Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN “IBU HAMIL DENGAN INDIKASI


POLIHIDRAMNION”

B. KONSEP DASAR
1. Definisi
Polihidramnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah
cairan yang berlebihan jika diukur dari 4 kuadran yang disebut dengan Indeks Cairan
Ambion (ICA) / Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 cm atau satu poket cairan
amnion diatas 8 cm. Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban melebihi
persentil ke-95 atau hampir dua kali lipat jumlah normal.
Polihidramnion dibagi dalam beberapa tingkat keparahan yaitu ringan jika AFI adalah
25 hingga 29,9 cm, sedang jika 30 hingga 34,9 cm, dan berat jika 35 cm atau lebih.
Secara umum, polihidramnion yang berat jauh lebih memungkinkan memiliki etiologi
yang mendasari dan memiliki konsekuensi untuk kehamilan daripada
polihidaramnion yang ringan, yang sering idiopatik dan jinak.

2. Etiologi
Etiologi polihidramnion sangat bervariasi, diantaranya :
a. Anomaly Kongenital
Derajat polihidramnion berkorelasi dengan kemungkinan bayi yang anomali.
Di Rumah Sakit Parkland, prevalensi anomali neonatus adalah sekitar 8
persen dengan polihidramnion ringan, 12 persen dengan polihidramnion
sedang, dan lebih dari 30 persen dengan polihidramnion berat. Bahkan jika
tidak ada kelainan yang terdeteksi dengan sonografi target, kemungkinan
besar anomali yang diidentifikasi saat lahir adalah 1 hingga 2 persen jika
polihidramnion ringan atau sedang dan 10 persen jika polihidramnion berat.
Secara keseluruhan risiko bahwa kelainan yang mendasari akan ditemukan
setelah persalinan telah berkisar dari 9 persen pada periode neonatal hingga 28
persen di antara bayi yang diikuti 1 tahun. Risiko anomali sangat tinggi
dengan polihidramnion yang hidup berdampingan dengan pembatasan
pertumbuhan janin. Meskipun kelainan volume cairan amnion berhubungan
dengan malformasi janin, sebaliknya biasanya tidak demikian. Dalam
Spanish Collaborative Study of Congenital Malformations yang mencakup
lebih dari 27.000 bayi anomali, hanya 4 persen kehamilan yang dipersulit oleh
polihidramnion, dan 3 persen lainnya dengan oligohidramnion. Anomali
kongenital dibagi dua yaitu sistem saraf pusat (anencephalus dan spina bifida),
dan traktus gastrointestinal (atresia esofagus)
b. Diabetes Militus
Diabetes pada 15 hingga 20 persen. Konsentrasi glukosa cairan amnion lebih
tinggi pada wanita diabetes dibandingkan pada mereka yang tidak diabetes,
dan AFI dapat berkorelasi dengan konsentrasi glukosa cairan amnion. Temuan
semacam itu mendukung hipotesis bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan
hiperglikemia janin, yang mengakibatkan diuresis osmotik janin ke dalam
kompartemen cairan amnion. Pemeriksaan ulang untuk diabetes gestasional
pada kehamilan dengan polihidramnion tampaknya tidak menguntungkan,
asalkan hasil tes toleransi glukosa trimester kedua adalah normal.
c. Kehamilan Kembar
Polidramnion umumnya didefinisikan dalam kehamilan multifetal sebagai
satu poket cairan amnion berukuran 8 cm atau lebih. Lebih lanjut dapat
dikategorikan sedang jika satu poket cairan amnion setidaknya 10 cm dan
berat jika setidaknya 12 cm. Dalam ulasan hampir 2000 kehamilan kembar,
polihidramnion teridentifikasi pada 18 persen kehamilan monokorionik dan
dikorionik. Polihidramnion berat lebih kuat terkait dengan kelainan janin.
Pada kehamilan monokorionik, polihidramnion dari satu poket dan
oligohidramnion dari yang lain adalah kriteria diagnostik untuk Twin-Twin
Transfusion Syndrome (TTTS).
d. Idiopatik
Sekitar 70 persen dari kasus polihidramnion dan dengan demikian
diidentifikasi pada sebanyak 1 persen kehamilan. Idiopatik polihidramnion
jarang diidentifikasikan selama sonografi midtrimester dan sering terjadi pada
kehamilan berikutnya. Usia kehamilan pada deteksi sonografi biasanya
terletak antara 32 dan 35 minggu. Meskipun ini merupakan diagnosis eksklusi,
kelainan janin yang mendasari kemudian dapat menjadi jelas dengan
bertambahnya usia kehamilan, terutama jika derajat polihidramnion menjadi
berat. Dengan tidak adanya etiologi, polihidramnion idiopatik ringan pada
sekitar 80 persen kasus, dan resolusi dilaporkan pada lebih dari sepertiga
kehamilan yang terkena. Polihidramnion idiopatik paling umum merupakan
temuan jinak, dan hasil kehamilan terkait biasanya baik.
e. Penyebab Lainnya
Infeksi kongenital, alloimunisasi sel darah merah, dan korioangioma plasenta
adalah etiologi yang lebih jarang. Infeksi yang muncul pada polihidramnion
meliputi citomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis, dan parvovirus.
Polihidramnion merupakan komponen hidrops fetalis, dan beberapa anomali,
infeksi, dan alloimunisasi dapat menyebabkan janin hidropik.

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai berikut :
a. Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi
ukuran yang diperkirakan usia kehamilan.
b. Dinding uterus tegang sehingga pada saat di auskultasi bunyi detak jantung
janin sulit atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh
janin sulit ditentukan.
c. Ada thrill pada cairan uterus.
d. Masalah-masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul
dyspnea, edema pada vulva dan ekstemitas bawah, nyeri tekan pada
punggung, abdomen dan paha, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
e. Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil).

4. Patofisiologi
Selama kehamilan, cairan amnion dijaga keseimbangannya oleh beberapa mekanisme
yaitu :
a. Transfer dari plasma maternal melalui plasenta
b. Janin meminum cairan amnion dan reabsorbsinya melalui usus
(gastrointestinal)
c. Janin membuang cairan amnion melalui berkemih (urin janin) Mekanisme
terjadinya polihidramnion hanya sedikit yang kita ketahui.

Secara teori polihidramnion terjadi karena produksi cairan amnion bertambah, diduga
yang menghasilkan cairan amnion adalah epitel amnion, tetapi cairan amnion juga
dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air
kencing janin atau cairan otak pada anencephalus. Selain itu karena pengaliran air
ketuban terganggu yaitu cairan amnion yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi
oleh usus dan dialirkan ke plasenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu.
Jalan ini kurang terbuka kalau janin tidak menelan seperti pada atresia esofagus,
anencefalus, dan tumor-tumor plasenta. Pada anencefalus dan spina bifida diduga
bahwa polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput
sum-sum tulang belakang. Selain itu anak anencephalus tidak menelan dan
pertukaran air terganggu karena pussatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing
berlebihan. Pada atresia esophagus polihidramnion terjadi karena adanya obstruksi
gastrointestinal sehingga anak tidak menelan. Pada kehamilan kembar dapat terjadi
polihidramnion diduga salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih
kuat, dan karena itu juga menghasilkan banyak urine, isebabkan karena luas amnion
lebih besar pada kehamilan ganda dibandingkan pada kehamilan normal. Pada kasus
polihidramnion sering ditemukan plasenta yang lebih besar dari kehamilan normal.
Pada kasus ibu dengan diabetes mellitus peningkatan diuretik osmotik pada kondisi
hiperglikemia menjelaskan pertambahan volume cairan amnion.

5. Pathway

6. Pemeriksaan
Gambaran klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai kesulitan
dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan dalam mendengar denyut jantung
janin.Pada kasus berat, dinding uterus dapat sedemikain tegang sehingga bagian –
bagian janin tidak mungkin diraba. Perbedaan antara hidramnion, asites atau kista
ovarium yang biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan
amnion dalam jumlah besar hampir selalu mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo
yang sangat besar di antara janin dan dinding uterus atau plasenta. kadang-kadang
mungkin dijumpai kelainan, atau anomaly saluran cerna.
a. Anamnesis
a) Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b) Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
c) Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d) Pada proses akut, ibu merasa sesak
b. Inspeksi
a) Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b) Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya.
c. Palpasi
a) Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut,
vulva dan tungkai
b) Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c) Bagian janin sukar dikenal
d) Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka balotement jelas
sekali
e) arena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
d. Auskultasi
DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
e. Rongten Abdomen
a) Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan, kadang
bayangan janin tidak jelas
b) Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk diagnostic dan untuk
menentukan etiologi
f. Pemeriksaan Dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his
g. Pemeriksaan Penunjang
a) USG Abdomen
1) Penilaian USG digunakan untuk mengevaluasi volume cairan amnion.
Selain itu dengan USG kelainan bawaan seperti anencephali, spina
bifida dan beberapa kelainan lain yang memicu terjadinya
polihidramnion dapat diketahui, dan juga USG bermanfaat untuk
membedakan polihidramnion, ascites atau kista ovarium yang benar.
2) Pemeriksaan USG sudah banyak tersedia dan tidak invasive
3) Metode yang dapat digunakan untuk mengukur cairan amnion yaitu
Amnion Fluide Index (AFI) adalah perkiraan atau perhitungan kasar
terhadap jumlah cairan amnion dan merupakan bagian dari profil
biostik. Pengukuran indeks cairam amnion dilakukan melalui USG
dengan cara penilaian semikuantitatif.
a. Membagi uterus menjadi empat kuadran menggunakan linea
nigra sebagai sumbu vertical dan umbiliku sebagai sumbu
horizontal
b. Kantong dengan dimensi verikal terbesar diukur disetiap
kuadran
c. Jumlah dari keempat pengukuran adalah AFI
Nilai normal AFI adalah 5-24 cm. Jika <5 cm disebut
polihidramnion dan >24 cm disebut polihidramnion.
Sedangkan dengan pengukuran satu poket cairan amnion, bila
terdapat <2 cm dikatakan oligohidramnion dan jika >8 cm
dikatan polihidramnion.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan polihidramnion diarahkan ke penyebab yang mendasarinya. Kadang-
kadang, polihidramnion berat dapat menyebabkan persalinan prematur dini atau
perkembangan gangguan pernapasan ibu. Dalam kasus seperti itu, amniosentesis
dalam volume besar yang disebut amnioreduksi mungkin diperlukan. Tekniknya
mirip dengan teknik genetika amniosentesis. Umumnya dilakukan dengan jarum yang
lebih besar, 18 atau 20 gauge, dan menggunakan botol kontainer yang dievakuasi atau
jarum suntik yang lebih besar. Sekitar 1.000 hingga 2.000 ml cairan ditarik perlahan
lebih dari 20 hingga 30 menit, tergantung pada tingkat keparahan polihidramnion dan
usia kehamilan. Tujuan amniosentesis adalah untuk mengembalikan volume cairan
amnion ke kisaran normal.
Polihidramnion cukup parah sehingga memerlukan amnioreduksi hampir selalu
memiliki penyebab yang mendasarinya, dan prosedur amnioreduksi berikutnya
mungkin diperlukan sebanyak mingguan atau bahkan setiap dua minggu. Dalam
sebuah tinjauan terhadap 1.38 kehamilan tunggal yang membutuhkan amnioreduksi
untuk polihidramnion, malformasi gastrointestinal janin diidentifikasi pada 20
persen, kelainan kromosom atau kondisi genetik pada hampir 30 persen, dan kelainan
neurologis pada 8 persen.
Hanya dalam 20 persen kasus adalah polihidramnion idiopatik. Prosedur
amnioreduksi awal dalam seri ini dilakukan pada usia kehamilan 31 minggu, dan usia
kehamilan rata-rata saat melahirkan adalah 36 minggu. Komplikasi dalam 48 jam
setelah amnioreduksi meliputi persalinan 4 persen dan selaput pecah 1 persen. Di sini
tidak ada kasus korioamnionitis, solusio plasenta, atau bradikardia yang
membutuhkan persalinan. Pengobatan polihidramnion dapat dibagi menjadi tiga jenis
terapi, yaitu :
1) Polidramnion menahun. Terapi yang diberikan adalah obat oral :

Anda mungkin juga menyukai