Makalah Batu Ginjal
Makalah Batu Ginjal
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan
kuasaNya makalah dengan judul ” Penyakit Batu Ginjal” dapat diselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan salah satu gangguan eliminasi urine. Batu
ginjal ini telah menjadi masalah perkemihan yang cukup serius di
Indonesia. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia
adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar
58.959 orang, sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar
19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Data-
data tersebut membuktikan bahwa batu ginjal merupakan masalah
kesehatan yang harus mendapat perhatian khusus bagi semua individu
terutama perawat sebagai salah satu dari tim kesehatan. Oleh karena itu,
sebagai Siswa keperawatan seharusnya memiliki pengetahuan yang
cukup tentang batu ginjal yang mencakup definisi, patogenesis, timbulnya
tanda dan gejala, serta asuhan keperawatan yang sesuai pada klien yang
mengalami batu ginjal. Dengan pengetahuan tersebut, diharapkan ketika
nantinya menjadi perawat, Siswa keperawatan dapat mengaplikasikan
pengetahuan tersebut pada klien sehingga dapat mengurangi masalah
umum batu ginjal di Indonesia maupun di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan batu ginjal?
2. Bagaimana patogenesis batu ginjal?
3. Siapa yang berisiko mengalami batu ginjal?
4. Mengapa timbul nyeri pada batu ginjal dan bagaimana
mekanismenya?
5. Mengapa miksi tidak puas dan terputus-putus dan bagaimana
mekanismenya?
6. Mengapa timbul kencing berpasir dan bagaimana mekanismenya?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Siswa mampu menjelaskan definisi batu ginjal.
2. Siswa mampu menjelaskan patogenesis batu ginjal.
3. Siswa mampu menyebutkan orang-orang yang berisiko mengalami
batu ginjal.
4. Siswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
nyeri pada batu ginjal.
5. Siswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
miksi tidak puas dan terputus-putus pada batu ginjal.
6. Siswa mampu menjelaskan penyebab dan mekanisme timbulnya
kencing berpasir pada batu ginjal.
3
BAB II
ISI
A. Definisi
Batu ginjal merupakan komponen kristal yang sering ditemukan di
kaliks atau pelvis ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan
gesekan, yang menyebabkan nyeri yang bergantung pada besarnya kristal
tersebut. Sebagian besar kristal tersebut adalah kalsium, oksalat, dan fosfat
yang bersatu membentuk kristal yang lebih besar saat proses pembentukan
urin. Sukahatya dan Muhammad Ali (1975) dalam Mochammad Sja’bani
(2006) melaporkan kasus batu ginjal yang sering ditemui adalah
mengandung asam urat yang tinggi 25%, bercampur dengan kalsium
oksalat/ kalsium fosfat 79%, sedangkan hanya mengandung kalsium
oksalat sekitar 73%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar batu yang
terbentuk di ginjal banyak mengandung kalsium oksalat.
B. Patogenesis
Proses terbentuknya batu ginjal di nefron tepatnya di tubulus distal
dan pengumpul, yaitu saat urin dipekatkan. Pembentukan Kristal atau batu
ini membutuhkan supersaturasi, dan inhibitor pembentukan ini ditemukan
di dalam urin normal. Terbentuknya batu kalsium dapat dipicu oleh
reaktan asam urat, tetapi dapat juga dihambat oleh inhibitor sitrat dan
glikoprotein. Aksi reaktan dan inhibitor belum diketahui sepenuhnya.
Namun, ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau
nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya
penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi
kristal kalsium oksalat. Bila komponen batu di ginjal ditelusuri, satu atau
lebih dapat ditemukan reaktan yang menimbulkan agregatasi pembetukan
batu. Diperkirakan bahwa agregatasi kristal di tubulus distal cukup besar
sehingga tertimbun di kolektikus akhir (pengumbul). Secara perlahan,
timbunan akan semakin membesar akibat penyatuan dari timbunan-
timbunan selanjutnya sehingga batu ginjal yang ditemukan bervariasi di
4
setiap duktus kolektikus. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian
sel epitel yang mengalami lesi, dan kemungkinan lesi ini juga disebabkan
oleh kristal itu sendiri (Mochammad Sja’bani, 2006). Adanya lesi di
saluran kemih menyebabkan iritasi membran mukosa saluran dan
menyebabkan perdarahan sehingga terjadi hematuria (urin beserta darah).
Lesi ini juga bisa disebabkan oleh gesekan kristal terhadap membran
mukosa ureter dan/atau uretra.
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan, baik pada ginjal
maupun saluran kemih. Namun penyebab dari batu ginjal sendiri masih
idiopatik. Batu ginjal lebih sering terjadi pada pria daripada wanita yang
mungkin dipengaruhi oleh ukuran uretra pria lebih panjang dari wanita.
Adapun beberapa faktor risiko yang menjadi faktor utama predisposisi batu
ginjal, yaitu sebagai berikut.
1. Hiperkalsiuria: Meningkatnya kadar kalsium di urin. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya absorpsi kalsium
dari lumen usus, atau penguraian kalsium yang berasal dari tulang, serta
kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal.
2. Hipositraturia: Kadar sitrat yang peran sebagai inhibitor pembentukan
kalsium di urin berkurang. Peningkatan reabsorsi sitrat akibat peningkatan
asam di proksimal menyebabkan berkurangnya sitrat di urin sehingga
proses agregatasi kalsium berjalan dengan mudah. Inhibitor kalsium selain
sitrat juga ditemukan pada glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel
tubulus distal seperti nefrokalsin yang dapat mengabsorpsi permukaan
kristal dan memutul interaksi antar kristal.
3. Hiperurikosuria: Peningkatan asam urat pada urin.
4. Hiperoksaluria: Peningkatan di kadar oksalat yang diekskresikan ke dalam
urin. Peningkatan kecil kadar oksalat dapat memberi pengaruh yang besar
terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat dibandingkan peningkatan
ekskresi kalsium.
5. Penurunan intake cairan. Diketahui bahwa asupan air yang banyak dapat
menghambat pembentukan kristal menjadi lebih besar, sehingga kristal
5
yang masih kecil bisa luruh dari dinding tubulus dan dibawa oleh cairan
urin yang banyak untuk dieliminasi.
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang memiliki kelainan atau
gangguan ginjal sejak dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui.
Penderita kelainan ini, sejak usia anak-anak sudah memiliki
kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan memudahkan
terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak normal,
maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena
6
urinenya banyak mengandung zat kapur, sehingga mudah
mengendapkan batu.
7
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra.
Penyebab utama ISK adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran
dan usus besar. ISK banyak menyerang wanita karena vagina lebih
rentan terhadap pertumbuhan bakteri dibanding pria. Infeksi ini akan
meningkatkan terbentuknya zat organik. Kemudian, zat ini dikelilingi
mineral yang mengendap. Pengendapan mineral akibat infeksi ini akan
meningkatkan alkalinitas urine dan menyebabkan pengendapan
kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi
terbentuknya batu ginjal. Risiko penyakit ini bertambah tinggi pada
orang dengan aktivitas yang jarang berolahraga atau tidak banyak
bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu banyak duduk.
Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk
batu ginjal. Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu
pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang
kurang bergerak dapat mendorong kalsium beredar dalam darah dan
berisiko menjadi kristal kalsium.
8
Sebaliknya, komsumsi vitamin A adalah penting karena
vitamin A yang dikonsumsi dalam kadar yang tepat dapat mencegah
terbentuknya batu ginjal serta menyehatkan fungsi sistem urine. Selain
vitamin A, vitamin B6 dan magnesium juga baik dikonsumsi untuk
mengurangi kadar kalsium dalam urine.
7. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50
tahun. Jarang sekali ditemukan batu ginjal pada anak-anak.
8. Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan
berat badan berlebih (obesitas) karena pada orang dengan berat badan
berlebih dapat menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah
mengendapkan garam-garam kalsium.
9. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih
banyak dialami pria dari pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini
mungkin berkaitan dengan uretrapria yang lebih panjang dari uretra
wanita.
9
Akibatnya, larutan akan mengendap dan beragregasi, membentuk susunan
kosentris berwujud batu. Gejala umum yang dirasakan klien batu ginjal
adalah nyeri kolik, yaitu rasa amat nyeri yang hilang dan timbul di daerah
usus dan sekitarnya, akut di daerah pinggul, dan biasanya menjalar ke
inguinal dan kantung buah pelir. Jika batu turun ke saluran kemih bagian
dalam atau ureter, nyeri mungkin akan terpusat pada rongga perut atau
abdomen, tetapi tergantung juga pada letak batunya. Kolik renal atau
ureter dirasakan klien sebagai keadaan yang sangat nyeri. Jika batu ureter
mendekati ureterovesikal junction, keluhannya dapat berupa nyeri pada
seperempat lingkaran bawah perut, sering kemih, kemih tidak tertahan,
dan nyeri saat kemih.
Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan
pada wanita mendekati kandung kemih, sedangkan pria mendekati testis.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Lokasi nyeri
tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut
kostovertebral, dapat menyebar ke panggul, abdomen, dan turun ke lipatan
paha atau genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat
dengan posisi atau tindakan lain. Di kandung kemih, nyeri juga
berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot,
prosedur bedah, atau tekanan dari balon kandung kemih.
Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di
dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini
tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu
turun ke dalam ureter, klien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan
rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat intermiten dan disebabkan oleh
spasme atau kejang ureter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu.
Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitalia eksterna, dan paha.
10
F. Mekanisme nokturia
Nokturia adalah gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari yang
menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk berkemih
beberapa kali waktu malam ini. Nokturia disebabkan karena hilangnya
pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan tertentu di malam hari.
Pada keadaan normal perbandingan jumlah urine siang hari dan malam
hari 3:1 atau 4:1 . Selain itu, nokturia juga bisa terjadi karena respon
terhadap kegelisahan atau minum cairan yang berlebihan. Nokturia juga
bisa digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada batu ginjal.
Hal ini dikarenakan adanya obstruksi aliran karena kemampuan ginjal
memekatkan urine terganggu oleh adanya pembengkakan yang terjadi di
sekitar kapiler peritubulus.
Incomplete Bladder Emptying (pengosongan kandung kemih yang
tidak sempurna). Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
adalah adanya rasa tidak puas setelah berkemih. Perasaan ada urin residua
tau sisa yang menetap tanpa memperhatikan frekuensi miksi. Hal ini
disebabkan karena adanya batu yang terjebak di ureter.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary et al. (2009). Klien dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Brooker, Chris. (2005). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, Linda Juall. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Revisi 3. Jakarta: Buku Penerbit
Kedokteran EGC.
Doenges at al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.
Kuncoro, Sri dan Soenanto, Hardi. (2005). Hancurkan Batu Ginjal dengan
Ramuan Herbal. Jakarta: Niaga Swadaya.
Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Suddart & Brunner. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Penerbit
Kedokteran EGC.
Tucker, Susan M, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan,
Diagnosis, dan Evaluasi Edisi V. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/207303020/bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/4/Chapter%20II.pdf
http://rspondokindah.co.id/rspi/Download-document/135-Full-Download-Edisi-8-
2475-KB.html
13