Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH CAMPURAN ETHANOL DENGAN PREMIUM DAN

VARIASI CELAH BUSI TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS


BUANG PADA SEPEDA MOTOR INJEKSI BEAT110

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

oleh

Nama : Mochammad Eko Prastyo

Npm : C3217110024

Progam studi : Pendidikan Vokasional Teknik Mesin

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS IVET
SEMARANG
2021
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pengaruh Campuran Ethanol dengan Premium dan
variasi celah busiterhadap Performa dan Emisi Gas Buang Pada Sepeda
Motor Injeksi Honda Beat 110” telah dipertahankan di hadapan Dewan
Penguji Ujian Skripsi pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ivet
Semarang pada :

Hari :
Tanggal :
Dewan Penguji
Ketua, Sekretaris,

Nama. Nama.
NIP/NIY NIP/NIY

Penguji I
NIP/NIY

Penguji II
NIP/NIY

Penguji III
NIP/NIY

ii
PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “Pengaruh Campuran Etanol dengan


Premium dan Variasi Celah Busi Terhadap Performa dan Emisi Gas Buang
pada Sepeda Motor Injeksi Honda Beat 110” telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, diketahui Ketua Program Studi
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif dan disahkan oleh Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi UNIVERSITAS IVET Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Kudus, 7 Februari2021

Peneliti,

Mochammad Eko Prastyo

NPM. C3217110024

Disetujui,

DosenPembimbingI, Dosen PembimbingII,

Dr. Sena Mahendra, ST, MT Bayu Ariwibowo,M.Pd

NIY.617121982 NIY.628051990

Disahkan: Diketahui:

Dekan, Ketua ProgramStudi,

Dr. Fuad Abdillah,ST.MT Bayu Ariwibowo,M.Pd

NIY.604121973 NIY.628051990

iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sebenar-
benarnya bahwa skripsi ini saya susun bukan hasil plagiasi dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Universitas IVETSemarang.

Nama : Mochammad Eko Prastyo


NPM : C3217110024
Fakultas : Sains danTeknologi
Program Studi : Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif
Judul :“Pengaruh Campuran Ethanol dengan Premium dan
Variasi celah Busi Terhadap Performa dan Emisi Gas
Buang Pada Sepeda Motor Injeksi Honda Beat 110”

Jika kelak ternyata skripsi saya merupakan hasil plagiasi, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas IVET Semarang kepada saya.

Kudus,10 April 2021

M. Eko Prastyo

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Tidak ada rahasia sukses, itu adalah hasil dari persiapan, kerja keras
dan belajar dari kegagalan

Persembahan :

1. Orang tua tercinta yang tidak henti memberi dukungan dan kasih
sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa terbalas dengan
apapun. Terima kasih atas semua dukungan yang bapak dan ibu
berikan kepada saya.
2. Bapak Sena mahendra, MT dan bapak Bayu Ariwibowo, M.Pd selaku
dosen pembimbing skripsi saya, terima kasih banyak sudah
membantu saya selama ini, sudah diajari dan diarahkan sampai
skripsi ini selesai.
3. Roy Saifudin, Teman Seperjungan saya yang selalu memotivasi saya
untuk lulus kuliah tepat waktu.
4. Rekan-rekan jurusan Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif
angkatan 2017 dan Almamater yang saya banggakan.

v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil Alamin, dengan mengucap segala puji dan
syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Campuran Ethanol dengan Premium dan Variasi celah
Busi Terhadap Performa dan Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Injeksi
Honda Beat 110”.
Dalam menyusun skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat terlewati berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Rustono, M. Hum, Rektor Universitas IVET
Semarang.
2. Bapak Dr. Fuad Abdillah, ST. MT, Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas IVET Semarang.
3. Bapak Bayu Ariwibowo, M.Pd, Dosen Pembimbing II dan Ketua
Jurusan Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif Universitas
IVET Semarang yang selalu meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan nasehat dengan baik selama
penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan lancar.
4. Bapak Sena Mahendra, ST MT, selaku Dosen Pembimbing I yang
selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
nasehat dengan baik selama penyusunan skripsi sehingga dapat
terselesaikan dengan lancar.
5. Kepala Laboratorium Pendidikan Vokasional Teknik Mesin
Otomotif Universitas IVET Semarang yang bersedia memberikan ijin
peneliti untuk melakukan penelitian di Laboratorium.
6. Bapak Dosen Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif
Universitas IVET Semarang yang telah memberikan bekal penulis
dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir
penulisan skripsi.

vi
7. Orang tua tercinta yang tidak henti memberi dukungan dan kasih
sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa terbalas dengan
apapun. Terima kasih atas semua dukungan yang bapak dan ibu
berikan kepada saya.

8. Roy Saifudin, Teman Seperjungan saya yang selalu memotivasi saya


untuk lulus kuliah tepat waktu
9. Rekan-rekan jurusan Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Otomotif
angkatan 2017 dan almamater yang saya banggakan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
mendorong penelitian- penelitian selanjutnya.
Kudus, 24 Februari 2021
Penulis,

Mochammad Eko Prastyo

vii
ABSTARK
MOCHAMMAD EKO PRASTYO, NPM C3217110024, “Pengaruh
Campuran Premium dengan Ethanol dan Variasi Celah busi Performa
Sepeda Motor Injeksi Honda Beat 110 ”, Semarang, Skripsi, Pendidikan
Vokasional Teknik Mesin Otomotif, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas VET Semarang, 2021, 71 halaman
Tujuan pada penelitian ini adalah 1). Menganalisis pengaruh
penambahan ethanol dalam premium dengan variasi celah busi terhadap
performa motor injeksi honda beat 110 cc 2). Menganalisis pengaruh
penambahan ethanol dalam premium dengan variasi celah busi terhadap
emisi gas buang motor injeksi honda beat 110 cc.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan jenis deskriptif
untuk mengungkapkan informasi tentang perbandingan lima variasi
campuran bahan bakar ( Premium, premium-ethanol 5%,10%,15% dan
20% ) dan empat variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm)
terhadap performa dan emisi gas buang sepeda motor. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Performance Pendidikan Vokasional Teknik
Mesin Otomotif Universitas IVET Semarang. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah Sepeda motor injeksi Honda Beat 110 cc
dipengaruhi lima variasi campuran bahan bakar ( Premium, premium-
ethanol 5%, 10%, 15% dan 20% ) dan empat variasi celah busi (0,4 mm,
0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm). teknik analisis data dengan deskriptif yang
menganalisis lima variasi campuran bahan bakar ( Premium, premium-
ethanol 5%, 10%, 15% dan 20% ) dan empat variasi celah busi (0,4 mm,
0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm)terhadap performa dan emisi gas buang
sepeda motor injeksi Honda Beat 110 cc.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar premium-ethanol
20% dengan celah busi 0,5 menghasilkan daya tertinggi pada putaran 3500
sejumlah 0.283 kW, sedangakan saat menggunakan bahan bakar premium
ethanol 5% dengan celah busi 0,5 mm pada putaran mesin 3500 sejumlah
0.237 kW, lalu saat menggunakan bahan bakar premium-ethanol 10%
dengan celah busi 0,4 mm pada putaran mesin 3500 sejumlah 0.230 kW,
selanjutnya menggunakan bahan bakar premium dan celah busi 0,4 mm
pada putaran 3500 sejumlah 0.217 kW dan yang terakhir menggunakan
bahan bakar premium-ethanol 15% dengan celah busi 0,8 mm pada
putaran 3500 sejumlah 0.204 kW. Hasil perbedaan daya menggunakan
bahan bakar Premium dengan bahan bakar premium-ethanol 5% sebesar
9% , sedangkan dengan premium-ethanol 10% sebesar 5%, lalu perbedaan
dengan premium-ethanol 15% sebesar 5% dan yang terakhir perbedaan
dengan premium-ethanol 20% sebesar 30%. Sedangkan Pengujian torsi
tertinggi menggunakan bahan bakar pemium-ethanol 20% dengan celah
busi 0,5 mm pada putaran mesin 1500 sebesar 19.6 N.m, sedangkan saat
menggunakan bahan bakar pemium-ethanol 5% dengan celah busi 0,5 mm
pada putaran mesin 1500 sejumlah 16.6 N.m, lalu menggunakan bahan
bakar premium-ethanol 10% dengan celah busi 0,4 mm pada putaran
mesin 1500 sejumlah 16.1 N.m, selanjutnya menggunakan baan bakar

viii
premium dengan celah busi 0,5 mm pada putaran mesin 1500 sejumlah
14.5 N.m dan yang terakhir menggunakan baha bakar premium-ethanol
15% dengan celah busi 0,8 mm pada putaran mesin 1500 14.4 N.m. Hasil
perbedaan torsi menggunakan bahan bakar Premium dengan bahan bakar
premium-ethanol 5% sejumlah 14%, sedangkan saat menggunakan
premium-ethanol10% sejumlah 11%, lalu saat menggunakan premium-
ethanol 15% sejumlah 0,6% dan yang terakhir saat mengunakan premium-
ethanol 20% sejumlah 35%.Pengujian konsumsi bahan bakar paling irit
saat menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20% dengan celah busi
0,9 mm sejumlah 1,0783 kW.kg/jam, sedangkan menggunakan bahan
bakar premium-ethanol 10% dengan celah busi 0,9 mm sejumlah 1,5021
kW.kg/jam, lalu menggunakan bahan bakar premium-ethanol 15% dengan
celah busi 0,8 mm sejumlah 1,7054 kW.kg/jam setelah itu menggunakan
bahan bakar premium ethanol-premium 5% dengan celah busi 0,9 mm
sejumlah 2,7123 kW.kg/jam dan yang terakhir menggunakan Premium
dengan celah busi 0,4 mm sejumlah 2,982 kW.kg/jam. Dan yang terakhir
Pengujian emisi gas buang mengunakan variasi bahan bakar (Premium,
premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%, premium-ethanol 15% dan
premium-ethanol 20%) dan variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm
dan 0,9 mm) menunjukkan hasil penurunan gas CO, HC dan CO2
meskipun tidak terlalu banyak mengalami penurunan. Hasil terbaik pada
saat menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20% dengan celah busi
0,9 mm yaitu menghasilkan konsentrasi emisi CO sejumlah 0,14%, HC
sejumlah 59ppm dan CO2 sejumlah 5.9 %.
Kata Kunci : premium-ethanol, Honda Beat 110 cc, performa mesin dan
emisi gas buang

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PENGESAHAN ................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ............................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTARK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 3
C. Batasan Masalah.................................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................ 6
A. Kerangka Teoritik .............................................................................................. 6
B. Kajian Penelitian yang Relvan .......................................................................... 21
C. KERANGKA PIKIR ......................................................................................... 24
BAB III ............................................................................................................ 27
METODELOGI PENELITIAN .................................................................. 27
A. Pendekatan dan jenis penelitian ........................................................................ 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 28
C. Sampel Penelitian .............................................................................................. 29

x
D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 29
E. Pengumpulan Data ............................................................................................ 29
D. Prosedur Penelitian............................................................................................ 35
F. Desain penelitian ............................................................................................... 38
G. Metode Analisis Data ........................................................................................ 40
BAB IV ............................................................................................................ 41
A. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................................. 41
B. Hasil Pengujian dan Pengukuran Akhir ............................................................ 42
C. Pembahasan ....................................................................................................... 61
BAB V.............................................................................................................. 69
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 69
B. Saran.................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 71

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 langkah hisap ........................................................................................ 7
Gambar 2.2 langkah kompresi.................................................................................. 7
Gambar 2.3 langkah usaha ....................................................................................... 8
Gambar 2.4 langkah buang ....................................................................................... 8
Gambar 2.5 busi ....................................................................................................... 9
Gambar 2.6 bahan bakar minyak ............................................................................ 11
Gambar 2.7 premium .............................................................................................. 11
Gambar 2.8 pertamax ............................................................................................. 13
Gambar 3. 1 sepeda motor Beat Fi 110cc ................................................... 30
Gambar 3. 2 Stopwatch ............................................................................... 31
Gambar 3. 3 gelas ukur plastik .................................................................... 31
Gambar 3. 4 Tachometer ............................................................................. 31
Gambar 3. 5 Gas Analyzer .......................................................................... 32
Gambar 3. 6 Feeler guage............................................................................ 32
Gambar 3. 7 Kunci Busi .............................................................................. 32
Gambar 3. 8 tools set ................................................................................... 33
Gambar 3. 9 dynotest................................................................................... 33
Gambar 3. 10 Busi ....................................................................................... 34
Gambar 3. 11 premium ................................................................................ 34
Gambar 3. 12 Ethanol .................................................................................. 35
Gambar 4. 1 Grafik pengujian Daya Premium ............................................ 42
Gambar 4. 2 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 95%:5% ................. 43
Gambar 4. 3 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 90%:10% ............. 44
Gambar 4. 4 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 85%:15% ............ 45
Gambar 4. 5 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 80%:20% ............. 46
Gambar 4. 6 Grafik pengujian torsi bahan bakar premium ......................... 47
Gambar 4. 7 Grafik pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 95%:5%
..................................................................................................................... 48
Gambar 4. 8 Grafik pengujian torsi premium-ethanol 90%:10% ............... 49
Gambar 4. 9 Grafik pengujian torsi premium-ethanol 85%:15% ............... 50
Gambar 4. 10 Grafik Pengujian torsi premium-ethanol 80%:20% ............. 51
Gambar 4. 11 Grafik SFC bahan bakar premium ....................................... 53
Gambar 4. 12 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 95%:5% ........... 54
Gambar 4. 13 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 90%:10% ......... 55
Gambar 4. 14 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 85%:15% ......... 56
Gambar 4. 15 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 80%:20% .......... 57

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 sifat-sifat premium ...................................................................... 12
Tabel 2.2 Ambang batas emisi dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.5 tahun 2006 .......................................................................................... 21
Tabel 3. 1 Desain uji performa rpm 1500-5000 .......................................... 38
Tabel 3. 2 Desain uji performa rpm 1500-5000 .......................................... 39
Tabel 3. 3 Desain uji emisi gas buang ......................................................... 39
Tabel 3. 4 Desain uji emisi gas buang ......................................................... 39
Tabel 4. 1 Hasil pengujian Daya Premium .................................................. 42
Tabel 4. 2 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 95%:5% ..................... 43
Tabel 4. 3 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 90%:10% ................... 43
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Daya Premium-Ethanol 85%:15% ................... 44
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Daya Premium-Ethanol 80%:20% ................... 45
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Torsi bahan bakar Premium ............................. 47
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 95%:5% ..................... 48
Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 90%:10% ................... 49
Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 85%:15% ................... 50
Tabel 4. 10 Hasil Pengujian torsi premium-ethanol 80%:20% ................... 51
Tabel 4. 11 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium .................... 52
Tabel 4. 12 Hasil perhitungan SFC bahan bakar premium ......................... 53
Tabel 4. 13 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium-ethanol
95%:5% ....................................................................................................... 53
Tabel 4. 14 Hasil perhitungan SFC bahan bakar premium-ethanol 95%:5%
..................................................................................................................... 53
Tabel 4. 15 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium-ethanol
90%:10% ..................................................................................................... 54
Tabel 4. 16 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 90%:10% 54
Tabel 4. 17 Hasil pengujian kosumsi bahan bakar premium-ethanol
85%:15% ..................................................................................................... 55
Tabel 4. 18 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 85%:15% 55
Tabel 4. 19 Hasil pengujian bahan bakar premium-ethanol 80%:20% ....... 56
Tabel 4. 20 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 80%:20% 56
Tabel 4. 21 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan Variasi bahan
bakar dan celah busi .................................................................................... 60
Tabel 4. 22 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan premium-
ethanol 95%:5% dan premium-ethanol 90%:10% ...................................... 60
Tabel 4. 23 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan premium-
ethanol 85%:15% dan premium-ethanol 80%:20% .................................... 60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin penelitian ................................................................ 75
Lampiran 2 Surat keterangan selesai penelitian ........................................ 76
Lampiran 3 Spesifikasi motor Honda Beat 110cc ..................................... 77
Lampiran 4 Tabel pengujian daya, torsi dan konsumsi bahan bakar
menggunakan bahan bakar ( Premium, premium-ethanol 95%:5%,
90%:10%, 85%:15% dan 80%:20% ) dan variasi celas busi ( 0,4 mm, 0,5
mm, 0,8 mm dan 0,9 mm ) .......................................................................... 78
Lampiran 5 Pengujian emisi Gas buang .................................................... 80
Lampiran 6 proses pengambilan data daya dan torsi ................................. 81
Lampiran 7 proses pembacaan data daya dan torsi ................................... 81
Lampiran 8 proses pengambila data konsumsi bahan bakar ..................... 82
Lampiran 9 Gelas ukur .............................................................................. 82
Lampiran 10 modifikasi setelan gas .......................................................... 83
Lampiran 11 proses pengambilan data emisi gas buang ........................... 83
Lampiran 12 Proses melepas dan penyetelan celah busi ........................... 84
Lampiran 13proses penyetelan celah busi ................................................. 84
Lampiran 14 proses pencampuran premium -ethanol ............................... 85
Lampiran 15 proses pencampuran premium -ethanol ............................... 85
Lampiran 16 Variasi Gasohol atau premium-ethanol................................ 86
Lampiran 17 pengujian emisi gas buang premium - 0,4 mm .................... 86
Lampiran 18 pengujian emisi gas buang premium - 0,5 mm .................... 87
Lampiran 19 pengujian emisi gas buang premium - 0,8 mm .................... 87
Lampiran 20 pengujian emisi gas buang premium - 0,9 mm ................... 88
Lampiran 21 pengujian emisi gas buang premium ethanol 95%:5% - 0,4
mm ............................................................................................................... 88
Lampiran 22 pengujian emisi gas buang premium ethanol 95%:5% - 0,5
mm ............................................................................................................... 89
Lampiran 23 pengujian emisi gas buang premium ethanol 95%:5% - 0,8
mm ............................................................................................................... 89
Lampiran 24 pengujian emisi gas buang premium ethanol 95%:5% - 0,9
mm ............................................................................................................... 90
Lampiran 25 pengujian emisi gas buang premium ethanol 90%:10% - 0,4
mm ............................................................................................................... 90
Lampiran 26 pengujian emisi gas buang premium ethanol 90%:10% - 0,5
mm ............................................................................................................... 91
Lampiran 27 pengujian emisi gas buang premium ethanol 90%:10% - 0,8
mm ............................................................................................................... 91
Lampiran 28 pengujian emisi gas buang premium ethanol 90%:10% - 0,9
mm ............................................................................................................... 92

xiv
Lampiran 29 pengujian emisi gas buang premium ethanol 85%:15% - 0,4
mm ............................................................................................................... 92
Lampiran 30 pengujian emisi gas buang premium ethanol 85%:15% - 0,5
mm ............................................................................................................... 93
Lampiran 31 pengujian emisi gas buang premium ethanol 85%:15% - 0,8
mm ............................................................................................................... 93
Lampiran 32 pengujian emisi gas buang premium ethanol 85%:15% - 0,9
mm ............................................................................................................... 94
Lampiran 33 pengujian emisi gas buang premium ethanol 80%:20% - 0,4
mm ............................................................................................................... 94
Lampiran 34 pengujian emisi gas buang premium ethanol 80%:20% - 0,5
mm ............................................................................................................... 95
Lampiran 35 pengujian emisi gas buang premium ethanol 80%:20% - 0,8
mm ............................................................................................................... 95
Lampiran 36 pengujian emisi gas buang premium ethanol 80%:20% - 0,9
mm ............................................................................................................... 96

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Pusat statistik (BPS) menyebutkan salah satu alat transportasi


yg banyak digunakan adalah sepeda motor. Pengunaan sepeda motor di
Indonesia berkembang sangat cepat. Pada tahun 2019 berjumlah 137,7
unit dan pada tahun 2020 berjumlah 143,75 unit , ini menunjukkan
bahwa setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 7 juta unit pertahun.
Meningkatnya jumlah sepeda motor disebabkan karena sepeda motor
merupakan alat transportasi yg mudah dalam pengoperasiannya serta
harganya terjangkau sehingga banyak orang memilih sepeda motor dari
pada mobil (BPS n.d.).

Performa mesin dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, salah


satunya dengan mencampurkan bahan bakar lain agar nilai oktan bahan
bakar dapat lebih tinggi. Zat tersebut adalah ethanol. Jika ethanol
dicampurkan dengan premium maka di dapatkan peningkatan kualitas
bahan bakar sehingga pembakaran lebih efisien serta peningkatan
performa mesin. Kualitas bahan bakar ditunjukan dengan angka oktan.
Semakin tinggi angka oktannya maka semakin baik pula kemampuan
bahan bakar terhadap detonasi. Detonasi adalah pembakaran yang tidak
sempurna dimana campuran bahan bakar dan udara terbakar sebelum
busi menyala (Nugroho 2016).

Semakin rendah angka oktan semakin besar kemungkinan terjadi


detonasi, disebabkan karena campuran bahan bakar dan udara menyala
sebelum waktunya, detonasi menyebabkan penurunan performa sepeda
motor, karena mesin akan mengalami kerugian daya serta konsumsi
bahan bakar yang boros. Sedangkan semakin tinggi angka oktan
memungkinkan tidak terjadinya detonasi dimana pembakaran lebih

1
sempurna dan konsumsi bahan bakar lebih irit sehingga dapat
meningkatkan performa mesin.

Beberapa faktor yg mempengaruhi performa mesin adalah tekanan


kompresi, kualitas bahan bakar dan system pengapian. Semakin tinggi
kompresi mesin maka dibutuhkan juga bahan bakar dengan kualitas yg
baik pula, pemilihan bahan bakar mengacu pada perbandingan kompresi
setiap motor.

Gasohol atau Gasoline-alcohol adalah larutan campuran etanol


dengan bensin, dengan perbandingan tertentu tetapi umumnya 9:1.
Gasohol mempunyai oktan lebih tinggi, terbakar lebih lambat, dan
mengasilkan pengurangan emisi gas buang (Putra 2009).

Etanol adalah zat aditif yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang
dilanjutkan dengan proses destilasi.Etanol merupakan kependekan dari
etil alkohol dengan rumus kimia (C2H5OH).Sifat lainnya adalah larut
dalam air dan eter, berat jenisnya adalahsebesar 0,7939 g/mL, dan titik
didihnya 78,320°C pada tekanan 766 mmHg, serta mempunyai panas
pembakaran 7093.72kkal. Karakteristik Etanol memiliki nilai kalor 26,8
Mj/Kj, angka oktan (RON) 108, berat jenis pada suhu 150 yaitu 0,79
Kg/dm3, viktositas pada suhu 200 yaitu 1,5 mm2/s dan presentase oksigen
nya adalah 35. Sedangkan bensin memiliki karakteristik nilai kalor 42
Mj/Kj, angka oktan (RON) 88-96, berat jenis pada suhu 150 yaitu 0,76
Kg/dm3, viktosistas pada suhu 200 yaitu 0,6 mm2/s dan presentase
oksigen nya 0-2. (Nofendri 2018)

Ethanol merupakan bahan bakar beroktan tinggi yg dapat digunakan


sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. (Sarjono, putra
2013).Penambahan ethanol mampu menciptakan pembakaran yg lebih
sempurna yaitu adanya penurunan nilai emisi karbon monoksida (CO)

2
dan peningkatan karbondioksida (CO2) (Afan Agrariksa, Susilo, and
Nugroho 2013).

Celah busi harus sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik,


agar percikan api yang digunakan dalam proses pembakaran sempurna
dan hasil pembakarannya pun juga sempurna, dan apabila pembakaran
sempurna maka otomatis emisi gas buang akan semakin menurun. Tetapi
dalam praktek dilapangan celah ini akan berubah seiring dengan waktu
pemakaian dilapangan, hal ini secara otomatis akan menyebabkan kinerja
mesin berkurang dan emisi juga meningkat (Pasaribu 2017). Jika celah
elektroda terlalu kecil, hal ini akan berakibat bunga api lemah, elektroda
cepat kotor, khusunya pada mesin 2 tak (two stroke). Jika celah elektroda
busi terlalu besar maka berakibat kebutuhan tegangan untuk meloncatkan
bunga api lebih tinggi. Isolator –isolator bagian tegangan tinggi cepat
rusak karena dibebani tegangan pengapian yang luar biasa tinggi. Selain
itu celah busi yang terlalu besar juga isa menyebabkan mesin agak susah
hidup (Jama and Wagino 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian yg berjudul “


PENGARUH CAMPURAN ETANOL DENGAN PREMIUM DAN
VARIASI CELAH BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN DAN
EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR INJEKSI BEAT
110CC”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yg dapat di


identifikasi dalam penelitian ini :

1. Penggunaan celah busi yang tepat dapat mempengaruhi performa


mesin dan emisi gas buang

3
2. Penggunaan Gasohol atau Gasoline-alkohol dapat mengurangi nilai
emisi gas buang
3. Peningkatan performa mesin dapat ditingkatkan salah satunya
mencampurkan zat ( ethanol ) kedalam bahan bakar untuk menaikan
nilai oktan

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Ethanol yg digunakan mempunyai kadar alkohol mencapai 95 persen


2. Pengujian performa dilakukandilakukan pada parameter daya , torsi
dan konsumsi bahan bakar
3. Pengujian emisi gas buang dilakukan pada kadar Karbon monoksida
(CO), Hidrokarbon (HC), dan Karbondioksida (CO2)
4. Presentase campuran yg digunakan untuk penambahan ethanol yaitu
5% , 10%,15% dan 20%
5. Celah busi yg digunakan yaitu 0,4 mm , 0,5mm , 0,8mm dan 0,9 mm

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yg maka, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penambahan ethanol dalam premium dengan
variasi celah busi terhadap performa motor injeksi honda beat 110 cc
yang meliputi torsi, daya dan konsumsi bahan bakar spesifik ?
2. Bagaimana pengaruh penambahan ethanol dalam premium dengan
variasi celah busi terhadap emisi gas buang motor injeksi honda beat
110 cc yang meliputi Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC),
dan Karbondioksida (CO2)?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis pengaruh penambahan ethanol dalam premium dengan
variasi celah busi terhadap performa motor injeksi honda beat 110 cc

4
2. Menganalisis pengaruh penambahan ethanol dalam premium dengan
variasi celah busi terhadap emisi gas buang motor injeksi honda beat
110 cc

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada Penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis
a. Perbaikan kualitas bahan bakar dengan penambahan ethanol pada
premium sehingga menghasilkan emisi gas buang yg ramah
lingkungan
b. Penghematan bahan bakar dengan pengggunaan bahan bakar
alternatif
c. Sebagai bahan referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan
bahan bakar alternatif dapat menghemat bahan bakar.
b. Memberi ilmu pengetahuan kepada masyarakat bahwa penambahan
ethanol dapat menghasilkan emisi gas buang yang ramah lingkungan.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritik
1. Motor Bakar
Motor bakar atau lebih dikenal dengan nama mesin pembakaran
dalam (Internal Combustion Engine) adalah suatu jenis pesawat yang
prinsip kerjanya mengubah energi kimia bahan bakar menjadi kalor.
Kemudian diubah lagi menjadi energi mekanik atau gerak. Proses
pembakaran berlangsung didalam motor bakar itu sendiri, sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus menjadi fluida kerja (Sugiyanto
2014).
2. Prinsip Kerja Motor Bensin
Prinsip kerja motor bensin adalah mesin yang bekerja memanfaatkan
energi hasil dari gas panas hasil proses pembakaran, dimana proses
pembakaran berlangsung di dalam silinder mesin itu sehingga gas
pembakaran sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja menjadi tenaga atau
energi panas. Motor bakar piston/torak mempergunakan satu atau lebih
silinder dimna terdapat piston yang bergerak bolak-balik atau translasi
diubah menjadi gerak putar atau rotasi poros engkol (crank shaft). Di
dalam silinder terjadi proses pembakaran bahan bakar + oksigen dari
udara menghasilkan gas pembakaran bertekanan sangat tinggi. Gas hasil
pembakaran mampu menggerakan piston yang diteruskan batang
penghubung (connecting rod) dan dihubungkan dengan poros engkol
(crank shaft). Gerak translasi torak (piston) menyebabkan gerak rotasi
pada poros engkol dan sebaliknya, gerak rotasi poros engkol
menimbulkan gerak translasi pada torak/piston (Hidayat danSadiana
2017).
3. Prinsip Kerja Motor 4 Langkah
Motor 4 langkah adalah motor yg setiap siklus kerja nya diselesaikan
dalam 4 kali gerakan bolak balik piston atau dua kali putaran poros
engkol (crank shaft). Langkah piston adalah gerak piston tertinggi

6
disebut titik mati atas (TMA) sampai yg terendah disebut titik mati
bawah (TMB) (Hidayat danSadiana 2017).
Proses siklus kerja motor empat langkah dilakukan oleh gerakan
piston dalam silinder tertutup, yg bersesuaian dengan pengaturan gerak
kerja katup isap dan katup buang disetiap langkah kerjanya. Proses yg
terjadi meliputi langkah hisap.langkah kompresi,langkah kerja dan
langkah buang.
a. Langkah hisap

Gambar 2.1 langkah hisap


Sumber : http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-mesin-4-tak/

Piston bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah
(TMB). Katup isap terbuka dan katup buang tertutup, karena terjadi
tekanan negatif /vacum dalam silinder selanjutnyta campuran udara dan
bahan bakar akan terhisap melalui katup hisap untuk mengisi ruang
silinder
b. Langkah Kompresi

Gambar 2.2 langkah kompresi


Sumber : http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-mesin-4-tak/

7
Piston bergerak dari titik mati bawah (TMB) menuju titik mati atas
(TMA). Katup isap dan buang ditutup. Pada proses ini campuran udara
dan bahan bakar ditekan atau di kompresi, akibatnya tekanan dan
temperaturnya naik sehingga akan memudahkan proese pembakaran.
c. Langkah Kerja

Gambar 2.3 langkah usaha


Sumber : http://www.oto.clas.web.id/2015/10/cara-kerja-langkah-usaha-
pada-motor-4.html
Piston bergerak dari titik mati atas (TMA) menunju titik mati bawah
(TMB). Katup isap dan buang masih ditutup. Sesaat piston 50-80
menjelang titik mati atas busi menyalakan percikan api seketika
campuran bahan bakar dan udara terbakar secara cepat berupa ledakan
besar. Dengan terjadinya ledakan menghasilkan tekanan sangat tinggi
unuk mendorong piston ke titik mati bawah (TMB),sebagai tenaga
mekanik atau usaha yg dihasilkan mesin.
d. Langkah Buang

Gambar 2.4 langkah buang


Sumber : http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-mesin-4-tak/

8
Piston bergerak dari titik mati bawah (TMB) menuju titik mati atas
(TMA). Katup isap tertutup daan katup buang terbuka. Pada proses ini
gas ygt dihasilkan dari pembakaran didorong keluar menuju katup buang.
Pada posisi ini poos engkol telah berputar dua kali putaran dalam satu
siklus dari empat langkah

4. Busi (Spark Plug)

Gambar 2.5 busi


Sumber: https://www.idntimes.com/automotive/motorbike/dwi-
agustiar/4-tanda-busi-motor-sudah-harus-diganti
Busi (Spark plug) merupakan salah satu komponen utama dalam
sistem pengapian yaitu sebagai komponen yg langsung menghasilkan
loncatan/percikan bunga api dari ujung elektroda busi ke masa busi
seketika terjadi pembakaran campuran bahan bakar udara dalam ruang
bakar kendaraan. Lebih jelasnya busi penyala sangat penting pada mesin
bensin dimana fungsinya adalah untuk membakar campuran udara dan
bahan bakar yang telah dikompresikan di dalam ruang bakar. Busi
diperkenalkan pertama kali pada 2 pebruari 1839 oleh Edmond Berger.
Sedangkan busi untuk motor dibuat oleh Albert Champion tahun 1904.
Seiring dengan perkembangan teknologi, tuntutan akan api berkualitas
mutlak dibutuhkan, oleh karena itu spesifikasi busi mengalami evolusi
yang cukup signifikan. Untuk itu selalu dianjurkan mnggunakan busi
sesuai dengan kebutuhan mesin agar tenaga yang dihasilkan dapat
maksimal (Hidayat danSadiana 2017).

9
Kemampuan dalam menghasilkan bunga api tergantung pada
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut (Jama and Wagino 2008) :

a. Bentuk elektroda busi


Elektroda busi yang bulat akan mempersulit lompatan bunga api
sedangkan bentuk persegi dan runcing dan tajam akan mempermudah
loncatan bunga api. Elektroda tengah busi akan membulat setelah dipakai
dalam waktu lama, oleh karena itu loncatan bunga api akan menjadi
lemah dan menyebabkan terjadinya kesalahan pengapian, sebaliknya
eletroda yang tipis atau tajam akan mempermudah percikan bunga api ,
akan tetapi umur penggunaan nya menjadi lebih pendek karena lebih
cepat aus.

b. Celah busi
Bila celah busi lebih besar,bunga api akan menjadi sulit melompat
dan tegangan sekunder yang diprlukan untuk itu akan naik. Bila elektroda
busi telah aus,berarti celahnya bertambah, loncatan bunga api menjadi
lebih sulit sehingga akan menyebabkan kesalahan pengapian.

c. Tekanan Kompresi
Bila tekanan kompresi meningkat, maka bunga api pun akan menjadi
semakin sulit untuk meloncat dan tegangan yang dibutuhkan semakin
tinggi, hal ini juga terjadi pada saat beban berat dan kendaraan berjalan
lambat dengan kecepatan rendah dan katup gas terbuka penuh. Tegangan
pengapian yang dibutuhkan juga naik bila suhu campuran udara-bahan
bakar turun.

10
5. Bahan Bakar

Gambar 2.6 bahan bakar minyak


Sumber :
https://m.kaskus.co.id/thread/5c6f6b46af7e930e0153aa11/karakteristik-
bahan-bakar-jenis-pertalite/

Bahan bakar adalah sesuatu yang dapat terbakar, dan dapat


menghasilkan panas untuk dijadikan sumber tenaga. Dalam hal ini bahan
bakar memiliki beberapa bentuk diantaranya bahan bakar padat, bahan
bakar cair dan bahan bahan bakar gas (Punantoro 2013).
a. Premium

Gambar 2.7 premium


Sumber : https://otomotif.tempo.co/read/1104215/mobil-setelah-tahun-
2003-tak-cocok-pakai-premium-ini-dampaknya
Premium adalah salah satu jenis bahan bakar yg berasal dari minyak
bumi. Bahan bakar ini berwarna kuning akibat pemberian bahan
pewarna. Penggunaan premium umumnya digunakan pada kendaraan

11
dengan penggerak berupa motor bensin seperti sepeda
motor,mobil,motor-motor kecil dll (Triyono 2009).

Tabel 2.1 sifat-sifat premium


Sumber : www.pertamina.com
Limits test methods
No. Properties
Min Max ATSM Others
Knock Rating Research Octane
1 Number RON 88 - D-2699
2 T.E.L Conten gr/lt - 0,3 D-3341
3 DISTILLATION :
10 % VIL. Evap. To C - 74
50 % VIL. Evap. To C - 125 *)
90 % VIL. Evap. To C 88 180
4 R. V. P. At 37,8 C psi - 9.0 *) D-232
5 Exsistent Gum mg/100 ml - 4 D-381
6 Induction priod min 240 - D-525
7 Sulphur Content % wt - 0.0 D-1266
8 Copper Strip Corrosion 3 hrs/122 F - No.1 D-130
9 Doctor Test or Negative IP 30
10 Color Yellow
11 Dye content : gr/100 lt 0.113
12 Odour Marketable
b. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertaminadengan
RON 90. Bahan bakar pertalite direkomendasikan untuk
kendaraandengan kompresi 9:1 sampai 10:1 dan khususnya untuk
kendaraan yang telahmenggunakan sistem EFI (Electronic Fuel Injection)
dan catalytic converter.Selain itu dengan RON 90 diharapkan pertalite
dapat membuat pembakaran padakendaraan lebih baik dibandingkan
dengan premium dengan RON 88 (Triyono 2009).

12
c. Pertamax

Gambar 2.8 pertamax


Sumber : https://www.gridoto.com/read/221803764/bukan-cuma-
kandungan-oktan-ini-bedanya-bahan-bakar-jenis-pertamax-dan-premium

Pertamax adalah bensin tanpa timbal dengan kandungan aditif


lengkap generasi mutahir yg akan membersihkan lubang katup
pemasukan ( intake valve port ) ,injector bahan bakar (fuel injector) dan
ruang bakar dari endapan ( kerak ) karbon. Pertamax ini mempunyai
RON 92 ( Research Octane Number ). Penggunaan pertamax ini
dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin dengan
perbandingan kompresi tinggi (Triyono 2009).

d. Pertamax Plus
Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior pertamina dengna
kandungan energi tinggi dn ramah lingkungan. Pertamax plus diproduksi
dengna menggunakan bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil
penyempurnaan terhadap formula produk pertamina sebelumnya.
Pertamax plus diformulasikan dengan aditif generasi terbaru yg berfungsi
untuk penyempurnaan proses kimia pada motor pembakaran dalam.
Aditif ini telah memperoleh sertifikasi dari laboratorium indepp\enden
bertaraf internasional di Housten, Texas, yg sejak lama dikenal sebagai
pusat riset bahan bakar dan motogas dunia. Pertamax plus mempunyai
nilai oktan 95 yg akan membuat pembakaran pada motor bakar

13
kendaraan lebih bertenaga,berakselerasi tinggi, lebih responsif dan bebas
ketukan (Triyono 2009).

6. Bilangan Oktan dan Reseach Octane Number (RON)

Bilangan oktan adalah angka yang menunjukan seberapa besar


tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar dengan
sendirinya/secara spontan. Bilangan oktan (octane number) merupakan
ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan atau
detonasi (knocking) saat terbakar dalam mesin (Hidayat danSadiana
2017). Sedangkan menurut Hartono, Angka oktan pada bahan bakar
digunakan sebagai pedoman untuk mengatur periode penundaan (delay
period) waktu nyala api busi untuk merambat ke bagian yang paling jauh
dari busi. Bensin dengan angka oktan yang tinggi mempunyai periode
penundaan yang panjang (Hartono 2011)

Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia
adalah Research Octane Number (RON). RON ditentukan dengan
mengisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel
dengan kondisi teratur. Nilai RON di ambil dengan membandingkan
campuran antara iso-oktana dan n-heptana. Misalnya, sebuah bahan
bakar dengan RON 88 berarti 88% kandungan bahan bakar itu adalah
iso-oktana dan 12% nya n-heptana. Secara umum kebutuhan nilai oktan
pada bensin berdasarkan rasio kompresi mesin (Hidayat danSadiana
2017).

7. Ethanol
Salah satu bahan bakar yg dapat menggantikan bensin adalah
ethanol. Ethanol sering disebut etil alkohol rumus kimia nya C2H5OH,
bersifat cair pada temperatur kamar. Ethanol dapat dibuat dari proses
pemasakan ,fermentasi dan distilasi , beberapa jenis tanaman seperti nira

14
siwalan ,aren,tebu ,singkong atau tanaman yg mengandung karbohidrat
tinggi. Ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat
menggnatikan timbal sebagai peningkat niali oktan dalam bensin.
Mencampur ethanol dengan bensin akan mengoksigenisasi campuran
bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi
emisi gas buang (Sarjono, putra 2013). Alkohol pada umumnya
mengandung 95 persen etanol dan 5 persen air. Dalam kehidupan sehari-
hari etanol digunakan sebagai pelarut, bahan anti septik, bahan baku
pembuatan eter, serta minuman keras. Etanol juga dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif dan relatif aman terhadap lingkungan.
Secara singkat proses produksi etanol dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
proses gelatinasi, proses fermentasi dan proses distilasi. Hasil fermentasi
pada umumnya hanya menghasilkan etanol dengan kemurnian 30 sampai
40 persen, oleh karena itu untuk memurnikan etanol menjadi berkadar
lebih dari 95 persen agar dapat digunakan sebagai bahan bakar harus
melalui proses distilasi (Nurdyastuti 2005).
Penggunaan ethanol sebagai tambahan bahan bakar bensin memiliki
kelebihan dan kekurangan diantaranya :
1. Kelebihannya dari penambahan ethanol dalam bensin : Alkohol dapat
menyerap kelembaban dalam tangki bahan bakar , penambahan alkohol
sebesar sepuluh persen dapat meningkatkan nilai oktan kurang lebih 3
poin, alkohol dapat membersihkan sistem bahan bakar, Alkohol dapat ,
emisi CO karena mengandung oksigen.
2. Kelemahan penambahan ethanol dalam bensin : Alkohol dapat
menyumbat saringan bahan bakar , Alkohol meningkatkan volstility
bahan bakar sebesar 0,5 psi dan dapat menyebabkan masalah saat
berkendara pada cuaca panas ,alkohol dapat menyerap air dan terpisah
dari bensin, terutama pada temperature rendah dan menyebabkan mesin
sulit untuk dihidupkan.

Pada umumnya ethanol memiliki angka oktan 107-109, density 0.79


kg/L, A/f rasio 9, LHV sebesar 26.900 kcal/kg, panas penguapan sebesar

15
804 kj/kg dan autoignition temperature 423 0C (Sarjono, putra 2013).
Volatility pada bahan bakar menunjukkan kemampuan bahan bakar
untuk menguap dan sifat ini penting, karena jika bahan bakar tidak cepat
menguap maka bahan bakar akan sulit untuk bisa tercampur dengan
udara pada saat pembakaran. Volatility pada etanol lebih rendah dan
energi yang dihasilkan akan lebih rendah jika dibandingkan dengan
premium. Tetapi angka oktan yang dimiliki etanol lebih tinggi dari
premium dan dapat digunakan untuk kompresi mesin yang lebih tinggi
(Handayani 2007).

Sedangkan Menurut Yos Nofenderi, Etanol adalah zat aditif yang


dihasilkan dari fermentasi glukosa yang dilanjutkan dengan proses
destilasi.Etanol merupakan kependekan dari etil alkohol dengan rumus
kimia (C2H5OH).Sifat lainnya adalah larut dalam air dan eter, berat
jenisnya adalahsebesar 0,7939 g/mL, dan titik didihnya 78,320°C pada
tekanan 766 mmHg, serta mempunyai panas pembakaran 7093.72kkal.
Karakteristik Etanol memiliki nilai kalor 26,8 Mj/Kj, angka oktan (RON)
108, berat jenis pada suhu 150 yaitu 0,79 Kg/dm3, viktositas pada suhu
200 yaitu 1,5 mm2/s dan presentase oksigen nya adalah 35. Sedangkan
bensin memiliki karakteristik nilai kalor 42 Mj/Kj, angka oktan (RON)
88-96, berat jenis pada suhu 150 yaitu 0,76 Kg/dm3, viktosistas pada suhu
200 yaitu 0,6 mm2/s dan presentase oksigen nya 0-2. (Nofendri 2018)

8. Sistem Pengapian
Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses
pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder sesuai
waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi.
Permulaan pembakaran diperlukan, karena pada motor bensin
pembakaran tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran
bensin-udara yang dikompresikan trejadi didalam silinder setelah busi
memercikan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas

16
(eksplosif) hasil pembakaran , mendorong piston ke TMB menjadi
langkah usaha (Jama and Wagino 2008).
Menurut Jama dan Wagino (2008) syarat-syarat sistem pengapian
motor bensin agar dapat bekerja dengan efisien ada tiga yaitu:
a. Tekanan kompresi yang tinggi.
b. Saat pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat.
c. Perbandingan campuran bensin dan udara yang tepat.
Terjadinya percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi
oleh pembentukan tegangan induksi yang dihasilkan oleh sistem
pengapian. Semakin tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api
yang dihasilkan bisa semakin kuat. Penjelasan lebih jauh tentang
pembentukan tegangan induksi yang baik dibahas pada bagian E sampai
H (koil pengapian sampai busi) (Jama and Wagino 2008). Namun secara
garis besar agar diperoleh tegangan induksi yang baik dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini:
a. Pemakaian koil pengapian yang sesuai
b. Pemakaian kondensor yang tepat
c. Penyetelan saat pengapian yang sesuai
d. Penyetelan celah busi yang tepat
e. Pemakaian tingkat panas busi yang tepat
f. Pemakaian kabel tegangan yang tepat

9. Perhitungan Performa
a. Daya
Daya didefinisikan sebagai hasil dari kerja, dengan kata lain daya
merupakan kerja atau energi yang dihasilkan mesin per satuan waktu
mesin itu beroperasi (Wiratmaja 2010). Daya pada sepeda motor dapat
diukur dengan menggunakan alat dynamometer, sehingga untuk
menghitung daya poros dapat diketahui dengan rumus :

P = 2.π.n.T Nm/s (Watt)


60

17
Keterangan =
P = daya poros (hp)
T = torsi (N.m)
N = putaran mesin (rpm)

b. Torsi
Momen puntir atau torsi adalah suatu ukuran kemampuan motor untuk
menghasilkan kerja (Wiratmaja 2010). Hal tersebut diperjelas oleh
Raharjo dan Karnowo (Raharjo 2008) yang menjelaskan bahwa torsi
adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi
adalah suatu energi. Besar torsi adalah besaran turunan yang dapat
digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang
berputar pada porosnya. Apabila piston bergerak menghasilkan gaya F,
yang memutar poros engkol dimana panjang engkol sebesar b, sehingga
torsi dapat ditentukan dengan rumus:

T=F x b (N.m)
Keterangan =
T = torsi (N.m)
F = gaya (N)
b = jari-jari engkol (m)

c. Konsumsi bahan bakar


Konsumsi bahan bakar adalah jumlah bahan bakar per waktunya untuk
menghasilkan daya sebesar 1 HP. Jadi konsumsi bahan bakar adalah
ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar (Raharjo 2008).
Untuk konsumsi bahan bakar hanya volume bahan bakar per satuan
waktu (kg/jam)

SFC = M f/Ne

18
M f= v x ρ bahan bakar / t
Keterangan =
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/jam.Kw)
M F = jumlah bahan bakar per satuan waktu (kg/jam)
V = volume bahan bakar yg digunakan
Ρ = berat jenis bahan bakar yg digunakan
t = waktu yg diperlukan untuk konsumsi bahan bakar
Ne = daya yg dihasilkan (kW)
Contoh :
Diketahui :
V = 5 ml
Ρ = 0.715 gram
T = 101 detik
Ne = 0,143 Kw
Mf = 5 ml/101 detik = 0,0495 detik x 3600 = 176,4 jam
Mf = 0,715gram x 176,4 = 126,126/1000 = 0,126 kg/jam
SFC = 0.1226/0,143Kw = 0,881 kg/jam
10. Chasis Dynamometer
Dynamometer adalah sebuah alat yg diguakan untuk mengukur
tenaga, gaya puntir ( torsi ) yg dihasilkan oleh mesin. Perinsip kerja alat
ini adalah dengan memberi beban yg berlawanan terhadap arah putaran
sampai mendekati nol rpm, beban maksimum yg terbaca adalah gaya
pengereman yg besarnya sama dengan gaya putar poros mesin (Raharjo
2008).

11. Emisi Gas Buang


Emisi gas buang di definisikan sebagai berikut : gas buang yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan udara terdiri dari banyak
komponen gas yang sebaian besar polusi bagi lingkungan hidup. Polutan
yang lazim terdapat pada gas buang yaitu carbonmonoksida(CO),
hydrokarbon (HC), karbondioksida (CO2) (Ellyanie 2011).

19
Pada proses pembakaran bahan bakar selalu dibutuhkan sejumlah
udara tertentu agar bahan bakar dapat terbakar sempurna, jika
pembakaran berlangsung dalam kondisi kurang oksigen maka sifat
campuran udara dan bahan bakar disebut campuran kaya, apabila dalam
campuran bahan bakar kelebihan oksigen maka dapat dikatakan
campuran miskin. Campuran kaya ataupun miskin dapat mengakibatkan
pembakaran tidak sempurna (Punantoro 2013).
12. Gas Karbonmonoksida (CO)
Gas karbonmonoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna,
tidak berbau ,sukar larut dalam air dan tidak mempunyai rasa.
Karbonmonoksida merupakan polutan yang berbahaya jika melebihi
ambang batas yang ditentukan karena zat CO apabila terhisap kedalam
paru-paru akan ikut dalam peredaran darah dan menghalangi masuknya
oksigen (Punantoro 2013).

13. Hydrokarbon (HC)


Hydrokarbon (HC) adalah emisi yang timbul karena bahan bakar
yang belum terbakar tetapi sudah keluar dengan gas buang menuju
atmosfer (Punantoro 2013).
Hydrokarbon yang sering dihasilkan oleh aktivitas manusia yang
terbanyak berasal dari tranportasi, sedangkan sumber lainnya adalah
pembakaran gas,minyak ,arang dan kayu, aktivitas industri, pembuangan
sampah dan kebakaran hutan. Sektor tranportasi merupakan sumber
polutan terbanyak buatan manusia yaitu mencakup lebih dari 50% dari
jumlah seluruhnya sumber buatan manusia. Hidrokarbon yang keluar dari
motor disebabkan bahan bakar yang tidak terbakar sempurna dalam
proses pembakaran, sehingga mengandung hidrokarbon (Kristanto
2001).

14. Karbondioksida (CO2)

20
Gas karbondioksida (CO2) merupakan gas buang yang tidak
berwarna dan tidak berbau, mudah larut dalam air. Sumbangan utama
manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfir berasal dari
pembakaran fosil berupa minyak bumi,batu bara dan gas bumi.selain efek
rumah kaca tersebut karbon dioksida diserap tanaman dengan antuan
sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Punantoro
2013).

15. Parameter Mesin Bensin Emisi Gas Buang


Dalam peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 tahun
2006 tentang Ambang batas emisi gas buang yang dikeluarkan kendaraan
bermotor lama, yaitu tentang batas maksimal zat-zat hasil gas buang yg
dikeluarkan dari kendaraan bermotor lama sesuai tabel berikut ini
(PERMENLH5 2006):

Tabel 2.2 Ambang batas emisi dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.5 tahun 2006
Tahun Paramter Metode
Kategori
Pembuatan C0 (%) HC (ppm) Uji
Sepeda Motor 2 langkah ˂ 2010 4.5 12000 Idle
Sepeda Motor 4 langkah ˂ 2010 5.5 2400 Idle
Sepeda Motor ( 2 langkah ≥ 2010 4.5 2000 Idle
4 langkah )

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Pada penelitian ini, peneliti mencari informasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan . peneliti juga
mencari informasi dari buku-buku dan jurnal skripsi untuk mendapatkan
suatu informasi terkait judul peneliti gunakan.
1. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Areif Abi Karomi
(2016),Pengaruh Penambahan Ethanol Dalam Bahan Bakar Pertalite
Terhadap Performa dan Emisi Gas Buang Mesin 4 Silinder. Hasil

21
penelitian ini menunjukan adanya pengaruh penambahan ethanol
dalam bahan bakar pertalite terhadap performa dan emisi gas buang
mesin 4 silinder. Yaitu meningkatnya daya dan torsi disebabkan oleh
adanya peningkatan angka oktan,sehingga temperatur pembakaran
naik dan menghasilkan daya dan torsi maksimal. Daya dan torsi
terbaik dihasilkan pada campuran EP10 pada putaran 3000 dan 4000
rpm. Pada putaran 2000 rpm daya dan torsi terbaik dihasilkan oleh
campuran EP20 dan pada putaran 5000 rpm daya dan torsi terbaik
dihasilkan oleh campuran EP25. Menurunnya kadar emisi gas buang
disebabkan oleh peningkatan HC pada emisi gas buang. Kadar emisi
gas buang terbaik dihasilkan oleh campuran EP20 dengan rata-rata CO
0,333 %vol, HC 112,667 ppm, dan CO2 15,953%vol (Karomi 2016).
2. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Agung Nugroho (2016),
Performa Mesin Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan
Bakar Campuran Pertalite dengan Ethanol. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya perbedaan daya torsi dan konsumsi bahan bakar
spesifik yg dihasilkan oleh variasi campuran bahan bakar pertalite dn
ethanol. Semakin besar presentase ethanol yg dicampurkan maka
daya dan torsi meningkat, serta konsumsi bahan bakar spesifik akan
semakin besar. Karakteristik yg terkandung pada campuran pertalite
dan ethanol dengan variasi E5 mempunyai RON sebesar 91.5, LHV
sebsar 38,897 KJ/kg, HHV sebsar 42,137 KJ/kg, dan densitas sebesar
745 kg/m3. E10 mempunyai RON sebesar 93, LHV sebesar 37,789
KJ/kg, HHV sebesar 41,029 KJ/kg, dan densitasnya sebesar 748
kg/m3. Serta E15 mempunyai RON sebesar 94.5, LHV sebesar
37,283 KJ/kg, HHV sebesar 40,523 KJ/kg, dan densitasnya sebesar
753 kg/m3 (Nugroho 2016).
3. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Afan Agrariksa, dkk (2013),
Uji Performansi Motor Bakar Bensin (On Chasis) menggunakan
campuran Premium dan Ethanol. Hasil penelitian ini menunjukan
nilai kalor bahan bakar diperoleh nilai kalor premium 11.414,453

22
kal/gram; campuran etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran
etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran etanol 25% = 8358,941
kal/gram. Hasil pengujian performansi diperoleh daya tertinggi ada
pada campuran 15% yaitu 9,02 kW dan mampu menghabiskan 10 ml
bahan bakar dalam waktu 35,87 detik. Hasil pengujian emisi gas
buang diperoleh nilai CO terendah ada pada campuran 25% etanol
yaitu 0,85% volume udara; nilai CO2 tertinggi ada pada campuran
25% etanol yaitu 10,6% volume udara (Afan Agrariksa, Susilo, and
Nugroho 2013).
4. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Nuramal dan Ahmad (2014),
Analisa pengaruh Jarak Elektroda Busi Terhadap Performa Motor
Bakar 4 Langkah Studi Kasus pada Motor Bakar Honda GX-160.
Hasil penelitian menunjukkan nilai torsi tertinggi ditunjukkan oleh
celah elektroda busi sebesar 0,8 mm putaran 10,58 N-m pada 1600
rpm untuk beban yang diberikan dan nilai torsi terendah ditunjukkan
oleh Celah elektroda busi sebesar 1 mm sama dengan 7,27 N-m pada
1600 rpm. Kekuatan tertinggi ditunjukkan oleh celah elektroda busi
0,8 mm kali 2,63 hp pada putaran beban yang diberikan 1900 rpm,
dan Nilai terendah terlihat pada variasi celah elektroda busi sebesar 1
mm yaitu sebesar 1,78 hp. Itu Nilai terbaik dari konsumsi bahan
bakar spesifik (sfc) dihasilkan oleh jarak elektroda busi 0,7 mm untuk
0,304 l / hp-h, dan urutan terkecil dihasilkan oleh elektroda busi jarak
1 mm untuk 0,345 l / hp-h. Dalam hal ini karena karakteristik bahan
bakarnya akan baik jikanilai konsumsi bahan bakar (sfc) bahan bakar
semakin rendah. Jadi bisa dikatakan seperti itu untuk percikan api
Jarak elektroda colokan 0,7 - 0,8 mm menghasilkan nilai daya, torsi
dan bahan bakar spesifikkonsumsi (sfc) dibandingkan jarak celah
elektroda busi lainnya (Nurama, Fauzan, and Suryono 2014).
5. Berdasakan Penelitian yang dilakukan Yos Nofendri (2018),
Pengaruh Penambahan Aditif Ethanol pada Bensin RON 88 dan RON
92 Terhadap Prestasi Mesin. Hasil penelitian menunjukan bahwa

23
penambahan ethanol dalam premium dan pertamax
dapatmempengaruhi sifat dari bahan bakar baik pada jenis pertamax
maupun pada premium. Penambahan etanol.Berdasarkan hasil
penelitian ini, dapat disarankan pengembangan penggunaan sumber
energi alternative terutama ethanol yang memiliki persediaan yang
cukup banyak sehingga sedikit demi sedikit
menguranggiketergantugan terhadap bahan bakar fosil terutama
minyak bumi yang semakin hari semakin menipis
persediaannya.Terjadi penurunan torsi dan daya mesin pada
campuran etanol, baik untuk RON88 maupun RON92. Penurunan
yang paling kecil pada campuran etanol dan RON88 adalah ME10
yaitu 9% untuk torsi dan 1% untuk daya., sedangkan pada pertamax
penurunan terkecil pada MX5 yaitu 3% untuk torsi dan 1% utnuk
daya. Untuk BSFC juga terjadi penghematan konsumsi bahan bahan
bakar spesifik brek pada putaran tinggi (2000Rpm –3000Rpm).
Campuran XE5 dapat menghemat konsumsi bahan bakar sebanyak
15.8% sedangkan XE10 penghematan terjadi sebanyak 11.5%.
Penambahan sebanyak 5% dapat meningkatkan prestasi mesin
sebanyak 10.9% sedangkan penambahan 10% dapat meningkatkan
effisiensi sebanyak 7% jika dibandingkan dengan bensin pertamax
biasa pada semua putaran mesin (Nofendri 2018).

C. Kerangka Pikir

Peningkatan performa mesin sepeda motor dapat dilakukan dengan


berbagai cara, salah satu nya dengan mencampurkan zat atau bahan bakar
lain agar nilai oktan menjadi lebih tinggi. Zat atau bahan bakar tersebut
adalah ethanol. Dengan mencampurkan ethanol dengan premium
diharapkan ada peningkatan kualitas pada campuran bahan bakar tersebut
sehigga didapatkan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi dan ramah
lingkungan.

24
Bahan bakar yang baik adalah bahan bakar yang dapat mencegah
terjadinya detonasi. Penggunaan bahan bakar beroktan rendah dapat
menyebab kan detonasi, yg disebabkan karena campuran bahan bakar
dan udara menyala sebelum waktunya atau sebelum busi memecikan
bunga api. Detonasi menyebabkan penurunan performa sepeda motor
karena mesin akan mengalami keruugian daya seta konsumsi bahan
bakar yang boros.

Untuk itu diperlukan analisis penggunaan gasohol, gasohol adalah


campuran etanol dengan bensin dengan perbandingan tertentu. Pada
penelitian ini campuran yang digunakan adalah etanol dengan premium
88 dengan variasi kadar mulai dari 5%, 10%, 15%, 20%. Larutan dengan
kadar 5% disebut EP1 , 10% adalah EP2, 15% adalah EP3 dan 20%
adalah EP4. Pada penelitian ini juga menggunakan variasi celah busi
yaitu 0.4mm , 0.5mm , 0.8mm dan 0.9mm, dan menggunakan variasi
RPM(rotasi per minute)mulai dari 1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500
dan 5000 rpm.

Diharapkan dengan penggunaan gasohol (etanol dengan premium)


dengan variasi kadar dan variasi celah busi didapatkan perfoma mesin yg
lebih baik serta rendah emisi gas buang.

25
SEPEDA MOTOR
INJEKSI BEAT 110

VARIASI VARIASI CELAH


BAHAN BAKAR BUSI
1. 5% 1. 0,4 mm
2. 10% 2. 0,5 mm
3. 15% 3. 0,8 mm
4. 20% 4. 0,9 mm

RPM (Rotasi per minutes)


1500 - 5000

PERFORMA EMISI GAS


MESIN BUANG
1. Torsi 1. CO
2. Daya 2. HC
3. Konsumsi 3. CO2
BBM

Deskripsi kerangka pikir diatas adalah

26
Dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan objek sepeda motor Honda
injeksi Honda Beat 110 yang dipengaruhi variabel independen campuran bahan
bakar Premium dengan Ethanol (5%,10%,15%20%) dan Variasi celah busi
(0.4mm, 0.5mm,0.8mm,0.9mm) yang mempengaruhi variabel dependen yaitu
performa mesin (Daya,Torsi dan Konsumsi bahan bakar) dan emisi gas buang (
CO, HC dan CO2) , setelah itu diberikan variasi putaran mesin (RPM)
1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000 untuk mengetahui perbedaan
performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis deskriptif dan metode yang digunakan adalah eksperimen.
Pengertian metode eksperimen adalah upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Deskriptif
berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran
ataupun penegasan suatu gejala dan juga menjawab pertanyaan-
pertanyaan sehubungan dengan status subjek penelitian pada saat ini,
misalnya suatu sikap atau pendapat("Dr. Sumanto, M.A.-Google
Books"n.d). Pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif diharapkan
dapat mengungkap berbagai informasi mengenai efektifitas penambahan
ethanol pada premium (5%,10%,15%,20%) dengan penggunaan celah
busi (0.4 mm, 0.5 mm, 0.8 mm d 0.9 mm) terhadap performa kendaraan
meliputi daya, torsi dan konsumsi bahan bakar spesifik dan Emisi Gas
buang sepedamotor.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif.


Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat
ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi

27
atau pengubahan pada variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Pengambaran kondisi bisa individu atau
menggunakan angka-angka (Elpramwidya.com n.d.). Terdapat alasan
yang membuat peneliti melakukan penelitian ini karena ingin
menggambarkan atau mendeskripsikan objek sesuai dengan hasil aktual
di lapangan pada saat proses pengujian. Penelitian ini diklasifikasikan
dalam penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini peneliti
melakukan kontrol atau manipulasi variabel penelitian.

Pada umumnya penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan utama


yaitu menggambarkan secara sistematis fakta yang ditemukan dan
karakteristik objek maupun subjek yang di teliti secara tepat dan akurat.
Disamping itu penelitian eksperimen ini juga perlu ketelitian pada setiap
komponen agar mendapatkan hasil yang maksimal pada objek yang
diteliti.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan waktu 4 bulan dengan rincian bulan Februari


untuk persiapan/penyusunan proposal pengajuan judul penelitian, bulan
Maret untuk proses pengujian/pengambilan data , dan 2 bulan April dan
Mei untuk penyusunan laporan penelitian/skripsi. Dalam kurun waktu 4
bulan yang telah peneliti tulis tadi diharapkan mampu melakukan proses
penelitian dan pengujian sepeda motor injeksi Beat 110 cc

2. Tempat Penelitian

Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh


penambahan ethanol ke dalam premium dan variasi celah busi pada
sepeda motor injeksi Beat 110 cc di Laboratorium Performance PVTMO
Universitas Ivet Semarang.

28
C. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penambahan ethanol pada premium
(5%,10%,15%,20%) dan penggunaan variasi celah busi (0.4 mm, 0.5
mm, 0.8 mm dan 0.9 mm). Dengan penambahan ethanol pada premium
dan penggunaan variasi celah busi diharapkan dapat meningkatkan
performa dan emisi gas Buang yang bagus pada sepeda motor injeksi
Honda Beat 110cc. Sedangkan subjek penelitian ini adalah sepeda motor
injeksi Honda Beat 110cc keluaran tahun 2013.

D. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan
perubahan pada faktor yang diukur atau dipilih oleh peneliti dalam
mengetahui hubungan antara fenomena yang diamati (Mbizmarket.co.id
n.d.). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi campuran
ethanol dengan pemium (5%,10%,15%,20%) dan variasi celah busi
(0.4mm,0.5mm,0.8mm,0.9mm) menggunakan rpm mesin pada
1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500,500.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat disebut juga variabel yang terpengaruh atau dihasilkan
karena variabel bebas (Mbizmarket.co.id n.d.). Variabel dalam penelitian
ini adalah performa mesin yang meliputi daya,torsi dan konsumsi bahan
bakar dan emisi gas buang yang meliputi CO,CO2,HC

E. Pengumpulan Data
1. Alat dan Bahan Penelitian
a. Peralatan penelitian
1) Spesifikasi Sepeda motor injeksi Honda Beat 110 tahun 2013 :
a) Tipe mesin : 4 langkah, OHC
b) Diameter x langkah : 50 x 55 mm

29
c) Volume langkah : 108 cc
d) Berat kosong : 93 kg
e) Perbandingan Kompresi : 9,2 : 1
f) Daya maksimum : 6,27 kW PS/8000 rpm
g) Torsi maksimum : 8,68 N.m /6.500 rpm
h) Gigi transmisi : otomatis, V-belt
i) Starter : Pedal dan Elektrik
j) Busi : NGK CPR9EA-9 ; DENSO U27EPR9
k) Kapasitas tangki BB : 3,7 Liter
l) Kapasitas Oli mesin : 0.8 liter
m) Transmisi : otomatis, V-belt
n) Aki : MF battery,12V 3 A
o) Panjang x lebar x tinggi : 1.863 x 675 x 1.072 mm
p) Jarak sumbu roda : 1.255 mm
q) Sistem Pengapian : Full Transisterize, Batrai
r) Tipe suspensi depan : Teleskopik
s) Tipe suspensi belakang :Lengan ayun dengan shockbreaker tunggal

Gambar 3. 1 sepeda motor Beat Fi 110cc

2) Stopwatch

30
Gambar 3. 2 Stopwatch
Sumber : Shopee.co.id
Berfungsi untuk mengetahui waktu kinerja mesin pada saat penggunaan
campuran Premium dan Ethanol dan variasi celah busi. Untuk
mengetahui rasio 10 ml BBM menempuh beberapa menit dengan
menggunakan stopwatch.
3) Gelas Ukur Plastik

Gambar 3. 3 gelas ukur plastik


Sumber : tokopedia.com
Berfungsi untuk mengetahui rasio 10 ml bahan bakar yang digunakan
untuk pengetesan konsumsi bahan bakar.
4) Tachometer

Gambar 3. 4 Tachometer
Sumber : http://www.karuniautamamotor.com

31
Tachometer adalah sebuah alat yg dirancang untuk pengujian atau
pengukur RPM mesin
5) Gas Analizer

Gambar 3. 5 Gas Analyzer


Sumber : SMK NU Ma’arif 2 Kudus
Berfungsi untuk pengujian emisi gas buang dari sepeda motor yg di uji
6) Feeler guage

Gambar 3. 6 Feeler guage


Sumber : SMK NU Ma’arif 2 Kudus
Feeler guage digunakan untuk mengukur celah busi pada sepeda motor
yg akan di uji
7) Kunci Busi

Gambar 3. 7 Kunci Busi


Sumber : tokopedia.com

32
Kunci busi merupakan alat yang digunakan untuk memasang dan
melepas busi
8) Tool set

Gambar 3. 8 tools set


Sumber : www.bhineka.com
Merupakan sejumlah alat bantu untuk membongkar sepeda motor. Disini
yang digunakan untuk membongkar body sepeda motor berupa obeng -,
obeng + , kunci T10 dan tang kombinasi
9) Dynotest

Gambar 3. 9 dynotest
Sumber : Lab PVTMO
Sebuah alat yang digunakan untuk menghitung gaya atau percepatan
yang dihasilkan oleh mesin.

b. Bahan Penelitian
1) Busi

33
Gambar 3. 10 Busi
Sumber : Shopee.co.id

2) Premium

Gambar 3. 11 premium
Sumber : Pertamina

3) Ethanol

34
Gambar 3. 12 Ethanol
Sumber : tokopedia.com
D. Prosedur Penelitian
Pada penelitian uji performa sepeda motor injeksi Honda Beat 110
yang dipengaruhi dengan pemakaian campuran premium dengan ethanol
dan variasi celah busi yang meliputi torsi,daya dan konsumsi bahan
bakar, dan kandungan emisi gas buang dilakukan pengujian dalam
bengkel yang datar dan distandar tengan untuk mendapatkan hasil
analisis motor tersebut.
1. Tahapan Persiapan :
a. Pemilihan lokasi
Lokasi penelitian ini di Lab PVTMO Universitas IVET Semarang.
b. Bahan bakar
Masukkan campuran bahan premium dengan ethanol 1Liter secara
bergantian (5%, 10%, 15%, 20%) untuk menguji performa motor dan
mengukur waktu konsumsi bahan bakar sepeda motor injeksi Honda Beat
110dengan Rpm (1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000).
c. Penyetelan Celah Busi
Lakukan penyetelan celah busi dengan ukuran 0,4 mm,0,5 mm, 0,8 mm
dan 0,9 mm, setelah busi terpasang lalu hidukan mesin dengan rpm
(1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000) untuk menguji
performa sepeda motor injeksi Honda Beat 110.

2. Pengambilan Data
Langkah-langkah dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :

35
a. Torsi dan Daya
1) Langkah pertama Tune up terlebih dahulu motor yang akan di pakai
sebagaiobjek penelitian agar mendapatkan performa yang maksimal
2) Hidupkan komputer lalu pasang modul pembaca sensor ke komputer.
Setelah itu jangan lupa pasang juga sensor pembaca sinyal RPM,
torsi, dandaya pada dynotest.
3) Kalibrasi terlebih dahulu software dynotest nya dengan memasukan
spesifikasi berat motor, tinggi kali tinggi motor, diameter roda, dan
rasiomotor. Setelah itu masukan juga spesifikasi roller pada software
dynotestnya seperti berat roller, panjang as roller, berat tutup roller,
dan diametertutup roller
4) Setelah di kalibrasi tata indikator-indikator pendukung pada layar
monitorseperti indikator RPM roda, indikator RPM roller, Indikator
RPM berjalanperwaktu indikator rorsi dan indikator daya.
5) Ganti bahan bakar dengan ethanol-premium dan celah busiyang mau
di uji secara bergantian.
6) Letakkan kendaraan motor yang akan diuji diatas dynotest dengan
posisiroda belakang menempel tepat diatas roller.
7) Pasang penahan pada roda depan dengan diperkuat dengan
pengeremanagar kendaraan tidak dapat bergerak.
8) Nyalakan mesin
9) Atur putaran mesin hingga kondisi stationer, kemudian biarkan
beberapasaat untuk pemanasan.
10) Untuk memperoleh nilai torsi dan daya pada masing-masing variasi
putaranmesin, dengan cara menarik grip atau tuas gas sampai full
dengan durasi 5 detik pada pengujianempat kadar campuran bahan
bakar ethanol-premium (5%,10%,15%,20%) dan di beri empatvariasi
busi (0.4 mm, 0.5 mm, 0.8 mm dan 0.9 mm).
11) Untuk memperoleh nilai torsi dan daya maksimal, lakukan percobaan
5 kalisetiap pergantian busi untuk pembanding hasil sebelumnya.

36
12) Nilai torsi dan daya dibaca pada instrument yang dihasilkan
dynotest.

b. Konsumsi bahan bakar


1) Mempersiapkan alat dan bahan kemudian letakkan di tempat yang
bersih dan aman
2) Melepas bodi, memasang alat bantu lainnya dan pasang tachometer.
3) Memasang fuelpump pada gelas ukur
4) Memasang fuelpump yang sudah dimofikasi pada gelas ukur
5) Lakukan penyetelan celah busi yang akan di digunakan secara
bergantian (0.4 mm,0.5 mm, 0.8 mm, 0.9 mm).
6) Nyalakan mesin.
7) Atur RPM mesin pada nilai 1500, 2000, 2500, 3000, 3500,
4000,4500 dan 5000menggunakan alat bantu memodifikasi setelan
gas sepeda motor.
8) Hidupkan stopwatch untuk menghitung banyaknya waktu yang
digunakanuntuk menghabiskan bahan bakar sebanyak 10 ml dengan
melihat indikatordari garis volume gelas ukur.
c. Emisi Gas buang
1) Mempersiapkan alat dan bahan dan letakkan ditempat yang bersih
dan aman
2) Posisikan sepeda motor standar tengah
3) Isikan campuran bahan bakar (premium dengan ethanol) ke dalam
tangki bahan bakar secara bergantian (5%,10%,15%, dan 20%)
4) Lakukan penyetelan celah busi secara bergantian ( 0.4mm, 0.5mm,
0.8mm dan 0.9mm)
5) Nyalakan Gas Analizer dan tunggu kalibrasi dulu
6) Nyalakan mesin
7) Masukkan ujung pipa gas analizer ke knalpot sepeda motor
8) Klik tombol start pada Gas analizer
9) Nilai CO, HC dan CO2 terbaca pada instrumen Gas Analizer

37
10) Print hasil pengujian.

3. Perhitungan
Dari data yang didapat makan akan dibuat untuk membandingkan
hasil analisis performa motor yang meliputi daya,torsi dan konsumsi
bahan bakar ,dan emisi gas buang dari penggunaan campuran premium
dengan ethanol dengan empat variasi (5%,10%,15%,20%) yang
dipengaruhi empat variasi celah busi ( 0.4mm, 0.5mm, 0,8mm dan 0.9mm)
menggunakan variasi rpm (1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan
5000) pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110.

F. Desain penelitian
Untuk pengujian performa sepeda motor dilakukan dengan
mengganti secara bergantian empat variasi campuran premium dengan
ethanol yang dipengaruhi empat variasi celah busi (0.4mm, 0.5mm,
0,8mm dan 0.9mm) lalu mesin dihidupkan dengan variasi rpm
(1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000).

Tabel 3. 1 Desain uji performa rpm 1500-5000

5% 10%

No Celah Busi konsumsi konsumsi


daya torsi daya Torsi
bbm bbm

1 0.4 mm

2 0.5 mm

38
3 0.8 mm

4 09 mm

Tabel 3. 2 Desain uji performa rpm 1500-5000

15% 20%
No Celah Busi konsumsi konsumsi
daya Torsi Daya torsi
bbm bbm

1 0.4 mm

2 0.5 mm

3 0.8 mm

4 09 mm
Tabel 3. 3 Desain uji emisi gas buang

5% 10%
No Celah Busi
CO HC CO2 CO HC CO2
1 0.4 mm

2 0.5 mm

3 0.8 mm

4 09 mm

Tabel 3. 4 Desain uji emisi gas buang

15% 20%
No Celah Busi
CO HC CO2 CO HC CO2
1 0.4 mm

2 0.5 mm

3 0.8 mm

4 09 mm

39
G. Metode Analisis Data
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Alihamdan n.d.).

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,


atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu objek dengan objek
yang lain (Sugiyono n.d.).
Dalam penelitian ini terdapat satu macam variabel yaitu variabel
bebas. Dapat dikatakan bahwa variabel bebas merupakan terikat.Variabel
bebas pada penelitian ini adalah:
a) Premium-Ethanol 5%, 10%, 15% dan 20%
b) Variasi celah busi ( 0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm )

2. Analisis Data
Analisis data adalah suatu upaya atau cara untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan
dengan sebuah penelitian. Arti lain dari analisis data yakni kegiatan yang
dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi informasi
yang nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil kesimpulan
(Gurupendidikan n.d.).

Adapun tahap-tahap dalam analisis data yaitu :


a) Tahap I : proses pengujian menggunakan bahan bakar Premium
dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm, 0,8mm dan 0,9mm) sepeda
motor injeksi empat langkah Honda Beat 110CC.

b) Tahap II: proses pengujian menggunakan Premium Ethanol 5%


dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm, 0,8mm dan 0,9mm)untuk

40
selanjutnya dianalisaperbedaannya.

c) Tahap III: proses pengujian menggunakan Premium Ethanol 10%


dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm, 0,8mm dan 0,9mm)untuk
selanjutnya dianalisa perbedaannya.

d) Tahap IV : proses pengujian menggunakan Premium Ethanol 15%


dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm, 0,8mm dan 0,9mm)untuk
selanjutnya dianalisa perbedaannya.

e) Tahap V : proses pengujian menggunakan Premium Ethanol 20%


dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm, 0,8mm dan 0,9mm)untuk
selanjutnya dianalisa perbedaannya.

f) Tahap VI : melakukan perbandingan menggunakan data otentik saat


pengujian ketika menggunakan bahan bakar Premium, Premium-
Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%, Premium-Ethanol 15% dan
Premium-Ethanol 20% dengan variasi celah busi (0,4mm, 0,5mm,
0,8mm dan 0,9mm) .
Pada tahap ini dilakukan analisa perbandingan performa mesin dan Emisi
Gas buang dari beberapa kali uji berdasarkan hasil data otentik saat
pengujian. Data yang diperolehakan diolah menjadi tabel dan grafik untuk
mengetahui seberapa besar perbedaan pada saat pengujian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini mengambil data dari sepeda motor injeksi Honda
Beat 110. Pada penelitisn ini, subjek penelitian diberikan perlakuan yang
sama. Dalam tahap uji kinerja atau performa mesin meliputi
daya,torsi,konsumsi bahan bakar menggunakan alat dynotest dan uji emisi
gas buang menggunakan Gas Analizer dengan perlakuan yang sama yaitu
menggunakan Variasi campuran Premium-Ethanol (5%,10%,15% dan 20%)
dan Variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm).

41
B. Hasil Pengujian dan Pengukuran Akhir
1. Uji Daya
Setelah melakukan uji daya pada sepeda motor injeksi Honda Beat
110 dengan 4 variasi campuran premium-ethanol yaitu Premium-Ethanol
(5%,10%,15% dan 20%) dan Variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8
mm dan 0,9 mm) , maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Hasil pengujian Daya Premium

RPM DAYA PREMIUM (HP)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 0.137 0.130 O.124 0.122
2000 0.170 0.170 0.155 0.147
2500 0.191 0.188 0.180 0.169
3000 0.209 0.208 0.196 0.181
3500 0.217 0.213 0.203 0.183
4000 0.212 0.207 0.197 0.173
4500 0.187 0.184 0.172 0.140
5000 0.139 0.123 0.115 0.0649

DAYA BAHAN BAKAR PREMIUM


0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 1 Grafik pengujian Daya Premium


Pada pengujian daya bahan bakar premium sepeda motor injeksi
Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm menunjukan daya
terbaik 0.217 kW pada putaran mesin 3500. Setelah itu menggunakan
celah busi 0,5 mm menunjukan daya terbaik 0.213 kW pada putaran
mesin 3500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm menunjukan daya
terbaik0.203 kW pada putaran mesin 3500, dan terakhir menggunakan

42
celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 0.183 kW pada putaran
mesin 3500.
Tabel 4. 2 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 5%

RPM DAYA EP1 (5%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 0.135 0.147 0.144 0.130
2000 0.162 0.189 0.178 0.161
2500 0.188 0.214 0.205 0.182
3000 0.203 0.232 0.221 0.198
3500 0.206 0.237 0.224 0.202
4000 0.195 0.226 0.212 0.194
4500 0.162 0.193 0.177 0.169
5000 0.0770 0.104 0.0814 0.104

DAYA PREMIUM-ETHANOL 5%
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 2 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 5%


Pada pengujian daya bahan bakar premium-ethanol 5% sepeda motor
injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm menunjukan
daya terbaik 0.206 kW pada putaran mesin 3500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan daya terbaik 0.237 kW
pada putaran mesin 3500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 0.224 kW pada putaran mesin 3500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 0.202
kW pada putaran mesin 3500.
Tabel 4. 3 Hasil pengujian Daya Premium-Ethanol 10%

RPM DAYA EP2 (10%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

43
1500 0.144 0.136 0.122 0.126
2000 0.182 0.173 0.149 0.159
2500 0.207 0.196 0.171 0.178
3000 0.225 0.214 0.185 0.194
3500 0.230 0.220 0.189 0.199
4000 0.221 0.211 0.180 0.191
4500 0.181 0.185 0.158 0.164
5000 0.0987 0.108 0.0939 0.0994

DAYA PREMIUM-ETHANOL 10%


0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 3 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 10%


Pada pengujian daya bahan bakar premium-ethanol 10% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan daya terbaik 0.230 kW pada putaran mesin 3500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan daya terbaik 0.220 kW
pada putaran mesin 3500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 0.189 kW pada putaran mesin 3500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 0.199
kW pada putaran mesin 3500.
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Daya Premium-Ethanol 15%

RPM DAYA EP3 (15%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 0.124 0.128 0.129 0.114
2000 0.153 0.158 0.162 0.143
2500 0.171 0.184 0.187 0.163
3000 0.185 0.197 0.201 0.174

44
3500 0.189 0.200 0.204 0.175
4000 0.177 0.189 0.192 0.162
4500 0.152 0.157 0.162 0.131
5000 0.0695 0.0724 0.0761 0.0699

DAYA PREMIUM-ETHANOL 15%


0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 4 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 15%


Pada pengujian daya bahan bakar premium-ethanol 15% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan daya terbaik 0.189 kW pada putaran mesin 3500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan daya terbaik 0.200 kW
pada putaran mesin 3500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 0.204 kW pada putaran mesin 3500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 0.175
kW pada putaran mesin 3500.
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Daya Premium-Ethanol 20%

RPM DAYA EP4 (20%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 0.156 0.184 0.154 0.155
2000 0.192 0.221 0.186 0.196
2500 0.215 0.253 0.216 0.221
3000 0.238 0.274 0.232 0.241
3500 0.243 0.283 0.241 0.248
4000 0.235 0.274 0.233 0.240
4500 0.206 0.240 0.211 0.217
5000 0.105 0.153 0.146 0.143

45
DAYA PREMIUM-ETHANOL 20%
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 5 Grafik pengujian Daya Premium-Ethanol 20%


Pada pengujian daya bahan bakar premium-ethanol 20% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan daya terbaik 0.243 kW pada putaran mesin 3500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan daya terbaik 0.283 kW
pada putaran mesin 3500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 0.241 kW pada putaran mesin 3500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 0.248
kW pada putaran mesin 3500.
Perbedaan hasil daya menggunakan 5 bahan bakar (premium ,
premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%, premium-ethanol 15% dan
premium-ethanol 20%) dan variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm
dan 0,9 mm) sangat lah berbeda, perbedaan ditujukan pada grafik 4.1 ,4.2
,4.3 ,4.4 dan 4.5.Daya adalah besarnya usaha yang dilakukan motor
dalam kurun waktu atau hasil dri usaha dibagi kurun waktu tertentu.
Besar atau kecilnya daya yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh variasi
putaran mesin, celah busi dan variasi bahan bakar yg memiliki nilai oktan
yang berbeda. Semakin nilai oktan tinggi menyebabkan bahann bakar
lambat terbakar yang menyebabkan daya motor mengalami peningkatan
pada putaran bawah.

46
2. Uji Torsi
Setelah melakukan uji torsi pada sepeda motor injeksi Honda Beat
110 dengan 4 variasi campuran premium-ethanol yaitu Premium-Ethanol
(5%, 10%,15% dan 20%) dan Variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8
mm dan 0,9 mm) , maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Torsi bahan bakar Premium

RPM TORSI PREMIUM


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 14,5 14,5 13,8 12,8
2000 13,5 13,2 12,9 11,9
2500 12,6 12,4 11,8 10,9
3000 11,3 11 10,7 9,72
3500 9,95 9,92 9,43 8,54
4000 8,7 8,3 8,04 7,03
4500 6,7 6,6 6,18 6,07
5000 4,53 3,96 3,73 2,13

T0RSI BAHAN BAKAR PREMIUM


20

15

10

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 6 Grafik pengujian torsi bahan bakar premium


Pada pengujian torsi bahan bakar premium sepeda motor injeksi
Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm menunjukan torsi
terbaik 14.5 N.m pada putaran mesin 1500. Setelah itu menggunakan
celah busi 0,5 mm menunjukan torsi terbaik 14.5 N.m pada putaran
mesin 1500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm menunjukan daya

47
terbaik 13,8 N.m pada putaran mesin 1500, dan terakhir menggunakan
celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 12.8 N.m pada putaran
mesin 1500.
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 5%

RPM TORSI EP1 (5%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 14,3 16,6 15,7 13,9
2000 13,4 15,2 14,5 12,8
2500 12,2 14 13,2 11,9
3000 10,8 12,9 11 10,6
3500 9,77 11,1 10,5 9,42
4000 7,9 9,19 8,61 7,93
4500 5,83 7,04 6,41 6,13
5000 2,51 3,4 2,66 3,4

TORSI PREMIUM-ETHANOL 5%
20

15

10

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 7 Grafik pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 5%


Pada pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 5% sepeda motor
injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm menunjukan
torsi terbaik 14.3 N.m pada putaran mesin 1500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan torsi terbaik 16.6 N.m
pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 15.7 N.m pada putaran mesin 1500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 13.9
N.m pada putaran mesin 1500.

48
Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 10%

RPM TORSI EP2 (10%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 16,1 15,1 13 13,5
2000 14,9 13,9 12,2 12,4
2500 13,7 12,9 11,2 11,6
3000 12,3 11,6 10,1 10,4
3500 10,6 10,2 8,78 9,11
4000 9,06 8,47 7,25 7,74
4500 6,49 6,71 5,8 5,58
5000 3,22 3,49 3,08 3,21

TORSI PREMIUM-ETHANOL 10%


20

15

10

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 8 Grafik pengujian torsi premium-ethanol 10%


Pada pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 10% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan torsi terbaik 16.1 N.m pada putaran mesin 1500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan torsi terbaik 15.1 N.m
pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 13.0 N.m pada putaran mesin 1500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 13.5
N.m pada putaran mesin 1500.

49
Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Torsi Premium-Ethanol 15%

RPM TORSI EP3 (15%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 13 14,1 14,4 12,5
2000 12 13,1 13,3 11,5
2500 11,1 11,9 12,1 10,5
3000 9,96 10,6 10,9 9,25
3500 8,85 9,16 9,31 8,15
4000 7,11 7,69 7,79 6,56
4500 5,53 5,69 5,43 5,75
5000 2,25 2,37 2,49 2,34

TORSI PREMIUM-ETHANOL 15%


16
14
12
10
8
6
4
2
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 9 Grafik pengujian torsi premium-ethanol 15%


Pada pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 15% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan torsi terbaik 13.0 N.m pada putaran mesin 1500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan torsi terbaik 14.1 N.m
pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 14.4 N.m pada putaran mesin 1500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 12.5
N.m pada putaran mesin 1500.

50
Tabel 4. 10 Hasil Pengujian torsi premium-ethanol 20%

RPM TORSI EP4 (20%)


ROLLER 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
1500 16,6 19,3 16,2 16,8
2000 15,4 18,1 15,1 15,5
2500 14,3 16,6 13,8 14,4
3000 12,7 15,1 12,7 13
3500 11,4 13,1 11,3 11,5
4000 9,64 11,2 9,42 9,63
4500 7,48 8,74 7,66 7,88
5000 3,36 4,99 4,76 4,8

TORSI PREMIUM-ETHANOL 20%


25

20

15

10

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 10 Grafik Pengujian torsi premium-ethanol 20%


Pada pengujian torsi bahan bakar premium-ethanol 20% sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan torsi terbaik 16.6 N.m pada putaran mesin 1500. Setelah itu
menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan torsi terbaik 19.3 N.m
pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan celah busi 0,8 mm
menunjukan daya terbaik 16.2 N.m pada putaran mesin 1500, dan
terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm menunjukan daya terbaik 16.8
N.m pada putaran mesin 1500.
Perbedaan hasil daya menggunakan 5 bahan bakar (premium ,
premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%, premium-ethanol 15% dan
premium-ethanol 20%) dan variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm

51
dan 0,9 mm) sangat lah berbeda, perbedaan ditujukan pada grafik 4.1 ,4.2
,4.3 ,4.4 dan 4.5.Torsi adalah hasil kali gaya lebih (daya motor) dengan
panjang lengan pston. Semakin putaran mesin (RPM) dinaikan maka
torsi yang dihasilkan akan semakin kecil. Efek variasi putaran mesin,
celah busi dan variasi bahan bakar mempengaruhi besar atau kecil torsi
yang dihasilkan pada sepeda motor.
Hal ini bisa dibuktikan oleh hasil penelitian pada grafik
4.6,4.7,4.8,4.9 dan 4.10. pada grafik 4.10 saat putaran 1500 ketika
menggunakan bahan bakar Premium-Ethanol 20% dan celah busi 0,5 mm
torsi yang dihasilkan yaitu 19.1 N.m terlihat perbedaan pada saat
menggunakan bahan bakar Premium dan celah busi 0,4 mm torsi yang
dihasilkansebesar 14.5 N.m. Pada saat menggunakan bahan bakar
Premium-Ethanol 5% celah busi 0,5 mm torsi yang dihasilkan 16.6 N.m.
lalu pada saat menggunkan bahan bakar Premium-Ethanol 10% dan celah
busi 0,4 mmtorsi yang dihasilkan 16,1 N.m. Dan yg terakhir terlihat
perbedaan pada saat menggunakan bahan bakar Premium-Ethanol 15%
dan celah busi 0,8 mm torsi yang dihasilkan sebesar 14.4 N.m.
3. Uji Konsumsi

Setelah melakukan uji konsumsi bahan bakar spesifik yang


menghabiskan bahan bakar 10 ml pada sepeda motor injeksi Honda Beat
110 menggunakan 5 bahan bakar (Premium, Premium-ethanol 5%,
Premium-ethanol 10%,Premium-ethanol 15% dan Premium-ethanol
20%) dan 4 celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm) maka
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4. 11 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium

KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM (DETIK)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 63 42 36 29 27 25 20 18
0,5 mm 63 46 37 35 29 26 23 20
0,8 mm 66 50 41 38 32 28 24 22
0,9 mm 64 48 43 36 27 26 22 20

52
Tabel 4. 12 Hasil perhitungan SFC bahan bakar premium

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM (kW.kg/jam)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 2.982 3.605 3.743 4.247 4.393 4.857 6.882 10.288
0,5 mm 3.143 3.292 3.700 3.536 4.167 4.783 6.082 10.463
0,8 mm 3.145 3.321 3.488 3.456 3.962 4.666 6.235 10.174
0,9 mm 3.297 3.648 3.542 3.950 5.209 5.723 8.357 19.831

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM


25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

0,000
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 11Grafik SFC bahan bakar premium


Tabel 4. 13 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium-ethanol 5%

KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 5% (DETIK)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 59 41 38 36 30 25 20 18
0,5 mm 63 43 39 38 32 28 21 19
0,8 mm 65 52 45 43 38 32 29 22
0,9 mm 73 53 49 46 40 38 30 27

Tabel 4. 14Hasil perhitungan SFC bahan bakar premium-ethanol 5%

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 5% (kW.kg/jam)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 3,232 3,875 3,603 3,522 4,165 5,28 7,944 18,571
0,5 mm 2,779 3,167 3,084 2,92 3,394 4,068 6,351 13,026
0,8 mm 2,75 2,781 2,79 2,709 3,024 3,794 5,015 14,373
0,9 mm 2,712 3,017 2,886 2,826 3,186 3,492 5,077 9,167

53
SFC PREMIUM-ETHANOL 5%
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 12 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 5%


Tabel 4. 15 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar premium-ethanol 10%

KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 10% (DETIK)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 107 86 78 58 51 48 46 33
0,5 mm 121 115 87 65 59 52 51 49
0,8 mm 131 118 93 70 61 58 55 51
0,9 mm 136 120 101 78 69 61 58 52

Tabel 4. 16 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 10%

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 10% (kW.kg/jam)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 1,671 1,645 1,594 1,972 2,194 2,426 3,092 7,903
0,5 mm 1,564 1,294 1,51 1,85 1,983 2,346 2,728 4,864
0,8 mm 1,611 1,464 1,619 1,988 2,233 2,466 2,962 5,375
0,9 mm 1,502 1,349 1,432 1,701 1,875 2,209 2,706 4,98

54
SFC PREMIUM-ETHANOL 10%
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 13 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 10%


Tabel 4. 17 Hasil pengujian kosumsi bahan bakar premium-ethanol 15%

KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 15% (DETIK)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 95 73 60 53 46 38 36 33
0,5 mm 108 75 64 56 48 46 44 39
0,8 mm 117 98 77 59 57 51 47 44
0,9 mm 115 72 62 57 55 49 45 43

Tabel 4. 18 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 15%

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 15% (kW.kg/jam)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 2,185 2,305 2,509 2,625 2,961 3,827 4,704 11,223
0,5 mm 1,862 2,172 2,186 2,333 2,681 2,961 3,726 9,116
0,8 mm 1,705 1,621 1,788 2,171 2,214 2,629 3,381 7,687
0,9 mm 1,963 2,5 2,547 2,595 2,674 3,243 4,366 8,564

55
SFC PREMIUM-ETHANOL 15%
12

10

0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 14 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 15%


Tabel 4. 19 Hasil pengujian bahan bakar premium-ethanol 20%

KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 20% (DETIK)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 111 95 68 62 58 46 42 38
0,5 mm 125 99 79 70 60 58 53 43
0,8 mm 137 103 92 76 71 62 57 51
0,9 mm 154 108 99 82 75 66 59 55

Tabel 4. 20 Hasil pengujian SFC bahan bakar premium-ethanol 20%

SFC BAHAN BAKAR PREMIUM-ETHANOL 80%:20% (kW.kg/jam)


RPM 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0,4 mm 1,486 1,411 1,761 1,744 1,826 2,381 2,975 6,451
0,5 mm 1,119 1,176 1,288 1,342 1,516 1,62 2,024 3,912
0,8 mm 1,22 1,344 1,295 1,46 1,504 1,782 2,14 3,457
0,9 mm 1,078 1,216 1,176 1,302 1,384 1,625 2,01 3,273

56
SFC PREMIUM-ETHANOL 20%
7
6
5
4
3
2
1
0
1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm

Gambar 4. 15 Grafik SFC bahan bakar premium-ethanol 20%


Pada pengujian konsumsi bahan bakar spesifik premium pada sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4 mm
menunjukan konsumsi terbaik 2,982 kg/kW-jam pada putaran mesin
1500, setelah itu menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan konsumsi
terbaik 3,143 kg/kW-jam pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan
celah busi 0,8 mm menunjukan konsumsi terbaik 3,145 kg/kW-jam pada
putaran 1500, dan yang terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm
menunjukan konsumsi terbaik 3,297 kg/kW-jam pada putaran 1500.

Pada pengujian konsumsi bahan bakar spesifik premium-ethanol 5%


pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi 0,4
mm menunjukan konsumsi terbaik 3,232 kg/kW-jam pada putaran mesin
1500, setelah itu menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan konsumsi
terbaik 2,779 kg/kW-jam pada putaran mesin 1500, lalu menggunakan
celah busi 0,8 mm menunjukan konsumsi terbaik 2,709 kg/kW-jam pada
putaran 3000, dan yang terakhir menggunakan celah busi 0,9 mm
menunjukan konsumsi terbaik 2,712 kg/kW-jam pada putaran 1500.

Pada pengujian konsumsi bahan bakar spesifik premium-ethanol


10% pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi
0,4 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,594 kg/kW-jam pada putaran

57
mesin 2500, setelah itu menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan
konsumsi terbaik 1,294 kg/kW-jam pada putaran mesin 2000, lalu
menggunakan celah busi 0,8 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,464
kg/kW-jam pada putaran 2000, dan yang terakhir menggunakan celah
busi 0,9 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,349 kg/kW-jam pada
putaran 2000.

Pada pengujian konsumsi bahan bakar spesifik premium-ethanol


15% pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi
0,4 mm menunjukan konsumsi terbaik 2,185 kg/kW-jam pada putaran
mesin 1500, setelah itu menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan
konsumsi terbaik 1,862 kg/kW-jam pada putaran mesin 1500, lalu
menggunakan celah busi 0,8 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,621
kg/kW-jam pada putaran 2000, dan yang terakhir menggunakan celah
busi 0,9 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,963 kg/kW-jam pada
putaran 1500.

Pada pengujian konsumsi bahan bakar spesifik premium-ethanol


20% pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110 menggunakan celah busi
0,4 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,411 kg/kW-jam pada putaran
mesin 2000, setelah itu menggunakan celah busi 0,5 mm menunjukan
konsumsi terbaik 1,119 kg/kW-jam pada putaran mesin 1500, lalu
menggunakan celah busi 0,8 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,220
kg/kW-jam pada putaran 1500, dan yang terakhir menggunakan celah
busi 0,9 mm menunjukan konsumsi terbaik 1,078 kg/kW-jam pada
putaran 1500.

Perbedaan hasil konsumsi bahan bakar spesifik menggunakan 5


bahan bakar (premium, premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%,
premium-ethanol 15% dan premium-ethanol 20%) dan variasi celah busi
(0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm) ditunjukan pada grafik 4.11,
4.12, 4.13, 4.14 dan 4.15. Cepat atau lambatnya konsumsi bahan bakar
spesifik yang dihasilkan dipengaruhi pada variasi putaran mesin (RPM) ,

58
celah busi dan variasi bahan bakar yang mempunyai nilai oktan yang
berbeda. Dari hasil diperoleh bahwa konsumsi bahan bakar spesifik
menggunakan bahan bakar premium, premium-ethanol 5%, premium-
ethanol 10%, premium-ethanol 15% dan premium-ethanol 20% memiliki
variasi konsumsi bahan bakar spesifik yang berbeda-beda.

Hasil pengujian konsumsi bahan bakar spesifikdipengaruhi variasi


putaran mesin jenis bahan bakar yang memiliki nilai oktan yang
berbeda, ditunjukan pada grafik 4.11, 4.12, 4.13, 4.14 dan 4.15. pada saat
menggunakan bahan bakar premium konsumsi bahan bakar spesifik
terbaik 2,982 kg/kW-jam pada putaran 1500 dan celah busi 0,4 mm, lalu
saat menggunakan bahan bakar premium-ethanol 5% konsumsi bahan
bakar spesifik terbaik 2,709 kg/kW-jam pada putaran 3000 dan celah busi
0,8 mm, setelah itu menggunakan bahan bakar premium-ethanol 10%
konsumsi bahan bakar spesifik terbaik 1,294 kg/kW-jam pada putaran
2000 dan celah busi 0,5 mm, saat menggunakan bahan bakar premium-
ethanol 15% konsumsi bahan bakar spesifik terbaik 1,621 kg/kW-jam
pada putaran 2000 dan celah busi 0,8 mmdan yang terakhir dimana
terlihat konsumsi bahan terbaik menggunakan bahan bakar premium-
ethanol 20% yaitu 1,078 kg/kW-jam pada putaran mesin 1500.

4. Uji Emisi Gas buang

Setelah melakukan uji emisi gas buang pada sepeda motor injeksi
Honda Beat 110 menggunakan 5 bahan bakar (Premium, Premium-
ethanol 5%, Premium-ethanol 10%, Premium-ethanol 15% dan Premium-
ethanol 20%) dan 4 celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm)
maka didapatkan hasil sebagai berikut

59
Tabel 4. 21 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan Variasi bahan bakar
dan celah busi

Celah PREMIUM
No HC
Busi CO (%) CO2(%)
(ppm)
1 0.4 mm 0.04 85 6.4
2 0.5 mm 0.07 101 5.6
3 0.8 mm 0.14 89 6.1
4 0.9 mm 0.23 116 6.3

Tabel 4. 22 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan premium-ethanol 5%


dan premium-ethanol 10%

Celah EP1 (5%) EP2 (10%)


No HC HC
Busi CO (%) CO2(%) CO (%) CO2(%)
(ppm) (ppm)
1 0.4 mm 0.17 116 6.6 0.22 180 6.3
2 0.5 mm 0.25 154 5.9 0.19 148 6.4
3 0.8 mm 0.22 165 6.5 0.18 161 6.4
4 0.9 mm 0.18 83 5.9 0.08 88 6.1

Tabel 4. 23 Hasil pengujian Emisi Gas buang menggunakan premium-ethanol


15% dan premium-ethanol 20%

Celah EP3 (15%) EP4 (20%)


No HC HC
Busi CO (%) CO2(%) CO (%) CO2(%)
(ppm) (ppm)
1 0.4 mm 0.14 98 5.9 0.17 98 6.0
2 0.5 mm 0.18 117 6.4 0.18 83 5.9
3 0.8 mm 0.17 107 6.3 0.17 83 6.2
4 0.9 mm 0.16 102 6.3 0.14 59 5.9

Hasil pengujian emisi gas buang pada sepeda motor injeksi Honda
Beat 110 menggunakan 5 variasi bahan bakar dan variasi celah busi
menunjukan hasil yang berbeda. Hal ini bisa dibuktikan pada tabel 4.20,
4.21 dan 4.22 terlihat perbedaan hasil dari CO,HC,CO2 dan 02. Hasil
Emisi Gas buang dipengaruhi variasi celah busi dan jenis bahan bakar
yang mempunyai nilai oktan berbeda.

60
C. Pembahasan

Penelitian pada sepeda motor injeksi Honda Beat 110 terjadi


pengaruh saat menggunakan variasi bahan bakar (premium,premium-
ethanol 5%,premium-ethanol 10%,premium-ethanol 15% dan premium-
ethanol 20%) lalu dipengaruhi empat variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm,
0,8 mm dan 0,9 mm) perubahan itu terjadi pada semua rentang RPM
yaitu 1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000 rpm. Pembahasan
pengaruh yang terjadi pada performa mesin dan emisi gas buang sepeda
motor injeksi Honda Beat 110 sebagai berikut :

1. Pembahasan torsi,daya yang menggunakan variasi bahan bakar


(premium, premium-ethanol 5%,premium-ethanol 10%,premium-
ethanol 15% dan premium-ethanol 20%) dan variasi celah busi (0,4
mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm)
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sepeda motor injeksi
Honda Beat 110CC pada rpm 1500, 200,2500, 3000, 3500, 4000, 4500
dan 5000 dapat dilihat hasil pengukuran menggunakan bahan bakar
premium dan premium-ethanol atau biasa disebut Gasohol (Gasoline
Alkohol) mulai dari premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%,
premium-ethanol 15% dan premium-ethanol 20% dan hasil terbaik
menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20%. Hal ini terjadi
karena penggunaan bahan bakar premium-ethanol, tekanan
pembakaran relatif maksimal karena semakin tinggi nilai oktan bahan
bakar akan lebih lambat terbakar sehingga kinerja mesin lebih
maksimal. Sedangkan menggunakan bahan bakar premium tekanan
hasil pembakaran kurang maksimal dibandingkan premium-ethanol,
bahan bakar dengan nilai oktan rendah akan mengganggu kinerja
mesin karena miss fire atau bahan bakar terbakar sebelum busi
memercik.
Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif,
salah satu nya ethanol (Megawati 2015). Bahwa ethanol memiliki

61
RON 100, sedangkan premium memiliki RON 88. Dengan
penambahan ethanol 5% akan menaikan angka oktan menjadi : (5% x
108) + (95% x 88) = 89. Dengan penambahan ethanol 10% akan
menaikan angka oktan menjadi : (10% x 108) + (90% x 88) = 90.
Dengan penambahan ethanol 15% akan menaikan angka oktan
menjadi : (15% x 108) + (85% x 88) = 91. Dengan penambahan
ethanol 20% akan menaikan angka oktan menjadi : (20% x 108) +
(80% x 88) = 92.
Sedangkan celah busi juga berpengaruh terhadap torsi dan daya
sepeda motor injeksi Beat 110, penggunaan variasi celah busi ( 0,4
mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm) sangat mempengaruhi hasil daya
dan torsi sepeda motor injeksi beat 110. Hasil torsi dan daya tertinggi
pada saat menggunakan celah busi 0,5 mm dengan menggunakan
bahan bakar premium-ethanol20%. Menurut (Jama and Wagino
2008)Kemampuan dalam menghasilkan bunga api tergantung pada
beberapa faktor, salah satu nya adalah celah busi. Bila celah busi
terlalu besar bunga api akan menjadi sulit melompat dan tegangan
sekunder yang diperlukan untuk itu akan naik. Bila elektroda busi
telah aus,berarti celahnya bertambah, loncatan bunga api menjadi
lebih sulit sehingga akan menyebabkan kesalahan pengapian. Bila
celah elektroda terlalu kecil maka berakibat percikan bunga api lemah
dan busi cepat kotor khusus nya pada mesin 2 tak. Selain celah busi
tepat, waktu pengapian berpengaruh terhadap performa mesin yang
dihasilkan, Waktu pengapian yang tepat akan menghasilkan langkah
usaha yang ekonomis, daya/tenaga motor menjadi maksimum.
Sedangkan waktu pengapian terlalu awal akan menyebabkan
mengakibatkan detonasi / knoking dan Daya/tenaga motor berkurang.
Waktu pengapian terlalu lambat akan menghasilkan langkah usaha
yang kurang ekonomis/tekanan pembakaran maksimum jauh sesudah
TMA (titik mati atas), daya motor berkurang dan boros bahan bakar
(Johanmekanik.com n.d.).

62
Penelitian ini relevan dengan penelitian sebelum nya “Pengaruh
Penambahan Ethanol Dalam Bahan Bakar Pertalite Terhadap
Performa dan Emisi Gas Buang Mesin 4 Silinder” (Karomi 2016).
“Performa Mesin Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan
Bakar Campuran Pertalite dengan Ethanol” (Nugroho 2016).
2. Pembahasan konsumsi bahan bakar menggunakan variasi bahan
bakar (premium, premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%,
premium-ethanol 15% dan premium-ethanol 20%) yang dipengaruhi
empat variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm)
Dari hasil penelitian konsumsi bahan bakar menggunakan
premium dibandingkan dengan premium-ethanol menunjukan
kosumsi bahan bakar premium lebih boros daripada menggunakan
bahan bakar premium-ethanol pada putaran mesin
1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500 dan 5000 rpm. Artinya
pemakaian premium pada sepeda motor injeksi Beat 110 cc dengan
perbandingan kompresi 9,2:1 lebih rendah dibandingkan premium-
ethanol. Ini disebabkan karena untuk mencapai kecepatan yang sama
pemakaian premium terhadap premium-ethanol maka membutuhkan
putaran mesin yang lebih tinggi, sehingga pemasukan bahan bakar dan
udara pada kecepatan putaran mesin menjadi bertambah, karena
semakin cepat putaran mesin memerlukan bahan bakar yang lebih
besar, sedangkan perbandingan udara kecil. Ini berarti jika ingin
menghasilkan daya dan torsi yang hampir sama dengan pemakian
premium-ethanol, pemakaian pemium memerlukan putaran mesin
yang tinggi, hal ini menyebabkan konsumsi bahan bakar premium
lebih ditinggi dibandingkan premium-ethanol.
Mesin motor memerlukan jenis bahan bakar yang sesuai dengan
desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan
menghasilkan kinerja yang maksimal. Jenis bahan bakar tersebut
biasanya diwakili dengan angka/nilai okta (RON), misalnya premium
beroktan 88, pertalite beroktan 90 ,pertamax beroktan 92 dan

63
premium-ethanol beroktan 94. Maka jika di isi premium-ethanol
dengan tekanan kompresi yang tinggi dan karakteristik premium-
ethanol yang sulit terbakar pada tekanan tinggi membuat pembakaran
menjadi sempurna. Hasilnya , akan menimbulkan daya efisien yang
maksimal dan konsumsi bahan bakar yang lebih irit. Dan bila di isi
premium karakteristik premium yang mudah terbakar pada tekanan
yang tinngi menyebabkan knocking pada mesin. Karena pada mesin
kompresi tinggi menyebabkan premium terbakar sebelum waktunya
tenaga yang dihasilkan berkurang serta konsumsi bahan bakar boros.
Sedangkan ini terjadi juga perbedaan konsumsi bahan bakar saat
menggunakan variasi celah busi ( 0,4mm. 0.5 mm, 0,8 mm dan 0,9
mm). Celah busi umumnya 0,5 mm hingga 0,8 mm, jika gap atau
celah terlalu renggang maka akan mengakibatkan missfire atau
pembakaran tidak sempurna yang mengakibatkan konsumsi bahan
bakar boros, jika celah gap terlalu rapat maka menyebabkan gejala
nglitik pada mesin karena campuran bahan bakar dan udara tidak
terbakar secara sempurna yang mengakibatkan busi cepat kotor dan
boros bahan bakar. Dari ke empat variasi celah busi yang dipakai,
penggunaan gap 0,5 mm memiliki hasil konsumsi bahan bakar paling
tinggi karena memiliki ukuran celah yang paling sesuai sehingga
pembakaran lebih sempurna. Sedangkan penggunaan busi dengan
celah 0,4 mm hasil pembakaran kurang maksimal karena celah gap
yang terlalu rapat mengakibatkan campuran bakan bakar dan udara
tidak dapat terbakar secara sempurna , lalu menggunakan celah busi
0,9 mm hasil pembakaran nya kurang maksimal karena penggunaan
celah busi terlalu renggang mengakibatkan missfireatau pembakaran
tidak sempurna yang mengakibatkan konsumsi bahan bakar boros.
Syarat-syarat sistem pengapian motor bensin agar dapat bekerja
dengan efisien ada riga yaitu : tekanan kompresi yang tinngi, saat
pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat serta
perbandingan bahan bakar dan udara yang tepat (Jama and Wagino

64
2008). Kemampuan dalam menghasilkan bunga api tergantung pada
beberapa faktor, salah satu nya adalah celah busi. Bila celah busi
terlalu besar bunga api akan menjadi sulit melompat dan tegangan
sekunder yang diperlukan untuk itu akan naik. Bila elektroda busi
telah aus,berarti celahnya bertambah, loncatan bunga api menjadi
lebih sulit sehingga akan menyebabkan kesalahan pengapian. Bila
celah elektroda terlalu kecil maka berakibat percikan bunga api lemah
dan busi cepat kotor khusus nya pada mesin 2 tak (Jama and Wagino
2008).
Penelitian ini relevan dengan penelitian sebelum nya “Pengaruh
Penambahan Ethanol Dalam Bahan Bakar Pertalite Terhadap
Performa dan Emisi Gas Buang Mesin 4 Silinder” (Karomi 2016).
“Performa Mesin Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan
Bakar Campuran Pertalite dengan Ethanol” (Nugroho 2016).
3. Uji Emisi Gas Buang
Hasil pengujian emisi gas buang sepeda motor injeksi Beat 110
menggunakan variasi bahan bakar (premium, premium-ethanol 5%,
premium-ethanol 10%, premium-ethanol 15% dan premium-ethanol
20%) yang dipengaruhi empat variasi celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8
mm dan 0,9 mm). Berikut ini pembahasan unsur-unsur yang telah diuji
dengan gas analyzer.

a. Karbondioksida (CO2)

Hasil pengujian unsur Gas CO2 sepeda motor injeksi Beat 110
dengan bahan bakar premium menunjukan hasil sebesar 6.4% pada RPM
1500, setelah itu menggunakan premium-ethanol 5% menunjukan hasil
6.6 % pada RPM 1500, lalu menggunakan bahan bakar premium-ethanol
10% menunjukan hasil 6.4% pada RPM 1500, selanjutnya menggunakan
bahan bakar premium-ethanol 15% menunjukan hasil 6.4% pada RPM
1500,yang terakhir menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20%
menunjukan hasil 6.2% pada RPM 1500.

65
Secara teoritis emisi CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna.
Semakin rendah konsentrasi CO maka semakin tinggi konsentrasi CO2
dari hasil pembakaran dan sebaliknya. Pada pengujian ini terjadi
peningkatan konsentrasi CO2pada sepeda motor injeksi Beat 110 saat
menggunakan bahan bakar premium ethanol 5% hal ini disebabkan
karena pembakaran sempurna terjadi diruang bakar. Semakin tinggi RPM
mesin maka akan membutuhkan suplai bahan bakar yang banyak,
sehingga campuran menjadi kaya dan kekurangan oksigen yang
mengakibatkan menurunnya konsentrasi emisi CO2 dan kenaikan
konsetrasi emisi CO yang disebakan oleh pembakaran tidak sempurna.

Penggunaan variasi celah busi ( 0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9
mm) juga mempengaruhi hasil dari konsetrasi emisi gas buang, hal ini
disebabkan lebar celah atau gap busi mempengaruhi loncatan bunga api
pada saat pembakaran terjadi diruang bakar. Jika gap busi telalu rapat
maka loncatan bunga api cenderung lemah ini menyebabkan bahan tidak
terbakar sempurna sehingga terjadi kenaikan konsentrasi CO dan
menurunnya konsentrasii CO2. Pada pengujian ini terjadi peningkatan
konsentrasi CO2 pada sepeda motor injeksi Beat 110 pada saat
menggunakan celah atau gap busi 0,5 mm. Hal ini disebabkan hal ini
disebabkan karena pembakaran sempurna terjadi diruang bakar.

Melihat hasil pengujian diatas menunjukan hasil dibawah ambang


batas yang ditentukan pemerintah, sementara itu emisi CO2 berkisar
antara 12% sampai 15%yang diizinkan pemerintah (Witoelar,2006)

b. Karbon Monoksida (CO)


Hasil pengujian unsur gas CO sepeda motor injeksi Beat 110 bahan
bakar premium menunjukan hasil sebesar 0.04% pada RPM 1500, setelah
itu menggunakan premium-ethanol 5% menunjukan hasil 0.17% pada
RPM 1500, lalu menggunakan bahan bakar premium-ethanol 10%
menunjukan hasil 0.19% pada RPM 1500, selanjutnya menggunakan
bahan bakar premium-ethanol 15% menunjukan hasil 0.18% pada RPM

66
1500,yang terakhir menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20%
menunjukan hasil 0.17% pada RPM 1500.
Karbon monoksida (CO) merupakan hasil dari pembakaran yang
tidak tuntas disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah udara pada
rasio udara-bahan bakar (AFR). Nilai CO berdasarkan batas emisi gas
buang yang diizinkan maksimal 4.5% (Witoelar.R. 2006). kelebihan
karbon monoksida (CO) bisa disebakan dari filter kotor,choke rusak,
karburator bermasalah dan setting pelampung terlalu tinggi
(Www.soft7.com, n.d.).
c. Hidrokarbon (HC)
Hidrocarbon (HC) disebabkan adanya bensin yang tidak terbakar dan
terbuang bersama sisa pembakaran (Satudju 1991). Hasil pengujian unsur
gas HC sepeda motor injeksi Beat 110 bahan bakar premium menunjukan
hasil sebesar 85ppm pada RPM 1500, setelah itu menggunakan premium-
ethanol 5% menunjukan hasil 116ppm pada RPM 1500, lalu
menggunakan bahan bakar premium-ethanol 10% menunjukan hasil
161ppm pada RPM 1500, selanjutnya menggunakan bahan bakar
premium-ethanol 15% menunjukan hasil 117ppm pada RPM 1500,yang
terakhir menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20% menunjukan
hasil 59ppm pada RPM 1500.
Secara teoritis untuk mengurangi emisi HC, maka dibutuhkan
tambahan oksigen untuk memastikan bahwa semua molkul bensin dapat
bertemu dengan molekul oksigen untuk bercsmpur dengan sempurna.
Pada pengujian ini konsentrasi HC terbaik pada saat menggunakan bahan
bakar premium-ethanol 80%:20% dengan hasil HC sebesar 59ppm.
Apabila emisi HC tinggi , menunjukkan ada 3 kemungkinan
penyebabnya yaitu Catalic Conventer(CC) yang tidak berfugsi , AFR
terlalu kaya dan pembakaran tidak sempurna (Satudju 1991). Emis HC
yang dapat ditolelir tanpa Catalic Converter (CC) adalah 500ppm dan
untuk mobil yang dilengkapi CC emisi HC yang ditolelir adalah 50ppm
(Witoelar.R. 2006). AFR salah satu penyebab naiknya HC, semakin

67
miski AFR, maka kandungan HC meningkat. Seiring mningkat nya
putaran mesin HC semakin menurun.

68
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengaruh penggunaan campuran premium-ehanol dan variasi celah
busi terhadap performa adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan campuran ethanol premium menghasilkan daya lebih
besar dari pada premium. Dengan rata-rata presentase kenaikan
premium-etanol5% sebesar 9%, premium-etanol10% sebesar 5 %,
premium-etanol15% sebesar 5 %, premium-etanol20% sebesar
30%. Hasil terbaik ditunjukan pada saat menggunakan premium-
ethanol20% dengan celah busi 0,5 mm yaitu 0,283 kW
b. Penggunaan campuran ethanol premium menghasilkan torsi lebih
baik daripada premium. Dengan rata-rata kenaikan premium-
etanol5% sebesar 14%, premium-etanol10% sebesar 11 %,
premium-etanol15% sebesar 6 %, premium-etanol20% sebesar
35%. Hasil terbaik ditunjukan pada saat menggunakan premium-
ethanol20% dengan celah busi 0,5 mm yaitu 19,3 N.m
c. Penggunaan campuran ethanol premium menghasilkan konsumsi
bahan bakar lebih dari pada premium. Dengan rata-rata kenaikan
premium-etanol5% sebesar 9%, premium-etanol10% sebesar 49 %,
premium-etanol15% sebesar 42 %, premium-etanol20% sebesar
63%. Hasil terbaik ditunjukan pada saat menggunakan premium-
ethanol20% dengan celah busi 0,9 mm yaitu 1,078 kW.kg/jam
d. Pengujian emisi gas buang mengunakan variasi bahan bakar
(Premium, premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%,
premium-ethanol 15% dan premium-ethanol 20%) dan variasi
celah busi (0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm) menunjukkan
hasil penurunan gas CO, HC dan CO2 meskipun tidak terlalu
banyak mengalami penurunan. Hasil terbaik pada saat
menggunakan bahan bakar premium-ethanol 20% dengan celah

69
busi 0,9 mm yaitu menghasilkan konsentrasi emisi CO sejumlah
0,14%, HC sejumlah 59ppm dan CO2 sejumlah 5.9 %.

B. Saran
1. Perlunya penelitian lanjutan mengenai kandungan apa saja yang
terdapat dalam campuran ethanol premium dan nilai oktan
2. Perlunya penelitian lanjutan mengenai variasi perbandingan
campuran Ethanol dengan premium serta ditambahkan variasi
jenis busi guna mengetahui peningkatan performa dan gas buang
yang dihasilkan
3. disarankan untuk penelitian lanjutan menggunakan tipe sepeda
motor yang berbeda, agar tau perbedaan hasil performa dan emisi
yang dihasilkan .

70
DAFTAR PUSTAKA

Afan Agrariksa, Fintas, Bambang Susilo, and Wahyunanto Agung Nugroho. 2013.
“Uji Performansi Motor Bakar Bensin (On Chassis) Menggunakan
Campuran Premium Dan Etanol Performance Test of Gasoline Engine (On
Chassis) by Use Mixed Premium and Ethanol.” Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis Dan Biosistem 1 (3): 194–203.

Alihamdan. n.d. “Variabel Penelitian: Pengertian, Jenis-Jenis, Ciri, Dan


Contohnya.” Accessed June 18, 2021. https://www.alihamdan.id/variabel-
penelitian/.

BPS. n.d. “Badan Pusat Statistik.” Accessed January 4, 2021.


https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1133.

Dr. Sumanto, M.A. n.d. “Metodelogi Penelitian - Google Books.” Accessed May
22, 2021.
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian/yvoCEAAA
QBAJ?hl=id&gbpv=0.

Ellyanie. 2011. “M-11 Pengaruh Penggunaan Three – Way Catalytic Converter


Terhadap Emisi Gas Buang Pada,” 26–27.

Elpramwidya.com. n.d. “Teori Penelitian Deskriptif – Elpramwidya.Com.”


Accessed May 22, 2021.
https://elpramwidya.wordpress.com/2009/12/25/teori-penelitian-deskriptif/.

Gurupendidikan. n.d. “Pengertian Analisis Data - Tujuan, Prosedur,Jenis, Para


Ahli.” Accessed June 18, 2021.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-analisis-data/.

Handayani, Sri Utami. 2007. “Pemanfaatan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar


Pengganti Bensin.” Jurnal Gema Teknologi.

Hartono, Tri. 2011. “Penelitian Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium,


Pertamax Dan Pertamax Plus Terhadap Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin,

71
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR, Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.”

Hidayat danSadiana, Wahyu Hidayat dan Rri. 2017. Teknologi Baru Motor
Bensin. Bandung: Alfabeta.

Jama, Jalius, and Wagino. 2008. Teknik Sepeda Motor. Journal of Chemical
Information and Modeling. Vol. 53.

Johanmekanik.com. n.d. “HUBUNGAN PENGAPIAN DENGAN WAKTU -


Johan Mekanik.” Accessed June 18, 2021.
https://www.johanmekanik.com/2019/11/hubungan-pengapian-dengan-
waktu.html.

Karomi, Arief Abi. 2016. “Pengaruh Penambahan Etanol Dalam Bahan Bakar
Pertalite Terhadap Performa Dan Emisi Gas Buang Mesin 4 Silinder.”

Kristanto, Philip. 2001. “Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah
Dengan Penggunaan Methyl Tertiary Buthyl Ether Pada Bensin.” Jurnal
Teknik Mesin 3 (2): 57–62. https://doi.org/10.9744/jtm.3.2.pp.57-62.

Mbizmarket.co.id. n.d. “Kupas Tuntas Variabel Dependen Dan Independen


Lengkap – Mbizmarket.Co.Id.” Accessed June 20, 2021.
https://www.mbizmarket.co.id/news/variabel-dependen-dan-independen/.

Megawati. 2015. Bioethanol Generasi Kedua. Semarang: Graha ilmu.

Nofendri, Yos. 2018. “Pengaruh Penambahan Aditif Etanol Pada Bensin RON 88
Dan RON 92 Terhadap Prestasi Mesin.” Jurnal Konversi Energi Dan
Manufaktur UNJ 1 (April): 33–39.

Nugroho, Agung. 2016. “Performa Mesin Sepeda Motor Empat Langkah


Menggunakan Bahan Bakar Campuran Pertalite Dengan Etanol.”

Nurama, Agus, Ahmad Fauzan, and Suryono Suryono. 2014. “Analisis Pengaruh
Jarak Celah Elektroda Busi Terhadap Performa Motor Bakar 4 Langkah
Studi Kasus Pada Motor Bakar Honda Gx-160.” Teknosia 1 (14): 2–8.

72
Pasaribu, Sabar. 2017. “Pengaruh Variasi Celah Busi Dan Jenis Busi Terhadap
Emisi Gas Buang Pada Kendaraan Roda Dua 110Cc.” Integritas 3 (1): 1–28.

PERMENLH5. 2006. “Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor


Lama,” 62.

Punantoro, Mochammad. 2013. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang


2013.

Putra, I Putu Dian Ardhana. 2009. Perbandingan Penggunaan Bahan Bakar


Gasohol Dan Premium Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan Kandungan
Co Gas Buang Pada Motor Yamaha Jupiter Th 2002.

Raharjo, winarno dwi dan karnowo. 2008. “Mesin Konversi Energi Universitas
Negeri Semarang,” 1–68.

Sarjono, putra. 2013. “Studi Eksperimen Pengaruh Campuran Bahan Bakar


Premium Dengan Bioetanol Nira Siwalan Terhadap Performa Motor 4
Langkah.” Majalah Ilmiah STTR Cepu, 1–11.

Satudju, Dj. 1991. “Studi Perencanaan Udara Kendaraan Bermotor Di DKI


Jakarta.”

Sugiyanto, Didik. 2014. “Pengaruh Variasi Jenis Busi Dan Campuran Bensin
Methanol Terhadap Kinerja Motor 4 Tak.” Sainstech Politeknik Indonusa
Surakarta 1: 8.

Sugiyono. n.d. “Variabel Penelitian Menurut Dr Sugiyono, Alfabeta Bandung.”


Accessed June 18, 2021. http://etheses.uin-
malang.ac.id/2218/7/08410090_Bab_3.pdf.

Triyono, Wahyu. 2009. Modul Pemeliharaan / Servis Sistem Bahan Bakar Bensin.
Jakarta: Erlangga.

Wiratmaja, I. 2010. “Analisa Unjuk Kerja Motor Bensin Akibat Pemakaian


Biogasoline. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Udayana. Bali.” Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin 4 (1): 16–25.

73
Witoelar.R. 2006. “Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No 5.”

Www.soft7.com. n.d. “Www.Soft7.Com.”

74
Lampiran

Lampiran 1 Surat ijin penelitian

75
Lampiran 2 Surat keterangan selesai penelitian

76
Lampiran 3 Spesifikasi motor Honda Beat 110cc

Tipe mesin 4 langkah, OHC


Diameter x langkah 50 x 55 mm
Volume langkah 108 cc
Berat kosong 93 kg
Perbandingan kompresi 9,2 : 1
Daya maksimum 6,27 kW PS/8000 rpm
Torsi maksimum 8,68 N.m /6.500 rpm
Transmisi Otomatis, V-belt
Starter Pedal dan elektrik
Busi NGK CPR9EA-9 ; DENSO U27EPR9
Kapasitas tangki bahan bakar 3,7 liter
Kapasitas minyak pelumas 0,8 liter
Aki MF battery , 12V 3 A
Panjang x lebar x tinggi 1.863 x 675 x 1.072
Jarak sumbu roda 1.255 mm
Sistem pengapian Full transisterizet, Batrai
Tipe suspensi depan Teleskopik
Tipe suspensi belakang Lengan ayun dengan shockbreaker tunggal

77
Lampiran 4 Tabel pengujian daya, torsi dan konsumsi bahan bakar menggunakan
bahan bakar ( Premium, premium-ethanol 5%, 10%, 15% dan 20% ) dan variasi
celas busi ( 0,4 mm, 0,5 mm, 0,8 mm dan 0,9 mm )

PREMIUM
RPM 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC
1500 0.137 14.5 2.982 0.130 14.5 3.143 O.124 13.8 3.145 0.122 12.8 3.297
2000 0.170 13.5 3.605 0.170 13.2 3.292 0.155 12.9 3.321 0.147 11.9 3.648
2500 0.191 12.6 3.743 0.188 12.4 3.700 0.180 11.8 3.488 0.169 10.9 3.542
3000 0.209 11.3 4.247 0.208 11.0 3.536 0.196 10.7 3.456 0.181 9.72 3.950
3500 0.217 9.95 4.393 0.213 9.92 4.167 0.203 9.43 3.962 0.183 8.54 5.209
4000 0.212 8.70 4.857 0.207 8.30 4.783 0.197 8.04 4.666 0.173 7.03 5.723
4500 0.187 6.70 6.882 0.184 6.60 6.082 0.172 6.18 6.235 0.140 6.07 8.357
5000 0.139 4.53 10.288 0.123 3.96 10.463 0.115 3.73 10.174 0.0649 2.13 19.831

PREMIUM-ETHANOL 95%:5%
RPM 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC
1500 0.135 14.3 3,232 0.147 16.6 2,779 0.144 15.7 2,75 0.130 13.9 2,712
2000 0.162 13.4 3,875 0.189 15.2 3,167 0.178 14.5 2,781 0.161 12.8 3,017
2500 0.188 12.2 3,603 0.214 14.0 3,084 0.205 13.2 2,79 0.182 11.9 2,886
3000 0.203 10.8 3,522 0.232 12.9 2,92 0.221 11. 2,709 0.198 10.6 2,826
3500 0.206 9.77 4,165 0.237 11.1 3,394 0.224 10.5 3,024 0.202 9.42 3,186
4000 0.195 7.90 5,28 0.226 9.19 4,068 0.212 8.61 3,794 0.194 7.93 3,492
4500 0.162 5.83 7,944 0.193 7.04 6,351 0.177 6.41 5,015 0.169 6.13 5,077
5000 0.0770 2.51 18,571 0.104 3.40 13,026 0.0814 2.66 14,373 0.104 3.40 9,167

PREMIUM-ETHANOL 90%:10%
RPM 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC
1500 0.144 16.1 1,671 0.136 15.1 1,564 0.122 13.0 1,611 0.126 13.5 1,502
2000 0.182 14.9 1,645 0.173 13.9 1,294 0.149 12.2 1,464 0.159 12.4 1,349
2500 0.207 13.7 1,594 0.196 12.9 1,51 0.171 11.2 1,619 0.178 11.6 1,432
3000 0.225 12.3 1,972 0.214 11.6 1,85 0.185 10.1 1,988 0.194 10.4 1,701
3500 0.230 10.6 2,194 0.220 10.2 1,983 0.189 8.78 2,233 0.199 9.11 1,875
4000 0.221 9.06 2,426 0.211 8.47 2,346 0.180 7.25 2,466 0.191 7.74 2,209
4500 0.181 6.49 3,092 0.185 6.71 2,728 0.158 5.80 2,962 0.164 5.58 2,706
5000 0.0987 3.22 7,903 0.108 3.49 4,864 0.0939 3.08 5,375 0.0994 3.21 4,98

78
PREMIUM-ETHANOL 85%:15%
RPM 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC
1500 0.124 13.0 2,185 0.128 14.1 1,862 0.129 14.4 1,705 0.114 12.5 1,963
2000 0.153 12.0 2,305 0.158 13.1 2,172 0.162 13.3 1,621 0.143 11.5 2,5
2500 0.171 11.1 2,509 0.184 11.9 2,186 0.187 12.1 1,788 0.163 10.5 2,547
3000 0.185 9.96 2,625 0.197 10.6 2,333 0.201 10.9 2,171 0.174 9.25 2,595
3500 0.189 8.85 2,961 0.200 9.16 2,681 0.204 9.31 2,214 0.175 8.15 2,674
4000 0.177 7.11 3,827 0.189 7.69 2,961 0.192 7.79 2,629 0.162 6.56 3,243
4500 0.152 5.53 4,704 0.157 5.69 3,726 0.162 5.43 3,381 0.131 5.75 4,366
5000 0.0695 2.25 11,223 0.0724 2.37 9,116 0.0761 2.49 7,687 0.0699 2.34 8,564

PREMIUM-ETHANOL 80%:20%
RPM 0,4 mm 0,5 mm 0,8 mm 0,9 mm
daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC daya torsi SFC
1500 0.156 16.6 1,486 0.184 19.3 1,119 0.154 16.2 1,22 0.155 16.8 1,078
2000 0.192 15.4 1,411 0.221 18.1 1,176 0.186 15.1 1,344 0.196 15.5 1,216
2500 0.215 14.3 1,761 0.253 16.6 1,288 0.216 13.8 1,295 0.221 14.4 1,176
3000 0.238 12.7 1,744 0.274 15.1 1,342 0.232 12.7 1,46 0.241 13.0 1,302
3500 0.243 11.4 1,826 0.283 13.1 1,516 0.241 11.3 1,504 0.248 11.5 1,384
4000 0.235 9.64 2,381 0.274 11.2 1,62 0.233 9.42 1,782 0.240 9.63 1,625
4500 0.206 7.48 2,975 0.240 8.74 2,024 0.211 7.66 2,14 0.217 7.88 2,01
5000 0.105 3.36 6,451 0.153 4.99 3,912 0.146 4.76 3,457 0.143 4.80 3,273

79
Lampiran 5 Pengujian emisi Gas buang

Celah EP1 (5%) EP2 (10%)


No HC HC
Busi CO (%) CO2(%) CO (%) CO2(%)
(ppm) (ppm)

1 0.4 mm 0.17 116 6.6 0.22 180 6.3

2 0.5 mm 0.25 154 5.9 0.19 148 6.4

3 0.8 mm 0.22 165 6.5 0.18 161 6.4

4 0.9 mm 0.18 83 5.9 0.08 88 6.1

Celah EP3 (15%) EP4 (20%)


No HC HC
Busi CO (%) CO2(%) CO (%) CO2(%)
(ppm) (ppm)

1 0.4 mm 0.14 98 5.9 0.17 98 6.0

2 0.5 mm 0.18 117 6.4 0.18 83 5.9

3 0.8 mm 0.17 107 6.3 0.17 83 6.2

4 0.9 mm 0.16 102 6.3 0.14 59 5.9

Celah PREMIUM
No
Busi HC
CO (%) CO2(%)
(ppm)

1 0.4 mm 0.04 85 6.4

2 0.5 mm 0.07 101 5.6

3 0.8 mm 0.14 89 6.1

4 0.9 mm 0.23 116 6.3

80
Dokumentasi penelitian

Lampiran 6 proses pengambilan data daya dan torsi

Lampiran 7proses pembacaan data daya dan torsi

81
Lampiran 8 proses pengambila data konsumsi bahan bakar

Lampiran 9 Gelas ukur

82
Lampiran 10 modifikasi setelan gas

Lampiran 11 proses pengambilan data emisi gas buang

83
Lampiran 12 Proses melepas dan penyetelan celah busi

Lampiran 13proses penyetelan celah busi

84
Lampiran 14 proses pencampuran premium -ethanol

Lampiran 15 proses pencampuran premium -ethanol

85
Lampiran 16 Variasi Gasohol atau premium-ethanol

Lampiran 17 pengujian emisi gas buang premium - 0,4 mm

86
Lampiran 18 pengujian emisi gas buang premium - 0,5 mm

Lampiran 19 pengujian emisi gas buang premium - 0,8 mm

87
Lampiran 20 pengujian emisi gas buang premium - 0,9 mm

Lampiran 21pengujian emisi gas buang premium ethanol 5% - 0,4 mm

88
Lampiran 22 pengujian emisi gas buang premium ethanol 5% - 0,5 mm

Lampiran 23 pengujian emisi gas buang premium ethanol 5% - 0,8 mm

89
Lampiran 24 pengujian emisi gas buang premium ethanol 5% - 0,9 mm

Lampiran 25 pengujian emisi gas buang premium ethanol 10% - 0,4 mm

90
Lampiran 26 pengujian emisi gas buang premium ethanol 10% - 0,5 mm

Lampiran 27 pengujian emisi gas buang premium ethanol 10% - 0,8 mm

91
Lampiran 28pengujian emisi gas buang premium ethanol 10% - 0,9 mm

Lampiran 29 pengujian emisi gas buang premium ethanol 15% - 0,4 mm

92
Lampiran 30 pengujian emisi gas buang premium ethanol 15% - 0,5 mm

Lampiran 31 pengujian emisi gas buang premium ethanol 15% - 0,8 mm

93
Lampiran 32 pengujian emisi gas buang premium ethanol 15% - 0,9 mm

Lampiran 33 pengujian emisi gas buang premium ethanol 20% - 0,4 mm

94
Lampiran 34 pengujian emisi gas buang premium ethanol 20% - 0,5 mm

Lampiran 35 pengujian emisi gas buang premium ethanol 20% - 0,8 mm

95
Lampiran 36 pengujian emisi gas buang premium ethanol 20% - 0,9 mm

96

Anda mungkin juga menyukai