Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

KODE BIRU ATAU “CODE BLUE”


RS. MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO
TAHUN 2021

RS MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO

JL RAYA KRIAN – MOJOSARI KM 3 TROPODO, KRIAN, SIDOARJO

TELP. 031 9989 1626


DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN DAN DEFINISI ...................................................................... 1
1.1. Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.2. Definisi ................................................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP .............................................................................................. 3
BAB III. TATA LAKSANA............................................................................................... 4
3.1. Organisasi Blue Team........................................................................................... 4
3.2. Uraian Tugas......................................................................................................... 4
3.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia .................................................................... 5
3.4. Perencanaan Komunikasi...................................................................................... 6
3.5. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue”............................................................ 7
3.6. Peralatan Tim “Code Blue”.................................................................................. 8
3.7. Pelatihan dan Pendidikan Tim “Code Blue” ........................................................ 9
BAB IV. DOKUMENTASI................................................................................................ 10
LAMPIRAN ALUR “CODE BLUE” ................................................................................ 11

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. MITRA SEHAT MANDIRI

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Pembuat Dokumen

Authorized Person

Direktur RS. Mitra Sehat


Mandiri

iii
BAB I
PENDAHULUAN DAN DEFINISI

1.1. Pendahuluan.
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kitatidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. WHO
menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap
mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di
Indonesia. Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang
berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi. Inti dari penanganan cardiac arrest
adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin
mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian
permanen. Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan
dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini
menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan
paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar
dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal.
Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang
kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penangananarrest segera,yangdisebut
Code Blue.

1.2. Definisi
1. Code blue/kode biru :
Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi dimana terdapat
pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata sandi yang
digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat darurat.

1
2. Tim code blue :
Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai Code Blue Team, yang
secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan.
3. Pasien gawat darurat.
Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan RJP segera.
4. Pasien gawat.
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.
5. Triage.
Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.
6. Perawat terlatih.
Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP / Code Blue Team.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2
tahap :
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya,
dimana terdapat layanan Basic LifeSupport (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit, yaitu tim code blue.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan
adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.

3
BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Organisasi Blue Team.


Terdiri dari :
� Koordinator Team
� Penanggung jawab Medis
� Perawat Pelaksana
� Kelompok Pendukung.

Koordinator Team

Penanggungjawab medis : Tim resusitasi : Perawat Perawat pelaksana :


1. Dokter jaga IGD terlatih Perawat IGD
Perawat IRI
Penata Anestesi

Garis Komando :
Garis Koordinasi :

3.2. Uraian Tugas.


a. Koordinator Team
Dijabat oleh dokter IRI
Bertugas :
i. Mengkoordinir segenap anggota tim.
ii. Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota tim.
b. Penanggungjawab Medis

4
Dijabat oleh Dokter Jaga IGD
Bertugas :
i. Mengidentifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan.
ii. Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
iii. Memimpin tim dalam pelaksanaan RJP
iv. Menentukan sikap selanjutnya.
c. Perawat Pelaksana.
Perawat bertugas :
i. Bersama dokter penanggungjawab medis mengidentifikasi/triage pasien di
ruang perawatan.
ii. Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat di ruang perawatan.
d. Tim Resusitasi.
Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga IGD.
Bertugas :
i. Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat
diruang perawatan.
ii. Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang
perawatan

3.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia.


Dalam satu shift harus ada 2 - 3 orang perawat terlatih yang bertugas.
Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien, sebagai
berikut :
� Melakukan identifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan :
◦ Dokter ruangan /dokter jaga. Bila ada pasien yang membutuhkan IRI, dokter jaga
ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien dipindah ke IRI.
◦ Perawat Pelaksana .
� Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :
◦ Dokter Jaga IGD.

5
◦ Perawat Terlatih minimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang perawat IRI
dan atau 1 orang perawat anestesi).
◦ Perawat pelaksana
� Melakukan RJP
◦ Dokter Jaga IGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan.
◦ Perawat Terlatih 2 - 3 orang (dari IGD dan IRI).
◦ Perawat pelaksana

3.4. Perencanaan Komunikasi.


Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar.
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru atau “Code Blue” dan menyebutkan lokasi
ruangan dan nomor kamar pasien.
Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :
� Telpon kode darurat di 505

6
3.5. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue”.
Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan berkeliling
mengunjungi pasien yang sedang dirawat.hai ini untuk mengertahui ada tidaknya perburukan
yang terjadi atau pasien dalam kondisi gawat darurat. Bilamana ditemukan pasien dalam keadaan
tidak sadar, dokter jaga ruangan / case manager bersama perawat melakukan tindakan
penanggulangan kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pasien.bila tindakan berhasil dilakukan
penilaian untuk tindakan selanjutnya. Tetapi bila pasien mengalami perburukan kondisi atau
henti nafas dan henti jantung maka perawat segera menghubungi 505 untuk memangil Tim “code
blue” melalui telepon rumah sakit.

7
3.6. Peralatan Tim “Code Blue”.
Personal Kit :
• Stetoskope 1 bh
• Tensimeter 1 bh
• Senter Genggam 1 bh

Emergency Medical Kit :


� Airway and Breathing Management Support
◦ Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
◦ Suction 1 bh
◦ Ambubag (bayi, anak, dewasa)
◦ Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
◦ Orofaring tube

� Circulation Support
◦ Set infus mikro 1 bh
◦ Set infus makro 1 bh
◦ Needle intraosseus 1 bh

� Minor Surgery Set


◦ 1 set lengkap

� Obat – obatan
◦ Adrenalin inj. 1 bh
◦ Sulfas Atropin inj. 1 bh

3.7. Pelatihan Dan Pendidikan Tim “Code Blue”.


Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :
1. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam rangka
mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan. Sehingga

8
keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini diketahui dan ditanggulangi
sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang tidak perlu terjadi.
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan kegiatan pelayanan
dalam menangani pasien gawat darurat dengan memberikan pertolongan bantuan
hidup dasar dan resusitasi jantung, paru dan otak (RJP).
3. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas
kemampuan anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan meliputi
teori dan praktek sesuai kebutuhan tim .
4. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penanganan
pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team harus dapat dievaluasi dan kendali mutu
agarkesempurnaan kegiatan menjadi lebih baik.Oleh karena itulah Tim Pengendalian
Mutu rumah sakit diharapkan dapat turut berperan dalam hal evaluasi dan kendali
mutu Blue Team.

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua kegiatan “code blue” dicatat dan didokumentasikan dalam dokumen rekam medis
pasien dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.

10
LAMPIRAN ALUR “CODE BLUE”

Bila ada kondisi “code blue”


dengan henti nafas / henti
jantung)

Perawat ruang
Perawat IGD :
menghubungi menyatakanan ruangan...........
1. 1 orang Dokter jaga IGD
“code 505,
berlari menuju ruangan
dimaksud.
2. 1 orang perawat IGD
/Ruangan berlari
menuju ruangan
dimaksud. Seluruh tim
3. 1 orang petugas IGD melakukan
lainnya menghubungi resusitasi →
IRI, Anestesi dan studio berhasil → pasien
menyatakan “code dipindah ke IRI
blue”, ruangan.............. dengan
pemberitahuan ke
Perawat IRI : Perawat Anestesi : DPJP.
1orangperawat berlari 1. 1 orang perawat berlari
menujuruangan yang menuju ruangan yang
dimaksud. dimaksud.
2. 1 orang dokter Spesialis
Anestesi berlari menuju ruangan yang dimaksud.

Catatan :
1. Dokter jaga ruang bertugas :
a. Melakukan skrining terhadap pasien yang berpotensi “code blue”.
b. Memberitahu / mengusulkan kepada DPJP agar pasien yang berpotensi “code blue”
dipindahkan ke IRI.
c. Membantu resusitasi tim “code blue”.
2. Jika terjadi keadaan “code blue”, maka yang dihubungi pertama kali adalah tim “code
blue”, bukan dokter jaga ruangan.
3. Ruangan “code blue” adalah semua ruang rawat inap kecuali IRI, IGD, NICU dan IKO.

11

Anda mungkin juga menyukai