Anda di halaman 1dari 2

Dari Sejarah Menuju Masa Depan Santri Terarah

Oleh : Ustadz H. M. Ulin Nuha, Lc. M.Us.


KH. Ahmad Musthofa Bisri menyampaikan bahwa "santri bukan yang mondok saja, tapi siapa
pun yang berakhlak seperti santri, adalah santri". Santri itu murid di pesantren, mereka yang
menuntut ilmu agama Islam dan meneladani akhlak dari para kyai dan guru di pesantren, baik
tinggal di pesantren maupun ataupun tidak. KH. Said Aqil Siradj menegaskan bahwa “Santri itu
jelas, yakni orang-orang yang menindaklanjuti dakwah dengan budaya seperti yang dilakukan
Walisongo. Dakwah seperti itu yang jelas ampuh, dan efektif.

Di Indonesia, identitas santri telah terbentuk dari generasi ke generasi. Sejak jaman walisongo,
santri tidak hanya berkewajiban mengutamakan akhirat, namun juga bertanggung jawab
memperjuangkan kebaikan di dunia. Sebagai contoh di Kudus, Sunan Kudus mengajarkan
GusJiGang (bagus perilaku, pinter ngaji, dan jago dagang). Sunan Kalijaga yang dimakamkan di
Demak sangat lihai mengkreasikan wayang dan tembang untuk menyampaikan ajaran-ajaran
Islam.
Pada jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, jejaring dan barisan kuat para kyai dan santri di
era penjajahan membuktikan peran kuat santri di ranah duniawi, memperjuangkan tanah air
Indonesia. Perjuangan angkat senjata pada Perang Diponegoro dan perang-perang lain termasuk
pertempuran 10 November, sampai dengan upaya diplomatis seperti Resolusi Jihad kental
dengan peran santri di masa itu. Ki Hajar Dewantara yang seorang santri juga berjuang di bidang
Pendidikan. Pun Habib Husein Mutahahar, mengobarkan semangat nasionalisme melalui lagu-
lagu kebangsaan ciptaan beliau seperti “Syukur” dan “Hari Merdeka.”
Pada generasi pasca kemerdakaan, sejarah Indonesia mencatat peran penting para santri di
pemerintahan. Nyai Mahmudah Mawardi mengawal pergerakan perempuan yang progresif di
jamannya. KH. Bisri Syansuri sebagai anggota DPR – RI menginisiasi terwujudnya UU
Pernikahan agar sesuai dengan ajaran Islam sekaligus melindungi hak-hak perempuan. KH. A.
Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama dan putra beliau, sang guru bangsa, KH. Abdurrahman
Wahid, menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4.
Di ranah budaya, KH. Musthofa Bisri, KH. Zawawie Imron, dan Sujiwo Tedjo tidak bisa
dipandang sebelah mata. Di bidang hukum ada Achmad Shodiqi, guru besar dan hakim konstitusi
dan Prof. Mahfudz, MD kini Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Di masa kini, santri generasi milenial telah mengembangkan sayap peran di bidang yang lebih
luas dan beragam. Kita mengenal Gus Taj Yasin Maimoen di bidang politik dan istri beliau,
Nawal Nur Afifah di bidang pemberdayaan perempuan. Baru-baru ini, ajang Duta Santri
Nasional 2021 memberikan Santri Awards 2021 pada para santri milenial. Ada kakak-beradik
asal Madura, M. Rodlin Billah (kandidat doktor di Karlsruhe Institute of Technology, Jerman)
dan dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp. PA. yang berperan di bidang diaspora dan Kesehatan. Selain itu,
ada Muhammad Ataka yang ahli di bidang robotik yang sedang menempuh Post Doctoral
Reseach Assistant Queen Marry University of London.
Generasi yang sekarang ini sedang nyantri dikenal sebagai generasi Z. Mereka lahir antara tahun
1995 – 2010. Generasi ini sejak lahir procot sudah ditemani internet, sadar kamera, dan mudah
akrab dengan gawai. Mereka mudah memanfaatkan teknologi digital tidak hanya untuk hiburan,
tapi juga belajar dan berkarya. Dengan cepat dan tak terbatasnya akses dan arus informasi,
banyak pemuda-pemudi generasi ini yang sudah berhasil menancapkan pengaruh positif baik
secara nasional maupun internasional. Sebagai contoh, seorang santri muda yang moncer di
bidang usaha; Wirda Mansyur.
Santri kini dan masa depan memiliki tanggung jawab mempertahankan dan memperjuangkan
tradisi baik santri dalam situasi yang semakin beragam dan menantang. Selama masih di
pesantren, santri harus bersungguh-sungguh dan tekun mendalami ilmu agama Islam. Para santri
juga hendaknya melek pemanfaatan teknologi untuk belajar dan memanfaatkan ilmu agamanya.
Dawuh yang masyhur dari Gus Dur, "kebaikan seorang santri tidak dilihat ketika dia berada di
pondok. Melainkan setelah dia jadi alumni. Kamu tinggal buktikan hari ini, kamu adalah santri
yang baik." Dalam mengambil peran di bidang apapun, santri harus berpegang teguh pada
identitasnya, berpijak pada keilmuan agama Islamnya, dan merengkuh fitrah manusianya sebagai
khalifah fil ardh dan rahmatan lil alamin.

Anda mungkin juga menyukai