Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

BLOK GASTROENTERO HEPATOLOGI

Grace Tabita Ginting 219 210 032

Grup Tutor A4

Diketahui Oleh:

Fasilitator

( DR. dr. Endy Julianto, MKT )

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2021

KATA PENGANTAR

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Hasil
Laporan Tutorial Blok Gastroenterohepatologi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam
penyusunan laporan tutorial Blok Gastroenterohepatologi ini, penulis menyadari sepenuhnya
banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan
bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin Laporan Tutorial Blok Gastroenterohepatologi ini
dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. DR. dr. Endy Julianto, MKT Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran
dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial Blok Gastroenterohepatologi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya

Medan, 08 Juni 2021

Grace Tabita Ginting

2
Pemicu
An B, 11 bulan, perempuan, datang ke Rumah sakit dengan keluhan utama mencret disertai
muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari 10x sehari,
kurang lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas
berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal. Sebelum mencret
penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing tiap
muntah. muntah terutama setelah makan minum dan muntah berisikan makanan dan cairan. Pada
awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah sering menetek dengan minum sangat
bernafsu (seperti kehausan) namun sejak 2 hari terakhir anak mulai malas untuk menetek dan
tampak amat lemas. Menurut Ibu OS, anaknya juga mengalami demam sejak mencret muncul.
Demam terus menerus, muncul mendadak, dan langsung tinggi. Riwayat kejang disangkal.
Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala mimisan atau gusi berdarah
disangkal. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada penyemprotan pada
hari hari terakhir. Keluhan nyeri telinga disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri
saat menelan disangkal, nyeri perut disangkal.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air yang berasal dari air sumur yang
telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air sumur yang sama. Botol susu
biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih.
 Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat asma
disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma disangkal
 Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
 Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat di bidan dan diberi obat penurun panas
 Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua disangkal
 Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu hamil
An. K pada usia 20 tahun. Ini adalah kehamilan pertama kalinya. Selama hamil ibu

3
tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya.
Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.
 Riwayat Kelahiran :
By.B lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di RSUD Cianjur.
Pasien merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan langsung
menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkdan lingkar kepala ibu
tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit
saat persalinan.
 Riwayat pemberian makanan :
- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak lahir
hingga sekarang.
- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.
 Riwayat perkembangan
- Motorik kasar :
 Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
 Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
 Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
- Motorik halus :
 Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
 Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
 Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
- DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
- Polio  (ditetes) sudah 3 kali
- Campak (di paha )

4
PEMERIKSAAN FISIK  
•     Keadaan Umum             : Tampak lemah, malas menetek
•     Kesadaran                       : Letargis
Tanda Vital
•        Suhu                : 37,6 oC
•        Nadi                : 156 x/menit
•        Pernapasan      : 52x/menit            
 
Status Antropometri
•        Panjang Badan  : 74 cm
•        Berat Badan             : 8 kg
•        LK                               : 45 cm
•        BB/U    = (8/9) x 100 %     = 88% (Gizi baik)
•        TB/U    =  (74/73) x 100%    = 101,3 % (Tinggi baik/normal)
•        BB/TB    =  (8/9.4) x 100%    = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik

Status Generalis
 Kepala
• Bentuk          : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
 Mata                : Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air
mata masih keluar (+)
  Hidung             : Sekret (-), darah (-) ,PCH (-)
 Telinga      : Sekret (-), serumen (-)
 Mulut             : Mukosa mulut kering (+), POC (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
 Thorax
• Pulmo
• Inspeksi     : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada bekas
luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi     : vocal fremitus sulit dinilai

5
• Perkusi     : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi     : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
•        Cor
•        Inspeksi     : Ictus cordis tidak tampak
•        Palpasi           : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula sinistra.
o Auskultasi     : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
•        Inspeksi      : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
•        Auskultasi      : Bising usus meningkat
•        Palpasi      : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun >2
detik
•        Perkusi      : Timpani pada keempat kuadran abdomen
 Ekstremitas :   
•        Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik 
 
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
 Hematologi Leukosit          : 8,1  .  103 µ/L
 Hemoglobin    : 11,5    gr/dl
 Hematokrit      : 24,7    gr%
 MCV               : 72,7    fl
 MCH               : 24,1    pg
 MCHC            : 33.1    g/dl
 Trombosit       : 266     ribu

6
I. Klarifikasi Istilah

II. Identifikasi Masalah


Gejala yang di alami :
 Mencret 10 x sejak 3 hari
 Muntah 4 x sejak 3 hari
 Demam
 Rewel dan terus menerus
 Kehausan
Pemeriksaan fisik di dapatkan :
 Bentuk ubun-ubun cekung
 Mata berbentuk cekung
 Mukosa mulut kering
 Tugor kulit menurun
 Bising usus meningkat
Pemeriksaan Laboratorium :
 Leukosit rendah
 Hematokrit rendah

III. Analisa Masalah


Berdasarkan gejala :
 Mencret dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Dan juga air yang
tidak bersih dapat menjadi pemicu mencret.
 Muntah dapat disebabkan oleh bakteri, dan juga makanan atau minuman yang di
konsumsi tidak bersih sehingga dapat menyebabkan muntah
 Demam umumnya terjadi sebagai reaksi dari sistem imun dalam melawan infeksi
yang ada di dalam tubuh.

7
 Rewel dan terus menangis di akibatkan karena rasa tidak nyaman akibat nyeri perut
dan juga demam yang di rasakan anak. Juga karena anak tersebut malas menyusui
juga dapat menjadi pemicu anak tersebut rewel
 Kehausan terjadi akibat dehidrasi karena anak tersebut mengalami mencret 10 x dan
juga muntah 4 x
Pemeriksaan fisik
 Merupakan tanda dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan elektrolit
 Mata cekung karena anak juga kekurangan cairan sehingga tampak anak lelah
 Dehidrasi yang di alami anak menyebabkan mukosa anak kering karena tidak
adanya cairan di dalam tubuh anak
 Turgor kulit juga karena kekurangan cairan berat
 Bising usus meningkat karena adanya gangguan saluran pencernaan pada anak yang
di tandai dengan anak muntah dan juga mencret. Karena adanya ketidakseimbangan
nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
Pemeriksaan Laboratorium
 Karena infeksi virus atau bakteri yang mengganggu kerja sumsum tulang dan
mempengaruhi jumlah sel darah putih.
 Hematokrit rendah karena dehidrasi, orang yang mengalami dehidrasi biasanya
hematokrit nya rendah. Dan juga kekurangan zat besi, asam folat, dan juga vitamin
B12 pada anak dapat menyebabkan hematokrit sang anak rendah.

8
IV. Kerangka Konsep

An. B 11 Bulan, perempuan

Pemeriksaan lab :
Status generalis :
1. Hematokrit rendah 1. Anak letargis, tampak
2. Leukosit rendah lemah, mata cekung,
3. Trombosit tinggi mukosa kering
2. Bising usus meningkat
3. Suhu 37,6

1. Mencret 10 x  Bentuk ubun-ubun  Leukosit rendah


2. Muntah 4 x cekung  Hematokrit rendah
3. Demam  Mata berbentuk
4. Rewel dan terus menerus cekung
5. Kehausan  Mukosa mulut
kering
 Tugor kulit
menurun

 Mencret dapat disebabkan oleh  Merupakan tanda  Karena infeksi virus


infeksi bakteri, virus atau parasit. dehidrasi akibat atau bakteri yang
Dan juga air yang tidak bersih dapat kehilangan banyak cairan mengganggu kerja
menjadi pemicu mencret. elektrolit sumsum tulang dan
 Muntah dapat disebabkan oleh  Mata cekung karena anak mempengaruhi jumlah
bakteri, dan juga makanan atau juga kekurangan cairan sel darah putih.
minuman yang di konsumsi tidak sehingga tampak anak  Hematokrit rendah
bersih sehingga dapat menyebabkan lelah karena dehidrasi,
muntah  Dehidrasi yang di alami orang yang mengalami
 Demam umumnya terjadi sebagai anak menyebabkan dehidrasi biasanya
reaksi dari sistem imun dalam mukosa anak kering hematokrit nya
melawan infeksi yang ada di dalam karena tidak adanya rendah. Dan juga
tubuh. cairan di dalam tubuh kekurangan zat besi,
 Rewel dan terus menangis di anak
akibatkan karena rasa tidak nyaman  Turgor kulit juga karena
akibat nyeri perut dan juga demam kekurangan cairan berat
yang di rasakan anak. Juga karena  Bising usus meningkat
anak tersebut malas menyusui juga karena adanya
gangguan saluran
DS:

1. Gastroenteritis akut ( GEA )

DD :
9
1. Diare akut
2. Kolitis
V. Learning Objective
1. Definisi Dari GEA
2. Apa yang harus segera anda lakukan untuk menilai keadaan anak tersebut  ?
3. Berdasarkan temuan yang ada, apakah diagnosis anak  tersebut?
4. Patofisiologi GEA
5. Kemungkinan etiologi apa yang Anda pikirkan pada kasus tersebut?
6. Klasifikasi GEA
7. Berdasarkan diagnosis tersebut apakah tata laksana pada pasien ini ?
8. Edukasi  selanjutnya apa yang harus dikerjakan ibu pada pasien ini?

10
VI. Pembahasan Learning Objective
1. Definisi Dari GEA
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011).
Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-
muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2009). Gastroenteristis akut
merupakan perwujudan infeksi campylobacter yang paling lazim, biasanya
disebabkan oleh C.jejuni , C.coli dan C.laridis, masa inkubasi adalah 1-7 hari, diare
terjadi dari cairan tinja encer atau tinja berdarah dan mengandung lendir (Berhman,
Kliegman, & Arvin, 2000).

2. Apa yang harus segera anda lakukan untuk menilai keadaan anak tersebut ?
Diagnosis gastroenteritis (diare) berdasarkan gejala klinik seharusnya sudah
memadai dan sudah cukup untuk kepentingan terapi. Hal ini karena diare yang
disebabkan oleh infeksi dan karena toleransi makanan mencakup sebagian besar
kasus diare. Namun demikian diagnosis tetap perlu diupayakan demi kepentingan
penelitian, pendidikan dan upaya pencegahan. Gambaran awal dimulai dengan bayi
atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan
karena bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus, dan area semakin lecet
karena sifat feses makin lama makin menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya
asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsopsi oleh
usus (Sodikin, 2011). Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi
empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%),
dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila
terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan
berat badan 10%).
Menurut Daldiyono (1990) langkah–langkah diagnosis gastroenteritis adalah
sebagai berikut:

11
a. Anamnesis, meliputi: umur, jenis kelamin, frekuensi diare, lamanya diare,
informasi tentang tinja maupun darah.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Laboratorium, meliputi: tinja, kultur tinja maupun darah dan serologi.
d. Endoskopi

3. Berdasarkan temuan yang ada, apakah diagnosis anak tersebut?


Berdasarkan pemicu perempuan an berusia 11 bulan di diagnosa menderita
gastroentritis akut karena pada anamnesis ditemukan keluhan utama yaitu berupa
mencret disertai muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret.
Muntah 4 x sejak 3 hari, Demam, Rewel dan nangis menerus dan Kehausan.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai:
•Bentuk ubun-ubun cekung
•Mata berbentuk cekung
•Mukosa mulut kering
•Tugor kulit menurun
•Bising usus meningkat
Untuk mengetahui penyebab pasti gastroentritis pada pasien dibutuhkan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium (analisa tinja, uji toleransi
laktosa (terkait produk olahan susu yang diberikan) dan lain-lain).

4. Patofisiologi GEA
Menurut Hidayat (2008), bahwa proses terjadinya gastroenteritis dapat
disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya pertama factor infeksi,
proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi

12
merupakan kegagalan yang dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah gastroenteritis. Ketiga, factor
makanan, ini dapat terjadi apabila toksik yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makananan yang kemudian menyebabkan
gastroenteritis. Keempat, factor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya penyerapan
makanan yang dapat mengakibatkan gastroenteritis.

5. Kemungkinan etiologi apa yang Anda pikirkan pada kasus tersebut?


Hampir sekitar 70%-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan. Secara
garis besar penyebab diare dikelompokkan menjadi penyebab langsung atau faktor-
faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Penyebab diare
akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi (secretory diarrhoea) dan diare
osmotis (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara
lain (Sodikin, 2011) :
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan
gizi/gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial budaya,
dan sosial ekonomi).
2. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan
sebagainya.
3. Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama
Candida).
Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan
kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.

6. Klasifikasi GEA
Jenis-jenis gastroenteritis Menurut Suratun & Lusianah jenis-jenis diare :

13
1. Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan :
a) Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan oleh enterotoksin
dan menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume yang besar tanpa lendir
dan darah. Keluhan abdomen jarang atau bahkan tidak sama sekali.
b) Gastroenteritis inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri dan
pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda
dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan
feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih dari 14
hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi gastroenteritis sekresi, gastroenteritis osmotrik, gastroenteritis
eksudatif, dan gangguan motilitas.
a) Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi
dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke
dalam lumen usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin
kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon
intestinal.
b) Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma
ke lumen usus sehingga terjadilah gastroenteritis.
c) Gastroenteritis eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau non infeksi atau akibat radiasi.
d) Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi
tirotoksin, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul
gastroenteritis ini.

14
7. Berdasarkan diagnosis tersebut apakah tata laksana pada pasien ini ?
Menurut kemenkes RI 2011, prinsip tatalaksana gastroenteritis pada balita adalah
Lintas Gastroenteritis (Lima Langkah Tuntaskan Gastroenteritis), yang di dukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-
satunya cara untuk mengatasi gastroenteritis tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan gastroenteritisdan mencegah anak
kekurangan gizi akibat gastroenteritis juga menjadi cara untuk mengobati
gastroenteritis. Adapun program lintas gastroenteritis yaitu : Rehidrasi menggunakan
oralit osmolalitas rendah, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, teruskan
pemberian minum dan makanan, antibiotic selektif, nasihat kepada orang
tua/pengasuh.
1. Rehidrasi oral
Gastroenteritis cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti kekurangan
cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Keuntungan dari
rehidrasi oral di Rumah Sakit pada gastroenteritis akut dapat menghemat cairan
intravena. Penggunaan cairan oral (oralit) yang diberikan mulai di rumah
mempunyai keuntungan, diantaranya gastroenteritis dapat dicegah secara dini dan
kunjungan ke pelayanan kesehatan akan berkurang. Keuntungan ditemukanya
cairan oral glukosa elektrolit (ORS) yang sederhana, efektif, dan murah. Cairan
ORS dapat diberikan secara menyeluruh terhadap penyakit gastroenteritis
(Departemen Kesehatan RI,2011).
2. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh, zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide synthase), dimana eksresi
enzim ini meningkat selama gastroenteritis dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian gastroenteritis (Kemenkes RI,
2011).

15
Pemberian zinc selama gastroenteritis terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan gastroenteritis, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian gastroenteritis pada 3
bulan berikutnya, berdasarkan bukti ini semua anak gastroenteritis harus diberi
zinc segera saat anak mengalami gastroenteritis, dosis pemberian zinc pada
balita :
a) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
b) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti, cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak gastroenteritis (Kemenkes RI,2011).
3. Pemberian dietetic dan meneruskan ASI
Makanan harus di teruskan bahkan ditingkatkan selama gastroenteritis
untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi, agar pemberian diet pada anak
dengan gastroenteritis akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan
faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka di perlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam
pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering (Ngastiyah,2014). Pemberian
ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, beri makanan yang
mengandung protein yang akan membantu dalam menyerap air dalam tubuh anak,
makanan yang mengandung protein seperti apel, kentang, pisang, dan wortel. Ibu
dapat mengolahnya menjadi sayur dengan tambahan bahan- bahan yang lain yang
disukai anak untuk membantu meningkatkan nafsu makan (Ngastiyah,2014).
4. Medikmentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk gastroenteritis berat dengan panas
(Ngastiyah,2014), kecuali pada :
a) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis.

16
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
c) Gastroenteritis persisten.
d) Obat-obatan anti gastroenteritis meliputi antimotilitas (missal loperamid,
difenoksilat, opium), adsorben (missal norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah
termasuk prometazin dan klorpromazin, tidak satu pun obat-obatan ini terbukti
mempunyai efek yang nyata untuk gastroenteritis akut dan beberapa
mempunyai efek yang membahayakan, obat-obatan ini tidak boleh diberikan
pada anak < 5 tahun.
5. Nasehat kepada orang tua/pengasuh
Menurut (kemenkes RI,2011) ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang :
a) Cara memberikan cairan dan obat dirumah.
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Gastroenteritis labih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum
sedikit, timbul demam, tinja berdarah.

8. Edukasi selanjutnya apa yang harus dikerjakan ibu pada pasien ini?
Edukasi yang dilakukan dokter cukup efektif dengan memberikan gambaran
umum mengeni penyakit diare dan bagaimana cara mananganinya terutama bila
terjadi pada bayi. Dokter mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasiennya dan
bisa menempatkan diri serta memilah bahasa yang sekiranya mudah dipahami oleh
para pasien.
Dalam kasus diare pada bayi, hal yang sangat ditekankan adalah aspek kebersihan
yang harus bisa dijaga oleh ibu bayi. Hal ini sangat berpengaruh ketika ibu bayi
berinteraksi dengan bayinya, mulai dari menyusui, memandikan hingga hal lainnya
yang semestinya dilakukan pada bayi. Pemberian ASI eksklusif menjadi alternatif
utama untuk menangani diare pada bayi. Disamping kandungan ASI yang dapat
menambah sistem kekebalan tubuh bayi, sistem pencernaan bayi pun belum berfungsi
sepenuhnya untuk mencerna asupan luar seperti halnya susu formula. Namun semua
itu tidak menyampingkan aspek kebersihan, baik ibunya ataupun lingkungan
sekitarnya yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi.

17
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pemicu perempuan an berusia 11 bulan di diagnosa menderita
gastroentritis akut karena pada anamnesis ditemukan keluhan utama yaitu berupa mencret
disertai muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Muntah 4 x sejak
3 hari, Demam, Rewel dan nangis menerus dan Kehausan. Kemudian untuk
penatalaksanaan OS bisa diberikan Rehidrasi oral untuk menggantikan cairan dan
elektrolit yang kurang, memberikan zinc untuk mengurangi frekuensi BAB, memberikan
obat-obatan yang antimotilitas (missal loperamid, difenoksilat, opium), adsorben (missal
norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Dan tak
lupa memberikan edukasi kepada orang tua atau pengasuh. Kemudian untuk pemeriksaan
lebih lanjut OS sebaiknya melakukan Pemeriksaan darah dan Elektrolit dan Pemeriksaan
Feses.

18
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Robert M, Kliegman, Ann M.Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Volume 3 Edisi 15 . Jakarta: EGC.

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC.

Daldiyono. 1990. Gastroenteritis Hepatologi (Diare). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Kemenkes RI. 2011. In Buku Saku Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare).
Jakarta: Kemenkes RI.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan


Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

19
20

Anda mungkin juga menyukai