Laporan Seminar KMB Undata Dosen Rev
Laporan Seminar KMB Undata Dosen Rev
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada
Hari, Tanggal, Tahun 2021
(………………………………) (…………………………….)
Mengetahui
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Ketua
AYU LESTARI
HANY OKTAVIANI PAKAYA
NILUH NILA SAVITRI
NUR IZLAH S.MAKKULAU
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan laporan seminar kasus kelolaan di Ruangan Teratai RSUD
Undata Palu guna menyelesaikan tugas praktek profesi keperawatan medikal bedah.
Laporan ini merupakan wujud nyata dari hasil observasi kami tentang
“Asuhan keperawatan pada Tn.A dengan masalah keperawatan retensi urine, nyeri
akut, dan ansietas” pada kasus “BPH”, dalam penyusunan laporan seminar ini
tentunya tidak lepas dari kesulitan-kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dan
bimbingan dari preceptor institusi dan preceptor clinic (Teratai) kami dapat
menyelesaikan laporan ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Irsanty Collein,M.kep,Ns.Sp.Kep.,MB selaku koordinator praktek profesi
keperawatan medikal bedah
2. Bapak I Putu Alit,S.kep.,Ns selaku preceptor clinic ruangan Teratai RSUD
Undata Palu
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan seminar ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman dan waktu penyusunan,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam dalam laporan seminar ini,demi
kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga laporan seminar ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Palu,31 Desember 2021
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.......................................................................................................i
Halaman Judul..............................................................................................................ii
Kata pengantar.............................................................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan......................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Waktu................................................................................................................2
E. Tempat..............................................................................................................2
A. Pengertian.........................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi.............................................................................................4
C. Etiologi..............................................................................................................6
D. Patofisiologi......................................................................................................8
E. Pathway...........................................................................................................11
F. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................13
G. Penatalaksanaan..............................................................................................14
iv
BAB III Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan BPH...........................................35
BAB IV Pembahasan..................................................................................................66
BAB V Penutup..........................................................................................................74
A. Kesimpulan.....................................................................................................74
B. Saran...............................................................................................................74
Daftar Pustaka.............................................................................................................75
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang disebabkan oleh penuaan yang biasanya muncul pada lebih dari 50%
sel stoma dan epitella pada bagian perluretra prostat disebabkan adanya
B. Rumusan Masalah
1
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Tn.A yang mengalami BPH
C. Tujuan
D. Waktu
Pengambila data dan pengkajian asuhan perawatan pada Tn.A dilakukan pada
E. Tempat
Kelas III Laki-laki ruangan Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
disebabkan oleh penuaan yang biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki
penuaan (Price dan Wilson, 2005). BPH dapat didefenisikan sebagai pembesaran
menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium uretra (Smeltzer dan Bare,
2003).
stoma dan epitella pada bagian perluretra prostat disebabkan adanya proliferasi
3
B. Tanda dan Gejala
2. Nokturia
4. Abdomen tegang
7. Retensi Urine
C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
4
ujung prepostatika dan permukaan posteriornya dipisahkan dari rektum oleh
lapisan ganda fasia denonvillers. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa
kira-kira 20-25 gram dengan ukuran rata-rata panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm,
tebal 2,6 cm. Secara embriologis terdiri 5 : lobus medius 1 buah, lobus
glandural dan non glandular, glandular terbagi menjadi 3 zona besar. Sentral
5%). Perbedaan zona-zona penting secara klinis karena zona perifeal sangat
disekitar uretra proksial pada leher buli dimana lembaran ini bergabung
dengan spinkter interna dan otot detrusordari tempat dimana dia berasal.
5
b. Zona sentral – perifer
c. Zona sentral
verumontanium.
d. Zona transisional
2. Fisiologi
ini mencapai ukuran maksimal pada usia 20 tahun dan mencapai dan tetap
dalam ukuran ini sampai usia mendekati 50 tahun. Pada waktu tersebut, pada
Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan
bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium
deferens dan cairan dari prostat keluar bercampur dengan segmen yang
lainnya.
6
D. Etiologi
Dari berbagai penelitian dan survey disimpulkan bahwa etiologi dan faktor
1. Usia
Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria
kulit putih dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat. Data
30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada usia
Amerika. Pria berkulit hitam memiliki resiko 1,6 lebih besar untuk menderita
2005).
3. Riwayat keluarga
pria yang memiliki ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker
4. Faktor hormonal
Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel Leydig
7
pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit berupa
kadar kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan
5. Pola makan
konsumsi makanan pada ras atau suku yang berbeda, bangsa, tempat tinggal,
E. Patofisiologi
membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona antara lain zona perifer, zona
menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose
8
di perifer. Purnomo (2000), menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat
Oleh karena itu pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya
kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan
kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem
parasimpatis, sedang trigonum leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis.
Pada tahap awal terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang
bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan
mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat detrusor
menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sitoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok)
(Purnomo, 2000).
Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan yang kecil
dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan ini
detrusor ini disebut fase kompensasi otot kandung kemih. Apabila keadaan ini
9
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Pada
hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu:obstruksi dan iritasi. Gejala
obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat
terputus, menetas pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah
miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
disuria)).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesika urinaria tidak
mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari
ureter dan ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan
intrabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Statis urin dalam
vesika urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal keluhan iritasi
dan hematuria. Selain itu, statis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
10
Pathway
BPH
Pre operasi Pasien kurang informasi Ketakutan akibat Resiko Post operasi
Kurang impotensi
kesehatan dan pembedahan
pengetahuan
pengobatan
Obstruksi saluran kemih
yang bermuara ke Perubahan disfungsi seksual
vesika urinaria Ancaman perubahan
status kesehatan
Insisi prostatektomi Pemasangan kateter Kerusakan jaringan
Penebalan otot destrusor threeway periuretral
Krisis situasi
Terputusnya kontinuitas
Dekompensasi otot jaringan Nyeri
Bekuan darah Kerusakan integritas
destrusor Ansietas akut
jaringan
Penurunan pertahanan tubuh Spasme urin
Akumulasi urin di vesika Resiko perdarahan
11 Retensi urin
Resiko infeksi
Sukar berkemih, Peregangan vesika Refluks urin ke Penumpukan urin
berkemih tidak urinaria melebihi ginjal yang lama di vesika
lancar kapasitas urinaria
Hidroureter,
Retensi urin hidronefrosis Pertumbuhan
Spasme otot mikroorganisme
sfingter Gagal ginjal
Resiko infeksi
Nyeri akut
12
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikrokopi urin penting untuk melihat adanya sel
hematuria.
dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan prostat spesifik antigen
dini keganasan. Bila nilai PSA <4 ng/ml tidakperlu biopsy sedangkan bia
nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung protate spesifik antigen density (PSAD) yaitu
PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD >0,15, sebaiknya
dilakukan biopsy prostat, demikian pula bila nilai PSA > 0ng/ml.
bisanya menyertai [enderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka
leukosit, hitung jenis leukosit, ct, bt, golongan darah, hmt, trombosit, BUN,
kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologi
13
Biasanya dilakuan foto polos abdomen, prelegrafi intravena, USG, dan
disungsi buli dan volume residu urin.dari foto polos dapat dilihat adanya
batu paa traktus urinarus, pembesaran ginjal atau buli-buli.Dapat juga dilihat
besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urine dan batu
ginjal, BNO/IVP untuk menilai apakah ada pembearan dari ginjal, apakah
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Stadium 1
14
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoreseptor alfa
seperti alfasozin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif
b. Stadium II
c. Stadium III
dan perineal.
d. Stadium IV
dari retensi urine total dengan memasang kateter atau sitostomi. Selain
a. Observasi
15
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongstan, kurangi
kopi, hindari alcohol, tiap 3 bulan control keluhan, sisa kencing dan
colok dubur.
1) Menghambat adrenoreseptor a
4) Fisioterapi
c. Terapi Badah
pembedahan :
2) Prostatektomi retropubis
kandung kemih.
3) Prostatektomi suprapubis
16
dibuat pada kandung kemih
4) Prostat peritoneal
ujung kateter.
2. Keperawatan
a. Pra operasi
BT, AL)
lansia
17
3) Pemeriksaan radiologi : BNO, IVP, Rongen totax
masuknya udara.
b. Post operasi
2) Hari ke enam post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah
selama hari, bila pasien sudah mmpu makan dan minum obat dengan
op
18
dengan betadin
10) Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-
tekanan abdomen/perdarahan
berkemih
setelah pembedahan
19
H. Pengkajian Data Fokus
A. Pengkajian
1. Anamnesa
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
20
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
2. Pemeriksaan Fisik
b. Kesadaran GCS : 15
d. Pemeriksaan Fisik
1) Abdomen
Pre Operasi
residual urine.
Post Operasi
21
e. Pemeriksaan rectal toucher ( colok dubur ) posisi knee chest syarat :
Post operasi
a. Sirkulasi
b. Eliminasi
konstipasi.
c. Makanan / Cairan
22
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
d. Resiko infeksi
2. Post Operasi
d. Retensi urine
e. Disfungsi seksual
23
C. Intervensi Berdasarkan Buku SIKI
24
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
25
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Retensi Urin Eliminasi Urin Katerisasi Urin
D.0050 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam pengosongan kandung kemih yang lengkap membaik Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran,
Pengertian : Kriteria Hasil:
Pengosongan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk tanda-tanda vital, daerah perineal, distensi
Kandung Kemih Menurun Meningk at kandung kemih, inkontenensia urine, reflek
Yang Tidak Lengkap at
1 Sensasi berkemih berkemih)
1 2 3 4 5 Terapeutik:
Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun
Siapkan peralatan, nahan-bahan dan
t Meningk g Menuru
at n ruangan tindakan
3 Desakan berkemih
Siapkan pasien : bebaskan pakaian bawah
1 2 3 4 5
4 Distensi kandung kemih dan posisikan dorsal rekumben (untuk
1 2 3 4 5 wanita) dan supine (untuk laki-laki)
5 Disuris
1 2 3 4 5 Pasang sarung tangan
Bersihkan daerah perineal atau preposium
dengan cairan NaCL atau aquades
Lakukan insersi kateter urine dengan
menerapkan prinsip aseptic
Sambungkan kateter urin dengan urine
bag
Isi balon dengan NaCl 0,9 % sesuai
anjuran pabrik
Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau
dipaha
Pastikan kantung urine ditempatkan lebih
rendah dari kandung kemih
26
Berikan label waktu pemasangan
Edukasi
27
28
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan tingkat ansietas menurun Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi kemampuan mengambil
Kondisi emosi dan Memburu Cukup Sedang Cukup Menuru keputusan
pengalaman subjektif k Membur Menuru n Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap objek uk n Terapeutik:
yang tidak jelas dan 1 Konsentrasi Ciptakan suasana teraupetik untuk
spesifik akibat antisipasi 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
bahaya yang 2 Pola tidur Temani pasien untuk mengurangi
memungkinkan individu 1 2 3 4 5 kecemasan, jika memungkinkan
melakukan tindakan untuk Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun Pahami situasi yang membuat ansietas
t Meningk g Menuru Dengarkan dengan penuh perhatian
menghadapi ancaman
at n Gunakan pendekatan yang tenang dan
3 Perilaku gelisah meyakinkan
1 2 3 4 5 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
4 Verbalisasi kebingungan memicu kecemasan
Edukasi
1 2 3 4 5
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi ya
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
mungkin dialami
1 2 3 4 5
Informasikan secara faktual mengenai
6 Perilaku tegang
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
1 2 3 4 5
29
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Latih teknik relaksasi
30
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
D.0012 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
kehilangan darah baik internal maupun eksternal menurun Monitor tanda dan gejala perdarahan
Pengertian : Kriteria Hasil: Monitor nilai hemoglobin/hematokrit
Berisiko Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik sebelum dan setelah kehilangan darah
mengalami k Membur Membai Monitor tanda-tanda vita ortostatik
kehilangan darah uk k Monitor koagulasi
baik internal 1 Hemoglobin Terapeutik
(tejadi di dalam 1 2 3 4 5 Batasi tindakan invasif, jika perlu
tubuh) maupun 2 Hematokrit Pertahankan bedrest selama perdarahan
eksternal (terjadi 1 2 3 4 5 Gunakan kasur pencegah dekubitus
hingga keluar 3 Tekanan Darah
Hindari pengukuran suhu rektal
tubuh) 1 2 3 4 5
4 Suhu Tubuh Edukasi
1 2 3 4 5 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun
Anjurkan menghindari aspirin atau
t meningk g menurun
at antikoagulan
1 Perdarahan Vagima Anjurkan meningkatkan asupan makan
1 2 3 4 5 dan vitamin K
Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
Anjurkan pemberian produk darah, jika
perlu
Anjurkan pemberian pelunak tinja, jika
perlu
31
RISIKO INFEKSI
D. 0142
33
34
BAB III
Ruang : Teratai
No.Register : 01042200
Dx.Medis : BPH
A. Identitas Pasien
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Bugis
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. R
Umur : 58 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Suku : Banggai
B. Riwayat Penyakit
Klien masuk tanggal 9 Desember 2021 dengan keluhan nyeri karena tidak
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri karena tidak bisa BAK
dan sulit saat BAK bila tidak menggunakan kateter urine, klien dan
keluarga tahu bahwa klien akan dioperasi terkait masalah prostat yang
Klien mengatakan sulit buang air kecil bila tidak menggunakan kateter ,
nyeri pada area kelamin, klien merasa sensasi penuh pada kandung kemih.
Klien gelisah, klien merasa cemas dengan tindakan operasi yang akan
dilakukan,
stroke, klien bertanya apakah saat operasi nanti dirinya akan merasa sakit
menderita stroke pada tubuh bagian kiri akibat kelelahan saat bekerja
C. Genogram
A B
x X x X
C D
x X x X
E F
X x
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
BB saat ini : ± 60 kg
TB : 165 cm
TD : 120/ 70 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,6oC
R : 22 x/m
2. Telinga
Inspeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak nampak
3. Mata
tidak ikterik
4. Hidung
paten, tidak ada luka, tidak nampak benjolan, tidak ada perdarahan
5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembap, lidah bersih, tidak ada luka, tidak ada
6. Leher
7. Dada (jantung)
Inspeksi : tidak ada retraksi dinding dada, klien tidak terpasang oksigen
ekspirasi
8. Abdomen
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak teraba pembesaran hati dan limfa
9. Genetalia
darah di selang kateter klien, pasca op. klien mengeluh nyeri karena
Inspeksi : terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm pada tangan kanan, tidak
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada benjolan, tonus otot baik, kekuatan
otot 5
12. Kulit
Inspeksi : tidak ada iritasi, tidak ada luka, tidak ada bintik-bintik merah
F. Pemeriksaan Penunjang
Nama : Tn. A
Pemeriksaan : Darah
Darah Lengkap
HGB 11,1 g/dl 14-18
WBC 26,2 ribu/uL 4,0-11,0
RBC 3,66 juta/uL 4,1-5,1
HCT 34,0 % 36-47
PLT 269 ribu/uL 150-450
MCV 92,9 fL 81-99
MCH 30,3 Pg 27-31
MCHC 32,6 g/dl 31-37
HDW-CV 17,5 % 11,5-14,5
MPV 6,4 fL 6,5-9,5
Hitung Jenis Lekosit
Basophil 1,1 % 0,1
Eosinophil 0,1 % 1-3
caudal buli 2.
3. Ceftriaxone 2x1
6. Omeprazole 2x1
TUJUAN DAN
NO. DATA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Retensi urine berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
peningkatan tekanan uretra ditandai tindakan keperawatan penyebab retensi penyebab dari
dengan : 3 x 24 jam diharapkan urine retensi urine
DS : masalah teratasi 2. Monitor intake 2. Mengetahui jumlah
a. Klien mengeluh nyeri karena dengan kriteria hasil : dan output cairan cairan yang masuk
tidak bisa BAK 3. Pasang kateter dan keluar klien
b. Klien mengatakan sulit BAK bila Klien dapat BAK urine bila perlu 3. Membantu
tidak menggunakan kateter Kateter terlepas 4. Jelaskan penyebab mengeluarkan
c. Klien terpasang kateter urine Urgensi menurun retensi urine urine pada pasien
sejak ± 2 bulan Dysuria menurun 5. Anjurkan keluarga yang tidak mampu
a. Klien merasa sensasi penuh pada Distensi kandung mencatat output berkemih
kandung kemih kemih menururn urine 4. Retensi urine yang
DO : terjadi dapat
a. Volume urine pre-op. ± diakibatkan oleh
1100ml/hari penekanan uretra
a. Klien nampak terpasang kateter sedangkan urine
urine tidak dapat
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan dikeluarkan
radiologi daerah Luwuk tanggal 3 melalui saluran
Desember 2021 diperoleh hasil kencing yang
prostat membesar dengan volume terjadi pada pasien
62,4 cc dengan indentasi ke BPH
caudal buli 2 5. Dapat mengukur
keseimbangan
cairan
49
NO. DATA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Lokasi,
fisik ditandai dengan : tindakan keperawatan karakteristik, karakteristik,
DS : 3 x 24 jam diharapkan durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
a. Klien mengeluh nyeri karena masalah teratasi kualitas, intensitas kualitas, intensitas
terpasang kateter pada daerah dengan kriteria hasil : nyeri nyeri dapat
genitalia Mampu 2. Identifikasi diketahui
b. Klien mengeluh nyeri pada area mengontrol nyeri respons nyeri non 2. Menilai nyeri
kelamin Mampu mengenali verbal dengan reaksi non
DO : 3. Berikan teknik verbal klien seperti
a. Pada post op klien selalu berteriak nyeri nonfarmakologis meringis dan
dan meronta kesakitan pada area Menyatakan rasa untuk mengurangi bersikap protektif
kelamin dan kandung kemih nyaman setelah rasa nyeri 3. Teknik
b. pasien tidak bisa tidur karena nyeri berkurang 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
nyeri nonfarmakologis mudah dilakukan
c. Pasca op. nyeri tekan pada area untuk mengurangi oleh klien dan
penis rasa nyeri dapat dilakukan
d. Klien gelisah 5. Kolaborasi kapan saja nyeri
e. Klien meronta dan berteriak pemberian timbul
f. Skala nyeri 7 therapy analgetik 4. Teknik
g. Terdapat banyak gumpalan darah Paracetamol tablet nonfarmakologis
di selang kateter klien 2x1 dapat dilakukan
h. Tanda tanda vital Paracetamol klien secara
TD : 120/ 70 mmHg drips/ 24 jam/iv mandiri
N : 84 x/m 5. Mengurangi nyeri
S : 36,6oC secara
R : 22 x/m farmakologis
50
NO. DATA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
3. Ansietas berhubungan dengan kurang Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
terpapar informasi ditandai dengan : tindakan keperawatan kemampuan kemampuan klien
DS : 3 x 24 jam diharapkan mengambil dalam mengambil
a. Klien bertanya apakah saat masalah teratasi
keputusan keputusan bagi
operasi nanti dirinya akan merasa dengan kriteria hasil :
sakit atau tidak 2. Temani pasien dirinya
Mampu
b. Klien bertanya apakah istri boleh untuk mengurangi 2. Salah satu teknik
mengindentifikasi
menemaninya diruang operasi kecemasan, jika distraksi adalah
dan
atau tidak memungkinkan mengajak klien
mangungkapkan
c. Klien merasa cemas dengan 3. Jelaskan prosedur berbincang-
tindakan operasi yang dilakukan gejala cemas
termasuk sensasi bincang untuk
DO : Mampu
yang mungkin mengalihkan rasa
a. Klien gelisah menunjukkan
b. Klien nampak terjaga pada dialami cemas
teknik mengontrol
malam hari sebelum dioperasi 4. Anjurkan keluarga 3. Klien memiliki
cemas
esok hari untuk tetap gambaran ketika
Postur tubuh, berada diruang
bersama pasien
ekspresi, bahasa operasi dan tahu
5. Latih teknik
tubuh dan tingkat tindakan apa yang
relaksasi akan klien alami
aktivitas
menunjukkan 4. Keluarga adalah
sistem dukungan
cemas berkurang.
yang sangat
berpengaruh bagi
klien
5. Mengurangi
kecemasan secara
non farmakologis
51
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/
NO. DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 14 Retensi urine 09.35 1. Mengidentifikasi penyebab S:
Desember berhubungan dengan retensi urine dengan hasil Klien mengatakan
2021 peningkatan tekanan retensi urine disebabkan oleh sulit BAK jika tidak
Shift pagi uretra peningkatan tekanan uretra terpasang kateter
akibat urine yang sulit urine
dikeluarkan dan tidak lancar Klien mengatakan
2. Memonitor intake dan output merasa nyeri pada
cairan dengan hasil kandung kemih
Intake normal : 30 ml x 60
kg BB = 1800 ml/kg BB O:
Intake saat sakit 1200ml air + Distensi kandung
500 cc cairan nacl = 1700 ml kemih tidak
Pasien memerlukan 100 ml nampak karena
intake cairan bila disesuaikan urine telah
dengan BB dikeluarkan
Output normal : 25 ml x 60 melalui kateter
kg BB =1500ml/kg BB urine
09.45 Output saat sakit 1100 ml Kateter belum
urine terlepas
Pasien perlu mengeluarkan Klien belum dapat
09.48 400ml BAK tanpa kateter
Balance cairan : intake = A:
output Masalah retensi urine
Saat sakit pengeluaran urine belum teratasi
kurang sebanyak 600 ml
52
09.50 3. Memasang kateter urine bila P : Lanjutkan intervensi
perlu dengan hasil klien telah 1. Monitor intake dan
terpasang kateter urine output cairan
4. Menjelaskan penyebab retensi 2. Anjurkan keluarga
urine dengan hasil keluarga mencatat output
dan klien paham bahwa urine
keluhannya diakibatkan oleh Klien dijadwalkan
pembesaran prostat operasi esok hari
5. Menganjurkan keluarga
mencatat output urine dengan
hasil keluarga bersedia
mencatat output urine
53
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Rabu, 15 Nyeri akut berhubungan 14.35 1. Melakukan pengkajian nyeri S :
Desember dengan agen pencedera secara komphrehensif Klien mengatakan
2021 fisik termasuk lokasi, merasa nyeri pada
Shift sore kandung kemih
karakteristik, dan durasi.
Klien sulit tidur
Dengan hasil :
karena nyeri
Klien merasa nyeri di area
Terasa nyeri pada
genetalia, klien meringis area kelamin
nyeri hilang timbul, skala Klien mengatakan
14. 50 nyeri dirasakan 6. ingin mati saja
2. Mengidentifikasi respon karena tidak bisa
nyeri nonverbal dengan hasil: menahan nyeri
Klien meringis, gelisah, dan Klien mengatakan
menyesal operasi
mengganti posisi dari tidur ke
O:
15.00 bangun.
Klien meronta
3. Memberikan teknik Klien berteriak
nonfarmakologis untuk kesakitan
mengurangi rasa nyeri Skala nyeri 7
dengan hasil : Keluarga
Klien diberi pengaturan menenangkan klien
15.45 Infus tercabut
posisi semi fowler
4. Mengajarkan teknik karena klien
nonfarmakologis untuk meronta
mengurangi rasa nyeri TTV :
dengan hasil : TD : 140/90 mmHg
N : 90x/menit
54
Klien diajar teknik relaksasi S : 37°c
napas dalam dan distraksi R : 24x/menit
19.00 seperti mengobrol bersama A:
keluarga Masalah nyeri akut belum
5. Mengolaborasi pemberian teratasi
terapi analgetik dengan hasil:
Telah diberikan P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi lokasi,
Paracetamol drips/ 24 jam
karakteristik,
Spolling kateter urine manual durasi, frekuensi,
kulitas, intensitas
nyeri
Identifikasi respons
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
55
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Rabu, 15 Nyeri akut berhubungan 21.35 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
Desember dengan agen pencedera karakteristik, dan durasi nyeri Klien mengatakan
2021 fisik Dengan hasil : merasa nyeri pada
Shift kandung kemih
Klien merasa nyeri di area
malam Klien masih sulit
genetalia, klien meringis
tidur karena nyeri
nyeri hilang timbul, skala
Masih terasa nyeri
nyeri dirasakan 7. pada area kelamin
21. 50
2. Mengidentifikasi respon O:
nyeri nonverbal dengan hasil: Klien masih
Klien meringis, gelisah, dan meronta
mengganti posisi dari tidur ke Klien masih
bangun. sesekali berteriak
22.00
3. Memberikan teknik Skala nyeri 7
Infus telah dipasang
nonfarmakologis untuk
kembali
mengurangi rasa nyeri Keluarga
dengan hasil : menenangkan klien
Klien diberi pengaturan Klien gelisah
22.45 posisi semi fowler TTV :
4. Mengajarkan teknik TD : 130/80 mmHg
nonfarmakologis untuk N : 92x/menit
mengurangi rasa nyeri S : 36,6°c
dengan hasil : R : 22x/menit
Klien diajar teknik relaksasi A:
napas dalam dan distraksi Masalah nyeri akut belum
24.00 seperti mengobrol bersama teratasi
56
keluarga P : Lanjutkan intervensi
5. Mengolaborasi pemberian Identifikasi lokasi,
terapi analgetik dengan hasil: karakteristik,
Telah diberikan durasi, frekuensi,
Paracetamol drips/ 24 jam kulitas, intensitas
nyeri
Identifikasi respons
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
57
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Kamis, 16 Nyeri akut berhubungan 08.35 1. mengidentifikasi lokasi, S:
Desember dengan agen pencedera karakteristik, dan durasi nyeri Klien mengatakan
2021 fisik Dengan hasil : merasa nyeri pada
Shift pagi kandung kemih
Klien merasa nyeri di area
Klien masih sulit
genetalia, klien meringis
tidur karena nyeri
nyeri hilang timbul, skala
Masih terasa nyeri
nyeri dirasakan 5 pada area kelamin
08. 50
2. Mengidentifikasi respon O:
nyeri nonverbal dengan hasil: Klien tidak meronta
Klien meringis, gelisah, dan Skala nyeri 4
mengganti posisi dari tidur ke Klien Nampak
09.00 bangun. meringis
3. Memberikan teknik Keluarga mengajak
klien mengobrol
nonfarmakologis untuk
Klien gelisah
mengurangi rasa nyeri
TTV :
dengan hasil : TD : 120/80 mmHg
Klien diberi pengaturan N : 93x/menit
09.45 posisi semi fowler S : 36°c
4. Mengajarkan teknik R : 22x/menit
nonfarmakologis untuk A:
mengurangi rasa nyeri Masalah nyeri akut belum
dengan hasil : teratasi
Klien diajar teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi P : Lanjutkan intervensi
12.00 seperti mengobrol bersama Identifikasi respons
58
keluarga nyeri non verbal
5. Mengolaborasi pemberian Berikan teknik
terapi analgetik dengan hasil: nonfarmakologis
Telah diberikan untuk mengurangi
Paracetamol drips/ 24 jam rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
59
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Kamis, 16 Nyeri akut berhubungan 14.35 1. Mengidentifikasi respon S:
Desember dengan agen pencedera nyeri nonverbal dengan hasil: Klien mengatakan
2021 fisik Klien meringis, gelisah, dan merasa nyeri pada
Shift siang kandung kemih
mengganti posisi dari tidur ke
Klien masih sulit
bangun.
14. 50 tidur karena nyeri
2. Memberikan teknik
Masih terasa nyeri
nonfarmakologis untuk pada area kelamin
mengurangi rasa nyeri O:
dengan hasil : Klien tidak meronta
Klien diberi pengaturan Skala nyeri 4
15.00 posisi semi fowler Klien Nampak
3. Mengajarkan teknik meringis
nonfarmakologis untuk Keluarga mengajak
mengurangi rasa nyeri klien mengobrol
dengan hasil : Klien gelisah
Klien diajar teknik relaksasi TTV :
napas dalam dan distraksi TD : 130/80 mmHg
seperti mengobrol bersama N : 85x/menit
19.00 keluarga S : 36,5°c
4. Mengolaborasi pemberian R : 24x/menit
terapi analgetik dengan hasil: A:
Telah diberikan Masalah nyeri akut belum
teratasi
Paracetamol drips/ 24 jam
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi respons
60
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
61
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Kamis, 16 Nyeri akut berhubungan 21.35 1. Mengidentifikasi respon S:
Desember dengan agen pencedera nyeri nonverbal dengan hasil: Klien mengatakan
2021 fisik Klien meringis, gelisah, dan merasa nyeri pada
Shift kandung kemih
mengganti posisi dari tidur ke
malam Klien masih sulit
bangun.
21. 50 tidur karena nyeri
2. Memberikan teknik
Masih terasa nyeri
nonfarmakologis untuk pada area kelamin
mengurangi rasa nyeri O:
dengan hasil : Klien tidak meronta
Klien diberi pengaturan Skala nyeri 4
22.00 posisi semi fowler Klien Nampak
3. Mengajarkan teknik meringis
nonfarmakologis untuk Keluarga mengajak
mengurangi rasa nyeri klien mengobrol
dengan hasil : Klien gelisah
Klien diajar teknik relaksasi TTV :
napas dalam dan distraksi TD : 120/80 mmHg
seperti mengobrol bersama N : 88x/menit
24.00 keluarga S : 36°c
4. Mengolaborasi pemberian R : 22x/menit
terapi analgetik dengan hasil: A:
Telah diberikan Masalah nyeri akut belum
teratasi
Paracetamol drips/ 24 jam
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi respons
62
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
63
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Jumat, 17 Nyeri akut berhubungan 14.20 1. Mengidentifikasi respon S :
Desember dengan agen pencedera nyeri nonverbal dengan hasil: Klien mengatakan
2021 fisik Meringis berkurang, gelisah nyeri mulai
Shift siang berkurang
berkurang, dan mengganti
Klien masih sulit
posisi dari tidur ke bangun.
14.25 tidur karena nyeri
2. Memberikan teknik
Klien mengatakan
nonfarmakologis untuk sudah lebih baik
mengurangi rasa nyeri dari kemarin
dengan hasil : Nyeri masih hilang
Klien diberi pengaturan timbul
posisi semi fowler O:
15.00
3. Mengajarkan teknik Klien tidak meronta
nonfarmakologis untuk Skala nyeri 3
mengurangi rasa nyeri Meringis berkurang
dengan hasil : Gelisah berkurang
Klien diajar teknik relaksasi Keluarga selalu
napas dalam dan distraksi mengajak klien
seperti mengobrol bersama mengobrol
19.00 keluarga TTV :
4. Mengolaborasi pemberian TD : 120/80 mmHg
terapi analgetik dengan hasil: N : 90x/menit
Telah diberikan S : 36°c
Paracetamol drips/ 24 jam R : 22x/menit
A:
Masalah nyeri akut belum
teratasi
64
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi respons
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
65
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
2. Jumat, 17 Nyeri akut berhubungan 21.35 1. Mengidentifikasi respon S :
Desember dengan agen pencedera nyeri nonverbal dengan hasil: Klien mengatakan
2021 fisik Meringis berkurang, gelisah nyeri mulai
Shift berkurang
berkurang, dan mengganti
malam Klien masih sulit
posisi dari tidur ke bangun.
21. 50 tidur karena nyeri
2. Memberikan teknik
Klien mengatakan
nonfarmakologis untuk sudah lebih baik
mengurangi rasa nyeri dari kemarin
dengan hasil : Nyeri masih hilang
Klien diberi pengaturan timbul
posisi semi fowler O:
22.00
3. Mengajarkan teknik Klien tidak meronta
nonfarmakologis untuk Skala nyeri 3
mengurangi rasa nyeri Meringis berkurang
dengan hasil : Gelisah berkurang
Klien diajar teknik relaksasi Keluarga selalu
napas dalam dan distraksi mengajak klien
seperti mengobrol bersama mengobrol
24.00 keluarga TTV :
4. Mengolaborasi pemberian TD : 130/80 mmHg
terapi analgetik dengan hasil: N : 90x/menit
Telah diberikan S : 36°c
Paracetamol drips/ 24 jam R : 24x/menit
A:
Masalah nyeri akut belum
teratasi
66
P : Lanjutkan intervensi
Identifikasi respons
nyeri non verbal
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian therapy
analgetik
67
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
3. Selasa, 14 Ansietas berhubungan 08.00 1. Mengidentifikasi kemampuan S:
Desember dengan kurang terpapar mengambil keputusan dengan Klien mengatakan
2021 informasi hasil keputusan selalu klien ingin istrinya ikut
Shift pagi dalam ruang
diskusikan bersama keluarga
08.10 2. Menemani pasien untuk operasi.
mengurangi kecemasan, jika O:
memungkinkan dengan hasil Klien nampak
klien lebih nyaman ditemani selalu memegangi
tangan istri
istrinya
08.15 Klien melakukan
3. Menjelaskan prosedur
teknik napas dalam
termasuk sensasi yang
mungkin dialami dengan hasil
klien dijelaskan bahwa A:
nantinya klien akan menjalani Masalah ansietas belum
teratasi
tindakan pembiusan sehingga
tidak merasakan sakit selama P : Lanjutkan intervensi
prosedur operasi dan keluarga 1. Anjurkan keluarga
diperkenankan menunggu di untuk tetap bersama
luar ruang operasi hingga pasien
08.17
operasi selesai 2. Latih teknik
4. Menganjurkan keluarga untuk relaksasi
tetap bersama pasien dengan
08.20 hasil keluarga secara
bergantian menemani klien
68
5. Melatih teknik relaksasi
dengan hasil klien dilatih
teknik relaksasi napas dalam
69
BAB IV
PEMBAHASAN
Masalah Keperawatan yang pertama adalah retensi urin. Pada kasus Tn.A
diperoleh hasil Tn. A merasakan nyeri pada area kandung kemih dikarenakan tidak
bisa buang air kecil, Tn.A datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri karena tidak
bisa BAK dan sulit saat BAK bila tidak menggunakan kateter urine, klien dan
keluarga tahu bahwa klien akan dioperasi terkait masalah prostat yang membesar.
Membuat Tn. A harus memsang kateter sendiri sejak ±2 bulan yang lalu. Klien
berobat jalan, hingga dokter memutuskan untuk melakukan operasi untuk pembesaran
prostat Tn. A dikarenakan keadaanya yang mulai memburuk. tn.a memiliki riwayat
stroke, yang membuat tubuh bagian kirinya lumpuh dan sulit untuk digerakkan.
sebagai proliferasi sel stroma prostat yang menyebabkan kelenjar prostat membesar.
Prostat yang membesar menyebabkan penekanan pada uretra pars prostat dan
mengganggu aliran urin dari kandung kemih. Resistensi aliran urin dapat
hari, berkemih terputus-putus, pancaran urin melemah, dan menunggu lama untuk
berkemih. Prevalensi BPH dan LUTS meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
70
antara lain dengan menggunakan International prostate symptom score (IPPS) dan
PSA dapat digunakan sebagai penanda BPH di mana kadar PSA dalam darah
biopsi prostat. Penatalaksanaan untuk BPH terdiri dari menunggu dan memperhatikan
untuk pasien dengan gejala LUTS ringan, pengobatan farmakologi dan pembedahan.
71
Prostat merupakan kelenjar asesorius seksual pria yang secara anatomis
berlokasi pada dasar pelvis, mengelilingi leher kandung kemih dan uretra. Parenkim
prostat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu zona perifer (PZ) membentuk 70%
prostat, zona sentral (CZ) membentuk 25% prostat, zona transisional (TZ) dan zona
fibromuskular anterior (AFS). Zona transisional berkembang seiring waktu, zona ini
prostat adalah tempat penyimpanan cairan seminal dan membantu proses ejakulasi.
Otot polos prostat membantu pengeluaran semen pada saat ejakulasi. Kandungan
sekresi prostat yaitu prostate spesific antigen (PSA), sitrat, seng, spermine dan
kolesterol. Dua puluh lima persen cairan seminal merupakan cairan alkalis yang
diproduksi oleh prostat sehingga sperma menjadi motil dan dapat bertahan hidup pada
Usia pasien dan faktor genetik memainkan peranan penting pada etiologi BPH
dan LUTS tetapi penelitian terhadap populasi menunjukkan adanya faktor risiko lain
yang kemungkinan berperan pada patogenesis BPH dan LUTS. Faktor risiko tersebut
antara lain kadar dihydrotestosteron (DHT), obesitas, diet, aktivitas fisik dan
Etiologi molekuler BPH secara pasti masih belum jelas. Benign prostatic
hyperplasia secara histologis ditandai dengan peningkatan jumlah sel epitelial dan
stroma pada daerah periuretral. Peningkatan jumlah sel mungkin disebabkan oleh
proliferasi sel epitelial dan stroma atau terganggunya program kematian sel. Jumlah
72
sel dan volume pada suatu organ bergantung pada keseimbangan proliferasi sel dan
kematian sel. Peran androgen dan GF pada BPH masih dipertanyakan meskipun
memiliki peranan pada BPH baik secara terpisah maupun kombinasi (Harun Haerani,
2019).
pada fungsi kandung kemih. Obstruksi tersebut mengganggu fungsi otot detrusor,
ditambah dengan pengaruh usia terhadap fungsi kandung kemih dan sistem saraf
menyebabkan gejala BPH yaitu sering berkemih, tidak dapat menahan berkemih, dan
setiap pasien pre operasi dengan bengna prostat hyperplasia memiliki respon yang
berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi kesehatan dan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien pre operasi beniga prostat hiperplasia.
pencedera fisik. Tn.A yang menderita BPH merasakan nyeri pada area genetalia
karena prostat yang diderita, pasca operasi Tn. A masih merasakan nyeri karena
pengaruh obat bius telah hilang, pengaruh obat bius yang telah hilang menyebabkan
73
nyeri dengan skala 7 yang dirasakan oleh Tn. A. membuat Tn. A gelisah dan merasa
cemas dengan keadaanya, membuat Tn. A lebih banyak bergerak yang membuat
infusnya beberapa kali terlepas, dan membuat kateternya harus beberapa kali
Nyeri adalah pengalaman sensor dan emosional yang tidak menyenangkani yang
dalam ragam yang menyangkut kerusakan Atau sesuatu yang digambarkan dengan
terjadinya kerusakan Zakiyah (2015). Dalam buku SDKI Edisi 1 diagnosa nyeri akut
adalah diagnosa yang salah satu penyebab nya adalah agen pencederaan fisik
trauma, latihan fisik berlebihan. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan, nyeri ini timbul secara mendadak dan cepat menghilang
umumnya nyeri ini berlangsung tidak lebih dari 6 bulan, nyeri akut ditandai dengan
tindakan non farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan memberikan terapi
Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur diperoleh hasil tindakan
teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat menurunkan
74
intensitas nyeri pada pasien fraktur.
Menurut Sehono (2010) terapi nyeri non farmakologi seperti teknik relaksasi
nafas dalam mempunyai resiko yang sangat rendah. Penanganan nyeri dengan
terpapar informsi. Pada kasus Tn.A ansietas muncul saat Tn. A akan menjalani
prosedur operasi, ansietas muncul dikarenakan Tn. A khawatir dan gelisah sebelum
memasuki ruang operasi, Tn. A bertanya apakah nantinya dirinya akan merasakan
sakit saat prosedur operasi dilakukan dan telah dijelaskan bahwa Tn. A akan
menjalani tindakan pembiusan sehingga tidak merasakan sakit saat prosedur operasi
dilakukan. Tn. A bertanya apakah istrinya boleh ikut dalam ruamg operasi dan telah
dilaporkan di antara pasien yang menjalani berbagai jenis operasi dan tindakan
anastesinya. Kecemasan sendiri dapat diartikan sebagai perasaan tidak nyaman, yang
dapat menimbulkan gejala perilaku, emosional, kognitif, dan fisik. Masa preoperatif
merupakan salah satu peristiwa yang mengkhawatirkan bagi kebanyakan pasien yang
akan menjalani prosedur bedah. Atas dasar berikut maka peneliti tertarik untuk
melihat bagaimana kejadian tingkat kecemasan preoperatif pada pasien yang akan
75
menjalani tindakan anastesi pada operasi elektif atau emergensi (Vallen tamara,
2020).
takut dan tegang. Hal ini adalah respons fisiologis terhadap rangsangan eksternal atau
internal yang dapat menimbulkan gejala perilaku, emosional, kognitif, dan fisik.
kebanyakan pasien yang akan menjalani prosedur bedah. Hal ini sering memicu
preoperatif adalah untuk menciptakan lingkungan dan kualitas hidup yang lebih baik
dari pasien sebelum, selama dan setelah operasi (vallen tamara, 2020).
memiliki sejumlah konsekuensi paska operasi pada pasien, dan salah satu komplikasi
tersebut adalah nyeri.9 Nyeri merupakan keluhan umum pasien pasca operasi yang
sebagian besar terjadi karena kecemasan preoperatif yang muncul sebagai faktor yang
Menurut Leslie et al. 2012 pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
pada saat pertemuan pertama pada saat pasien di beritahukan diagnosanya dan
kebutuhan untuk operasi. pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
76
cenderung untuk bertanya ke pada teman, mencari di buku atau mencari di internet
mengandalkan internet dan edukasi dari pertemuan ke dua. Terlepas dari informasi
yang di cari oleh pasien secara indifidu, edukasi dan konsultasi memiliki peran yang
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tn. A dengan Kasus BPH Di Ruangan Teratai Kelas III Laki – Laki RSUD
a. Masalah Keperawatan yang pertama adalah retensi urine. Pada kasus Tn.
A diperoleh hasil Tn. A mengatakan nyeri karena tidak bisa BAK, Tn.A
sulit BAK bila tidak menggunakan kateter, Tn.A terpasang kateter urine
terpasang kateter pada daerah genitalia, Tn.A mengeluh nyeri pada area
kelamin, Tn.A pasca operasi selalu berteriak dan meronta kesakitan pada
bertanya apakah istrinya boleh ikut dalam ruamg operasi dan telah
78
B. SARAN
Tindakan perawatan intake dan output cairan pada pasien BPH sangatlah
Terus memberikan motivasi yang positif dapat meningkatkan rasa percaya diri
79
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
80
Universitas Indonesia. 2009. Laporan Pendahuluan BPH, style sheet:
www.academia.edo/12903496
81