667-Article Text-14886-1-10-20190812
667-Article Text-14886-1-10-20190812
667
Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes ... (Ni Nyoman Veridiana, Made Agus Nurjana)
Abstract
The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) has increased globally in both high-income countries and low
and middle-income countries including in Indonesia. The aim of this study is to examine the relationship
between consumption patterns and physical activity with the incidence of DM in Indonesia based on the
2013 Riskesdas data. The number of samples is 722,329 respondents aged 15 years and over. The results
showed that behavior of processed foods consumption (biscuits) and physical activities are DM risk
factors. People who have a habit of consuming biscuits are likely to have DM 1,198 times compared
to people who do not consume it. Physical activity is the dominant risk factor for the DM in Indonesia.
People who have a habit of doing mild and moderate activities are likely to have DM 3.198 and 1.933
times respectively compared to people who have a habit of doing heavy physical activities. In preventing
the increasing prevalence of DM in Indonesia, it is necessary to increase public awareness in carrying
out physical activities, especially in community with light activities andto increase public understanding
of kind of foods which can increase the risk of DM.
Abstrak
Prevalensi Diabetes mellitus (DM) mengalami peningkatan secara global baik di negara berpenghasilan
tinggi maupun negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia. Tujuan dari tulisan
ini adalah mengkaji hubungan pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan kejadian DM di Indonesia
berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Jumlah sampel sebanyak 722.329 responden berusia 15 tahun ke
atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi makanan olahan (biskuit) dan aktivitas fisik
merupakan faktor risiko DM. Masyarakat yang memiliki kebiasaan mengonsumsi biskuit mempunyai
peluang untuk terkena DM 1,198 kali dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mengonsumsinya.
Aktivitas fisik merupakan faktor risiko dominan terhadap kejadian DM di Indonesia. Masyarakat yang
memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik ringan dan sedang mempunyai peluang untuk terkena DM
berturut-turut 3,198 dan 1,933 kali dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan melakukan
aktivitas fisik berat. Dalam mencegah semakin tingginya prevalensi DM di Indonesia, maka diperlukan
peningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik khususnya pada masyarakat dengan
aktivitas ringan serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang makanan yang dapat meningkatkan
risiko DM.
97
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 2, Juni 2019: 97 - 106
98
Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes ... (Ni Nyoman Veridiana, Made Agus Nurjana)
menjaga berat badan normal dan menghindari makanan/minuman manis, makanan berlemak/
penggunaan tembakau.15 Penelitian di Wanowasa berkolestrol/gorengan. Makanan olahan dari
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tepung meliputi mie instan, mie basah, roti dan
usia, obesitas, makanan, gaya hidup, aktivitas fisik biskuit. Aktivitas fisik dikategorikan menjadi tiga
pada wanita usia produktif dengan kejadian DM yaitu berat, sedang dan ringan. Aktivitas fisik berat
di daerah tersebut.16 merupakan aktivitas yang memerlukan kerja fisik
Dalam tulisan ini akan dikaji tentang berat dan dapat menyebabkan nafas dan denyut
hubungan pola konsumsi dan aktivitas fisik nadi meningkat cepat. Aktivitas fisik sedang
dengan kejadian DM di Indonesia berdasarkan merupakan aktivitas fisik yang membutuhkan
data Riskesdas tahun 2013. kerja fisik sedang dan sedikit peningkatan nadi
atau nafas. Aktivitas ringan merupakan kegiatan
METODE sedentary (duduk-duduk atau santai). Kegiatan
yang dicatat dalam aktivitas yaitu kegiatan yang
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dilakukan secara terus menerus selama 10 menit
merupakan riset nasional berbasis komunitas atau lebih dalam setiap kali kegiatan.
yang datanya dapat menggambarkan indikator Data dianalisis secara deskriptif untuk
kesehatan di tingkat nasional, provinsi dan di menggambarkan distribusi masing-masing
tingkat kabupaten/kota. Pengumpulan data variabel. Untuk mengetahui hubungan antara
dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013 di 33 variabel yang diteliti dan faktor risiko yang
provinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. dominan dilakukan analisis logistic regression
Desain Riskesdas adalah cross sectional. complex samples dengan menggunakan program
Data yang dianalisis bersumber dari Riset pengolah data.
Kesehatan Dasar Tahun 2013 milik Badan Litbang
Kesehatan, dengan jumlah sampel sebanyak HASIL
722.329 responden yang berusia 15 tahun ke
atas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Jumlah responden yang diwawancarai
dependen yaitu penderita DM dan variabel tentang penyakit DM dalam kegiatan Riskesdas
independen yaitu perilaku konsumsi (buah segar 2013 sebanyak 722.329 orang. Hasil Riskesdas
dan sayur, makanan berisiko, makan olahan dari menunjukkan bahwa penyakit ini tersebar di
tepung) dan aktivitas fisik. seluruh provinsi di Indonesia. Prevalensi DM
Penderita DM yaitu masyarakat umur 15 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 1,5%. Pada
tahun ke atas yang pernah didiagnosis menderita Gambar 1 dapat dilihat bahwa prevalensi DM
DM oleh dokter. Perilaku konsumsi buah dan sayur berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Daerah
segar, makanan berisiko dan makanan olahan dari Istimewa Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%),
tepung dikategorikan menjadi dua yaitu tidak dan Sulawesi Utara (2,4%). Sedangkan prevalensi
pernah dan pernah. Makanan berisiko meliputi terendah di Provinsi Lampung (0,7%).
3 2.62.5
2.42.3
2.5 2.12.1
1.81.8
2 1.61.61.61.51.5
1.41.31.31.31.31.3
1.5 1.21.21.21.11.1
1 1 1 0.90.90.9
0.80.80.80.7
1
0.5
0
Banten
Bali
Riau
Bangka Belitung
Indonesia
Maluku Utara
Jambi
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Sumatra Barat
Jawa Barat
Bengkulu
Lampung
Maluku
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Kepulauan Riau
Papua
Kalimantan Timur
Jawa Timur
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Sumatra Utara
DI Aceh
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Papua Barat
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Timur
Gambar 1. Prevalensi Diabetes Millitus berdasarkan Diagnosis Dokter di Indonesia Tahun 2013
99
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 2, Juni 2019: 97 - 106
100
Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes ... (Ni Nyoman Veridiana, Made Agus Nurjana)
Tabel 3. Hasil Logistic Regression Complex Samples Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian DM di Indonesia Tahun 2013
No Variabel OR 95%CI P-value
1 Konsumsi buah
- Tidak pernah 0,632 0,575-0,695 0,000
- Pernah ref
2 Konsumsi sayur
- Tidak pernah 0,879 0,814-0,948 0,001
- Pernah ref
3 Konsumsi makanan/minuman manis
- Tidak pernah 0,175 0,162-0,189 0,000
- Pernah ref
4 Konsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan
- Pernah 0,766 0,669-0,875 0,000
- Tidak pernah ref
5 Konsumsi mie instan
- Pernah 0,437 0,403-0,474 0,000
- Tidak pernah ref
6 Konsumsi biskuit
- Pernah 1,198 1,096-1,309 0,000
- Tidak pernah ref
7 Aktivitas fisik
- Ringan 3,198 2,908-3,516 0,000
- Sedang 1,933 1,801-2,075
- Berat ref
101
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 2, Juni 2019: 97 - 106
yang memiliki kebiasaan melakukan aktivitas berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak
fisik ringan mempunyai peluang untuk terkena peka lagi terhadap insulin, dan akan menjadi lebih
DM 3,198 kali dibandingkan dengan masyarakat fatal apabila disertai dengan adanya komplikasi
yang memiliki kebiasaan melakukan aktivitas penyakit lain khususnya pada kelompok usia
berat, sedangkan masyarakat yang memiliki lanjut.19 Seiring dengan pertambahan usia,
kebiasaan melakukan aktivitas sedang mempunyai metabolisme tubuh melambat secara alami
peluang lebih rendah terkena DM yaitu 1,933 dan mobilitas yang rendah akan mempercepat
kali dibandingkan dengan aktivitas berat setelah
pergantian massa otot dengan lemak tubuh,
dikontrol oleh perilaku konsumsi biskuit, buah
sehingga dapat meningkatkan terjadinya obesitas
segar, sayur, makanan/minuman manis, makanan
berlemak/berkolesterol/gorengan dan mie instan. yang merupakan salah satu risiko terjadinya DM.20
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa Penelitian di Denpasar menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan pada variabel perilaku risiko DM pada kelompok usia ≥ 50 tahun 4 kali
konsumsi makanan olahan dari tepung berupa dibandingkan usia lebih muda.21 Hasil penelitian
biskuit OR: 1,198 (CI 95%: 1,096-1,309) yang yang dilakukan di RSUD dr. Fauziah Bireuen
artinya masyarakat yang mempunyai kebiasaan Provinsi Aceh juga menunjukkan hal yang sama,
mengonsumsi makanan olahan dari tepung berupa yaitu umur lebih dari 50 tahun berisiko untuk
biskuit memiliki peluang 1,198 kali lebih besar menderita DM sebesar 2,16 kali.22
untuk terkena DM dibandingkan dengan yang Prevalensi DM lebih tinggi pada
tidak pernah mengonsumsi biskuit. Hasil analisis perempuan daripada laki-laki. Perempuan
multivariat dapat dilihat pada Tabel 3 di atas. memiliki peluang yang lebih besar untuk
mengalami kenaikan indeks massa tubuh. Proses
PEMBAHASAN hormonal yang dialami oleh wanita seperti
sindroma siklus menstruasi, pasca menopouse
Transisi epidemiologis yang signifikan yang dapat mengakibatkan lemak tubuh mudah
terjadi selama dua dekade terakhir ini. Hal tersebut terakumulasi sehingga wanita berisiko menderita
ditandai dengan semakin meningkatnya prevalensi DM tipe 2.23 Penelitian di RSUD Abdul Moeloek
PTM dan menjadi beban utama meskipun Provinsi Lampung menunjukkan bahwa wanita
beban penyakit menular masih sangat tinggi. lebih berisiko untuk mengalami obesitas. Pada
DM merupakan salah satu penyakit PTM yang usia 45 tahun, wanita akan kehilangan 30
cenderung mengalami peningkatan baik secara sampai 50% massa otot. Penurunan massa otot
global maupun nasional dan telah mengancam dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi
sejak usia muda. Morbiditas maupun mortalitas kalori sehingga setiap makanan diubah menjadi
akibat DM cenderung meningkat dihampir semua lemak. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
negara termasuk Indonesia.17 DM dikenal sebagai obesitas. Orang yang obesitas memiliki risiko
silent killer karena penderitanya seringkali tidak untuk mengalami peningkatan kadar kolesterol20
menyadari dan saat diketahui setelah terjadi dan kadar kolesterol yang tinggi merupakan
komplikasi.2 salah satu faktor risiko dari DM. Wanita dengan
Penyakit ini lebih banyak terjadi diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami
pada kelompok ekonomi yang lebih tinggi. kematian dibandingkan dengan laki-laki, apalagi
Peningkatan DM disebabkan oleh beberapa faktor diagnosisnya terlambat dilakukan.24
risiko perilaku atau gaya hidup seperti merokok, Hasil analisis multivariat perilaku
kurangnya aktivitas fisik serta kurangnya konsumsi dan aktivitas fisik dengan kejadian
konsumsi sayur dan buah.17 DM menunjukkan bahwa faktor risiko yang
DM dapat terjadi pada semua umur baik berhubungan dengan kejadian DM pada
anak-anak, orang dewasa maupun lansia, namun masyarakat yaitu perilaku mengonsumsi makanan
lebih tinggi ditemukan pada usia dewasa di atas olahan dari tepung berupa biskuit dan aktivitas fisik.
45 tahun.12,18 Hal ini dikarenakan diabetes sering Sedangkan perilaku konsumsi buah segar, sayur,
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan, makanan/minuman manis, makanan berlemak/
terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang
102
Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes ... (Ni Nyoman Veridiana, Made Agus Nurjana)
berkolesterol/gorengan dan mie instan merupakan terbukti memberikan pengaruh terhadap tingkat
faktor protektif. Hasil ini berbanding terbalik gula darah yang dapat memicu DM.29 Hasil
dengan anjuran makan buah dan sayur segar serta penelitian menunjukkan kebiasaan mengonsumsi
menghindari makanan/minuman manis, makanan makanan olahan dari tepung seperti biskuit
berlemak/berkolesterol/gorengan dan mie instan terbukti berhubungan dengan kejadian DM.
mencegah terkena DM. Hal ini dapat terjadi Biskuit merupakan salah satu jenis makanan
karena tidak semua sayuran dapat mencegah DM. yang mengandung karbohidrat tinggi. Asupan
Beberapa sayuran bahkan dapat meningkatkan karbohidrat yang melebihi kebutuhan akan
risiko DM karena mengandung gula maupun semakin meningkatkan gula darah dan tidak
pati yang tinggi seperti kentang, buncis, labu, dapat dikendalikan dalam batas normal. Dalam
tomat, jagung, makanan yang dibungkus daun, melaksanakan fungsinya, tubuh memerlukan
serta ubi.25 Demikian halnya buah, konsumsi jus energi yang diperoleh dari energi potensial
kemasan maupun manisan yang telah ditambah berupa energi kimia yang tersimpan dalam bahan-
gula dapat meningkatkan risiko DM.26 Bahkan bahan makanan. Energi tersebut akan dilepaskan
hasil studi pada wanita di Amerika menunjukkan setelah mengalami proses metabolisme dalam
bahwa konsumsi jus buah dapat meningkatkan tubuh. Karbohidrat adalah makanan yang dapat
risiko DM pada wanita.27 Keterbatasan dari memenuhi keperluan akan energi. Karbohidrat
riset ini adalah hanya mengumpulkan informasi akan diabsorpsi tubuh dalam bentuk glukosa dalam
frekuensi konsumsi sedangkan jenis buah, sayur proses metabolisme. Dalam proses metabolisme
dan minuman yang yang dikonsumsi masyarakat ini, insulin sangat dibutuhkan untuk memasukkan
tidak dikumpulkan, sehingga tidak dapat dianalisis glukosa dan bahan nutrisi lain ke dalam sel yang
lebih mendalam pengaruh jenis buah, sayur dan akan digunakan sebagai bahan bakar dan menjadi
minuman terhadap kejadian DM. Demikian halnya energi. Apabila insulin kurang atau sel resisten
dengan tipe DM masyarakat yang disurvei juga terhadap insulin, maka kadar gula darah akan
tidak dikumpulkan. Terdapat dua kategori utama meningkat.30 Disamping itu, resistensi insulin
diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe menjadi dasar terjadinya sindrom dismetabolik
2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulindependent (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi) akibat
atau juvenile/childhood -onset diabetes, ditandai obesitas terutama obesitas sentral.31
dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku
2, dulu disebut non insulin dependent atau adult konsumsi buah segar, sayur, makanan/minuman
onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin manis, makanan berlemak/berkolesterol/gorengan
yang kurang efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 dan mie instan merupakan faktor protektif. Faktor-
merupakan 90% dari seluruh diabetes.2 faktor tersebut berhubungan secara signifikan
Faktor yang paling dominan adalah dengan kejadian DM akan tetapi peluang untuk
aktivitas fisik setelah dikontrol oleh variabel terkena DM lebih kecil. Hal ini dapat dilihat
yang lainnya. Orang yang mempunyai perilaku dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
konsumsi tidak terkontrol dan aktivitas fisiknya masyarakat dengan DM yang tidak mengonsumsi
kurang akan semakin meningkatkan probabilitas buah segar dan sayur memiliki persentase
untuk terkena DM. Aktivitas fisik yang dilakukan hampir sama dengan penderita DM yang pernah
dapat membakar energi dalam tubuh yang mengonsumsi buah dan sayur. Begitu juga
bersumber dari makanan yang dikonsumsi, dengan penderita DM yang pernah dan tidak
sehingga apabila asupan kalori berlebihan dan pernah mengonsumsi makanan/minuman manis,
tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka tubuh makanan berlemak/berkolesterol/gorengan dan
akan mengalami kegemukan dan kondisi tersebut mie instan memiliki persentase yang hampir sama.
dapat meningkatkan risiko DM.28 Bahkan penderita DM lebih banyak ditemukan
DM berhubungan erat dengan pola pada masyarakat yang tidak mengonsumsi
konsumsi makanan terutama yang bersumber makanan berisiko tersebut. Hasil penelitian pada
dari karbohidarat. Konsumsi karbohidrat pasien rawat jalan di RSUD dr. Fauziah Bireuen
103
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 2, Juni 2019: 97 - 106
Provinsi Aceh juga menunjukkan hal yang sama masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan
yaitu konsumsi makanan berlemak dan makanan dini. Salah satu program yang dilakukan yaitu
manis memiliki peluang yang lebih kecil untuk gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan
terkena DM. 22 dengan gizi seimbang dan melakukan aktivitas
Hasil riset ini menunjukkan bahwa fisik secara teratur.2 Selain itu dalam pengendalian
aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang paling DM juga perlu memperhatikan faktor-faktor
dominan terhadap kejadian DM di Indonesia eksternal dari individu berupa determinan
setelah dikendalikan oleh variabel lainnya yaitu sosial yang meliputi budaya, lingkungan,
konsumsi buah, sayur, makanan/minuman manis, pendidikan, kondisi kerja, akses ke perawatan
makanan berlemak/kolesterol/gorengan, mie medis, dan infrastruktur masyarakat. Faktor-
instan dan biskuit. Kegiatan fisik yang teratur faktor tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan
dapat mengendalikan kadar gula dalam darah. pasien, efektivitas perawatan, dan hasil kesehatan
Aktivitas ringan mempunyai peluang lebih secara keseluruhan. Dukungan sosial dan elemen
besar (3,198 kali) sedangkan aktivitas sedang masyarakat memengaruhi kesehatan individu.35
(1,933 kali) untuk terkena DM bila dibandingkan
dengan masyarakat yang melakukan aktivitas KESIMPULAN
berat. Aktivitas fisik memiliki hubungan yang
bermakna dengan obesitas yang merupakan Terdapat hubungan antara perilaku
salah satu faktor risiko dari kejadian DM.32,28 konsumsi makanan olahan dari tepung berupa
Semakin berat aktivitas fisik maka semakin biskuit dan aktivitas fisik dengan kejadian DM
rendah kejadian obesitas.28 Faktor utama dari di Indonesia. Sedangkan perilaku konsumsi buah
obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan segar, sayur, makanan/minuman manis, makanan
energi dengan energi yang dikeluarkan tubuh.33 berlemak/berkolesterol/gorengan dan mie instan
Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kadar tidak ada hubungan dengan kejadian DM di
glukosa darah penderita DM Tipe 2.34 Aktivitas Indonesia. Faktor yang paling dominan dalam
fisik dapat mengontrol kadar gula darah. Pada mempengaruhi kejadian DM adalah aktivitas fisik
saat melakukan aktivitas fisik, glukosa akan setelah dikontrol oleh perilaku konsumsi. Semakin
diubah menjadi energi, dan dengan melakukan berat aktivitas fisik yang dilakukan maka semakin
aktivitas fisik produksi insulin semakin meningkat sedikit kemungkinan terkena DM.
sehingga kadar gula dalam darah akan menurun. Perlunya meningkatkan pengetahuan
Pada seseorang yang jarang melakukan aktivitas dan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan
fisik, makanan yang dikonsumsi akan ditimbun intensitas aktivitas fisik terutama bagi masyarakat
dalam tubuh menjadi lemak dan gula. Jika insulin yang aktivitas fisiknya rendah. Upaya tersebut
tidak mencukupi maka akan terjadi DM.33 dapat dilakukan melalui pemberian motivasi
Dalam penatalaksanaan kasus DM, kepada pasien DM oleh petugas kesehatan dan
hal utama yang dilakukan penata laksanaan juga dukungan dari keluarga.
kasus DM adalah pengaturan diet dan kegiatan Disamping itu, perlu juga meningkatkan
jasmani. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemahaman masyarakat tentang makanan yang
secara bersamaan dengan pemberian obat anti dapat meningkatkan risiko untuk terkena DM,
hiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit
secara dini. Kegiatan jasmani dilakukan secara tersebut.
teratur sebanyak 3-5 kali seminggu sekitar 30-
45 menit dan melakukan pemeriksaan glukosa UCAPAN TERIMA KASIH
darah sebelum latihan. Aktivitas fisik sehari-
hari berbeda dengan latihan jasmani, akan tetapi Penulis mengucapkan terima kasih kepada
sangat dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.31 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Program pengendalian DM berkaitan erat dengan yang telah memberikan izin untuk melakukan
pendekatan faktor risiko melalui pemberdayaan analisis lanjut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
104
Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes ... (Ni Nyoman Veridiana, Made Agus Nurjana)
2013. Ucapan terima kasih juga disampaikan and mortality risk in individuals with diabetes
kepada berbagai pihak yang ikut serta terlibat mellitus: Are the associations different
dalam kegiatan penelitian ini. from those in individuals without diabetes?
Diabetologia. 2014;57(1):63-72. doi:10.1007/
DAFTAR RUJUKAN s00125-013-3074-y.
14. Rahati S, Shahraki M, Arjomand G, Shahraki
1. WHO. Diabetes Mellitus. World Health T. Food pattern, lifestyle and diabetes mellitus.
Organization. Int J high risk Behav Addict. 2014;3(1):e8725.
2. Pusat Data dan Informasi Kementerian doi:10.5812/ijhrba.8725
Kesehatan RI. Situasi Dan Analisis Diabetes. 15. WHO. 10 facts on diabetes. World Health
Jakarta; 2014. Organization.
3. World Health Organization. Global report on 16. Wahyuni S, Alkaff RN. Diabetes Mellitus pada
diabetes. World Health Organization. http:// Perempuan Usia Poduktif di Indonesia Tahun
www.who.int/diabetes/global-report/en/. 2007. J Kesehat Reproduksi. 2013;3(1):46-51.
Published 2016. Accessed April 20, 2016. 17. Dirjen P2PL. Rencana Aksi Program
4. World Health Organization. Global Status Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Report on Noncommunicable Diseases 2014.; Lingkungan Tahun 2015-2019. Jakarta: Dirjen
2014. doi:ISBN 9789241564854 P2PL; 2015.
5. World Health Organization. World Health 18. Jelantik IG, Haryati E. Hubungan Faktor
Statistics 2015.; 2015. doi:10.1016/j. Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan
gde.2017.06.011 Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus
6. WHO. World Health Statistics 2017 : Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.
Monitoring Health for The SDGs.; 2017. Media Bina Ilm. 2014;8(1):39-44.
7. World Health Organization. World Health 19. Rosyada A, Trihandini I. Determinan
Statisticc Monitoring Health For The SDG S.; Komplikasi Kronik Diabetes Melitus pada
2016. Lanjut Usia. Kesmas J Kesehat Masy Nas.
8. WHO. Global Action Plan for the Prevention 2013;7(9):395-402. doi:10.21109/kesmas.
and Control of Noncommunicable Diseases v7i9.11.
2013-2020. World Heal Organ. 2013:102. 20. Ujiani S. Hubungan antara Usia dan Jenis
doi:978 92 4 1506236. Kelamin dengan Kadar Kolesterol Penderita
9. Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Obesitas RSUD Abdul Moeloek Provinsi
Tinggi. 60 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Lampung. J Kesehat. 2015;6(1):43-48.
Sadar Mengidap Diabetes. https://ristekdikti. 21. Trisnawati S, Widarsa T, Suastika K. Faktor
go.id/info-iptek-dikti/60-persen-masyarakat- risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat
indonesia-tidak-sadar-mengidap-diabetes/. jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Published 2016. Accessed June 13, 2019. Denpasar Selatan. Public Heal Prev Med Arch.
10. Riska M. Penderita diabetes di Indonesia terus 2013;1(1):1-6.http://ojs.unud.ac.id/index.php/
meningkat. Kontan. http://kesehatan.kontan. phpma/article/download/6636/5069.
co.id/news/penderita-diabetes-di-indonesia- 22. Nur A, Fitria E, Zulhaida A, Hanum S.
terus-meningkat. Published 2016. Accessed Hubungan Pola Konsumsi dengan Diabetes
April 20, 2016. Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di
11. Badan Litbang Kesehatan. Riset Kesehatan RSUD dr. Fauziah Bireuen Provinsi Aceh.
Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan 2016;26:145-150.
Litbang Kesehatan; 2008. 23. Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor Risiko
12. Badan Litbang Kesehatan. Riset Kesehatan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Litbang Kesehatan; 2014. Barat Tahun 2012. J Ilm Kesehat. 2013;5(1):6-
13. Sluik D, Boeing H, Li K, et al. Lifestyle factors 11.
105
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 2, Juni 2019: 97 - 106
24. Roche MM, Wang PP. Sex Differences in type 2 diabetes risk in older women : breakfast
All-Cause and Cardiovascular Mortality, consumption and eating frequency. Am J
Hospitalization for Individuals With and Clinc Nutr. 2013;98:436-443. doi:10.3945/
Without Diabetes, and Patients With Diabetes ajcn.112.057521.436.
Diagnosed Early and Late. Diabetes Care. 31. PERKENI. Konsensus Pengendalian dan
2013;36:2582-2590. doi:10.2337/dc12-1272. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
25. Fimela. Sayuran Ini Tidak Boleh Dikonsumsi Indonesia 2015. PB PERKENI. 2015:78.
Penderita Diabetes. https://www.fimela.com/ doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
beauty-health/read/3721266/. Published 2013. 32. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. J Major.
Accessed June 11, 2019. 2015;4:93-101. doi:10.2337/dc12-0698
26. Fimela. Buah Dan Sayur Baik vs Buruk Untuk 33. Betteng R, Pangemanan D, Mayulu N. Analisis
Diabetes Tipe 2. https://www.fimela.com/ Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Diabetes
beauty-health/read/3741224/. Published 2014. Melitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif
Accessed June 11, 2019. di Puskesmas Wawanosa. J e-Biomedik.
27. Bazzano LA, Li TY, Joshipura K, Hu FB. 2014;2(2):404-412.
Intake of Fruit , Vegetables , and Fruit Juices 34. Listiana N, Mulyasari I, Paundrianagari MD.
and Risk of Diabetes in Women. Diabetes Care. Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana
2008;31(7). doi:10.2337/dc08-0080.L.A.B. Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa
28. Widiantini W, Tafal Z. Aktivitas Fisik, Stres, Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
dan Obesitas pada Pegaawai Negeri Sipil. J 2 Wanita Usia 45-55 Tahun di Kelurahan
Keehatan Masy Nas. 2014;8(4):325-329. Gedawang Kecamatan Banyumanik Kota
29. Ngaisyah RD. Hubungan Pola Makan Semarang. J Gizi dan Kesehat. 2015;7(13).
degan Tingkat Gula Darah Anggota DPRD 35. Clark ML. Social determinants of type 2
Provinsi Kalimantan Timur. J Med Respati. diabetes and health in the United States. World
2015;10(2):35-47. J Diabetes. 2014;5(3):296. doi:10.4239/wjd.
30. Mekary R a, Giovannucci E, Cahill L, Willett v5.i3.296.
WC, Dam RM Van, Hu FB. Eating patterns and
106