Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PSIKIATRI FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Disusun Oleh:
Putri Andini Sahatna Hutagalung 219210023
Grup Tutor A3

Diketahui Oleh:

Fasilitator

dr. Ivonne R.V.O. Situmeang, M.Kes, M.Pd-Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil laporan
tutorial blok Psikiatri Forensik dan Medikolegal ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Psikiatri Forensik dan Medikolegal ini, penulis
menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa
adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok
Psikiatri Forensik dan Medikolegal ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Ivonne R.V.O. Situmeang, M.Kes, M.Pd-Ked Selaku dosen atas segala masukkan,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
balasan dari Tuhan, serta laporan tutorial blok Psikiatri Forensik dan Medikolegal ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, 27 Januari 2022


Penulis

Putri Andini Sahatna Hutagalung

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... 1


Daftar Isi ................................................................................................................... 2
Pemicu ..................................................................................................................... 3
I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 3
II. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3
III. Analisa Masalah .......................................................................................... 4
IV. Kerangka Konsep ........................................................................................ 5
V. Learning Objective ..................................................................................... 6
VI. Pembahasan ................................................................................................. 6
VII. Kesimpulan .................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 21

2
PEMICU

Sejak 2 bulan yang lalu Tn. Adam, 35 tahun sering marah-marah dirumah pada istri dan anaknya,
hingga membanting barang-barang, serta menuduh istrinya ingin meracuninya. Saat ini ia pun
sering tidak mau mandi dan berganti pakaian dan sudah tidak mau lagi pergi ke pasar, tempat
selama ini ia berjualan, karena menurutnya ada orang-orang jahat yang ingin membunuhnya

Sejak satu tahun terakhir ini, istrinya sering memergokinya tengah bicara sendiri di kamar, dan
belakangan ini semakin sering. Sebelumnya Tn.Adam memang sering berprasangka buruk
terhadap orang lain dan mudah curiga, namun tidak pernah sampai menuduh istrinya sendiri
ingin membunuhnya, ia juga orang yang suka menyendiri. Tidak ada keluarga menderita
penyakit serupa.

Dari hasil pemeriksaan psikiatri di dapatkan : tought of echo, waham kejar, halusinasi auditorial.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. tought of echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda.
2. waham kejar : kepercayaan bahwa dirinya akan dilukai atau digagalkan tindakannya
3. halusinasi auditorial :
- suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku
- jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. sering marah-marah, tidak mau mandi dan berkerja serta menuduh istrinya ingin
meracuninya. Dan merasa ada orang jahat yang ingin membunuhnya
2. Sering berbicara sendiri di kamar
3. suka menyendiri

3
III. ANALISA MASALAH
1. sering marah-marah, tidak mau mandi dan berkerja serta menuduh istrinya ingin
meracuninya. Dan merasa ada orang jahat yang ingin membunuhnya
- kebiasaan berprasangka buruk pada orang orang sekitar dan mudah curiga
sehingga menimbulkan suatu waham dimana orang ingin menyakitnya
- adanya peningkatan aktivitas dopamine, dimana dopamine terlibat dalam
pergerakan, kognisi , apek dan neuronendokrin
- tingginya tingkat stress sehingga memepengaruhi perkembangan emosional
2. Sering berbicara sendiri di kamar
- Adanya gangguan psikologis yang memepengaruhi perasaan membuat kehilangan
minat untuk bersosialisasi sehingga membuat nya berbicara sendiri
- Persepsi yang salah terhadap pendengaran yang tidak nyata sehingga pasien
berkomunikasi dengan persepsi yang salah tersebut
- Gangguan pada regio korteks frontal menyebabkan gejala sebagai defisit pada
memori persepsi dan atensi
3. suka menyendiri
- Adanya gangguan psikologis yang memepengaruhi perasaan membuat kehilangan
minat untuk bersosialisasi
- Adanya perasaan terancam terhadap orang orang disekitar nya

4
IV. KERANGKA KONSEP

Pasien Tn.
Adam, 35 tahun

Anamnesis

sering marah-marah, tidak mau


mandi dan berkerja serta menuduh Sering berbicara sendiri di
suka menyendiri
istrinya ingin meracuninya. Dan kamar
merasa ada orang jahat yang ingin
membunuhnya

- Adanya gangguan psikologis yang - Adanya gangguan psikologis


- kebiasaan berprasangka buruk
memepengaruhi perasaan membuat yang memepengaruhi perasaan
pada orang orang sekitar dan
kehilangan minat untuk membuat kehilangan minat
mudah curiga sehingga
bersosialisasi sehingga membuat untuk bersosialisasi sehingga
menimbulkan suatu waham
nya berbicara sendiri membuat nya berbicara sendiri
dimana orang ingin menyakitnya
- Persepsi yang salah terhadap - Persepsi yang salah terhadap
- adanya peningkatan aktivitas
pendengaran yang tidak nyata pendengaran yang tidak nyata
dopamine, dimana dopamine
sehingga pasien berkomunikasi sehingga pasien
terlibat dalam pergerakan,
dengan persepsi yang salah berkomunikasi dengan
kognitif, apek dan neuron
tersebut persepsi yang salah tersebut
endokrin
- Gangguan pada regio korteks frontal - Gangguan pada regio korteks
- tingginya tingkat stress sehingga
menyebabkan gejala sebagai defisit frontal menyebabkan gejala
memepengaruhi perkembangan
pada memori persepsi dan atensi sebagai defisit pada memori
emosional
persepsi dan atensi

pemeriksaan psikiatri di
1. Skizofrenia
dapatkan : tought of echo,
2. Psikosis
waham kejar, halusinasi
5 Gangguan kepribadian paranoid
3.
auditorial
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan apa tought of echo, waham kejar , halusinasi audotoria
2. Menjelaskan defenisi , manifestasi dan pemeriksaan penunjang diagnose
banding
3. Menjelaskan etiologi skizofrenia
4. Menjelaskan epidimiologi skizofrenia
5. Menjelaskan cara membuat anamnesis yang mengarah ke skizofrenia
6. Menjelaskan kriteria diagnosis skizofrenia menurut pppdgj-3
7. Menjelaskan klasifikasi skizofrenia dan tipe-tipe nya , pada skenario skizofrenia
tipe apa ?
8. Menjelaskan penatalaksaan skizofrenia
9. Menjelaskan pencegahan , komplikasi dan prognosis skizofrenia

6
VI. PEMBAHASAN
1. Menjelaskan apa tought of echo, waham kejar , halusinasi audotoria
 Tought of echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama namun kualitasnya berbeda
 Waham kejar : kepercayaan bahwa dirinya akan dilukai atau digagalkan
tindakannya
 Halusinasi auditorial :
- suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku
- jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
2. Menjelaskan defenisi , manifestasi dan pemeriksaan penunjang diagnose
banding
SKIZOFRENIA
Definisi : Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi),
efek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak)
serta mengalami kesukaran melakukan aktifitas sehari-hari (Keliat Anna et al.,
2011).
Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut :
1) Gejala positif
 Waham : adalah keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan
kenyataan, dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang (waham
kejar, yaitu percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang;
waham curiga, yaitu rasa curiga yang berlebihan; waham
kebesaran, yaitu kepercayaan bahwa dirinya adalah orang penting).
 Halusinasi : adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada
stimulus eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penciuman, dan perabaan).
 Perubahan arus pikir : (1) Arus pikir terputus: dalam pembicaraan
tiba-tiba tidak dapat melanjutkan isi pembicaraan. (2) Inkoheren:

7
berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara kacau). (3)
Neologisme: menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh
diri sendiri, tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.
2) Gejala Negatif
 Sikap merasa bodoh (apatis)
 Pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking)
 Menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial)
 Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari

Pemeriksaan : Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, Tekanan


Darah, Pemeriksaan laboratorium, Darah Tepi Lengkap, fungsi liver, profil lipid,
fungsi ginjal, glukosa sewaktu.

PSIKOSIS

Definisi : Psikosis adalah kondisi ketika penderitanya mengalami kesulitan dalam


membedakan kenyataan dan imajinasi. Kondisi ini ditandai dengan munculnya
halusinasi dan waham (delusi).

Gejala : Selain delusi dan halusinasi, gejala lain yang dapat muncul ketika
seseorang mengalami psikosis meliputi:

 Bicara melantur dan tidak sesuai topik


 Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
 Gangguan suasana hati, seperti depresi atau mania
 Kebingungan
 Gangguan tidur
 Kehilangan nafsu makan
 Kehilangan semangat
 Gangguan konsentrasi
 Gelisah Keinginan untuk bunuh diri

Pemeriksaan : Tes darah, untuk mengetahui apakah gejala pada pasien


disebabkan oleh kecanduan alkohol atau penggunaan obat-obatan terlarang,

8
Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk melihat
kemungkinan adanya penyakit di otak.

GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID


Definisi : Individu yang memiliki kepribadian paranoid dalam DSM – IV ditandai
dengan ketidakpercayaan terhadap oranglain dan menganggap oranglain memiliki
motif tersembunyi dan ditafsirkan sebagai orang yang jahat.
Gejala : Orang yang mengalami gangguan kepribadian paranoid memiliki gejala
seperti, cenderung menyalahkan orang lain tanpa dasar, ragu akan kepercayaan
terhadap orang lain, memiliki sifat pendendam, dan masih banyak lagi.
Pemeriksaan : Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, Tekanan
Darah, Pemeriksaan laboratorium, Darah Tepi Lengkap, fungsi liver, profil lipid,
fungsi ginjal, glukosa sewaktu.
3. Menjelaskan etiologi skizofrenia
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyebab yang tunggal, tetapi dari
berbagai faktor. Sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa skizofrenia adalah
penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik, ketidakseimbangan
kimiawi di otak, abnormalitas struktur otak, atau abnormalitas dalam lingkungan
prenatal. Berbagai peristiwa stress dalam hidup dapat memberikan kontribusi
pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki predisposisi
pada penyakit ini (Sertiadi, 2006).
Keturunan dapat dipastikan menjadi faktor yang menentukan timbulnya
skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita
skizofrenia dan terutama pada anak-anak kembar satu sel telur (Maramis, 2004).
4. Menjelaskan epidimiologi skizofrenia
Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
populasi dunia secara global. Data epidemiologis sejak dua dekade yang lalu
menyebutkan perkiraan kejadian skizofrenia adalah 1-2 permil populasi, namun
penelitian WHO sekarang menampilkan bahwa angka ini sudah meningkat
menjadi 1-3% populasi umum. Efek kepadatan penduduk sejalan dengan
pengamatan pravelensi skizofrenia. Kota dengan lebih dari 1 juta orang penduduk
memiliki tingkat kejadian skizofrenia yang lebih tinggi daripada kota dengan

9
penduduk 100.000-500.000. Pengamatan ni meyatakan bahwa stressor sosial di
suasana perkotaan mempengaruhi timbulnya skizofrenia pada orang yang berisiko
(Sadock, et al., 2015).
5. Menjelaskan cara membuat anamnesis yang mengarah ke skizofrenia
Riwayat Psikiatri
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama : Apa alasan pasien datang ke psikiater, lebih disukai
sesuai dengan kata-kata pasien. Jika informasi itu bukan dari pasien, catat
siapa yang menyampaikan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Latar belakang kronologis dan
perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai mencapai puncaknya
sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu
muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu
mempengaruhi aktivitas dan hubungan personalnya – perubahan
kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang lain, cara
berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian,
konsentrasi, daya ingat, bicara ; gejala psikofisiologik – sifat dan rincian
disfungsi, nyeri – lokasi, intensitas, fluktuasi, tingkat kecemasan – umum
dan tidak spesifik (free foating), atau spesifik berhubungan dengan situasi,
aktivitas atau objek tertentu ; bagaimana dia menangani kecemasannya –
menghindar, pengulangan situasi ketakutan, menggunakan obat-obatan
atau aktivitas-aktivitas lain yang meringankan
d. Riwayat Penyakit Dahulu / Sebelumnya :
 Gangguan mental atau emosi : tingkat ketidakmampuan, tipe
pengobatan, nama rumah sakit tempat perawatan, lama sakit,
pengaruh pengobatan.
 Gangguan psikosomatik : hay fever, colitis, arthritis, rheumatoid
arthritis, allergi, pilek yang berulang-ulang, dan gangguan kulit.
 Gangguan Medis : mengikutipemeriksaan system yang biasa –
penyakit hubungan seksual, penyalahgunaan alcohol dan zat
psikoaktif lain, keadaan yang beresiko HIV/AIDS.

10
 Gangguan Neurologis – sakit kepala, trauma kranioserebral,
kehilangan kesadaran, kejang atau tumor.
e. Riwayat Pribadi : Riwayat kehidupan pasien mulai dari bayi sampai saat
sekarang secara luas yang dapat diingat kembali, kekosongan riwayat
secara spontan berhubungan dengan pasien, emosi, berhubungan dengan
periode kehidupan (penuh kenyerian, stress, dan konflik) atau dengan
phase siklus kehidupan.
1) Masa Kanak-kanak Awal (0 – 3 tahun) :
 Riwayat Prenatal, kehamilan dan persalinan ibu pasien : Lama
kehamilan, spontanitas dan normalitas kelahiran, trauma
kelahiran, apakah pasien anak yang direncanakan, diharapkan,
atau tidak dikehendaki.
 Kebiasaan Makan : minum asi, susu botol, dan problem makan.
 Perkembangan Dini : kehilangan ibu, perkembangan bahasa,
perkembangan motorik, tanda-tanda kebutuhan tak terpenuhi,
pola tidur, cemas perpisahan, cemas keterasingan.
 Toilet training : usia, sikap orangtua, perasaan terhadap hal
tersebut
 Gejala dan masalah perilaku : mengisap ibu jari, temper
tantrum (mengadat), tic, membenturkan kepala, memanjat,
terror malam, tidur di air atau tidur di tanah, menggigit kuku,
masturbasi.
 Kepribadian dan temperamen sebagai anak-anak.: pemalu, tak
dapat tenang, overeactive, menarik diri, rajin belajar,
meninggalkan tugas, malu-malu, olah ragawan, pola bermain
bersahabat, bereaksi terhadap saudara kandung.
2) Masa Kanak-kanak Pertengahan (3 – 11 tahun) : Riwayat awal masuk
sekolah, penyesuaian dini, identifikasi jenis kelamin, perkembangan
kesadaran, penghukuman, hubungan sosial, sikap terhadap saudara
kandung dan teman sepermainan.
3) Masa Kanak-kanak Akhir (pubertas sampai remaja) :

11
 Hubungan dengan rekan sebaya : Jumlah dan keakraban
dengan temantemannya, sebagai pemimpin atau pengikut,
popularitas social, partisipasi dalam aktivitas kelompok atau
geng, gambaran idealisme, pola agrsivitas, pasivitas,
kecemasan, atau perilaku antisocial.
 Riwayat sekolah : seberapa jauh pasien pergi, penyesuaian
terhadap sekolah, hubungan dengan guru – kesayangan guru
atau penentang guru – pelajaran favorit atau yang diminati,
kemampuan atau bakat khusus yang dimiliki, aktivitas
ekstrakulikuler, olah raga, hobbi, hubungan dari masalah-
masalah dan gejala-gejala dengan setiap periode sekolah.
 Perkembangan motorik dan kognitif : Belajar membaca,
ketrampilan intelegensi dan motorik yang lain, disfungsi otak
minimal, kesulitan belajar – pengelolaan dan pengaruhnya pada
anak.
 Masalah khusus emosi dan fisik : mimpi buruk, fobia,
masturbasi, ngompol, melarikan diri, kenakalan, merokok,
menggunakan alcohol dan obat-obatan, masalah berat badan,
rendah diri.
 Riwayat perkembangan psikoseksual (a) Keingin tahuan dini,
masturbasi infantile, permainan seks. (b) Pengetahuan seksual
yang diperoleh, sikap orang tua terhadap seks, penyalah gunaan
seks (c) Onset pubertas, perasaan terhadap pubertas, perasaan
mengenai menstruasi, perkembangan kharakteristik sekunder,
(d) Aktivitas seksual remaja, berjejal-jejalan, pesta, kencan,
bercumbu rayu, masturbasi, mimpi basah, dan sikap terhadap
hal tsb. (e) Sikap terhadap sesama dan lawan seks, malu-malu,
pemalu, agresif, mengesankan, seductif, penaklukan seksual,
kecemasan. (f) Praktek seksual : masalah-masalah seksual,
homoseksual, heteroseksual, parafilia, promisquitas.

12
 Latar belakang Keagamaan : kaku, liberal, campuran,
(kemungkinan konflik), berhubungan dengan praktek
keagamaan yang sekarang.
4) Masa Dewasa
 Riwayat Pekerjaan : pemilihan pekerjaan, pelatihan, ambisi,
konflik, hubungan dengan pimpinan, kelompok sebaya,
subkoordinat, banyaknya tugas dan lamanya, perubahan dalam
status pekerjaan, dan perasaan terhadap hal tersebut.
 Aktivitas social : apakah pasien mempunyai teman atau tidak,
apakah menarik diri atau bersosialisasi dengan baik,
intelektual, kesenangan fisik, hubungan dengan sesame jenis
dan berlawanan jenis, lamanya, qualitas hubungan dengan
manusia.
 Seksualitas dewasa. : (a) Hubungan seksual sebelum nikah,
umur saat hubungan seksual pertama, orientasi seksual (b)
Riwayat perkawinan, perkawinan secara adapt, perkawinan
legal, masa kenal-mengenal, peran masing-masing pasangan,
keluarga berencana dan kontrasepsi, nama dan usia anak-anak,
sikap terhadap anak angkat, masalah setiap anggota keluarga,
kesulitan perumahan jika ini penting bagi perawinan,
penyesuaian seksual, skandal diluar perkawinan, area
persetujuan dan ketidak setujuan, pengelolaan uang dan peran
ipar. (c) Gejala-gejala seksual : Anorgasmik, impotensia,
ejakulasi dini, kurang hasrat seksual. (d) Sikap terhadap
kehamilan dan memiliki anak : praktek kontrasepsi dan
perasaan terhadap kontrasepsi. (e) Praktek-praktek
seksual :parafilia seperti sadisme, fetishisme, voyerisme, sikap
terhadap fellatio, cunnilingus, tehnik coitus. Dan frekwensinya.
 Riwayat Militer ; penyesuaian umum, peperangan, cedera, tipe
pemberhentian, status veteran.

13
 System nilai yang dianut : apakah anak-anak terlihat
menyusahkan atau menyenangkan, apakah pekerjaan tanpa
lebih penting, sesuatu yang dapat dielakkan atau suatu
tantangan, sikap terhadap keyakinan agama , surga dan neraka.
5) Riwayat Keluarga : Dapatkan dari pasien dan dari orang lain, karena
deskripsi yang sungguh berbeda dari orang yang sama dan peristiwa,
suku, kebangsaan, dan tradisi keagamaan, orang lain di dalam rumah,
deskripsikan mereka – kepribadian dan intelegensi, dan apa yang telah
terjadi pada mereka sejak pasien kanak-kanak, deskripsikan perbedaan
orang-orang yang tinggal didalam rumah tangga tsb; hubungan pasien
dengan orang-orang yang ada didalam keluarga ; peranan penyakit
dalam keluarga ; riwayat keluarga dengan gangguan mental ; dimana
pasien tinggal–lingkungan dan tempat tinggal khusus bagi pasien ;
adalah rumah penuh sesak, pribadi anggota kelurga dari setiap orang
atau keluarga yang lain; sumber pendapatan keluarga dan kesulitan
mendapatkannya; bantuan masyarakat (jika ada) dan sikapnya
mengenai hal tsb; akankah pasien kehilangan pekerjaan atau tempat
tinggal dengan tetap tinggal di rumah sakit; siapa yang menjaga anak-
anak.
6) Situasi Saat Ini :
 Keadaan lingkungan perumahan atau tempat tinggal
 Keadaan sosial ekonomi
 Pekerjaan
6. Menjelaskan kriteria diagnosis skizofrenia menurut pppdgj-3
a. Pikiran bergema (thought echo), penarikan pikiran atau penyisipan
(thought withdrawal atau thought insertion), dan penyiaran pikiran
(thought broadcasting).
b. Waham dikendalikan (delusionofbeingcontrol), waham dipengaruhi
(delusionofbeing influenced), atau “passivity”, yang jelas merujuk pada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan
atau perasaan (sensations) khusus; waham persepsi.

14
c. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau
sekelompok orang yang sedang mendiskusikan pasien, atau bentuk
halusinasi suara lainnya yang datang dari beberapa bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap
tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super”
(tidak sesuai dengan budaya dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk
akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan makhluk asing yang datang
dari planit lain).
e. Halusinasi yang menetap pada berbagai modalitas, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide
berlebihan (overvaluedideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama bermingguminggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoheren atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativism, mutisme,
dan stupor.
h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang
terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
i. Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.

15
Pedoman Diagnostik :

a. Minimal satu gejala yang jelas (dua atau lebih, bila gejala kurang jelas)
yang tercatat pada kelompok a sampai d diatas, atau paling sedikit dua
gejala dari kelompok e sampai h, yang harus ada dengan jelas selama
kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi
persyaratan pada gejala tersebut tetapi lamanya kurang dari satu bulan
(baik diobati atau tidak) harus didiagnosis sebagai gangguan psikotik lir
skizofrenia akut.
b. Secara retrospektif, mungkin terdapat fase prodromal dengan gejala-gejala
dan perilaku kehilangan minat dalam bekerja, adalam aktivitas (pergaulan)
sosial, penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri, bersama
dengan kecemasan yang menyeluruh serta depresi dan preokupasi yang
berderajat ringan, mendahului onset gejala-gejala psikotik selama
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Karena sulitnya menentukan
onset, kriteria lamanya 1 bulan berlaku hanya untuk gejala-gejala khas
tersebut di atas dan tidalk berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal.
c. Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila terdapat secara luas
gejala-gejala depresif atau manic kecuali bila memang jelas, bahwa gejala-
gejala skizofrenia itu mendahului gangguan afektif tersebut.
d. Skizofrenia tidak dapat didiagnosis bila terdapat penyakit otak yang nyata,
atau dalam keadaan intoksikasi atau putus zat.
7. Menjelaskan klasifikasi skizofrenia dan tipe-tipe nya , pada scenario
skizofrenia tipe apa?
Skizofrenia diklasifikasikan (Katona et al., 2012) :
 Skizofrenia Paranoid Merupakan skizofrenia paling umum, dimana
waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat.
 Skizofrenia Katatonik Gangguan psikomotor yang terlihat menonjol
sehingga seringkali muncul bergantian antara imobilitas motorik
(contohnya stupor) dan aktivitas berlebihan (kegembiraan), menirukan
pembicaraan, serta menirukan gerakan. Biasanya lebih jarang ditemui.

16
 Skizofrenia Hebefrenik (Tak Terorganisasi) Onsetnya dini dan memiliki
progress yang buruk. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak
dapat ditebak, mood yang tidak stabil, dan efek tidak wajar.
 Skizofrenia Residual (Kronis) Akibat adanya penyakit skizofrenia
sebelumnya, namun ada penyakit sekarang yang didominasi gejala negatif
dan seringkali kognitif.
 Skizofrenia Tak Terinci (Simpleks) Tidak umum dijumpai. Gejala negatif
berkembang tanpa didahului gejala psikotik yang jelas.
Menurut Yosep, (2011) tipe skizofrenia diantaranya :
 Delusi (Delusions)
 Halusinasi (Hallucinations)
 Gangguan Pikiran ( Incoherence)
 Perilaku Hiperaktif (Catatonic os hyperactive behavior)
 Ekspresi wajah yang datar (flat affect)
8. Menjelaskan penatalaksaan skizofrenia
Tujuan utama dari penatalaksanaan skizofrenia adalah mengembalikan fungsi
normal klien dan mencegah kekambuhannya. Belum ada pengobatan yang
spesifik dalam masing-masing subtipe skizofrenia (Prabowo, 2014). Menurut
Maramis (2006) penatalaksanaan skizofrenia adalah :
A. Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi farmakologi klien
skizofrenia adalah golongan obat antipsikotik. Penggunaan obat
antipsikotik digunakan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan obat
antipsikotik berfungsi untuk terapi pemeliharaan, pencegah kekambuhan,
dan mengurangi gejala yang timbul pada orang dengan skizofrenia
(Prabowo, 2014).
Obat antispikotik terdiri dari dua golongan yaitu Antipsikotik
Tipikal merupakan antipsikotik generasi lama yang mempunyai aksi
mengeblok reseptor dopamin. Anti psikotik inilebih efektif untuk
mengatasi gejala positif yang muncul padaklien skizofrenia. Antipsikotik
Atipikal merupakan antipsikotik generasi baru yang muncul pada tahun

17
1990-an. Aksi obat ini adalah mengeblok reseptor dopamin yang rendah.
Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama dalam terapi skizofrenia.
Antipsikotik atipikal efektif dalam mengatasi gejala positif maupun
negatif yang muncul pada orang dengan skizofrenia.
Menurut Ikawati (2011) pengobatan dan pemulihan skizofrenia
terdiri dari beberapa tahap pengobatan dan pemulihan, yaitu :
 Terapi fase akut, klien menunjukkan gejala psikotik yang jelas
dengan ditandai gejala positif dan negatif. Pengobatan pada fase ini
bertujuan mengendalikan gejala psikotik yang muncul padaorang
dengan skizofrenia. Pemberian obat pada fase akutdiberikan dalam
waktu enam minggu.
 Terapi fase stabilisasi, klien mengalami gejala psikotik dengan
intensitas ringan. Pada fase ini klien mempunyai kemungkinan
besar untuk kambuh sehingga dibutuhkan pengobatan rutin menuju
tahap pemulihan.
 Terapi fase pemeliharaan diberikan dalam jangka waktu panjang
dengan tujuan dapat mempertahankan kesembuhan klien,
mengontrol gejala, mengurangi resiko kekambuhan, mengurangi
durasi rawat inap, dan mengajarkan ketrampilan untuk hidup
mandiri. Terapi pada fase ini dapat berupa pemberian obat-obatan
antipsikotik, konseling keluarga, dan rehabilitasi.
B. Terapi Non Farmakologi Menurut Hawari (2006) terapi non farmakologi
yang diberikan padaklien dengan skizofrenia antara lain
Pendekatan psikososial Pendekatan psikososial bertujuan memberikan
dukungan emosional kepada klien sehingga klien mampu meningkatkan
fungsi sosial dan pekerjaannya dengan maksimal. Menurut Prabowo
(2014) pendekatan psikososial yang dapat diberikan pada klien skizofrenia
dapat berupa :
- Psikoterapi suportif Psikoterpi suportif merupakan salah
satu bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan
semangat dan motivasi agar penderita skizofrenia tidak

18
merasa putus asa dan mempunyai semangat juang dalam
menghadapi hidup (Prabowo, 2014). Pada klien skizofrenia
perlu adanya dorongan berjuang untukpulih dan mampu
mencegah adanya kekambuhan.
- Psikoterapi re-edukatif Bentuk terapi ini dimaksudkan
memberi pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan
lama dengan yang baru sehingga penderita skizofrenia
lebih adaptif terhadap dunia luar (Prabowo, 2014).
- Psikoterapi rekonstruksi Psikoterapi rekontruksi bertujuan
memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami
perubahan disebabkan adanya stresor yang klien tidak
mampu menghadapinya (Ikawati,2011).
- Psikoterapi kognitif Psikoterapi kognitif merupakan terapi
pemulihan fungsi kognitif sehingga penderita skizofrenia
mampu membedakan nilai-nilai sosial etika.
9. Menjelaskan pencegahan , komplikasi dan prognosis skizofrenia
a. Pencegahan
Pencegahan skizofrenia adalah dengan mendeteksi dan mengobatinya
sejak dini sehingga perburukan dan kekambuhan penyakit ini dapat
dicegah. Dengan begitu, kualitas hidup penderita pun akan membaik.
b. Komplikasi
Skizofrenia yang tidak tertangani dapat memicu komplikasi serius, seperti:
Percobaan bunuh diri, Depresi, Obsessive-compulsive disorder (OCD),
Perilaku melukai diri sendiri, Kecanduan alcohol, Penyalahgunaan
NAPZA, Perilaku agresif atau gaduh gelisah, Penderita skizofrenia juga
dapat bermasalah dalam hubungan dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya.
c. Prognosis
Maramis & Maramis (2009) menyebutkan bahwa 1/3 dari pasien
skizofrenia yang datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan
pertama akan sembuh sama sekali (full remission/recovery), 1/3 yang lain

19
dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit
dan masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya dan sisanya
biasanya, mereka tidak dapat berfungsi didalam masyarakat dan menuju
kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah
sakit jiwa. Pasien yang menghentikan pengobatan disebutkan 60-70%
akan mengalami kekambuhan dalam satu tahun, dan 85% dalam 2 tahun,
30 dibandingkan dengan pasien yang tetap aktif melaksanakan pengobatan
yaitu 10-30% (Puri, et al., 2014).

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pemicu pasien Tn. Adam, 35 tahun didiagnosa skizofrenia tipe paranoid.
Penegakan diagnosa berdasarkan PPDGJI-III dimana pasien didapati adanya gejala khas
skizofrenia paranoid yaitu waham dan halusinasi yang menonjol. Pasien ditatalaksana
dengan farmakoterapi berupa antipsikotik dan psikoterapi berupa terapi kognitif perilaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cancro R, Lehmann HE. Schizophrenia: Clinical features. Dalam: Kaplan dan Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott
Williams dan Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1169-1198

Marder SR. Schizophrenia: Somatic treatment Dalam: Kaplan dan Sadock’s


Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott
Williams dan Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1199-1231

PDSKJI, Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia, 2011

file:///C:/Users/USER/Downloads/3.%20BAB%202.pdf ,

file:///C:/Users/USER/Downloads/933402311_bab%202.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5644/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

21

Anda mungkin juga menyukai