Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS

(STUDI PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BEI)

Oleh:
Jalu Nasa Istiantoro
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unversitas Brawijaya
jalunasa@yahoo.com

Dosen Pembimbing:
Dr. Nur Khusniyah Indrawati, SE., M.Si, CSRS

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial
distress perusahaan. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasio Current
Asset to Current Liabilities (CACL), rasio Net Income to Total Asset (NITA), rasio Total
Liabilities to Total Asset (TLTA), rasio Inventory Turnover (ITO), dan rasio sales growth.
Sedang variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress. Populasi dalam
penelitian ini adalah Perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di BEI yang berjumlah 19
perusahaan. Besar sampel yang digunakan dalam peneltian ini adalah 8 perusahaan. Analisis data
menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varibel rasio CACL, rasio
TLTA, rasio ITO berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Sementara variabel rasio CACL dan rasio sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap
kondisi financial distress perusahaan.

Kata kunci: financial distress, rasio CACL, rasio NITA, rasio TLTA, rasio ITO, rasio sales
growth

PENDAHULUAN bisa bertahan dari krisis tersebut. Era baru


perdagangan tesktil yang ditandai dengan
Selama hampir satu dekade ini,
berakhirnya penerapan Agreement on Textile
perekonomian dunia telah dihadapkan pada
and Clothing (ATC) yang merupakan sistem
dua krisis ekonomi dunia, yaitu krisis yang
kuota impor, disesuaikan dengan ketentuan
melanda Amerika dan krisis yang dihadapi
General Agreement on Tariffs and Trade
oleh Eropa di Yunani. Kuatnya intensitas
(GATT). Kebijakan tersebut membuat
krisis membuat negara-negara di kawasan
konsumsi terhadap industri tekstil dan
Asia, yang semula dianggap relatif steril dari
produk tekstil Indonesia menurun secara
dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan
drastis. Selain berakhirnya penerapan ATC,
turut pula terkena imbas krisis (Bank
kondisi industri tekstil dan garmen dalam
Indonesia, 2009).
negeri yang memprihatinkan memperparah
Industri manufaktur khususnya industri
industri tekstil dan garmen. Kondisi ini
tekstil dan garmen merupakan salah satu
disebabkan oleh investasi yang tidak
industri yang terkena dampaknya. Sebagai
kondusif (Hermawan, 2011).
salah satu industri yang menyerap tenaga
Kendala-kendala yang dihadapi oleh
kerja yang banyak. Industri tekstil dan
industri tekstil dan garmen merupakan
garmen harus melakukan pemutusan
sinyal bagi perusahaan dalam negeri yang
hubungan kerja besar-besaran demi untuk

1
bergerak dalam bidang ini dan yang digunakan adalah rasio likuiditas yang
dikhawatirkan dapat menyebabkan turunnya diukur dengan CACL, rasio profitabilitas
kontribusi industri tekstil dan garmen yang diukur dengan NITA, rasio solvabilitas
terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. yang diukur dengan TLTA, rasio aktivitas
Turunnya kontribusi merupakan tanda yang diukur dengan ITO, dan rasio
bahwa perusahaan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang diukur dengan sales
penurunan kinerja. Perusahaan yang tidak growth. Pengunaan rasio tersebut didasarkan
mampu memperbaiki kinerjanya lambat laun pertimbangan bahwa rasio menggambarkan
akan mengalami kesulitan dalam menjaga kemampuan perusahaan dalam membayar
likuiditasnya, yang bisa berakibat pada kewajiban jangka pendek maupun panjang,
kesulitan keuangan yang pada akhirnya menghasilkan laba, memutar persediaan, dan
terjadi kebangkrutan (Ardiyanto, 2011). mempertahankan posisi di pasar. Selain itu,
Kesulitan keuangan atau financial distress rasio keuangan juga dapat menggambarkan
adalah tahap akhir terjadinya penurunan apakah sebuah perusahaan masuk dalam
kinerja keuangan perusahaan sebelum kategori financial distress atau tidak.
kebangkrutan ataupun likuidiasi (Platt dan Berdasarkan latar belakang di atas,
Platt, 2002). Financial distress terjadi dapat dirumuskan masalah penelitian
karena perusahaan tidak mampu mengelola sebagai berikut :
dan menjaga kestabilan kinerja keuangan 1. Apakah rasio CACL berpengaruh
perusahaannya yang bermula dari kegagalan signifikan terhadap kemungkinan
dalam mempromosikan produk yang terjadinya financial distress ?
dibuatnya sehingga perusahaan mengalami 2. Apakah rasio NITA berpengaruh
kerugian operasional dan kerugian bersih signifikan terhadap kemungkinan
untuk tahun berjalan (Brahmana, 2007). terjadinya financial distress ?
Berdasarkan penelitian terdahulu, 3. Apakah rasio TLTA berpengaruh
terdapat berbagai macam indikator dalam signifikan terhadap kemungkinan
menentukan perusahaan yang masuk dalam terjadinya financial distress ?
kategori financial distress atau tidak, 4. Apakah rasio ITO berpengaruh signifikan
diantaranya Ni Wayan dan Ni Ketut (2014) terhadap kemungkinan terjadinya
dalam penelitiannya, financial distress financial distress ?
diproksikan dengan Earning Per Share 5. Apakah rasio sales growth berpengaruh
(EPS) negatif.Almilia dan Kristijadi (2003) signifikan terhadap kemungkinan
menentukan perusahaan yang mengalami terjadinya financial distress ?
financial distress dengan indikasi beberapa
tahun mengalami laba bersih operasi (net LANDASAN TEORI
operating income) negatif dan selama lebih
Financial Distress
dari satu tahun tidak melakukan pembayaran Financial distress merupakan kondisi
dividen. dimana perusahaan mengalami kesulitan
Salah satu alat bagi para investor keuangan. Platt dan Platt (2002)
maupun manajemen dalam melihat kinerja mendefinisikan financial distress sebagai
perusahaan adalah dengan melihat laporan tahap akhir terjadinya penurunan kerja
keuangan perusahaan. Laporan keuangan keuangan perusahaan sebelum kebangkrutan
dapat dijadikan dasar untuk mengukur ataupun likuidasi. Menurut Lin et al. (2008)
kinerja keuangan suatu perusahaan melalui dalam Martin Schmuk (2013:28), financial
rasio keuangan (Widarjo dan Setiawan, distress dialami oleh perusahaan yang
2009). Dalam penelitian ini, rasio keuangan memiliki utang lebih besar dari pada ukuran

2
perusahaan, profitabilitas, dan asetnya. Arus rasio likuiditas yang bertujuan untuk
kas yang tidak cukup menyebabkan mengukur kemampuan perusahaan dalam
perusahaan juga tidak dapat menghasilkan memenuhi jangka pendeknya. Salah satu
pendapatan yang cukup. Perusahaan yang rasio likuditas adalah rasio CACL. Kedua,
masuk kedalam kondisi financial distress rasio profitabilitas merupakan rasio yang
akan terjebak kedalam masalah likuiditas bertujuan untuk mengukur efektivitas
yang buruk, dan mempengaruhi solvabilitas. manajemen yang tercermin pada imbalan
hasil investasi melalui kegiatan perusahaan
Laporan Keuangan
atau dengan kata lain mengukur kinerja
Laporan keuangan adalah hasil dari
perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi
proses akuntansi yang dapat digunakan
dalam pengelolaan kewajiban dan modal.
sebagai alat untuk berkomunikasi antara
Salah satu rasio profitabilitas adalah rasio
data keuangan atau aktivitas suatu
NITA. Ketiga, rasio manajemen utang
perusahaan dengan pihak-pihak yang
(leverage), merupakan rasio yang bertujuan
berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut (S. Munawir, 2007:2). untuk menganalisis pembelanjaan yang
dilakukan berupa komposisi utang dan
Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan
modal serta kemampuan perusahaan untuk
adalah hasil dari proses akuntansi yang
membayar bunga dan beban tetap lainnya.
dapat digunakan sebagai alat untuk
Salah satu rasio utang adalah TLTA.
mengkomunikasikan data keuangan atau
Keempat, rasio aktivitas menggambarkan
aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
tingkat pendayagunaan harta atau sarana
yang berkepentingan. Laporan keuangan
modal yang dimiliki perusahaan, atau
menurut Jumingan (2011:2) adalah hasil dari
bertujuan untuk mengukur efektivitas
proses akuntansi yang dapat digunakan
perusahaan dalam mengoperasikan dana.
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
Salah satu rasio aktivitas adalah rasio ITO.
pihak yang berkepentingan dengan kondisi
Kelima, rasio pertumbuhan ini bertujuan
keuangan dan hasil operasi perusahaan.
mengukur kemampuan perusahaan dalam
Rasio Keuangan mempertahankan kedudukannya. Salah satu
S. Munawir (2007:64) mengatakan rasio rasio pertumbuhan adalah sales growth.
menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship) Hipotesis
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah CACL (X1)
yang lain, dan dengan menggunakan alat
analisa berupa rasio ini akan dapat NITA (X2)
menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya Financial
TLTA (X3)
keadaan atau posisi keuangan suatu Distress
perusahaan. Rasio keuangan dirancang ITO (X4)
untuk membantu kita mengevaluasi laporan
keuangan (Brigham dan Houston, Sales Growth
2010:133). Rasio dalam analisis laporan (X5)
keuangan adalah angka yang menunjukkan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan (Jumingan, H1 : Rasio CACL berpengaruh negatif
2011:118). terhadap financial distress perusahaan.
Terdapat beberapa jenis rasio keuangan H2 : Rasio NITA berpengaruh negatif
menurut Sugiono (2009:68-83). Pertama, terhadap financial distress perusahaan.

3
H3 : Rasio TLTA berpengaruh positif sebelum pajak dikategorikan tidak
terhadap financial distress perusahaan. mengalami financial distress.
H4 : Rasio ITO berpengaruh negatif 3. Perusahaan Tekstil dan Garmen yang
terhadap financial distress perusahaan. masuk dalam kategori 1 yaitu selama 2
H5 : Rasio Sales Growth berpengaruh tahun berturut-turut mengalami rugi
negatif terhadap financial distress sebelum pajak yang dikategorikan
perusahaan. mengalami financial distress.
Berdasarkan kriteria populasi tersebut
METODE PENELITIAN diperoleh 8 perusahaan. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang
Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
Jenis penelitian ini adalah explanatory
2014:81). Oleh karena perusahaan yang
research. Menurut Sugiyono (2012:12)
memenuhi kriteria populasi hanya 8
penelitian eksplanatori merupakan penelitian
perusahaan, maka seluruhnya digunakan
yang bermaksud menjelaskan kedudukan
variabel-variabel yang diteliti serta sebagai sampel penelitian. Dengan
demikian, teknik sampling pada penelitian
hubungan antara satu variabel dengan yang
ini adalah teknik sampling jenuh. Adapun
lain.
sampel penelitian dalam penelitian ini dapat
Sifat penelitian ini adalah replikatif.
dilihat pada Tabel 1 (lampiran A).
Penelitian replikastif berarti menggunakan
instrumen yang sama, metode, dan prosedur Metode Analisis Data
tetapi subyek dan tempat yang berbeda
Analisis Regresi Logistik
(Laurentina Paler-Calmorin, 2007:3). Alat analisis data pada penelitian ini
Penelitian ini mengacu kepada penelitian adalah regresi logistik. Regresi logistik
yang dilakukan oleh Kusumawardana sebetulnya mirip dengan analisis
(2013). Perbedaaan penelitian ini dengan diskriminan yaitu ingin menguji apakah
penelitian sebelumnya adalah obyek probabilitas terjadinya variabel terikat dapat
penelitian yang digunakan. diprediksi dengan variabel bebasnya. Dalam
Populasi dan Sampel logistic regression tidak perlu asumsi
Populasi adalah wilayah generalisasi normalitas data pada variabel bebasnya.
yang terdiri atas obyek/subyek yang Logistic regression umumnya dipakai jika
mempunyai kualitas dan karakteristik asumsi multivariate normal distribution
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk tidak terpenuhi (Imam Ghozali, 2006:225).
dipelajari dan kemudian ditarik Persamaan regresi dalam penelitian ini
kesimpulannya (Sugiyono, 2014:80). dapat dirumuskan sebagai berikut:
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan kelompok industri manufaktur [ ]
( )
Sub-sektor Tekstil dan Garmen yang
terdaftar di BEI sebanyak 19 perusahaan.
Dalam penelitian ini, pengamatan yang
dilakukan adalah seluruh anggota populasi Keterangan:
dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: Li : Variabel dependen dummy
1. Perusahaan Tekstil dan Garmen yang ln : Natural logarithm, logexp, di mana
tidak delisting selama periode penelitian. exp=2.71828…
2. Perusahaan Tekstil dan Garmen yang P : Probabilitas bahwa kejadian L
masuk dalam kategori 0 yaitu selama 2 akan muncul, Pi (L=1)
tahun berturut-turut tidak mengalami rugi
4
Pi/(1-Pi) : The “odds ratio” (odds ratio 2006:234). Dalam regresi logistik digunakan
adalah probabilitas terjadinya pula uji wald, dimana berfungsi untuk
peristiwa dibagi dengan menguji signifikansi konstanta dari setiap
probabiltias tidak terjadinya variabel independen yang masuk ke dalam
peristiwa) model. Menurut Stanislius (2006:236) jika
ln Pi/(1-Pi) : Log odds ratio, atau “logit” nilai wald dan nilai sig lebih kecil dari 0.05
β1 : Konstanta atau 0.10 maka signifikan.
β2-6 : Koefisien
X1i : Rasio CACL Perusahaan ke-i HASIL PENELITIAN
X2i : Rasio NITA Perusahaan ke-i Menganalisis Nilai Hosmer dan
X3i : Rasio TLTA Perusahaan ke-i Lemeshow’s Goodnes of Fit Test
X4i : Rasio ITO Perusahaan ke-i Hasil analisis kesesuaian model berupa
X5i : Rasio Sales Growth Perusahaan nilai Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of
ke-i Fit Test sebesar 4.332 dengan tingkat
i : Error term signifikansi (0,826) > α = 0,05, sehingga
Pengujian Hipotesis hipotesis nol yang menyatakan bahwa model
fit dengan data diterima. Ini berarti model
Menganalisis Nilai Hosmer dan mampu memprediksi nilai observasinya atau
Lemeshow’s Goodnes of Fit Test dapat dikatakan model dapat diterima karena
Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of sesuai dengan data observasinya, sehingga
Fit Test menguji hipotesis 0 (nol) bahwa dapat dilakukan analisis lebih lanjut atau
data empiris cocok atau sesuai dengan model yang dikembangkan layak digunakan
model (tidak ada perbedaan antara model untuk memprediksi financial distress. Nilai
dengan data sehingga model dapat dikatakan Hosmer dan Lemeshow’s Goodnes of Fit
fit) (Imam Ghozali, 2006:233). Test dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran B).
Nilai Nagelkerke’s R Square Nilai Nagelkerke’s R Square
Menurut Imam Ghozali (2006:233) Hasil nilai Nagelkerke’s R Square
Nagelkerke’s R Square merupakan adalah sebesar 0.827, ini artinya variabilitas
modifikasi dari Cox dan Snell’s untuk variabel independen berpengaruh sebesar
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 82.7%, sementara sisanya 17.3%
(nol) sampai 1 (satu). dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di
Menguji Tingkat Kemampuan Klasifikasi luar model penelitian. Nilai Nagelkerke’s R
Uji daya klasifikasi dalam regresi Square dapat dilihat pada tabel 3 (Lampiran
logistik menggunakan classification table. B).
Classification table menunjukkan kekuatan Tingkat Kemampuan Klasifikasi
prediksi model regresi untuk memprediksi Hasil tabel 4 menunjukkan tingkat
kemungkinan perusahaan mengalami klasifikasi model perusahaan non-financial
kesulitan keuangan (financial distress). distress sebesar 93.8% dan untuk
Pengujian Koefisiensi Regresi Logistik perusahaan yang mengalami financial
(Signifikansi) distress adalah sebesar 87.5%. Tingkat
Pengujian hipotesis dilakukan dengan klasifikasi model secara keseluruhan adalah
cara membandingkan antara nilai sebesar 90.6%. Tabel 4 dapat dilihat pada
probabilitas (α) dan tingkat signifikansi tabel 4 (lampiran B).
(sig), sehingga akan terbentuk suatu
persamaan regresi (Imam Ghozali,

5
Uji Hipotesis peluang terjadinya financial distress sebesar
Berdasarkan hasil analisis regresi 1.250 kali.
logistik di atas maka model persamaan Variabel rasio sales growth (X5)
regresi logistik untuk penelitian ini adalah: terbukti tidak berpengaruh signifikan
[ ] terhadap financial distress dengan nilai
( ) signifikansi (0.287) > nilai α (0.05). Nilai
koefisien regresi logistik sebesar 3.690,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
meningkatkan rasio sales growth maka akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya
financial distress secara tidak nyata.
Hasil Uji Hipotesis Pembahasan
Variabel rasio CACL (X1) terbukti CACL merupakan aset lancar dibagi
berpengaruh signifikan terhadap financial dengan kewajiban lancarnya. Semakin tinggi
distress dengan nilai signifikansi (0.032) < CACL maka semakin baik, yang berarti
nilai α (0.05). Nilai koefisien regresi logistik perusahaan memiliki aset lancar yang cukup
sebesar 0.062 dengan nilai odds ratio untuk membayar kewajiban lancarnya.
sebesar 1.064 yang berarti bahwa Namun, hasil penelitian ini CACL memiliki
peningkatan variabel rasio CACL akan hubungan yang positif, artinya peningkatan
meningkatkan peluang terjadinya financial CACL akan meningkatkan risiko terjadinya
distress sebesar 1.064 kali. financial distress. Hal ini dikarenakan
Variabel rasio NITA (X2) terbukti tidak perusahan memiliki persediaan yang besar,
berpengaruh signifikan terhadap financial hampir 50% kontribusi aset lancar
distress dengan nilai signifikansi (0.534) > perusahaan berasal dari persediaan. Aset
nilai α (0.05). Nilai koefisien logistik lancar perusahaan setelah dikurangi dengan
sebesar -0.023, sehingga dapat disimpulkan persediaan memiliki nilai yang lebih kecil
bahwa dengan meningkatnya rasio NITA daripada kewajiban lancar mereka.
maka kemungkinan terjadinya financial NITA mengukur pengembalian atas
distress akan mengalami penurunan secara total aset setelah bunga dan pajak (Brigham
tidak nyata. dan Houston, 2010:148). Sebagian besar
Variabel rasio TLTA (X3) terbukti perusahaan memiliki NITA yang positif,
berpengaruh signifikan terhadap financial yang artinya perusahaan dapat menggunakan
distress dengan nilai signifikansi (0.038) < aset yang dimilikinya dalam menghasilkan
nilai α (0.05). Nilai koefisien regresi logistik laba. Namun, sebagian besar perusahaan
sebesar 13.414 dengan nilai odds ratio melakukan penjualan dengan kredit bukan
sebesar 669391.8 yang berarti bahwa secara tunai. Hal ini tercermin dari rata-rata
peningkatan rasio TLTA akan meningkatkan laporan keuangan perusahaan yang
peluang terjadinya financial distress sebesar melakukan penjualan dengan kredit, piutang
669391.8 kali. perusahaan lebih besar dari kasnya. Kondisi
Variabel rasio ITO (X4) terbukti ini menyebabkan risiko tidak tertagihnya
berpengaruh signifikan terhadap financial laba perusahaan semakin besar, yang
distress dengan nilai signifikansi (0.039) < efeknya bisa menurunkan pendapatan
nilai α (0.05). Nilai koefisien regresi logistik perusahaan akibat dari piutang yang tidak
sebesar 0.223 dengan nilai odds ratio tertagih.
sebesar 1.250 yang berarti bahwa TLTA mengukur presentase dana yang
peningkatan rasio ITO akan meningkatkan diberikan oleh kreditor. Semakin tinggi rasio

6
ini maka semakin tinggi risiko yang terlalu banyak piutang maka kas dalam
dihadapi perusahaan karena utang yang perusahaan tidak berjalan secara teratur,
dimiliki perusahaan semakin tinggi. Hal ini karena terhambat dengan piutang yang
menyebabkan perusahaan harus belum terbayar (Kusumawardana, 2013).
menanggung beban bunga dari utang yang
Implikasi
semakin tinggi, apabila kondisi terjadi terus CACL menunjukkan adanya pengaruh
menerus akan mempengaruhi kondisi signifikan terhadap financial distress ke arah
keuangan perusahaan yang pada akhirnya positif, artinya kenaikan rasio ini bisa
akan mempersulit keuangan perusahaan meningkatkan kemungkinan financial
(Sukmaraganita, 2008). Perusahaan yang distress. Dengan demikian perusahaan perlu
memiliki utang yang lebih besar daripada memperhatikan penggunaan aset lancarnya.
asetnya akan menyebabkan perusahaan tidak Perusahaan harus bisa mengelola aktiva
dapat membayar utangnya ditambah dengan lancarnya dengan lebih efisien. Salah satu
bunga yang pada akhirnya akan caranya adalah beroperasi dengan investasi
menyebabkan perusahaan akan masuk dalam yang lebih kecil pada modal kerja, maka hal
kondisi financial distress yang sangat serius. ini dapat meningkatkan profitabilitas
ITO memberikan ukuran mengenai perusahaan. Kondisi ini lebih membuat
seberapa cepat perusahan menjual perusahaan menjadi lebih likuid.
persediaannya (Smart dan Graham, NITA tidak berpengaruh signifikan
2012:42). Hasil penelitian ini menunjukkan terhadap financial distress ke arah negatif,
ITO memiliki hubungan positif terhadap artinya peningkatan rasio profitabilitas dapat
financial distress, artinya semakin tinggi menyebabkan penurunan terhadap financial
rasio ini maka meningkat pula kemungkinan distress secara tidak nyata. Implikasi dari
terjadinya financial distress. Perputaran
penelitian ini adalah perusahaan sebaiknya
persediaan yang tinggi menunjukkan operasi melihat kebijakan penjualannya agar
perusahaan yang pas-pasan. Hal tersebut perusahaan memiliki keseimbangan antara
bisa saja merupakan gejala dari praktik likuiditas dengan profitabilitasnya.
memelihara persediaan yang terlalu rendah Perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan
dan sering terjadinya kehabisan persediaan manajemen yang jelas mengenai penjualan
(stockout). Sementara perputaran persediaan dalam bentuk tunai atau kredit. Selain itu
yang relatif pelan merupakan tanda dari perusahaan juga perlu mengelola
barang yang berlebihan, jarang digunakan,
manajemen persediaannya untuk
atau tidak terpakai dalam persediaan (Van memaksimalkan penjualannya. Sehingga
Horne dan Wachowicz, 2012:176). perusahaan dapat menjaga likuiditasnya dan
Pertumbuhan penjualan (sales growth) perusahaan dapat terus menjalankan
mencerminkan kemampuan perusahaan kegiatan operasionalnya.
untuk meningkatkan penjualannya dari TLTA berpengaruh signifikan terhadap
waktu ke waktu (Widarjo dan Setiawan, financial distress ke arah positif, artinya
2009). Perusahaan pada umumnya dengan meningkatnya solvabilitas maka
bertransaksi secara tunai atau kredit. Rata- meningkat pula kemungkinan terjadinya
rata Perusahaan tekstil dan garmen financial distress. Implikasi dari penelitian
melakukan penjualan secara kredit. Hal ini ini adalah semakin tinggi rasio ini maka
menyebabkan piutang perusahaan lebih kemungkinan perusahaan mengalami
besar daripada kas perusahaan, yang financial distress semakin besar, dan
akibatnya meningkatkan risiko bagi semakin kecil kemungkinan perusahaan
perusahaan. Apabila sebuah perusahaan mendapatakan tambahan dana melalui

7
utang. Perusahaan perlu meningkatkan 1. Rasio CACL terbukti memiliki pengaruh
efektivitas dalam menghasilkan laba terhadap kemungkinan kondisi financial
perusahaan dengan penggunaan aset yang distress perusahaan.
efisien. Kondisi ini dapat menyebabkan 2. Rasio NITA terbukti tidak memiliki
berkurangnya penggunaan utang untuk pengaruh terhadap kemungkinan kondisi
mendanai kegiatan perusahaan. financial distress perusahaan.
ITO berpengaruh signifikan terhadap 3. Rasio TLTA terbukti memiliki pengaruh
financial distress ke arah positif, artinya terhadap kemungkinan kondisi financial
semakin tinggi rasio ini maka semakin distress perusahaan.
meningkat pula kemungkinan perusahaan 4. Rasio ITO terbukti memiliki pengaruh
terkena financial distress. Implikasi dari terhadap kemungkinan kondisi financial
penelitian ini adalah perusahaan harus distress perusahaan.
mengelola persediaannya dengan efisien, 5. Rasio sales growth terbukti tidak
artinya perusahaan tidak menyimpan terlalu memiliki pengaruh terhadap
banyak persediaan dalam gudang, atau kemungkinan kondisi financial distress
perusahaan tidak kekurangan persediaan. perusahaan.
Perusahaan harus mampu memprediksi
Saran
dengan tepat kebutuhan akan bahan baku Berdasarkan hasil penelitian,
atau barang jadi sehingga perusahaan bisa pembahasan, dan kesimpulan, dapat
menyediakan persediaan tepat pada dikemukakan beberapa saran yang
waktunya dan sesuai dengan jumlah yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
diperlukan. perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain,
Sales growth tidak berpengaruh antara lain:
signifikan terhadap financial distress ke arah
1. Dengan munculnya rasio TLTA sebagai
positif, artinya dengan meningkatnya rasio rasio yang memiliki pengaruh paling
ini maka meningkat pula kemungkinan besar, maka diharapkan perusahaan
terjadinya financial distress secara tidak mampu mengelola struktur pendanaan
nyata. Implikasi dari hasil penelitian ini yang berasal dari utang.
adalah walaupun penjualan perusahaan 2. Bagi kreditor, harus melihat kinerja
mengalami peningkatan, namun harus keuangan perusahaan yang akan
dilihat mengenai transaksi yang dilakukan. diberikan pinjaman sebelum maupun
Perusahaan harus mampu membuat
sesudah, agar kreditor terhindar dari
kebijakan agar profitabilitas perusahaan kerugian.
dapat maksimal. Jika piutang tidak dikelola 3. Bagi peneliti berikutnya yang akan
dengan baik, piutang akan bertambah hingga melakukan penelitian dengan topik yang
ke tingkat yang berlebih, arus kas akan turun sama, hendaknya memperluas perusahaan
dan piutang tak tertagih akan menghapuskan yang dijadikan obyek penelitian dan
laba atas penjualan (Sukmaraganita, 2008). periode pengamatan yang lebih lama, dan
KESIMPULAN DAN SARAN juga menggunakan prediktor lain selain
yang digunakan dalam penelitian ini.
Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan empiris DAFTAR PUSTAKA
sebagaimana tergambar dalam pembahasan Almilia, L. S., & Kristijadi, E. (2003).
sebelumnya diatas, maka dapat ditarik Analisis Rasio Keuangan untuk
kesimpulan sebagai berikut: Memprediksi Kondisi Financial Distress
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

8
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Ni Wayan Krisnayanti A. P., & Ni Ketut
Auditing Indonesia (JAAI), Vol.7, No.2, Lely A. M. (2014). Pengaruh Mekanisme
pp. 1-27. Corporate Governance, Likuiditas,
Ardiyanto, F.D., (2011). “Prediksi Rasio Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada
Keuangan Terhadap Kondisi Financial Financial Distress. E-Jurnal Akuntansi
Distress Perusahaan Manufaktur yang Universitas Udayana 7.1, pp. 93-106.
Terdaftar di BEI Periode 2005-2009”,
Paler-Calmorin, Laurentina. (2007).
Skripsi. Universitas Diponegoro,
Research Methods and Thesis Writing
Semarang.
Bank Indonesia. (2009). Outlook Ekonomi Second Edition. Philipine : REX Book
Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009. Store INC.
Bank Indonesia. (2009). Outlook Platt, H. D., & Platt, M. B. (2002).
Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Predicting Corporate Financial Distress:
Januari 2009. Reflections on Choice-Based Sample
Brahmana, R. K. (2007). Identifying Bias. Journal of Economics and Finance,
Financial Distress Condition in Vol.26, Number 2, pp. 184-199.
Indonesia Manufacture Industry. S. Munawir. (2007). Analisis Laporan
Birmingham Business School, University Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
of Birmingham United Kingdom, pp. 1- Schmuck, M. (2013). Financial Distress and
19. Corporate Turnaround, An Empirical
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2007). Analysis of The Automotive Supplier
Essential of Financial Management. Industry. Germany: Springer Gabler.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Widarjo, W., & Setiawan, D. (2009).
Jilid 1, Edisi 11. Yulianto (Penterjemah). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
(2010). Jakarta: Salemba Empat. Kondisi Financial Distress Perusahaan
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Multivariate dengan Program SPSS. Vol. 11, No.2, pp. 107-119.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Schmuck, M. (2013). Financial Distress and
Diponegoro. Corporate Turnaround, An Empirical
Hermawan, I. (2011). Analisis Dampak Analysis of The Automotive Supplier
Kebijakan Makroekonomi terhadap Industry. Germany: Springer Gabler.
Perkembangan Industri Tekstil dan Smart, S. B., & Graham, J. R. (2012).
Produk Tekstil Indonesia. Buletin Introduction to Financial Management,
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Third International Edition. USA:
Volume 13, Nomor 4, pp 373-408. Cengage Learning.
Hery. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Stanislius S Uyanto. (2006). Pedoman
Jakarta: PT Bumi Aksara. Analisis Data dengan SPSS. Jakarta :
Jumingan. (2011). Analisis Laporan Penerbit Graha Ilmu.
Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kusumawardana, R. F. (2013). "Analisis Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Bandung: ALFABETA.
Financial Distress (Studi pada Indeks _______. (2014). Metode Penelitian
LQ45 yang Terdaftar di BEI Periode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
2009-2011)", Skripsi. Universitas Bandung: ALFABETA.
Brawijaya, Malang.

9
Sukmaraganita, R. (2008). Prediksi Van Horne, J. C., & Wachowicz, Jr. J. M.
Financial Distress Perusahaan (Studi (2009). Fundamentals of Financial
pada Perusahaan Manufaktur yang Management, 13th ed. Prinsip-prinsip
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Tesis. Manajemen Keuangan, Edisi 13-Buku 1.
Universitas Brawijaya. Mubarakah (penterjemah). (2012).
Jakarta: Penerit Salemba Empat.

10
LAMPIRAN A
Tabel 1
Nama Perusahaan Sampel
Kode
No. Nama Perusahaan Kategori
Perusahaan
1 ARGO PT Argo Pantes Tbk 1
2 CNTX PT Century Textile Industry Tbk 1
3 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 0
4 HDTX PT Panasia Indo Resources Tbk 0
5 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 0
6 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 1
7 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk 0
8 UNTX PT Unitex Tbk 1

11
LAMPIRAN B
TABEL 2
Uji Hosmer dan Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 4.332 8 .826

TABEL 3
Model Summary
Model Su mmary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


St ep likelihood R Square R Square
1 13.375a .620 .827
a. Est imat ion t erminated at iterat ion number 9 because
parameter estimates changed by less than .001.

TABEL 4
Classification Table

Classification Tabl ea

Predicted

Y
Non-Finansial Finansial Percentage
Observ ed Dist ress Dist ress Correct
Step 1 Y Non-Finansial Distress 15 1 93.8
Finansial Distress 2 14 87.5
Ov erall Percentage 90.6
a. The cut v alue is .500

12
TABEL 5
Variabel dalam Model Logistik
Variables in the Equation

B S. E. Wald df Sig. Exp(B)


Staep X1 .062 .029 4.613 1 .032 1.064
1 X2 -.023 .037 .387 1 .534 .978
X3 13.414 6.473 4.294 1 .038 669391.8
X4 .223 .108 4.268 1 .039 1.250
X5 3.690 3.470 1.131 1 .287 40.060
Constant -18.668 8.427 4.907 1 .027 .000
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.

13

Anda mungkin juga menyukai