Macular Pucker
Pembimbing:
Dr. Med. dr. Jannes Fritz Tan, Sp.M
Disusun oleh:
Agatha Nagrintya Gintings 2065050052
Presyola Staciana 2065050059
Fika Sri Yuliandari 2065050092
Yosafat Juanto 2065050074
Iidiopatik : Sekunder :
Epidemiologi
Studi oleh Blue Mountains Eye Study (BMES) dan Beaver Dam Eye Study (BDES),
studi dengan populasi besar, melaporkan prevalensi kejadian ERM (Epiretinal Membrane)
sebesar 7% dan 11,8%, dengan insidensi kumulatif selama 5 tahun sebesar 5,3%. ERM terjadi
secara bilateral pada 19,5-31% pasien. Meningkatnya usia merupakan faktor risiko paling
konsisten pada ERM, dengan kebanyakan pasien berusia diatas 50 tahun dan prevalensi
memuncak pada dekade ke-7. Prevalensi meningkat dari 1,9% (usia <60 tahun) menjadi 7,2%
(usia 60-69 tahun) menjadi 11,6% (usia 70-79 tahun), sebelum akhirnya berkurang menjadi 9,3%
pada usia 80 tahun atau lebih. Jenis kelamin tidak menjadi faktor risiko utama.2
Terdapat variabilitas prevalensi ERM pada kelompok ras serta negara yang berbeda: di
Australia 7% menurut BMES dan 8,9% menurut MCCS; di Amerika Serikat 11% menurut
BDES dan 18,7% menurut LALES; di Singapura 7,6% menurut SIES, 7,9% menurut SiMes, dan
12,1% menurut SEED; di Cina 1,02% menurut BB, 2,2% menurut BES, 3,4% menurut JES, dan
7,6% menurut KES; di Jepang 4,0% menurut HS, 5,7% menurut FS; di Korea 2,9% menurut
KNH and NES). Hal ini dapat dikaitkan dengan modalitas pencitraan dan metodologi pembacaan
yang berbeda, serta pengaruh pigmentasi retina yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mendeteksi ERM pda fotografi fundus atau mengarah pada kesalahan penilaian pada ERM akibat
refleks artefak retina.2
ERM secara umum terbentuk dari dua lapisan yang berada di atas membran pembatas
interna (ILM). Lapisan terluar (berada di atas ILM) terdiri dari protein ECM non seluler yang
mengandung kumpulan fibril ekstraseluler berorientasi acak. Di atas lapisan ini terdapat lembar
seluler bagian dalam yang terdiri dari lapisan sel epiretinal. Pada perkembangan ERM,
akumulasi sel seperti miofibroblas dan deposisi ECM dapat meningkatkan sifat
kontraktilitasnya.2
Manifestasi Klinis
Epiretinal Membrane (ERM) adalah membrane nonvaskularisasi yang timbul pada badan
vitreous dan Internal Limiting Membrane (ILM). Pada kasus Makular Pucker atau Epiretinal
Membrane, bisa didapati gejala maupun bisa tanpa gejala. Manifestai klinis dasari berdasarkan,
jenis ERM, tingkat keparahan, durasi terjadi dan lokasinya. 2 Pada tahapan awal, dengan tingkat
keparahan yang ringan, umumnya pasien tidak menunjukka gejala yang jelas. Membran ini lama
kelamaan akan menyebabkan adanya traksi retina dan perubahan anatomi retina. Jika terdapat
keterlibatan pada regio macula ataupun perimakuler, disertai adanya traksi retina atau edema,
akan memengaruhi penglihatan.3 Gejala umum yang terjadi adalah penurunan ketajaman
penglihatan, metamorphopsia, sedangkan gejala yang jarang terjadi adalah penglihatan ganda,
sensitivitas pada cahaya, stereopsis dan aniseikonia. Gejala ini bisa ditemukan melalui pengujian
khusus seperti M-CHARTS untuk mendeteksi metamorophopsia dan grafik uji aniseikonia untuk
aniseikonia. Gejala yang dialami pasien, akan menyebabkan gangguan pada penglihatan yang
berefek pada penurunan aktifitas sehari-hari. Berdasarkan jurnal, ditemukan gejala ERM terbaru
yang disebut interfensi binocular, dimana pasien perlu menurup salah satu mta untuk
meningkatkan penglihatan mereka tanpa adanya diplopia maupun strabismus.2
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Untuk menegakan diagnosis ERM, didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan. Yang dilakukan adalah pemeriksaan oftalmik lengkap,
termasuk dengan pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan menggunakan grafik Snellen, lalu
pemeriksaan segmen anterior dan segmen posterior dengan biomikroskopi slitlamp, fotografi
fundus, flueresen angiografi (HRA-2; Heidelberg Engineering, AG, Heidelberg, Jerman), dan
pencitraan SD-OCT (spectral-domain optical coherence tomography).4
Tatalaksana
Ada beberapa tehnik pembedahan yang masih dipergunakan untuk
penatalaksanaan makular Epiretinal membrane, 3 tahap dasar :
1. Pars plana vitrectomy (PPV)
2. Epiretinal membrane peeling
3. Internal limiting membran peeling
Pars plana vitrectomy (PPV) dan membrane peeling, pertama kali dijelaskan oleh
Machemer pada tahun 1978, telah menjadi pengobatan bedah untuk ERM. Operasi pengangkatan
ERM telah dilaporkan sebagai prosedur yang aman dengan tingkat komplikasi yang rendah dan
tingkat pemulihan visual yang tinggi. Namun, kekambuhan ERM terjadi pada 10% pasien jika
epiretinal membrane peeling dilakukan sendiri dan sekitar 2% dari pasien ini memerlukan
perawatan ulang. Oleh karena itu, pengelupasan ILM baru-baru ini ditambahkan ke operasi
standar untuk mengurangi kekambuhan. Karena Internal limiting membran peeling (ILM) adalah
lamina basal yang dibentuk oleh kaki sel Muller, pengelupasan membran ini dapat menyebabkan
kerusakan fungsional dan morfologis pada retina. Oleh karena itu, peran ILM peeling saat ini
dalam operasi ERM kontroversial. Sementara beberapa penelitian melaporkan bahwa
pengelupasan ILM tidak memiliki efek negatif pada makula, yang lain melaporkan gangguan
respons elektrofisiologis.5
BAB III
KESIMPULAN
1. Liao DY, Liu JH, Zheng YP, Wang JM, Chao HM. Outer Plexiform Layer Angle: A
Prognostic Factor for Idiopathic Macular Pucker Surgery. J Ophthalmol. 2020;2020.
2. Fung AT, Galvin J, Tran T. Epiretinal membrane: A review. Clin Exp Ophthalmol.
2021;49(3):289–308.
3. Chatzistergiou V, Papasavvas I, Ambresin A, Pournaras JAC. Prediction of Postoperative
Visual Outcome in Patients with Idiopathic Epiretinal Membrane. Ophthalmologica.
2021;244(6):535–42.
4. Demir G. Visual And Anatomical Outcomes Following Idiopathic Epiretinal Membrane
And Internal Limiting Membrane Peeling. Beyoglu Eye J. 2017;2(3):85–9.
5. Aydin T, Kerci SG, Karti O, Zengin MO, Kusbeci T. Effect of Internal Limiting
Membrane Peeling on Macular Structure and Metamorphopsia Scores in Idiopathic
Epiretinal Membrane Surgery. Open Ophthalmol J. 2020;14(1):1–8.