Anda di halaman 1dari 10

Titi Widia Ningrum (1824090053)

A. Sejarah

Tes Bender Gestalt merupakan tes yang dikembangkan oleh Lauretta Bender

pada tahun 1938 berdasarkan hasil penelitian Weitheimer 1923 tentang penerapan

aliran psikologi gestalt di dalam persepsi. Seperti yang diketahui bahwa prinsip

utama dari tes Bender Gestalt adalah kemampuan seseorang dalam

mempersepsikan sebuah desain menjadi satu kesatuan yang utuh. Tes Bender

Gestalt mempunyai sejarah yang panjang dan telah digunakan sebagai alat tes

terutama bagi psikolog klinis untuk mendeteksi deviasi pada fungsi persepsi

motor yang mengakibatkan perubahan-perubahan/gangguan pada

perkembangan/kematangan fungsi-fungsi seperti fungsi inteligesi, fungsi dari

kortikal maupun kesehatan mentalnya. Tes Bender Gestalt digunakan untuk

mengevaluasi kedewasaan visual, gaya menanggapi, reaksi terhadap frustrasi

(diagnosa klinis), kemampuan untuk mengoreksi kesalahan, dan organisasi

keterampilan perencanaan, dan motivasi.

The Bender Visual Motor Gestalt Test, umumnya disebut Tes Bender Gestalt,

yang dikembangakan oleh Leuretta Bender (1938). Tes ini terdiri dari 9 kartu,

merupakan tes meniru gambar (meng-copy) yang pertama kali. Sembilan kartu 

tersebut awalnya diadaptasi dari figura Wertheimer (1923) yang digunakan dalam

perceptual experiments. 

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

Bender  pada tahun 1928 telah mengumumkan pendapatnya bahwa “ Visual

Motor Gestalt Test and its Clinical Use” namun baru 20 tahun kemudian banyak

ahli yang mengadakan tinjauan praktis untuk penggunaan dalam bidang klinis.

Tes Bender gestalt terdiri dari 9 kartu yang berisi rancangan atau gambar

yang  sederhana. Semua kartu ukurannya sama yaitu 4 × 6 inchi dan  tes ini

diberikan pada testee secara berturut-turut untuk ditiru (di-copy) dengan kertas

kosong.

Perkembangan Tes Bender Gestalt pertama (Tes Bender Gestalt I) setelah

dilakukan penelitian selama 60 tahun menghasilkan tes Bender Gestalt II yang

lebih modern dalam konstruksi tesnya, dan merupakan standar terbaru dalam

psikologi dan pendidikan. Tes Bender Gestal II memanfaatkan 9 desain gambar

Bender Gestalt I untuk meningkatkan penilaian dalam psikologi, pendidikan dan

neuropsikologi dan ditambah 7 desain baru sehingga  desain gambar / item

menjadi 16 . Tes Bender Gestalt II dapat digunakan pada anak-anak (usia 4 – 7

tahun) dan orang dewasa ( usia, 8 - 85 tahun).

Tes Bender Gestalt ini sebagai salah satu dari 10 tes yang popular

menafsirkan gangguan mental organik pada golongan usia anak sekolah sampai

dengan dewasa. Tes ini merupakan tes dengan prosedur yang sederhana, singkat

dan tidak memakan waktu yang lama (10’ – 15’) yang mengharapkan klien dapat

membuat copy dari 9 gambar yang sudah dipilih oleh Bender L (1938).

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

Koppitz membuat suatu Manual Sistem Skoring Developmental Age pada anak-

anak, lengkap dengan contoh-contoh kasus (Koppitz, 1975). Tes Bender Gestalt

memiliki fungsi utama yaitu dapat mendeteksi koordinasi visual-motorik dan

mengenyampingkan adanya brain damage (Anastasi, 1998; Sattler, 1988, dalam

Partosuwido dan Hasanat, 1999).  Sattler (1988, dalam Partosuwido dan Hasanat,

1999) juga mengatakan bahwa Tes Bender Gestalt dapat digunakan untuk tes

proyeksi dan tes memori. Tes Bender Gestalt juga dapat dipakai sebagai tes

perkembangan untuk anak usia 4 tahun sampai dengan 10 tahun, digunakan untuk

diagnosis klinis pada anak-anak usia diatas 10 tahun dan dewasa (Ekowarni,

dalam Sugiyanto, dkk. 1984, dalam Partosuwido dan Hasanat, 1999). Beberapa

tokoh ada yang mengatakan Tes Bender Gestalt sebagai Tes Visual-Persepsi, akan

tetapi ada juga tokoh lain yang menganggap sebagai Tes koordinasi Motorik,

sedangkan Koppitz (1975) mengatakan bahwa Tes Bender Gestalt sebagai Tes

Integrasi Visual-Motor.

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

B. Macam – macam Kartu Test Bender Gestalt

C.

Aspek yang Diungkap

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

The Bender Gestalt Test digunakan untuk mengevaluasi kedewasaan visual,

keterampilan motorik integrasi visual, gaya menanggapi, reaksi terhadap frustrasi

(diagnosis klinis), kemampuan untuk mengoreksi kesalahan, dan organisasi

keterampilan perencanaan, dan motivasi. Menyalin angka memerlukan keterampilan

motorik halus, kemampuan untuk membedakan antara visual stimuli, kapasitas untuk

mengintegrasikan keterampilan visual dengan keterampilan motorik, dan kemampuan

untuk mengalihkan perhatian dari desain asli untuk apa yang sedang ditarik.

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

Figur

Terdiri dari figur sebuah lingkaran dan persegi yang saling bersentuhan,bangun
A persegi membentuk diamond. Desain ini ditentukan sebagai pendahuluan, karena
dari figur ini akan dapat dilihat sebagai pemahaman Gestalt individu, bahwa
bagian-bagian yang saling berdekatan, biasanya dipersepsi sebagai satu kesatuan

Terdiri dari figur titik-titik yang disusun mendatar, dengan jarak yang berbeda.
1 Pada umumnya titik-titik ini akan dipersepsi sebagai pasangan-pasangan titik
dengan jarak yang paling dekat. Hal ini menunjukkan proksimitas (kedekatan)
dalam hukum Gestalt.

Terdiri dari figur tiga baris bulatan-bulatan kecil yang diawali dengan peletakan
2 bulatan kecil yang berbeda pada setiap baris. Figur ini akan dipersepsi sebagai
kelompok garis yang terdiri dari tiga bulatan kecil dari kiri atas ke baewah kanan.
Hal ini juga menunjukkan tentang hukum kedekatan dalam Gestalt

Terdiri dari figur titik-titik satu, tiga, lima, dan tujuh yang dirangkai sedemikian
3 rupa sehingga titik yang berbeda ditengah berada pada level yang sama.
Sementara titik-titik yang lain diatur membentuk sudut diamond.

Terdiri dari figur persegi yang terbka kearah atas dengan sudut kanan bawah
4 bersentuhan dengan bagian tengah garis berbentuk bel (bell-shaped). Bentuk ini
menunjukkan prinsip keberlanjutan Gestalt (continuity principle).

Terdiri dari figur garis lengkung putus-putus terbuka ke bawah, bersentuhan


5 dengan garis putus-putus serong ke kanan di bagian atas.

Terdiri dari figur garis lengkung putus-putus terbuka ke bawah, bersentuhan


6 dengan garis putus-putus serong ke kanan di bagian atas.

Terdiri dari figur dua konfigurasi dari satuan bentuk yang sama, namun dengan
7 dan 8 peletakkan yang berbeda, sehingga akan dipersepsi berbeda pula

D. Skoring
E. Validitas

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah concurrent

criterion-related validity. Dengan cara membandingkan performansi dari kelompok-

kelompok kontras, seperti kelompok okupasional dengan kelompok diagnostik,

dengan menggunakan alat ukur lain yang mengungkap hal yang sama.

Sehubungan dengan keabsahan Bender dengan anak-anak, Koppitz melaporkan

korelasi koefisien dari sekitar 0,50 sampai setinggi 0,80 antara Bender-Gestalt dan

kecerdasan yang diukur oleh Stanford-Binet atau Wechsler Intelligence Scale untuk

Anak-anak sampai sekitar usia 10. Di luar usia ini drop korelasi pada dasarnya nol

sebagai anak-anak yang lebih tua yang paling mendapatkan skor hampir sempurna.

Dia juga melaporkan korelasi tinggi relatif antara nilai Bender dan prestasi

pendidikan selanjutnya-kelas anak-anak pertama.

Koppitz juga melaporkan relatif tinggi korelasi antara Bender intelektual dan

akademis dan kinerja terbelakang untuk anak-anak serta anak-anak didiagnosis

Dengan memiliki kerusakan otak minimal, ia melaporkan bahwa Bender adalah alat

diagnostik yang berharga tetapi memperingatkan bahwa tidak boleh digunakan

sendiri, tetapi dalam kombinasi dengan tes psikologi lainnya dan apapun latar

belakang informasi yang tersedia.

F. Reliabilitas

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

Pada teknik proyektif, reliabilitas skor tidak sekedar memberikan skoring yang

objektif, tetapi juga merupakan tahap memberikan integrasi dan interpretasi secara

lengkap. Beberapa skorer memberikan penilaian pada seorang testee, untuk kemudian

dilihat konsistensi hasil skoringnya. Semakin konsisten hasilnya, menunjukkan

reliabilitas yang tinggi; sebaliknya konsistensi yang rendah, menunjukkan reliabilitas

yang rendah pula.

Hasil melibatkan Bender dengan anak-anak mengungkapkan keandalan

interscorer sangat tinggi dengan korelasi 0,90 dan di atas. koefisien reliabilitas tes

ulang-Test dengan anak-anak berkisar dari rendah sekitar 0,50 dengan anak-anak TK

yang diukur 8 bulan terpisah untuk 0,90 dengan kelompok usia yang sama diukur dua

minggu terpisah. Mayoritas lebih dari 20 studi keandalan yang berbeda dilaporkan

oleh Koppitz mengungkapkan koefisien korelasi pada kisaran + 0,80 dan

menyarankan bahwa normal anak-anak sekolah dasar menunjukkan pola yang relatif

stabil-Gestalt skor Bender dari satu pemerintahan ke yang berikutnya.

G. Manfaat

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

 Deteksi kemampuan visual motoric :

1. Untuk anak-anak usia 5-10 tahun

2. Dapat disajikan secara klasikal

 Diagnos klinis :

1. Mendeteksi gangguan fungsi kognitif. Misalnya gangguan fungsi

neurologis

2. Dapat digunakan untuk anak-anak usia diatas 10 tahun

3. Harus diberikan secara individual dan disertai pengamatan yang

cermat

 Skrining/mendeteksi kecenderungan organisitas otak

 Skrining kesiapan sekolah

 Prediksi prestasi sekolah

 Diagnosis problem belajar dan membaca

 Studi retardasi mental

 Sebagai tes kecerdasan nonverbal

 Interpretasi keadaan emosi, kecemasan, depresi, acting-out, skizofren

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Titi Widia Ningrum (1824090053)

H. Kesimpulan

       Dari alat tes Bender-Gestalt ini, kita dapat mengetahui ada atau tidaknya

gangguan fungsi kognitif pada anak usia 5-10 tahun. Administrasi alat tes ini mudah,

cepat (hanya terdiri dari desain), murah, dan tes dilaksanakan seperti dalam situasi

bermain (karena anak hanya diminta menggambar/menyain). Anak yang

potensial mengalami sesuatu, malah akan memanifestasikan hal-hal yang potensial

tersebut (bisa karena stimulus menimbulkan emosi), contoh anak menjadi marah,

menangis, dan lain-lain.

Fakultas Psikilogi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Anda mungkin juga menyukai