Anda di halaman 1dari 3

Tentiran dr.

MHR 3 Oktober 2019 Final


Penutupan luka tidak diharuskan terburu-buru. Boleh lakukan debridement closure dan kemudian
kalau memungkinkan dan banyak bone lose harus dipikirkan adanya bone graf dan yang terakhir
rehabilitation as soosn as possible.
Sharing pengalaman
Jadi 2 minggu yang lalu yang saya pengalalaman disini pasien dengan cedera kepala
tulangnya keluar, saya tidak mengerti gimana dan kenapa saya tidak boleh melakukan
debridement di IGD, saat trepanasi tulangnya keluar kita mau debridement, cuci saja., tapi
tidak boleh. Akhirnya pasiennya meninggal. Pasiennya sembuh tapi tulangnya mati. Saya
operasi cuma buang tulangnya yang ini saja. Pasiennya hipoglikemia di ruangan, dan
kemudian meninggal pasiennya. Artinya itu semua bisa kita cegah. Artinya bila ada pasien
masuk terlihat tulangnya keluar ya kita cuci saja, kenapa sih tidak boleh? Ini penting,
trepanasi sudah, resusitasi sudah tapi kalau salah manajemen dari awal ya tidak bisa, ya ini
prinsipnya.

Open Fracture
Kemudian kalau open fracture harus tau ada klasifikasinya ada tiga, jangan dihafal 1 2 3 nya, tapi
apa yang membuat jadi klasifikasinya ini. Gustilo anderson
Pertama energi trauma, kemudian contamination, soft tissue dan hard tissue.
Grade 1: (all of this variable mild) low energy trauma, mild contamination, soft tissuenya
lukanya kecil, dan hard tissuenya frakturnya simple.
Grade 2: moderate semua (energy sedang, kontaminasi sedang, soft tissue ada luka tp tdk
lebih dari 10cm), hard tissuenya dia dibilang simple tidak kominutif juga tidak.
Grade 3: semua high ( high energy, kontaminasinya tinggi, soft tissuenya hancur, hard
tissuenya tulangnya kominutif segmental. Kemudian dibagi menjadi: A B C
a. Yang tipe A : kasarnya no periosteal stripping, atau dengan kata lain bila dilakukan
penjahitan bisa menutup sempurna.
b. Tapi kalau dijahit dan memerlukan skin flap menjadi tipe B.
c. Kalau ada vascular injury jadi tipe C.
Contoh Kasus :
Ada kasus low energy, jatuh, fraktur simple, tulangnya pin point, tapi jatuhnya di sawah,
maka langsung grade 3 karena very high contamination. Itu kenapa saya konsep ini
penting. Satu saja dia high atau very high langsung jadi grade 3.
Atau ada contoh kasus lain luka simple, low energy, contamination rendah, tapi ada vaskular
injury, langsung grade 3C. Jadi kalau misalnya di daerah tidak memungkinkan dirujuk
dan lain sebagainya, kalau grade 1 atau 2 boleh ditunda untuk amputasi, tapi kalau grade
3 harus di kie pasien, sekali dia infeksi akan infeksi terus dan sebaiknya external fixasi
dulu.

Dislokasi
Dislokasi tersering terjadi pada sendi bahu, hampir 90% terjadi dislokasi anterior. Shouler
berarti sendi gleno humeral, skapula bersendi dengan head of humerus. Mekanismenya kalau ada
benturan indirek eksternal rotasi dan kontusi. Tapi kalau direk adanya benturan dari belakang
yang mendorong head of humerus ke depan.
Klinis pasien datang biasanya:
 head of shouldernya bengkak,
 kemudian tonjolan dari head of humerus hilang,
 nyeri bila abduksi.
Dislokasi harus ditreat as emergency, karena persendian itu suatu system yang terdiri dari
kapsul, kemudian untuk stabilitasnya adalah soft tissuenya, dan synovial fluid, cartilage yang
bisa hidup dari proses difusi dari sekitarnya sehingga nutrisi dari synovial fluid itu bisa masuk
menjaga cartillage tetap hidup. Bisa dibayangkan bila proses chondrolysis mulai terjadi
mengakibatkan sedikit demi sedikit cartillage akan rusak sehingga muncul osteoarthritis. Maka
as soon as possible we treat as emergency.
Shoulder dislocation terjadi pada anterior, inferior dan posterior. Berdasarkan tipenya dibagi
menjadi subclavicula, subglenoid, dibawah glenoid dan scapula dan subcoronoid.
Seringkali terjadi axillary nerve injury pada shoulder dislocation. Pemeriksaan status lokalis pada
dislokasi look, feel dan move.

Hip merupakan sendi yang paling stabil, bila terjadi dislokasi maka terjadi high energy trauma
Look : Skin and position, always compare with healthy side, deformity
Feel : soft tissue dan arcus…., soft tissue ( skin, vascular and nerve function), hard tissue :
bone and joint line?
Move : active and passive

Prinsip penangannya :
dislokasi anterior pada shoulder : traction-counter traction, teknik stimson, beban yang
diberikan adalah 5kg.

Compartment syndrome
Ruang compartemen adalah ruang tertutup yang berisi tulang, otot-otot yang bekerja
sinergs kemudian otot itu akan divaskularisasi oleh 1 pembuluh darah dan diinervasi
oleh 1 saraf, saraf dan pembuluh darah di bungkus oleh tulang dan fascia. Kruris
merupakan bagian yang banyak ada kompartemen, terdapat 4 kompartemen yaitu
anterior, lateral dan posterior, posterior ada yang supercial dan ada yang profunda.
Jadi ruangan kompartemen itu tekanan nya konstan tetapi oleh karena ada faktor
external dan internal, ruangan kompertemen tersebut dapat meningkat tekanannya atau
ruangan kompartemennya menjadi sempit. Internal factor adanya darah dari fracture
sedangkan external biasanya karena pijatan, iatrogenic
Penatalaksanaan yaitu prinsipnya dekompresi yaitu dibuka ruang compartemennya
guna mengurani tekanan intracompartment dengan cara fasciotomy. Normal tekanan
intrakompartemen adalah 0-8mmhg dan indikasi dilakukan fasciotomy jika tekanan
kompartemen nya di atas 30mmhg.
Penilaian beda panjang kaki kanan dan kiri ( LLD : leg length discrepancy) pada
deformitas shortening :
1. True length : dari SIAS ke medial malleolus
2. Apparent length : dari umbilical ke medial malleolus
3. Anatomical length
4. Functional length
Angulasi ada dua yaitu varus dan valgus. Varus adalah deformitas yang mengikuti
pola lingkaran (kaki O). Valgus adalah deformitas yang polanya tidak mengikuti pola
lingkaran (kaki x).

Pada pemeriksaan X-ray harus diperhatikan 6 hal berikut ini :


1. site
2. ekstensinya komplit/inkomplit (dari anterior, lateral dan posterior)
3. konsfigurasinya (transvere, segmental, spiral, oblique, komunitif)
4. relationship fragmen (displaced, non displaced atau partial displaced)
5. environtment
6. komplikasi ada atau tidak
Prinsip penanganan fraktur tujuannya adalah union, fungsional dan yang terakhir
adalah kosmetik Dilakukan dengan recognize, reduce, retain, rehabilitaion

Fase penyembuhan fraktur terdiri dari 5 fase, yaitu :


1. Fase hematoma, akibat fraktur pada tulang akan terjadikan robekan sehingga
membentuk hematoma di kedua sisi atau salah satu sisi fraktur.
2. Fase proriferasi, sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk
membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna
3. Fase pembentikan kalus (union)
4. Fase konsolidasi
5. Fase remodeling

Anda mungkin juga menyukai