomodasi terjadi sebagai usaha pembelajar untuk menyempurnakan atau merubah
pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et. al., 2002). Pengetahuan yang telah
dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi
apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang dimiliki
pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi, evolusi, atau perubahan
yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai dengan
prakonsepsinya.
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip media
(mediated instruction) menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent
belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk
mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga
merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.
al., 2001). Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru
55
tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu
mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim,
et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian,
serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur
bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa untuk belajar. Sekaligus empati terhadap
orang lain (learning to be) dan anak juga belajar untuk dapat hidup bersama orang lain
(learning to live together). Melalui permainan, anak memahami adanya aturan yang
berlaku dan harus dipatuhi, sehingga anak juga belajar mengenai sebuah sistem nilai dan
moral. Oleh karena itu, bermain menjadi aktivitas sentral yang sangat penting bagi anak-
anak.
B. Pembahasan
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk, 1996) Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (1999) media merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk.
Sementara Danim (1995) mengemukakan media pendidikan merupakan seperangkat
alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka
berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Sedangkan Ahmad Rohani (1997)
mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai
perantara/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).
Bedasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas
dapat kita ketahui bahwa media merupakan suatu alat atau sarana sebagai perantara untuk
menyampaikan bahan pelajaran dari guru kepada anak didik. Menurut Heinich, dkk ((1982)
yang dikutip Azhar Arsyad mengemukakan istilah medium sebagai yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar
yang diprokyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Sejalan
dengan itu Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan media sebagai semisal bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan
atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju.
Sudjana dan Rivai (1997) mengatakan bahwa dalam metodologi pengajaran ada dua
aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat Bantu
mengajar. Sejalan dengan itu Sudjana (1998) mengatakan bahwa alat peraga (media) dalam
mengajar yang efektif.
Setiap kegiatan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan,
bahan, metode, dan alat (media), serta evaluasi. Unsur metode dan alat (media) merupakan
unsur yang tidak bisa dipisahkan dari unsur-unsur lainya yang berfungsi sebagai cara atau
teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian
tujuan tersebut, peranan media sebagai alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang
penting, sebab dengan adanya media ini bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa. Selanjutnya Sudjana mengatakan bahwa alat peraga sering disebut audio visual, dari
pengertian yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Dalam proses belajar mengajar alat
56
peraga (media) dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih
efektif dan efisien.
Bedasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media
pendidikan yang merupakan alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai
salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru untuk mempertinggi proses interaksi guru
dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru hendaknya trampil dalam memilih,
menggunakan dan menyesuaikan media yang digunakan. Dalam masalah ini ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan guru dalam penguasaan pengetahuan tentang media pendidikan untuk
mempertinggi kualitas dan efektifitas pengajaran tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh
Sudjana (1998); pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis
dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran,
menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam
proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk
keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis dan beberapa media tiga
dimensi dan media proyeksi. Ketiga, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran.
Adapun jenis-jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses belajar
mengajar Sudjana dan Rivai (1997) mengemukakan sebagai berikut; Pertama, media grafis
seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster kartun, komik dan lain-lain. Media
grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang
dan lebar. Kedua media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solit
model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan lain-lain. Ketiga, model
proyeksi spserti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran.
Adapun indikator-indikator pengetahuan tentang media pendidikan yang harus
dukuasai oleh seorang guru ialah : (1) mengetahui ciri-ciri umum media pendidikan, (2)
mengetahui cara memilih dan mempersiapkan media pendidikan sederhana seperti gambar,
peta dan sejenisnya, (3) mengetahui cara-cara menggunakan media pendidikan pada proses
belajar mengajar, dan, (4) mengetahui cara menyesuaikan media pendidikan yang dipakai
dengan bahan pelajaran yang diajarkan.
2. Manfaat Media dalam Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton
(1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
57
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton
tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain.
Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
c. c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.
Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang (Azhar Arsyad, 2007).
C. Kesimpulan
1. Media merupakan suatu alat atau sarana sebagai perantara untuk menyampaikan
bahan pelajaran dari guru kepada anak didik
2. Adapun jenis-jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses belajar
mengajar sebagai berikut; Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan
atau diagram, poster kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut
media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua
media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solit model),
model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan lain-lain. Ketiga, model
proyeksi spserti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat,
penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
3. Adapun indikator-indikator pengetahuan tentang media pendidikan yang harus
dukuasai oleh seorang guru ialah : (1) mengetahui ciri-ciri umum media pendidikan,
(2) mengetahui cara memilih dan mempersiapkan media pendidikan sederhana seperti
gambar, peta dan sejenisnya, (3) mengetahui cara-cara menggunakan media
pendidikan pada proses belajar mengajar, dan, (4) mengetahui cara menyesuaikan
media pendidikan yang dipakai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.
4. Manfaat media dalam pembelajaran yaitu: (1) Penyampaian materi pelajaran dapat
diseragamkan. (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. (3) Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif. (4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. (5)
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. (6) Media memungkinkan proses belajar
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. (7) Media dapat menumbuhkan sikap
positif siswa terhadap materi dan proses belajar. (8) Merubah peran guru ke arah yang
lebih positif dan produktif.
58
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdikbud. 1999. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hamalik. Oemar. 1992. Psikoligi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Rohani, Ahmad H. M. dan Ahmadi, Abu. H. 1990. Pengelolaan pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana dan Rivai. Ahmad. 1997. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru.
DAFTAR PUSTAKA
Herdin Muhtarom, Dora Kurniasih, Andi. 2020. Pembelajaran Sejarah yang Aktif, Kreatif
dan Inovatif Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Bihari
Vol. 3, No. 1
Isran Rasyid Karo-Karo S, Rohani. 2018. Manfaat Media Dalam Pembelajaran. Jurnal
AXIOM: Vol. VII, No. 1
Lusiana Surya Widiani, Wawan Darmawan, Tarunasena Ma’mur. 2018. Penerapan Media
Film Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengolah Informasi
Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, Vol. 7
59
Shintya Elisvaa , Nurul Umamah , Sumardi. 2019. The Effectiveness of Prezi Media for
History Learning of the Eleventh Grade. Jurnal Historica Volume 3, Issue 1
60