Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERNIKAHAN ANTAR BANGSA DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM PERNIKAHAN ISLAM DI INDONESIA


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Munakahah
Dosen Pengampu : Karimatul Ummah, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:
Yafie Maulana Taqiudin (18410245)
Shawn Alan Woodward (18410476)
Aluf Ra’syiah Rabah (18410491)
Bayu Aditya Rachman (18410498)
Ijlal Anas Herlambang (18410714)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan
rahmat kepada kita semua sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari khususnya dalam
menuntut ilmu sehingga kami diberikan kelancaran dalam menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “ANALISIS PERNIKAHAN ANTAR BANGSA DITINJAU DARI
PERSPEKTIF HUKUM PERNIKAHAN ISLAM DI INDONESIA”
Makalah ini berisikan mengenai judul, kata pengantar, rumusan masalah, latar
belakang, pembahasan, kesimpulan dan saran. Kami menyadari apa yang tertuang dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dalam perbaikan makalah ini. Semoga
bermanfaat untuk kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat komunikasi antar warga
negara bukan sesuatu yang sulit lagi. Setiap orang dimungkinkan untuk berinteraksi dan
membangun hubungan sosial dengan siapapun. Hal inilah yang membuat semakin tahun
jumlah pernikahan dengan warga negara yang berbeda semakin sering dilaksanakan.
Prosedur pernikahan dengan warga negara yang berbeda tidaklah sesulit yang
dibayangkan lagi, sudah ada prosedur yang jelas baik dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku sampai lembaga-lembaga di Indonesia seperti Kantor Urusan
Agama Pun sudah mendukung dan memfasilitasi hal itu jika terjadi.
Meskipun begitu, orang-orang yang ingin melakukan perkawinan beda
kewarganegaraan tetaplah harus patuh pada UU no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
yang mensyaratkan bahwa perkawinan haruslah dilakukan dengan keyakinan dan agama
yang sama antara calon mempelai. Selain itu, Nilai-nilai kesusilaan di Indonesia juga
mewajibkan perkawinan untuk dilaksanakan antara laki-laki dan perempuan, bukan
untuk sesama jenis. Sebagaimana diketahui, bahwasanya pernikahan antar sesama jenis
marak dilakukan di luar negri bahkan sudah dilegalisasi.
Publik juga begitu ramai ketika ada beberapa publik figur tanah air yang
melangsungkan pernikahan dengan mempelai dengan kewarganegaraan berbeda.
Contohnya ialah Alm. Ashraf Sinclair dan Bunga Citra Lestari, juga Laudya Cintya Bella
dan suaminya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang Perkawinan antar
warga negara, baik dari definisi, dasar hukum, Prosedur, juga contoh kasusnya.

B. Rumusan Masalah
1) Apakah definisi dari perkawinan campuran sebagaimana disebutkan dalam UU
no 1 tahun 1974?
2) Bagaimanakah peraturan perundangan-undangan mengatur mengenai perkawinan
campuran?
3) Bagaimanakah prosedur perkawinan campuran di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
C. Definisi Perkawinan Campuran
Perkawinan merupakan bentuk kerjasama dalam kehidupan antara seorang laki – laki
dan seorang wanita didalam masyarakat dibawah suatu peraturan khusus dan hal ini
diperhatikan oleh agama, negara, dan adat. Hal ini berarti dari peraturan tersebut
bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan suami
istri ini diterima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, agama,
negara, dan juga adat.
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang
berlainan, seorang perempuan dan seorang laki – laku, ada daya saling menarik satu
sama lain untuk hidup bersama. Hidup bersama ini berakibat sangat penting di dalam
masyarakat. Akibat paling dekat adalah bahwa dengan hidup bersama antara dua orang
manusia ini mereka sekedar menyendirikan diri dari anggota – anggota lain dari
masyarakat. Akibat yang lebih jauh ialah bahwa kalau kemudian ada anak–anak
keturunan mereka, dengan anak–anaknya itu mereka merupakan suatu keluarga
tersendiri.1
Dalam UU No 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan campuran ialah
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,
karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Dengan diundangkannya Undang–Undang tersebut, pembentukan undang–undang
memberikan pengertian perkawinan campuran dalam arti hanya perkawinan antara warga
negara Indonesia dan warga negara asing. Di samping itu juga tidak menentukan
menurut hukum pihak mana perkawinan campuran itu harus dilangsungkan. Pasal 59
ayat (2) menentukan bahwa perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia
dilakukan menurut Undang–Undang ini.2 Untuk dapat melangsungkan perkawinan
campuran itu supaya perkawinannya sah, maka ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 2 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan harus dipenuhi
artinya perkawinan bagi mereka harus sesuai dengan ketentuan hukum agamanya dan
kepercayaannya itu.

1
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Ctk. Kesembilan, Sumur Bandung, Jakarta,
1991, Hlm. 7.
2
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang – Undangan Perkawinan di Indonesia,
Ctk. Pertama, Airlangga University Press, Surabaya, 1988, Hlm. 89.
D. Dasar Hukum Pernikahan Antar Bangsa:
1. UU NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN:
Bagian Ketiga Perkawinan Campuran
Pasal 57
Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan
antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 58
Bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang melakukan perkawinan campuran,
dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/isterinya dan dapat pula kehilangan
kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-undang
kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku.

Pasal 59
(1) Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya perkawinan
menentukan hukum yang berlaku, baik mengenai hukum publik maupun mengenai hukum
perdata.
(2) Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut Undang-
undang Perkawinan ini.

Pasal 60
(1) Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat
perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing telah
dipenuhi.
(2) Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1) telah dipenuhi dan
karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan perkawinan campuran, maka oleh
mereka yang menurut hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing berwenang mencatat
perkawinan, diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat telah dipenuhi.
(3) Jika pejabat yang bersangkutan menolak untuk memberikan surat keterangan itu, maka
atas permintaan yang berkepentingan, Pengadilan memberikan keputusan dengan tidak
beracara serta tidak boleh dimintakan banding lagi tentang soal apakah penolakan pemberian
surat keterangan itu beralasan atau tidak.
(4) Jika Pengadilan memutuskan bahwa penolakan tidak beralasan, maka keputusan itu
menjadi pengganti keterangan yang tersebut ayat (3).
(5) Surat keterangan atau keputusan pengganti keterangan tidak mempunyai kekuatan lagi
jika perkawinan itu tidak dilangsungkan dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu
diberikan.

Pasal 61
(1) Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai pencatat yang berwenang.
(2) Barang siapa melangsungkan perkawinan campuran tanpa memperlihatkan lebih dahulu
kepada pegawai pencatat yang berwenang surat keterangan atau keputusan pengganti
keterangan yang disebut dalam Pasal 60 ayat (4) Undang-undang ini dihukum dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan.
(3) Pegawai pencatat perkawinan yang mencatat perkawinan sedangkan ia mengetahui bahwa
keterangan atau keputusan pengganti keterangan tidak ada, dihukum dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan dihukum jabatan.

Pasal 62
Dalam perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat (1)
Undang- undang ini.

Bagian Keempat Pengadilan


Pasal 63
(1) Yang dimaksud dengan Pengadilan dalam Undang-undang ini ialah:
a. Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam;
b. Pengadilan Umum bagi lainnya.
(2) Setiap Keputusan Pengadilan Agama dikukuhkan oleh Pengadilan Umum.
2. PP NO 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UU PERKAWINAN
Pasal 2 ayat 1:
Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama
Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk

3. KOMPILASI HUKUM ISLAM


Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam:
(1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus
dicatat.
(2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No.
32 Tahun 1954.
Jika ada kasus maka ada 2 (dua) cara pilihan penyelesaian hukum yang Saudara bisa
lakukan untuk mencatatkan/mendaftarkan pernikahan tersebut berdasarkan hasil penelurusan
hukum kami di Kantor Urusan Agama, yaitu:
Pertama, oleh karena perkawinan tersebut telah dilangsungkan secara agama atau
dengan kata lain tidak dilakukan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
(“KUA”), maka Anda hanya memperoleh surat keterangan menikah, namun tidak
memperoleh salinan Akta Nikah (“Buku Nikah” dari KUA). Dengan demikian, langkah
hukum yang dapat ditempuh adalah dengan mengajukan permohonan itsbat nikah pada
Pengadilan Agama setempat. Hal ini di atur dalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam yang
berbunyi:

Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam:


(1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai
Pencatat Nikah.
(2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan itsbat
nikahnya ke Pengadilan Agama.
(3) Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan:
a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b. Hilangnya akta nikah;
c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun
1974;
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
(4) Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau istri, anak-anak
mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.

Atau Kedua, oleh karena perkawinan dilakukan di wilayah Indonesia, maka prosedur
ketertiban yang harus dilakukan dan dipenuhi adalah dengan mendatangi Kantor Urusan
Agama (“KUA”) Kecamatan sesuai dengan tempat tinggal (domisili) Anda untuk dinikahkan
kembali secara hukum negara, dengan melengkapi dokumen-dokumen/berkas-berkas yang
harus dipenuhi oleh Warga Negara Asing diantaranya:
1) AktaKelahiran/Kenal Lahir;
2) Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisian (tingkat Polda atau Polres);
3) Surat Keterangan Model KII dari Dinas Kependudukan;
4) Tanda Lunas Pajak Bagi Orang Asing;
5) Keterangan Izin Untuk Sementara (KIMS) dari Imigrasi;
6) Paspor; dan
7) Surat Keterangan dari Kedutaan/Perwakilan Diplomatik yang bersangkutan
(Terjemahan Bahasa Asing ke Bahasa Indonesia-Penerjemah Tersumpah).

E. Pernikahan Campuran dan Antar Agama


Dalam al-Qur‟an dan hadis tidak pernah ditemukan penjelasan tantang perkawinan
campuran. Barangkali, pada masa turunnya al-Qur‟an, perkawinan campuran (berbeda
kewarganegaraan) tidak menjadi masalah. Seseorang boleh menikah dengan siapa saja yang
sekufu (sepantar). Hal ini baru menjadi masalah apabila dalam perkawinan tersebut terdapat
perbedaan keyakinan atau agama, meski terdapat pengecualian untuk Ahli Kitab. Hal ini
disebutkan dalam beberapa ayat dalam al-Qur‟an. Dalam surat al-Baqarah (2): 221
disebutkan:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya wanita yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanitawanita
mukmin) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya yang mukmin lebih baik dari
orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”

Sama halnya dengan al-Qur‟an dah Hadis, ulama tidak membahas permasalahan
tentang pernikahan campuran, yang dibahas adalah pernikahan antar-agama, terutama
pernikahan dengan Ahl Kitab. Hal ini berdasarkan penafsiran para ulama terhadap ayat-ayat
yang membahas Ahl Kitab. Dalam memahami perkawinan antara wanita Muslim dengan pria
non-Muslim, ulama sepakat bahwasanya hukumnya haram, tetapi perkawinan antara pria
Muslim dengan wanita non-Muslim ulama berbeda pendapat, hal ini disebabkan perbedaan
penafsiran terhadap ayat al-Qur‟an tersebut.
Ada tiga pendapat yang berkembang di kalangan ulama dalam menafsirkan ayat di
atas,3 yaitu mengenai lelaki Muslim menikahi wanita Ahli Kitab. Pendapat pertama
menyatakan bahwa bahwa lelaki Muslim haram menikahi wanita Ahli Kitab. Pendapat ini
dikemukakan oleh Abdullah ibn Umar dengan menggunakan penafsiran terhadap surat al-
Baqarah ayat 221, yang menyatakan bahwa wanita Ahli Kitab dari kalangan Nasrani dan
Yahudi adalah termasuk golongan Musyrik karena menuhankan Isa ibn Maryam dan Uzer.
Dengan demikian,mereka tidak halal dinikahi karena orang musyrik haram dinikahi.Pendapat
kedua dikemukakan oleh Atha‟ bin Rabbah. Ia menyatakan bahwa mengawini Ahli Kitab
adalah rukhs}ah, karena saatitu wanita muslimah sangat sedikit. Sedangkan sekarang
wanitamuslimah telah banyak, oleh karenanya mengawini wanita Ahli Kitab tidak diperlukan
lagi dan otomatis hilanglah rukhs}ah untuk mengawininya. Pendapat ketiga dikemukakan
oleh jumhur ulama yang membolehkan mengawini wanita Ahli Kitab berdasarkan firman
Allah dalam surat al-Ma‟idah (5) ayat 5 tersebut, sedangkan yang termasuk Ahli Kitab adalah
wanita-wanita dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

Berdasarkan pendapat di atas perlu adanya pengidentifikasian siapa yang sebenarnya


yang dikategorikan oleh al-Qur‟an sebagai orang musyrik, yang kemudian haram dikawini
oleh orang Islam. Dikatakan musyrik bukan hanya mempersekutukan Allah melainkan juga
tidak memercayai salah satu dari kitab-kitab samawi, baik yang telah terdapat penyimpangan
ataupun yang masih asli, serta tidak seorang nabi pun yang meraka percayai. Adapun Ahli
Kitab adalah orang yang memercayai salah seorang nabi dari nabi-nabi dan salah satu kitab

3
Abd. Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: LESFI,
2003), hlm. 122.
dari kitab-kitab samawi, baik sudah terjadi penyimpangan pada mereka dalam bidang akidah
dan amalan.4
Dalam pandangan ulama di zaman modern ini, seorang pakar seperti Rasyid Ridha, murid
Imam Muhammad Abduh, menegaskan bahwa Majusi, Sabian, Hindu, Buddha, Konfusius,
Shinto, dan agama-agama lain dapat dikategorikan sebagai Ahli Kitab. Ridha menfatwakan
bahwa laki-laki Muslim yang diharamkan oleh Allah menikah dengan perempuan-perempuan
musyrik dalam surat al-Baqarah (2) ayat 221 adalah perempuan musyrik Arab masa lalu.
Itulah pendapat mufasir Ibn Jarir at-T{abari. Sedangkan orang-orang Majusi,Sabian,
penyembah berhala di India, Cina dan yang semacamnya,seperti orang Jepang adalah Ahli
Kitab, yang mengandung paham monoteisme sampai sekarang. Karena itu, halal menikahi
perempuan-perempuan mereka.5

4
Nurcholis Madjid, dkk. Fiqih Lintas Agama (Jakarta: PARAMADINA,2004), hlm. 159.
5
Ahmad Nurcholish, Memoar Cintaku Pengalaman Empiris Pernikahan Beda
Agama (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 153.
F. Prosedur Pernikahan WNI dan WNA di Indonesia
1. Pernikahan WNI dan WNA di Kantor Urusan Agama (KUA)
Sebelum mengurus pernikahan di KUA, maka Akan dibutuhkan sejumlah
dokumen awal berupa surat N1, N2, dan N4. Hal ini bisa diurus dengan mengikuti
beberapa tahap di bawah ini:
- Mendatangi ketua RT setempat dimana salah satu pasangan (WNI) tersebut
berdomisili dan meminta surat pengantar ke kelurahan. Setelah mendapatkan surat
pengantar ini, pastikan surat tersebut telah ditandatangani dan diberi stempel oleh
RT dan RW setempat, sebelum akhirnya dibawa ke kantor kelurahan.
- Bawa semua surat pengantar tersebut ke kelurahan. Jangan lupa untuk
melampirkan fotokopi KTP, akte lahir, dan juga kartu keluarga. Pihak kelurahan
akan memproses dan mengeluarkan surat N1, N2, dan juga N4 untuk proses
selanjutnya di kecamatan.
- Surat N1, N2, dan juga N4 tersebut selanjutnya dibawa ke kantor kecamatan,
disana surat-surat ini akan ditandatangani dan distempel oleh camat.
2. Syarat-Syarat bagi WNI dan WNA
Dalam mengurus berbagai syarat pernikahan, semua dokumen dalam bahasa
asing harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini harus dilakukan oleh
seorang penerjemah tersumpah. Untuk meningkatkan keamanan, hindari memberikan
berbagai dokumen yang asli kepada pihak KUA, sebab ini sangat berisiko terhadap
keamanan dokumen tersebut. Cukup sertakan berbagai dokumen yang dibutuhkan
tersebut dalam bentuk fotokopi saja, dan yang aslinya tetap dibawa pulang.

1) Syarat yang harus dipenuhi WNI:


 Surat keterangan belum / tidak menikah yang ditandatangani oleh RT dan RW.
 Formulir N1, N2, dan N4 dari Kelurahan dan Kecamatan
 Formulir N3 dari KUA (Surat persetujuan mempelai yang harus ditandatangani
oleh kedua mempelai)
 Fotokopi KTP.
 Akta Kelahiran.
 Kartu Keluarga.
 KTP orang tua.
 Buku nikah orang tua (Jika Anda merupakan anak pertama).
 Data 2 orang saksi pernikahan, berikut fotokopi KTP yang bersangkutan.
 Pasfoto 2x3 (4 lembar) dan 4x6 (4 lembar).
 Bukti pembayaran PBB (Pajak Bumi Bangunan) terakhir.
 Prenup (Perjanjian pra nikah).

2) Syarat yang harus dipenuhi oleh WNA:


 CNI (Certificate of No Impediment) atau surat izin menikah di negara lain yang
dikeluarkan dari kedutaan calon suami / istri.
 Fotokopi akta kelahiran.
 Fotokopi kartu identitas (KTP) dari negara calon suami / istri.
 Fotokopi paspor.
 Surat keterangan domisili (alamat calon suami / istri saat ini).
 Pasfoto 2x3 (4 lembar) dan 4x6 (4 lembar).
 Surat keterangan mualaf (jika agama sebelumnya bukan Islam).

3) Dokumen untuk Mendapatkan CNI dari Kedutaan Asing


Untuk mendapatkan CNI (surat single) dari kedutaan asing, dibutuhkan beberapa
syarat berikut ini:
● Akta kelahiran terbaru (asli).
● Fotokopi kartu identitas (KTP) dari negara asal.
● Fotokopi paspor.
● Bukti tempat tinggal / surat domisili (bisa berupa fotokopi tagihan telepon / listrik.
● Formulir pernikahan dari kedutaan yang bersangkutan.

4) Dokumen WNI yang diminta Kedutaan Asing:


 Akta kelahiran asli dan fotokopi.
 Fotokopi KTP.
 Fotokopi surat N1, N2 dan N4 dari Kelurahan.
 Fotokopi prenup (jika ada).

5) Berlangsungnya pernikahan di KUA


Jika semua persyaratan dan dokumen yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka
pernikahan dapat dilangsungkan di KUA. Bagi yang akan melangsungkan pernikahan
di kantor KUA, maka tidak akan dikenakan biaya apapun. Hal ini telah diatur di
dalam PP No. 48 Tahun 2014 yang berlaku mulai 7 Juli 2014, yang menyatakan
bahwa biaya pernikahan di KUA adalah Rp0 (nol) / gratis. Ini berlaku untuk semua
pernikahan yang dilakukan pada jam kerja di dalam kantor KUA.
Namun, jika pernikahan dilakukan di luar kantor KUA atau di luar jam kerja
KUA, maka biaya yang dikenakan adalah Rp600.000,- (enam ratus ribu rupiah).
Biaya ini akan masuk ke dalam kas negara dan dalam hal ini pihak KUA tidak boleh
menerima pembayaran langsung dari calon pengantin. Setelah melakukan
pembayaran, bukti pembayaran bisa diserahkan kepada pihak KUA, sehingga proses
selanjutnya dapat dilakukan dengan segera. Pernikahan di KUA bisa dilakukan
dengan mudah, jika mengikuti berbagai prosedur yang telah ditetapkan sejak awal.
Setelah menikah secara resmi di KUA, maka kedua pasangan pengantin akan
mendapatkan buku nikah. Pernikahan di KUA akan tercatat secara otomatis di kantor
catatan sipil, jadi tidak perlu untuk melakukan pendaftaran lagi di sana.6

G. Contoh Kasus Pernikahan WNI dan WNA di Indonesia


4. Karna Radheya dan Polly Alexandria
Pria asli Muntilan, Jawa Tengah, Karna Radheya jadi perbincangan hangat
setelah menikahi sang kekasih, perempuan asal Inggris, Polly Alexandria
Robinson. Pasangan ini seketika viral dan menarik perhatian khususnya di media
sosial. Setelah resmi menjadi suami istri, Karna dan Polly sama-sama membagikan
potret kebahagiaan mereka melalui akun Instagram pribadi. Karna mengunggah
foto dengan ucapan syukur dan terima kasih.

5. Elan Zack dan Jasmine Merried


Elan Zack, pria asal Desa Ampenan, Lombok menjadi perhatian setelah
menikahi pujaan hatinya, perempuan asal Jerman bernama Jasmine Merried.
Sebelum akad, Jasmine mengucap dua kalimat syahadat, tanda dirinya masuk
Islam. Lewat unggahan Chungky Fungky, Jumat, 27 Juli 2018 lali, pernikahan
keduanya diadakan di Desa Ampenan, Lombok. Mempelai pria memakai setelan
jas dan kopiah sedangkan mempelai perempuan mengenakan kebaya dengan
makeup natural.
6
https://www.cermati.com/artikel/tata-cara-dan-biaya-nikah-di-kua
6. Darwanti dan Ricardo Jorge
Demi sang kekasih pujaan, WNA asal Portugal Ricardo Jorge Nogueira Dos
Santos (34) datang ribuan kilometer ke Bojonegoro untuk melamar sang kekasih
pujaaan yang telah dikenalnya lewat aplikasi kencan. Perempuan itu adalah
Darwanti yang bekerja sebagai TKI. Perkenalan dua sejoli beda negara itu berawal
dari komunikasi yang cukup intens saat Darwanti bekerja sebagai TKI di Taiwan.
Perbedaan bahasa tak menyulitkan mereka untuk berkomunikasi, karena Darwanti
cukup fasih berbahasa asing. Sampai akhirnya, Ricardo menemui langsung kedua
orangtua sang kekasih di Bojonegoro untuk mempersuntingnya.

7. Asrifah dan Marc Lostalo Vila Trias


Pria asal Barcelona itu sempat menghilang setahun sebelum akhirnya benar-
benar menikahi gadis desa pujaannya di Kendari. Pernikahan beda negara juga
dijalani Asrifah (30), seorang gadis asal Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, yang
baru saja dinikahi bule asal Barcelona, Spanyol, Marc Lostalo Vila Trias (35).
Pertemuan keduanya tak terduga.
Sekitar Februari 2017 lalu, sebuah kecelakaan motor di Bali mengantarkan
takdir seorang manajer sebuah restoran Italia di Barcelona itu bertemu wanita
pilihannya. Wanita yang diketahui bekerja sebagai kasir salah satu restoran di Jalan
Benesari Kuta itu berasal dari Desa Lalonggasumeeto, Kecamatan
Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe.
Pernikahan mereka berlangsung di Jalan Pemuda, Kelurahan Mataiwoi,
Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari, Rabu, 14 Maret 2018. Ditemani pihak
Kedutaan Besar Spanyol dan Imigrasi, Marc Lostalo Vila Trias mantap mengucap
ijab kabul di depan penghulu.

Kesimpulan
Pernikahan Campuran merupakan suatu polemik yang selalu terjadi hingga masa kini. Dalam
Hukum Islam, pernikahan campuran/antar bangsa merupakan suatu hal yang bersifat mubah.
Namun, hal ini berbeda ketika pernikahan tersebut terjadi antara dua orang yang agamanya
berbeda. Sehingga, bisa dipastikan menimbulkan suatu permasalahan yang berbeda. Karena
ada banyak pendapat para ulama yang membahas mengenai pernikahan beda agama.

Perkawinan antar campuran adalah perkawinan antara dua orang yang tunduk pada hukum
yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan. Dalam berlangsungnya perkawinan antar
bangsa, dapat menimbulkan salah seorang mempelai mendapatkan kewarganegaraan ataupun
kehilangan kewarganegaraan.

Di Indonesia perkawinan antar bangsa merupakan hal yang legal dan sudah banyak
diterapkan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Namun, dari pernikahan yang
dilakukan oleh dua warga negara Indonesia. Negara Indonesia memberi batasan dalam
pelaksanaannya. Yakni, dalam praktiknya Indonesia hanya memperbolehkan pernikahan
antar bangsa yang memiliki agama yang sama. Hal tersebut merupakan dasar
dilaksanakannya perkawinan antar bangsa yang bersumber dari UU No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai