Anda di halaman 1dari 14

MENELADANI NABI IBROHIM ‘alaihissalaam

‫ْ ُ ْ َأ ْ ُ َ َ ْ َ ّ َئ‬ ُ َ َ ْ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َّ
ِ ‫ِإ ن الح ْمد ِلل ِه نح َمده ون ْست ِع ْينه ون ْستغ ِف ُره ون ُعوذ ِباهللِ ِمن ش ُرو ِر نف ِسنا و ِمن س ِي‬
‫ات‬
ُ ‫ َوَأ ْش َه ُد َأ ْن َال َل َه َّال‬.‫ضل ْل َف َال َهاد َي َل ُه‬ْ ُ ْ ََ َُ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ‫َأ‬
‫هللا‬ ‫ِإ ِإ‬ ِ ِ ‫ من ي ْه ِد ِه هللا فال م ِض َّل له ومن ي‬،‫ع َم ِالنا‬
َ َ َ َّ ُ َّ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ ‫َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َأ ْ َ ُ َأ‬
‫ص ِ ّل َعلى ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِآل ِه‬ ‫ اللهم‬. ‫وحده ال ش ِريك له و شهد ن محمدا عبده ورسوله‬
ّ ‫ص ْحبه َو َم ْن َتب َع ُه ْم ب ْح َسان َلى َي ْوم‬
‫الد ْي ِن‬ َ َ
ِ ِ ‫ٍ ِإ‬ ‫ِِإ‬ ِ ِِ ‫و‬
          

         
          
        
         
          
  
‫َأ‬
‫َّما َب ْع ُد‬
ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬
‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimaniyallahu waiyyakum.
Gema takbir, tahlil dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru dunia di
mana umat Islam merayakan Idul Adha 1434 H. Salah satu dari 2 hari raya umat
Islam yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.
Kalimat Allahu Akbar hendaknya kita ucapkan disertai dengan kesaksian
dan keyakinan bahwa Allah Maha Besar, dan selain-Nya adalah kecil. Allah satu-
satunya yang berhak untuk memiliki sifat al-mutakabbir. Sedangkan kita semua,
makhluq-Nya sama sekali tak berhak untuk takabur dan merasa besar, merasa
lebih baik, merasa lebih tinggi daripada yang lain. Sehingga, saat lisan ini
memekikkan takbir, maka hati menjadi tawadhu’ tanpa kesombongan, serta

1
yakin dan percaya bahwa Allah Maha Mampu untuk menolong hamba-Nya yang
beriman dari tipu daya dan makar musuh-musuh-Nya.
Kalimat Laa ilaaha illallahu menjadi ikrar setiap muslim, bahwa tidak ada
yangberhak diibadahi kecuali hanyalah Allah satu-satunya. Berdo’a hanyalah
kepada Allah, tabaruk (minta berkah) hanyalah kepada Allah, isti’anah dan
istighotsah hanyalah kepada Allah. Dan segala bentuk peribadatan hanyalah
ditujukan kepada Allah satu-satunya. Inilah bentuk realisasi tauhid.
Umat Islam sangat sadar, bahwa tidak boleh berdo’a kepada kuburan, tidak boleh
tabaruk kepada benda atau tempat keramat, tidak boleh minta perlindungan
(isti’anah atau istighotsah) kepada wali, jin, bahkan malaikat. Dan seterusnya,
tidak boleh mempersembahkan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah
‘azza wajalla. Dan barang siapa yang berbuat demikian, maka sungguh dia telah
terjerumus dalam kesyirikan yang Allah tidak akan mengampuninya, sehingga dia
bertaubat dari kesyirikan tersebut dan kembali pada tauhid.
Kalimat walillahil hamdu menjadi pengakuan dan keyakinan kita
terhadap terpujinya Allah, baik dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Hukum-Nya.
Sekaligus menafikan seluruh bentuk cela dan kekurangan, serta menetapkan
kesempurnaan-Nya. Bahkan, sebagai sebuah pengakuan bahwa yang berhak atas
pujian hanyalah Allah dan bukan selain-Nya.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1434 H seluruh umat Islam di dunia
memperingati Idul Adha atau Hari Raya Qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah
1434 H, jutaan jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah
dengan memakai baju ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia
2
di sisi Allah, tidak ada keistimewaan  antar satu bangsa dengan bangsa yang
lainnya kecuali ketakwaannya kepada Allah. 
Dan hari ini juga kita kembali diingatkan kepada kisah seorang kholilulloh,
kekasih Allah subhanahu wata’ala ,  Nabi Ibrahim ’alaihis salaam dan keluarga-
nya. Bahkan pada diri Nabi Ibrohim terdapat suri tauladan yang baik bagi seluruh
manusia, sebagaimana Allah berfirman,
َ ‫يم َو َّالذ‬
‫ين َم َع ُه‬ ْ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ‫َ ْ َ َ ْ َ ُ ُأ‬
ِ َ ‫قد كانت لك ْم سوة حسنة ِفي ِإ ب َر ِاه‬
“Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia.”  (QS. Al Mumtahanah: 4)
Begitu banyak yang harus kita teladani pada diri Nabi Ibrohim ‘alaihissalaam.
Marilah kita perhatikan beberapa diantaranya.

Teladan Pertama : Bertauhid dan Bersih dari Syirik


Allah berfirman:
ۡ ُ ‫مۡل‬ َ َّ ّ َ ٗ ‫َّ ۡ َٰ َ َ َ ُأ‬
‫ان َّمة قا ِن ٗتا ِلل ِه َح ِن ٗيفا™ َول ۡم َي ُك ِم َن ٱ ش ِر ِك َين‬‫ِإ ن ِإ بر ِهيم ك‬
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif (bertauhid, berpaling dari selain Allah dan hanya
menghadap kepada-Nya). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Allah.” (An-Nahl: 120)
Tegaknya tauhid pada diri Nabi Ibrohim nampak dalam kisah berikut ini :
َ ْ ُ َ ۡ
‫ين َم َع ُهۥٓ ِإ ذ قالوا ِلق ۡو ِم ِه ۡم‬ َ ‫يم َو َّٱلذ‬ ٰ ۡ ٞ َ َ َ ٌ َ ۡ ‫َ ۡ َ َ ۡ َ ُ ُأ‬
ِ َ ‫قد كانت لك ۡم سوة حسنة ِف ٓي ِإ ب َر ِه‬
ُ َ َ َّ
‫ون ٱلل ِه ك َف ۡرنا ِبك ۡم‬ ُ َ ُ ُ ۡ َ َّ َ ۡ ُ ْ ‫َّ ُ َ َٰٓ ُؤ‬
ِ ‫ِإ نا برء ا ِمنكم و ِمما تعبدون ِم َأن د‬
َّ ْ ُ
‫ض ُٓاء َب ًدا َح َّت ٰى ت ۡؤ ِم ُنوا ِبٱلل ِه َو ۡح َد ُه‬َ ‫َو َب َدا َب ۡي َن َنا َو َب ۡي َن ُك ُم ۡٱل َع َٰد َو ُة َو ۡٱل َب ۡغ‬
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
3
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah
selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan
kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman
kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah: 4)
Nabi Ibrohim tidak hanya membersihkan dan menjauhkan dirinya dari
syirik, namun juga berlepas diri dari para pelaku kesyirikan tersebut. Inilah bukti
benarnya sebutan kholilullah (kekasih Allah) pada diri beliau. Sangat besar
cintanya kepada Allah, sehingga selalu menjauhi setiap yang dibenci Allah.
Allah sangat besar kemurkaanNya terhadap dosa syirik, dalam firmanNya :
            

       
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (QS. An-Nisa’ 48)
Bahkan bukti betapa Nabi Ibrohim sangat takut terjatuh dalam syirik
nampak pada do’a yang dipanjatkan :
ۡ ‫ٱج ُن ۡبني َو َبن َّي َأ ن َّن ۡع ُب َد ٱَأۡل‬
‫( َر ِ ّب ِإ َّن ُه َّن‬٣٥ )‫ص َن َام‬ ۡ َ ٗ َ َ َ َ ۡ َ َٰ ۡ َ ۡ ّ َ ُ َٰ ۡ َ َ ۡ َ
ِ ِ ‫وِإ ذ َأقال ِإ بر ِهيم ر ِب ٱجعل هذا ٱلبلد ء ِامنا و‬
(٣٦)‫يم‬ ٞ ‫صا ِني َف َّن َك َغ ُف‬
ٞ ‫ور َّر ِح‬ َ ‫اس َف َمن َتب َعني َف َّن ُهۥ م ّن ۖي َو َم ۡن َع‬ َّ ‫ض َل ۡل َن َكث ٗيرا ّم َن‬
ۖ ‫ٱلن‬ ۡ
‫ِإ‬ ِ ِ ‫ِ ِ ِإ‬ ِ ِ ِ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Rabbku, jadikanlah negeri Ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari
menyembah berhala-berhala. Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu
telah menyesatkan kebanyakan manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang

4
mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ibrahim: 35-36)
Ini sesuai dengan makna Islam. Islam yaitu berserah diri kepada Allah
dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan serta
berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik.
Maka tidaklah benar ke-Islam-an seseorang, sehingga dia benar-benar
telah menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat Yang Diibadahi. Berdoa’a
hanya kepada Allah, minta berkah hanya kepada Allah, sujud-ruku’ hanya kepada
Allah. Meninggalkan semua yang diibadahi selain Allah, baik itu kuburan, tempat
keramat, pantai selatan, patung-patung, dukun/paranormal, dan sebagainya.
Itulah makna dan konsekuensi ikrar kita “Laa ilaaha illallah”, “Laa ma’buuda
bihaqqin illallah”, tidak ada yang berhak diibadahi denganbenar, kecuali
hanyalah Allah.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Teladan Kedua : Berbaik Sangka Kepada Allah subhanahu wata’ala
Dikisahkan, pada suatu hari Nabi Ibrahim ’alaihis salaam terbangun dari
tidurnya. Tiba-tiba dia memerintahkan kepada istrinya, Hajar untuk mempersiap-
kan perjalanan dengan membawa bayinya. Maka Hajar pun segera berkemas
untuk melakukan perjalanan yang panjang. Pada saat itu Nabi Ismail masih bayi
dan belum disapih.
Nabi Ibrahim ’alaihis salaam melangkahkan kaki menyusuri bumi yang
penuh dengan pepohonan dan rerumputan, sampai akhirnya tiba di padang
sahara. Beliau terus berjalan hingga mencapai pegunungan, kemudian masuk ke
daerah jazirah Arab. Ibrahim menuju ke sebuah lembah yang tidak ditumbuhi
5
tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan,
tidak ada minuman, tempat itu menunjukkan tidak ada kehidupan di dalamnya.
Di tempat itu beliau turun dari punggung hewan tunggangannya,
kemudian menurunkan istri dan anaknya. Setelah itu tanpa berkata-kata beliau
meninggalkan istri dan anaknya di sana. Mereka berdua hanya dibekali
sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari. Setelah
melihat kiri dan kanan beliau melangkah meninggalkan tempat itu.
Tentu saja Hajar terperangah diperlakukan demikian, dia membuntuti
suaminya dari belakang sambil bertanya, “Ibrahim, hendak pergi ke manakah
engkau?”. Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada
sesuatu apapun ini? Ibrahim ’alaihis salaam tidak menjawab pertanyaan istrinya.
Beliau terus saja berjalan, Hajar kembali mengulangi pertanyaannya, tetapi
Ibrahim ’alaihis salaam tetap membisu. Akhirnya Hajar paham bahwa suaminya
pergi bukan karena kemauannya sendiri. Dia mengerti bahwa Allah
memerintahkan suaminya untuk pergi. Maka kemudian dia bertanya ,“Apakah
Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami? Nabi Ibrahim
menjawab, “Benar“. Kemudian istri yang shalihah dan beriman itu berkata,”Kalau
begitu, pasti kami tidak akan disia-siakan selagi Allah bersama kami. Dia-lah yang
telah memerintahkan engkau pergi”. Kemudian Ibrahim terus berjalan
meninggalkan mereka.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahim dan Hajar, mampu berbaik sangka
kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka meyakini bahwa selagi mereka

6
bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan ada
yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya.
Bila kita lihat banyaknya manusia yang  frustasi dalam kehidupan ini atau
banyaknya manusia sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan
kepada mereka, akan tetapi karena sedikitnya husnudzon (berbaik sangka)
kepada kebaikan Allah, padahal nikmat yang Allah berikan lebih banyak dari
pada siksanya. Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah karena
Allah menjelaskan dalam hadits qudsi bahwa Dia sesuai prasangka hambanya;
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam : Allah berfirman: “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku,
dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya,
maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan
pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya
(amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan
mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka
aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari”. (Hadits riwayat
Bukhari dan Muslim).
Manusia wajib berbaik sangka kepada Allah apa pun keadaannya. Allah
akan berbuat terhadap hamba-Nya sesuai persangkaannya. Jika hamba itu
bersangka baik, maka Allah akan memberikan keputusan yang baik untuknya.
Jika hamba itu berburuk sangka, maka berarti ia telah menghendaki keputusan
yang buruk dari Allah untuknya. Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan
hambanya yang berbaik sangka kepada-Nya.
Seorang hamba yang bijak adalah mereka yang senantiasa berbaik sangka
kepada Allah dalam setiap keadaan. Jika ia diberi kenikmatan, ia merasa bahwa
7
hal ini adalah karunia dari Allah. Ia tidak merasa dimuliakan dengan kenikmatan
duniawi tersebut. Jika ia diuji dengan penderitaan atau kekurangan, ia merasa
bahwa Allah sedang  mengujinya agar ia dapat meraih tempat yang mulia. Ia tidak
berburuk sangka dengan menganggap Allah tidak adil atau Allah telah menghina-
kannya.
Kita harus belajar kepada Hajar walaupun dia seorang wanita yang baru
mempunyai anak bayi, kemudian ditinggalkan suaminya di padang pasir yang
gersang, tetapi dia yakin jika ini adalah perintah Allah maka Allah tidak akan
menyia-nyiakannya. Allah pasti akan membantunya, kisah ini bukan hanya untuk
Hajar saja, kisah ini bukan untuk zaman itu saja, akan tetapi kisah ini akan terus
berulang pada setiap zaman, bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak akan
menyia-nyiakan hambanya yang senantiasa berbaik sangka kepada-Nya dalam
segala hal, selama kita beriman dan istiqomah di atas keimanan tersebut.
Sebagaimana juga Allah tegaskan :
       
 
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman”. (QS. Ali-‘Imron 139)
Oleh karenanya wahai kaum muslimin, pastikan diri kita dalam kebenaran. Maka
setelah itu berprasangka baiklah kepada Allah, dan Allah pasti akan menolong
kita dan tidak akan menyia-nyiakan kita. Tetap optimis dan semangat.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Teladan Ketiga : Berkorban Untuk Allah Subhanahu Wata’ala

8
Setelah penantian yang sangat lama, akhirnya Allah menganugrahkan
kepada Nabi Ibrohim seorang anak yang sholih dengan sifat “halim”, yang
penyabar, penyantun, pemaaf dan sederet sifat mulia pada diriya. Dialah Nabi
Ismai’il putra dari Hajar. Sebagaimana firman Allah dalam Ash-Shoffat 100-101 :
         
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-
orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang
Amat sabar [yaitu Ismail].
Ketika Ismail bertambah besar, hati Ibrahim ’alaihis salaam tertambat kuat
kepada putranya. Tidak mengherankan karena Ismail hadir di kala usia Nabi
Ibrahim sudah tua. Itulah sebabnya beliau sangat mencintainya. Namun Allah
hendak menguji kecintaan Ibrahim ’alaihis salaam dengan ujian yang besar
disebabkan cintanya itu.
َ َ ُ َ ْ ‫مْل َ َأ َأ‬ ‫َأ‬ َّ ‫َف َل َّما َب َل َغ َم َع ُه‬
َ ‫الس ْع َي َق‬
ۚ ‫ال َيا ُب َن َّي ِإ ِّني َر ٰى ِفي ا َن ِام ِّني ذ َب ُح َك فانظ ْر َماذا ت َر ٰى‬
َّ ‫الل ُه م َن‬
َ ‫الصابر‬
‫ين‬
َّ َ َ
‫اء‬‫ش‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬ ُ ‫ال َيا َأ َبت ْاف َع ْل َما تُْؤ َم ُر ۖ َس َتج‬
‫د‬ َ ‫َق‬
ِِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.  (QS. Ash Shaaffat: 102 )
Renungkanlah bentuk ujian yang telah Allah berikan kepada beliau.
Bagaimana kira-kira perasaan Ibrahim ’alaihis salaam pada saat itu? Pergulatan
seperti apa yang berkecamuk di dalam batinnya? Salah besar jika ada yang
mengira bahwa tidak ada pergulatan pada diri Ibrahim ’alaihis salaam. Tidak
mungkin ujian sebesar ini terbebas dari pergulatan batin. Ibrahim ’alaihis salaam
berpikir, ”mengapa?”. Ibrahim ’alaihis salaam membuang jauh-jauh pikiran itu.
9
Bukan Ibrahim namanya jikalau beliau mempertanyakan kepada Allah
“mengapa” atau “karena apa“ karena orang yang mencintai tidak akan bertanya
mengapa? Ibrahim ’alaihis salaam hanya berpikir tentang putranya, apa yang
harus beliau katakan kepada anak itu, saat beliau hendak membaringkannya di
atas tanah untuk disembelih?
Ibrahim ’alaihis salaam mengambil jalan yang paling baik, yaitu berkata yang
jujur dan lemah-lembut kepada putranya, daripada menyembelihnya secara
paksa.
Lihatlah kepasrahan dan pengorbanan Ismail dan ayahnya Ibrahim mereka
berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Allah. Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan kasih sayang Allah. Walaupun yang di korbankan adalah diri Ismail
’alaihis salaam, anak yang sangat dicintainya.
Demikianlah tauhid Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam yang kokoh dan kuat,
lebih mengutamakan dan mendahulukan kecintaan kepada Allah 'azza wajalla
dari segala kecintaan kepada selain-Nya. Seseorang yang benar-benar
mentauhidkan Allah maka kecintaannya kepada Allah 'azza wajalla melebihi rasa
cintanya kepada siapapun, sehingga hal terpenting baginya adalah melakukan
apa-apa yang dicintai Allah 'azza wajalla walaupun harus mengorbankan
apapun, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ‫اَل‬ ُ ٌ ‫َاَل‬
:‫ث ث َم ْن ك َّن ِف ْي ِه َو َج َد َح َوة اِإْل ْي َم ِان‬
َ ‫ُ َأ‬ ُ ‫َأ ْن َي ُك ْو َن‬
‫هللا َو َر ُس ْول ُه َح َّب ِإ ل ْي ِه ِم َّما ِس َو ُاه َما‬
“Tiga perkara yang jika ketiganya ada pada diri seseorang maka dia akan
merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain
keduanya, ..” (HR. Bukhari dan Muslim)

10
ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬
‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Ikhwah fillah a’azzakumullahu jami’an
Ada beberapa hikmah dalam kisah di surat Ash-Shoffat : 102 :
1. Bahwa kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan di
dalam kehidupan dunia ini dan di akherat nanti, kecuali jika kita mau
mengorbankan apa yang kita cintai . Nabi Ibrahim 'alaihis salaam berhasil
meraih predikat kholilullah (kekasih Allah), karena telah mampu
mengorbankan sesuatu yang dicintainya yang berupa anak. Ini sesuai
dengan firman Allah subhanahu wata'ala :
        
      
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya"
(QS Ali Imran : 92)
2. Bahwa kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara
tiba-tiba di luar perkiraan kita. Maka Allah menyebut kesenangan dunia ini
dengan kesenangan yang menipu (mata’u al ghurur), karena akan sirna
bahkan berubah menjadi malapetaka, jika cara mengolahnya tidak sesuai
tuntunan Allah subhanahu wata'ala.
      
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”
( QS Al Hadid : 20 )
3. Tidak setiap perkara yang kita benci pasti membawa mudharat bagi
kehidupan kita. Terkadang yang terjadi adalah sebaliknya, musibah yang
kita anggap akan mendatangkan malapetaka, ternyata malah membawa
kesuksesan besar di dalam hidup ini. Kita lihat umpamanya, yang dialami
oleh nabi Ibrahim 'alaihis salaam.
Pertama, Ketika diperintahkan Allah subhanahu wata'ala untuk meninggalkan
istri dan anaknya yang masih kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada
tumbuh-tumbuhan dan air. Sebagai manusia, tentunya nabi Ibrahim tidak
ingin mengerjakan hal tersebut kalau bukan karena perintah Allah
subhanahu wata'ala. Sesuatu yang tidak dikehendaki nabi Ibrahim tersebut,
ternyata telah menjelma menjadi sebuah ibadah haji yang dikemudian hari
akan diikuti berjuta-juta manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air

11
zamzam yang dapat menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan
berbagai penyakit.
Kedua, ketika nabi Ibrahim 'alaihis salaam diperintahkan untuk menyem-
belih anaknya Ismail, yang sangat dicintainya. Setiap orang yang masih
mempunyai hati nurani yang sehat, tentu sangat tidak senang jika
diperintahkan menyembelih anaknya sendiri. Tapi apa akibatnya ? Ketika
keduanya pasrah, Allah subhanahu wata'ala menggantikannya dengan
kambing. Dari peristiwa ini, akhirnya umat Islam diperintahkan untuk
berkurban setiap datang hari raya Idul Adha.
Memang, kadang sesuatu yang kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita
sendiri. Allah berfirman :
           
   
     
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS Al Baqarah : 216)
4. Dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita harus sabar dan
tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala,
Tanpa sabar, yakin dan tawakkal kepada Allah, kita akan mudah goncang
dan stress dalam menghadapi ujian di dunia ini.
5. Kesenangan dunia yang diberikan Allah kepada kita, jangan sampai
melalaikan kita dari beribadat kepada-Nya. Dalam rangka itulah, Allah
subhanahu wata'ala setelah memberikan karunia anak yang sholeh kepada
nabi Ibrahim 'alaihis salaam, dan pada saat anak tersebut beranjak menjadi
dewasa, Allah subhanahu wata'ala hendak menguji nabi Ibrahim 'alaihis salaam,
(apakah anak yang telah lama dinanti-nantikan tersebut, yang telah lama
dirawat dan didiknya sehingga menjadi dewasa dan sangat menyejukkan
hati orang tuanya itu), apakah akan melalaikannya dari ibadat dan taat
kepada Allah subhanahu wata'ala?
Di sinilah nabi Ibrahim 'alaihis salaam diuji. Apakah dia lebih mencintai anak
atau mencintai Allah subhanahu wata'ala ? Ternyata nabi Ibrahim 'alaihis
salaam, secara baik telah mampu melewati ujian tersebut. Ia telah
menempatkan kecintaannya kepada Allah subhanahu wata'ala di atas segala-
galanya. Dia segera melaksanakan perintah Allah subhanahu wata'ala untuk
12
menyembelih anaknya, dia sangat menyakini bahwa setiap yang
diperintahkan Allah akan selalu berakibat baik.
        
  
      
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. “
( QS Al Munafiqun : 9 )
6. Seorang ayah yang bijak, tidak memaksakan kehendaknya terhadap
anaknya, sehingga dimintai pendapatnya.
7. Seorang anak sholih sangat mendukung keta'atan orangtuanya
terhadap Rabb-nya, bahkan walaupun dengan mengorbankan jiwanya.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Teladan Keempat : Mendidik Keluarga
Nabi Ismail tidak akan menjadi anak yang penyabar jika tidak mendapat
pendidikan dari ibunya, dan Hajar pun tidak akan menjadi seorang yang
penyabar jika tidak di didik oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Dan Nabi Ibrahim
alaihissalaam tidak akan dapat sabar jika tidak didikan dari Allah subhanahu
wata’ala melalui wahyuNya.
Seorang anak dalam perkembangannya membutuhkan proses yang
panjang, maka peran orang tua dalam membentuk perilaku yang berakhlaq mulia
sangat dibutuhkan, perhatian sempurna kepada anak semenjak dari masa
mengandung, melahirkan hingga sampai masa kewajiban ini diberikan di pundak
orang tua oleh agama dan hukum masyarakat. Karena seseorang yang tidak mau
memperhatikan pendidikan anak dianggap orang yang mengkhianati amanah
Allah. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala pada

13
hari kiamat nanti akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang
perlakuan mereka kepada anaknya.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam QS At-Tahrim 6 :
      
Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Maka setiap orangtua tidak boleh mengabaikan pendidikan anak-
anaknya. Karena selamatnya diri kita dan keluarga kita dari neraka sangat
bergantung pada ilmu dan amal kita, apakah benar dan ikhlas. Dan semua itu
harus melalui proses pendidikan yang sungguh-sungguh dan benar.

ْ َّ ْ ‫َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ ْ اَل َ اَّل َّ َ َّ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬


‫الل ُه ك َب ُر َو ِلل ِه ال َح ْم ُد‬- ‫ إل َه إ الل ُه َوالل ُه ك َب ُر‬- ‫ الل ُه ك َب ُر‬-‫الل ُه ك َب ُر‬
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Demikianlah, diantara keteladanan Nabi Ibrohim yang harus kita
realisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah ‘azza wajalla
memberikan hidayah dan taufiq kepada kita untuk memahami dan
mengamalkan dari apa yang dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrohim ‘alaihissalaam
beserta keluarganya. Amin

14

Anda mungkin juga menyukai