Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK BIOSTATIKA

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas


PENDAHULUAN

Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak dijumpai pada golongan
masyarakat dengan sosial ekonomi menengah ke atas. Makhluk hidup akan mencapai
keseimbangan jika energi yang masuk sama dengan energi yang dikeluarkan. Menurut WHO
(2018), seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 30,0 kg/m2 .
Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut pre obesitas. Untuk orang Asia, IMT diatas 25
kg/m2 termasuk obesitas. Indonesia saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, ketika
permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Gizi lebih atau
obesitas dianggap sebagai sinyal awal, munculnya penyakit-penyakit degeneratif yang saat ini
merambah seluruh pelosok Indonesia.

Tingginya prevalensi obesitas, hipertensi, dislipidemi dan penyakit degeneratif lainnya,


menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit dan angka kematian di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2020 menunjukkan bahwa prevalensi nasional
obesitas umum pada laki-laki umur ≥ 18 tahun adalah 6,2%, sedangkan pada perempuan umur ≥
18 tahun adalah 12,7%. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan berat
badan atau bahkan kegemukan yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang
tepat, kebiasaan makan yang salah, kurang melakukan aktivitas fisik, dan faktor pemicu lainnya.

Kebiasaan makan yang salah diantaranya makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari
makan pagi, waktu makan tidak teratur serta kebiasaan mengemil makanan ringan. Sedangkan
faktor pemicu yang lain misalnya kecepatan metabolisme basal, enzim, hormon, serta
penggunaan obat-obatan. Faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.
Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-anak dari orang tua dengan berat
badan normal mempunyai peluang 10% menjadi gemuk. Bila salah satu orang tuanya menderita
kegemukan, maka peluang itu akan meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orang tuanya
menderita kegemukan, peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80%. Kebiasaan makan
telah bergeser dari pola tradisional yang banyak mengandung karbohidrat kompleks dan serat
menjadi pola makan dengan kandungan protein, lemak, karbohidrat sederhana, dan garam yang
tinggi namun rendah serat. Perubahan pola makan ini meninggalkan konsep makanan seimbang
sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan. Kebiasaan makan yang tinggi lemak jenuh dan
gula, rendah serat menyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta meningkatkan radikal
bebas yang memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif.

Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi berlebih


dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Lemak menghasilkan lebih banyak
energi dibandingkan karbohidrat atau protein. Karena diet tinggi lemak biasanya padat energi
dan memberikan rasa yang lezat, maka diet dengan mengonsumsi makanan yang relatif banyak
mengandung lemak biasanya akan menimbulkan peningkatan asupan energi.
Bila energi yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang
akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. Aktivitas fisik diperlukan untuk proses
pembakaran energi tubuh. Gaya hidup dengan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap
kondisi tubuh seseorang. Salah satu yang mempengaruhi gaya hidup seseorang adalah pekerjaan
sehari-hari.

Faktor cairan juga merupakan salah satu risiko terjadinya obesitas, terutama pada anak dan
remaja. Status hidrasi lebih mudah terjadi pada orang yang mengalami kegemukan atau obesitas,
karena luas permukaan tubuh orang gemuk lebih luas dibandingkan orang normal. Selain itu,
kandungan air di dalam sel lemak orang gemuk lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel
otot. 55-60% dari berat badan manusia adalah berat air. Tetapi, pada orang yang gemuk total air
dalam tubuhnya sekitar 50%. Sehingga orang gemuk lebih mudah kekurangan cairan, karena
terjadinya penumpukan lemak yang dapat meningkatkan berat badan tanpa menambah
kandungan air dalam tubuhnya.

Tingginya angka prevalensi Obesitas kemungkinan berhubungan dengan faktor penyebab


obesitas diantaranya oleh pola hidup yang kurang tepat yaitu makan berlebihan dan kurang
melakukan aktivitas fisik dan faktor-faktor lainnya. Karena itu perlu dilakukan penelitian faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang. Sumber data penelitian yaitu
menggunakan data primer dari hasil kuesioner yang ditujukan kepada responden untuk melihat
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap obesitas. Faktor risiko yang akan dilihat
hubungannya pada penelitian ini adalah karakteristik pasien yaitu usia, jenis kelamin, jenis gaya
hidup seperti kebiasaan merokok, minum air dan penggunaan transportasi.

Untuk melakukan analisis terhadap variabel di atas dalam rangka menjawab rumusan masalah
yang diajukan, dilakukan analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat. Uji normalitas data
digunakan untuk menguji kenormalan pada data numerik (interval/rasio).

Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran dari semua variabel. Untuk variabel
kategorik (nominal), digunakan statistik frekuensi dan persentase. Sedangkan untuk variabel
numerik (interval/rasio) digunakan statistik rata-rata, simpangan baku, median, nilai minimum
dan nilai maksimum. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov Smirnov (n>40),
dimana data dinyatakan berdistribusi normal jika probabilitas yang dihasilkan (p-value) > 0,05
dan data dinyatakan tidak berdistribusi normal jika p < 0,05.

Analisis bivariat digunakan untuk mendeteksi hubungan antara dua variabel yakni setiap variabel
bebas dengan variabel terikat. Pada analisis bivariat, digunakan metode pengujian yang berbeda
disesuaikan dengan skala dan kondisi data. Untuk variabel bebas dengan skala nominal (dan
variabel terikat nominal), digunakan uji Chi Square. Untuk variabel bebas dengan skala
interval/rasio, analisis bivariat untuk data variabel bebas yang berdistribusi normal menggunakan
uji t dua kelompok independen, untuk data tidak berdistribusi normal menggunakan uji Mann
Whitney. Hubungan pada analisis bivariat dinyatakan bermakna jika p < 0,05.

Untuk analisis multivariat, dengan data variabel terikat (Death Event) yang berskala nominal
binomial, maka digunakan analisis regresi logistik1. Adapun variabel bebas yang akan dianalisis
lebih lanjut pada analisis multivariat adalah variabel bebas yang menghasilkan nilai- p < 0,250
pada analisis bivariat2. Pada analisis multivariat, variabel bebas dinyatakan memberikan
pengaruh yang bermakna secara multivariat jika menghasilkan nilai p < 0,05. Proses analisis data
menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 25.0.

Anda mungkin juga menyukai