Anda di halaman 1dari 12

Nama : Zulfadli Azim

NIM : 18004234
Mata Kuliah : Manajemen Pembelajaran Efektif

MANAJEMEN KELAS DALAM PEMBELAJARAN EFEKTIF

A. Perspektif Manajemen Kelas


Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. (H. Malayu S.P. Hasibuan,2004:54). Kelas adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pembelajaran dari guru”. (Syaiful
Bahri, Djamarah,2002 :196) Menurut Suharsimi Arikunto, kelas adalah “sekelompok siswa
yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan guru yang sama”.(Syaiful
Bahri,2002 :196)
Dari kedua pendapat di atas keduanya sejalan karena mengemukakan pengertian
kelas dari segi anak didik. Sedangkan menurut Hadari Nawawi memandang kelas dari dua
sudut yaitu: 1) Kelas dalam arti sempit adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding
tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar dan 2) Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil merupakan bagian dari masyarakat sekolah,
yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.Berdasarkan
dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya kelas merupakan tempat
berkumpulnya beberapa orang dalam melangsungkan proses belajar mengajar. (Syaiful
Bahri, Djamarah, Aswan Zain, 2006: 176) Menurut Johana Kasim Lemlech sebagaimana
yang dikutip oleh Cece Wijya dan Tabrani Rusyan bahwa:
“Classroom management of the orchestration life: planning curriculum, organizing
procedures and resoces, arranging the environment to maximize efficiency,
monitoring student progress, anticipating potential problems”. (Cece Wijaya, dan
Tabrani Rusyan, 1994: 113)
Berdasarkan definisi, dapat dijelaskan bahwa manajemen merupakan usaha dari
pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan
prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan
efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin
muncul dalam proses belajar. Studi manajemen mempunyai tiga sasaran pokok:
1. Perencanaan kurikulum yang lengkap mulai dari rumusan tujuan, bahan
pembelajaran sampai pada evaluasi, hal ini dilakukan karena tanpa perencanaan
usaha penataan kelas sulit mencapai hasil yang maksimal;
2. Pengorganisasian proses belajar mengajar dan sumber belajar sehingga serasi dan
bermakna;
Penataan lingkungan sangat dibutuhkan agar bisa menjadi usaha guru dalam menata
kelas agar kelas menjadi merangsang dan penuh akan motivasi untuk memunculkan proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Adapun Menurut Sudirman N, dkk. manajemen kelas adalah “upaya
mendayagunakan potensi kelas”, dijelaskan lagi oleh Hadari Nawawi dengan mengatakan
bahwa:Manajemen kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam
mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada
setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehinggah
waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-
kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. (Syaiful ,
Djamarah, Aswan Zein, 2006: 177)
Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Suaharsimi dalam
Syaiful Bahri Djamara, Aswan Zain, 2006: 177) Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172)
“Manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem dan situasi kelas”. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara
sistem atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya,
bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)”
Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas”.
Kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk
belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. “Manajemen kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa 2006:91).
Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen kelas adalah upaya
mendayagunakan potensi kelas”. Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah
2006:177) ”Manajemen atau manajemen kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru
dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah ”. Arikunto
(dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa manajemen kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu
dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang
seperti diharapkan”. Manajemen dapat dilihat dari dua segi, yaitu manajemen yang
menyangkut siswa dan manajemen fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).
Menurut konsepsi lama manajemen kelas adalah sebagai upaya untuk
mempertahankan keyertiban kelas. Sementara itu menurut konsepsi modern, manajemen
kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi
manajemen kelas. Guru, menurut konsepsi lama , berugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem atau organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat dan energinya pada tugas-tugas individual. Sedangkan berdasarkan
pandangan operasional : Pertama, definisi yang memandang bahwa manajemen kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini guru akan bersifat
otoratif. Kedua, Definisi yang didasarkan atas pandangan yang bersifat “permisif”.
Pandangan ini menekankan bahewa guru betugas memeksimalkan perwujudan kebebasad
kelas.Ketiga, definisi yang didasarkan pada pandangan proses pengubahan tingkah laku.
Menurut pandangan ini tugas guru adalah mengenbangkan dan mengurangi atau meniadakan
tingkah laku yang tidak dihaarapkan. Dalam hal ini, guru berfungsi sebagai pembantu siswa
dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip-prinsip
penguatan.Keempat, definisi yang di dasrkan atas pandangan proses penciptaan iklim sosio-
emosonal yang positif di dalam kelas. Aggapan dasar pandangan ini adalah bahwa kegatan
belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif melalui
pertumbuhan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan antara siswa dan
siswa. Kelima, definisi yang didasarkan pada pandangan bahwa kelas merupakan sistem
sosial dengan proses kelompok sebagai kuncinya. Pandangan tersebut menyatakan bahwa
kehidupan kelas dalam kelompok memiliki pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan
belajar, kendatipun belajar dianggap sebagai proses individual.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,
manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam menciptakan
atau mempertahankan kondisi yang optimal, dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai
Pengelolaan kelas merupakan program pembelajaran yang harus direncanakan dan
dilaksanakan guru dengan menggunakan berbagai pertimbangan antara lain: kemampuan
siswa, sarana pembelajaran, materi pembelajaran, waktu dan tujuan pembelajaran, proses
dan pencapaian pembelajaran, maupun evaluasinya. Ketika guru merencanakan
pembelajaran, mereka memastikan pengelolaan kelas yang baik, ketika guru merencanakan
alokasi waktu untuk berbagai kegiatan belajar atau mempertimbangkan bagaimana ruang
kelas seharusnya ditata, saat itu mereka mengambil keputusan penting yang akan
mempengaruhi pengelolaan kelasnya.
Semua strategi untuk membangun komunitas belajar yang produktif, seperti
membantu kelas agar dapat berkembang sebagai kelompok, memusatkan perhatian pada
motivasi siswa, dan memfasilitasi pembicaraan yang jujur juga merupakan komponen-
komponen penting dalam pengelolaan kelas.
Setiap model atau strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk digunakan,
maka akan menuntut pada sistem pengelolaan kelas dan mempengaruhi perilaku guru serta
siswa. Tugas-tugas pembelajaran yang terkait dengan ceramah membutuhkan perilaku yang
berbeda bagi siswa dibanding perilaku yang dibutuhkan untuk tugas keterampilan. Tuntutan
perilaku siswa yang bekerja kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil berbeda dengan
tuntutan untuk mengerjakan tugas mandiri. Berbagai pertimbangan sebagaimana yang telah
diuraikan tersebut di atas menjadi gambaran usaha guru dalam mencegah berbagai
kemungkinan kegagalan ataupun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.
B. Dukungan Teoritis dan Praktis
Seacara Teoritis Manajemen kelas dapat dideskripsikan sebagai proses
mengorganisasi dan mengkoordinasi peserta didik, untuk menyelesaikan tujuan pendidikan.
Artinya guru harus dapat menciptakan pola kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan
kondisi dan keadaan, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan rasionalnya, bakat
kreatifnya terhadap tugas-tugas pendidikan yang menantang.
Kegiatan dalam mengelola kelas secara umum dapat diklasifikasikan kedalam lima
kegiatan, antara lain sebagai berikut.
a. Pengaturan siswa.
Kegiatan yang dilakukan guru dalam pengaturan siswa meliputi kegiatan
dalam mengatur siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
b. Pengaturan tempat belajar
Kegiatan pengaturan tempat belajar meliputi kegiatan pengaturan tempat
duduk siswa, penataan ruang kelas, pengaturan perabotan kelas. Pengaturan tempat
belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja namun juga di ruang laboraturium,
dan tempat belajar lainnya.
c. Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran berkenaan dengan cara guru memvariasikan
kreativitasnya dalam pembuatan media pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat
memanfaatkan media yang ada, dan sebisa mungkin menggunakan kreativitasnya
dalam menciptakan media pembelajaran.
d. Pemilihan bentuk kegiatan
Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah harus dapat
menguasai bentuk-bentuk kegiatan, seperti kegiatan membuka pelajaran,
menyelenggarakan diskusi kelas, dan sebagainya. e. Penilaian Kegiatan penilaian
berupa kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan. Semua kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan kelas bertujuan
untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif saat proses pembelajaran
berlangsung, sehingga dapat tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM).
C. Mempersiapkan Manajemen kelas yang efektif
a. Menegakkan aturan dan menerapkan prosedur
Untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, siswa harus mengetahui
aturan kelas dan prosedur. Aturan kelas adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang
diharapkan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya aturan dibuat
secara tertulis dan dimengerti dengan jelas oleh siswa. Sedangkan prosedur adalah cara
untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan dan jarang yang dibuat dalam bentuk
tertulis. Prosedur kelas ditetapkan oleh guru untuk menangani tugas-tugas rutin dan
menginstruksikan apa yang seharusnya dilakukan siswa. Pengelolaan kelas yang efektif
akan terwujud bila konsisten dalam menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila
tidak, aturan dan prosedur apapun akan hilang dengan cepat. Tabel berikut merupakan
contoh aturan kelas.
Aturan dan prosedur perlu diajarkan, dalam mengajarkannya, guru perlu
menjaga konsistensi, mencegah perilaku menyimpang dalam pembelajaran, dan
mengkonsentrasikan kegiatan kelas selama periode yang tidak stabil, yaitu ketika tata
tertib paling sulit dicapai dan dipertahankan. Misalnya pada saat memulai pelajaran,
saat masa transisi, dan saat mengakhiri pelajaran. Guru mencegah perilaku menyimpang
dengan melancarkan pembelajaran, yaitu menghindari masalah-masalah yang sering
mengganggu kelancaran pelajaran. Masalah-masalah yang sering mengganggu
kelancaran pelajaran tersebut antara lain: guru memulai kegiatan pembelajaran dan
kemudian membiarkannya menggantung tanpa penyelesaian, guru memecah suatu
kegiatan pembelajaran menjadi unit-unit yang terlalu kecil, guru mengulang-ulang
pembelajaran yang sudah dimengerti dengan jelas oleh siswa. Pada saat memulai
pelajaran dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. Guru menyambut kedatangan
anak-anak di pintu kelas dan mengucapkan selamat datang. Guru sudah menulis tujuan
pembelajaran hari itu di papan tulis sehingga segera dapat memulai pelajaran begitu
masuk ke ruang kelas.
Masa transisi (peralihan) adalah waktu perpindahan selama pelajaran yang
dilakukan guru dari satu tipe kegiatan belajar ke tipe kegiatan belajar lain. Misal dari
kegiatan diskusi menuju kegiatan presentasi hasil. Untuk memberi tanda bahwa transisi
segera terjadi atau untuk membantu guru menjalani transisi dengan lancar antara lain
dapat dilakukan dengan memberi isyarat atau sinyal. Contoh isyarat antara lain: guru
memberi isyarat dengan mendekati setiap kelompok bahwa waktu diskusi kelompok
kecil berakhir 5 menit lagi. Sedangkan contoh sinyal antara lain dengan tepuk tangan,
pandangan mata, dan tanda bel, lampu, jari, atau jempol.
Pada waktu mengakhiri pelajaran dapat dilakukan antara lain dengan
menyisakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan penutup. Memberi
pekerjaan rumah lebih awal sehingga ketidakjelasan selama pembelajaran dapat diatasi
sebelum menit terakhir pelajaran. Menetapkan prosedur rutin untuk mengumpulkan
pekerjaan siswa.
b. Mengembangkan tanggung jawab siswa
Untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, guru perlu
mengembangkan tanggung jawab kepada siswa. Hal-hal yang dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut. Guru mengkomunikasikan dengan jelas tugas-tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas dan guru perlu pula mengetahui kemajuan siswa
setelah tugas diberikan. Bila tugas dilakukan di dalam kelas guru dapat berjalan
mengitari kelas untuk memeriksa dan memberi bimbingan. Untuk tugas-tugas jangka
panjang, sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan siswa
dibimbing membuat laporan kemajuan secara bertahap. Guru memeriksa secara
konsisten pekerjaan yang telah diselesaikan oleh siswa dan memberikan umpan balik
pada hasil pekerjaan tersebut.
c. Menangani perilaku yang tidak semestinya dan mengganggu
Menurut Glasser (dalam Arend, 2007), bila siswa berperilaku buruk di sekolah,
guru sering menunjuk pada keadaan rumah yang tidak menguntungkan sebagai
alasannya. Padahal seringkali alasan sebenarnya adalah karena siswa tersebut
menganggap sekolah tidak cukup memuaskan dirinya. Guru seharusnya menyadari
bahwa siswa tersebut ingin terpenuhi semua kebutuhan dan pengalaman belajarnya di
kelas. Bila guru cukup sabar untuk menghadapai ketidakmampuan siswa dalam belajar,
maka siswa akan memiliki peluang cukup banyak untuk mendapatkan pengalaman yang
lebih baik.
Untuk menangani perilaku buruk, antara lain guru memiliki keterampilan whit-it
(cepat dan akurat) dan overlapping (tumpang tindih). Keterampilan whit-it adalah
keterampilan guru menangani perilaku yang menyimpang dari siswa dengan cepat dan
akurat. Contoh: bila siswa berperilaku menyimpang, maka guru langsung menegur dan
menyuruh siswa membaca aturan kelas yang telah disepakati, agar siswa menyadari
perilaku yang dilakukan menyimpang dari aturan kelas. Keterampilan overlapping
adalah keterampilan guru untuk menangani siswa yang berperilaku tidak semestinya
secara tidak menyolok, sehingga pelajaran tidak terganggu. Misal dengan meletakkan
tangan guru pada pundak siswa yang sedang berbicara dengan teman sebelahnya
padahal bukan waktu berdiskusi, dan sambil terus melanjutkan instruksinya.
Keterampilan whit-it maupun overlapping membutuhkan kemampuan guru untuk
membaca situasi kelas dengan cepat dan akurat serta kemampuan untuk melaksanakan
pembelajaran serta menangani perilaku siswa yang menyimpang. Apabila guru dapat
melaksanakan keterampilan-keterampilan tersebut, maka pengelolaan kelas akan
berjalan dengan lancar.
d. Merespon perilaku siswa yang menyimpang
Seringkali siswa berperilaku menyimpang atau tidak mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru, misal mengganggu teman. Dengan adanya perilaku menyimpang,
maka guru harus merespon tindakan menyimpang tersebut. Contoh respon guru
terhadap perilaku menyimpang (Arend, 2007).
1. Respon kejelasan (clarity). Guru jelas atau spesifik menyebutkan apa yang salah
dari perilaku yang menyimpang dari siswa. Contoh: “Hentikan”, “Jangan meraut
pensilmu jika saya sedang berbicara”
2. Respon ketegasan (firmness). Guru mengkomunikasikan keseriusannya dalam
menanggapi perilaku yang menyimpang dari siswa. Contoh: “Kumohon jangan
lakukan itu” atau “Saya tidak menoleransi perbuatanmu”
3. Respon kekerasan (roughness). Guru mengkomunikasikan kemarahannya dalam
menanggapi perilaku yang menyimpang dari siswa. Contoh: “Seharusnya kau
tidak melakukannya lagi” atau “Kalau kau melakukannya lagi, saya akan marah
dan menghukummu”.
D. Program program Manajemen Kelas
Berikut ini dibahas program-program pengelolaan kelas yaitu program-program
tradisional yang didasarkan pada perspektif penguatan, program-program yang didasarkan
perspektif konstruktivis dan berpusat pada siswa, dan pengorganisasian atau susunan kelas
yang dapat diimplementasikan di kelas matematika.
a. Program-program tradisional berdasar pada perspektif penguatan
Program-program tradisional yang didasarkan pada perspektif penguatan adalah
disiplin tegas dan respon tegas yang penjelasannya sebagai berikut.
1) Disiplin tegas adalah salah satu pendekatan pengelolaan kelas yang menekankan
bahwa guru meminta dengan tegas agar siswa berperilaku baik dan guru
merespon setiap pelanggaran secara tegas.
2) Respon tegas adalah respon guru terhadap perilaku buruk siswa dengan gaya
tegas dan bukan dengan merespon secara pasif atau memusuhi. Berikut ini
diberikan contoh gaya pasif, bermusuhan, dan gaya tegas.
3) Gaya pasif tidak mengkomunikasikan dengan jelas. Misalnya guru merespon
perilaku buruk siswa dengan menanyakan pada anak tersebut: “Mengapa kamu
melakukannya?”
4) Gaya bermusuhan sering menghasilkan ancaman. Misalnya guru merespon
perilaku buruk siswa dengan mengatakan pada anak tersebut: “Kamu akan
menyesal”.
5) Gaya tegas menuntut guru benar-benar jelas dalam mengungkapkan harapannya
dan merespon perilaku buruk siswa dengan tegas dan penuh percaya diri.
b. Program-program berdasar perspektif konstrutivis dan berpusat pada siswa
Salah satu program yang didasarkan pada perspektif konstruktivis dan berpusat
pada siswa yaitu guru menyelenggarakan pertemuan kelas secara reguler dengan tujuan
membantu siswa mengidentifikasi dan mengatasi berbagai situasi yang bermasalah
(Arend, 2007).
Menurut Glasser (dalam Arend, 2007), langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam menyelenggarakan pertemuan kelas adalah sebagai berikut.
1) Fase 1. Membentuk iklim
Guru menggunakan berbagai strategi dan prosedur untuk membentuk iklim
sehingga semua siswanya merasa bebas berpartisipasi dan berbagi pendapat dan
saling memberi umpan balik
2) Fase 2. Mengidentifikasi permasalahan
Guru meminta siswa duduk melingkar untuk mengangkat suatu
permasalahan. Permasalahan yang diangkat dideskripsikan dengan jelas. Siswa
didorong memberikan contoh-contoh spesifik untuk masalah yang didiskusikan.
3) Fase 3. Membuat penilaian
Guru meminta siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang
masalah tersebut dan perilaku yang terkait.
4) Fase 4. Mengidentifikasi rangkaian tindakan
Guru meminta siswa menyarankan berbagai alternatif perilaku atau prosedur
yang mungkin membantu untuk mengatasi masalah itu dan menyepakati salah
satunya untuk diujicobakan.
5) Fase 5. Membuat komitmen
Guru meminta siswa membuat komitmen untuk mengujicobakan perilaku
atau prosedur baru yang telah disepakati bersama.
6) Fase 6. Tindak lanjut
Guru mengingatkan bahwa pada pertemuan yang akan datang, masalah
tersebut dibahas lagi untuk melihat seberapa efektif masalah itu diatasi dan apakah
komitmen siswa masih tetap dipegang. Pada saat menjadi siswa mungkin Anda
pernah diperlakukan sebagai wadah yang pasif untuk menampung pengetahuan
yang diberikan oleh guru. Barangkali saat itu Pengelolaan Kelas dan Penerapannya
dalam Pembelajaran Matematika di SD 17 Anda diminta melakukan apa yang
diperintahkan oleh orang-orang dewasa di sekolah Anda. Sebaliknya pada saat
sebagai siswa Anda mungkin juga pernah mengalami diminta untuk mengambil
peran aktif dalam mengonstruksi intelektual dan perilaku Anda sendiri.
Pada pendekatan terakhir ini guru mengembangkan komunitas belajar yang
peduli, siswanya boleh menyatakan pendapatnya tentang apa yang mereka lakukan
dan bagaimana mereka bertingkah laku. Waktu yang digunakan untuk mengontrol
siswa dikurangi. Sebaliknya, waktu untuk membantu mereka memikirkan tentang
dirinya sendiri dan perduli terhadap orang lain diperbanyak. Hal ini merupakan
tantangan Anda dalam mengelola kelas saat ini dan masa depan.
KEPUSTAKAAN

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Rajawali Press.

Syaiful Bahri Djamarah. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai