Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS TENTANG PUTUSAN

MAHKAMAH SYAR’IYAH BIREUEN


Nomor 0314/Pdt.G/2014/MS. Bir
TENTANG PEMBATALAN WAKAF

DISUSUN OLEH :

1.Kurnia Nova Saputra (0219053221)


2.Muhamad Irfan Nuddin (0219054621)
3.Muhammad Rozikin (0219054931)
Semester III Reguler II

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
Pada putusan Mahkamah Syar’iyah Bireuen dijelaskan adanya sengketa antara dua Para Pihak
yang memiliki tanah wakaf dan yang telah mewakafkan tanah ke orang lain. Pada Putusan
Mahkamah Syar’iyah Bireuen tentang pembatalan wakaf diketahui bahwa dua pihak tersebut
yaitu beberapa pihak sebagai Penggugat yang telah menghuni tanah wakaf seluas + 2.725 M2,
yang terletak di samping Jl. Raya Bireuen Tekengon Km. 10, 7, Gampong Beunyot, Kec. Juli,
Kab. Bireuen dan para Tergugat I yang bertindak sebagai waqif kepada Tergugat II yang
bertindak sebagai Nadzir untuk keperluan asset Masjid Baitul Huda Teupin mane/Beunyot, Kec.
Juli. Ternyata tanah Terperkara telah di waqafkan oleh Tergugat I yang bertindak sebagai waqif
kepada Tergugat II yang bertindak sebagai Nadzir untuk keperluan asset Masjid Baitul Huda
Teupin mane/Beunyot, Kec. Juli adalah bukan miliknya, maka waqaf yang terjadi antara tergugat
I dan Tergugat II berdasarkan Akta Ikrar Waqaf No. W2/9/02/2013,yang dibuat oleh dan
dihadapkan Pejabat Pembuat Akta Tanah Ikrar Waqaf (PPAIW), Kec. Juli Kab.Bireuen Adalah
tidak sah dan batal demi hukum . Pengadilan lalu memutuskan untuk membatalkan wakaf yang
dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1) Bagaimana putusan Mahkamah Syar’iyah Bireuen Nomor 0314/Pdt.G/2014/MS Bir. tentang
pembatalan wakaf? 2) Bagaimana pandangan hukum positif dan hukum Islam terhadap putusan
Mahkamah Syar’iyah Bireuen Nomor 0314/Pdt.G/2014/MS Bir. tentang pembatalan wakaf?
Metode penelitian yang digunakan metode yuridis normatif dengan jenis penelitian secara
yuridis normatif (Legal Research). Sumber bahan hukum yang digunakan dalam Tugas ini
adalah; bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf;
Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam; Peraturan Pemerintah
No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik; dan Putusan Mahkamah Syar’iyah Bireuen
tentang Pembatalan Wakaf. Bahan hukum sekunder meliputi bahan hukum yang melengkapi
bahan hukum primer yang ada. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Putusan yang dilakukan Mahkamah Syar’iyah
Bireuen Nomor 0314/Pdt.G/2014/MS Bir. sudah sesuai dengan hukum positif yaitu pasal 49
Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama. Putusan Mahkamah Syar’iyah Bireuen Nomor 0314/Pdt.G/2014/MS
Bir tentang pembatalan wakaf menyatakan bahwa sertifikat tanah wakaf No. W2/9/02/2013,
tertanggal 09 Januari 2013 yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Ikrar Waqaf

2
(PPAIW), cacat hukum dan batal karena tanah yang di waqafkan bukan milik Tergugat I sendiri .
Dan tidak memenuhi 2 (dua) dari 6 (enam) syarat wakaf yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yaitu tidak terpenuhinya wakif wakaf yaitu orang yang
mewakafkan harta benda wakaf, dimana wakif wakaf tersebut bukan pemilik sah dari harta
benda wakaf yang diwakafkan tersebut yakni berupa tanah, dan pernyataan wakaf oleh wakif
atau ikrar wakaf yang dilakukan bukan dengan wakif yang sah atau pemilik dari tanah wakaf
tersebut,. 2) Putusan Mahkamah Syar’iyah Bireuen tentang pembatalan ikrar wakaf sesuai
dengan Hukum Islam, dimana pengadilan memiliki hak untuk membatalkan wakaf. Dan secara
hukum Islam tindakan Wakif Wakaf (tergugat) dianggap tidak sah, karena tergugat bukanlah
wakif yang sah.

Anda mungkin juga menyukai