Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI


DI UPT RSBL BINA LARAS PASURUAN

Oleh kelompok 2 :
1. Eris Fathur Rohman 202303101096
2. Rovika Dwi S. 202303101064
3. Azzhara Nanda W. 202303101048
4.Dhita Wijayanti 202303101023
5. Nabella Alfiatu Zuhro 202303101091
6. Erdiani Eftaria Pranata 202303101121
7. Risma Wiyanda 202303101103

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

2022

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan Pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

..................................................... ..................................................
NIP. NIP.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti
dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat
menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,
hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin
jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah
satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan
persepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan,perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik
dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi
dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas
Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong
dalam hal sosialisasinya dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang
mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari
halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain.

1.2 TUJUAN
Tujuan umum:
Klien dapat mengenal haluinasi yang dialaminya, mengontrol
halusinasinya, dan mengikuti program pengobatan secara optimal.

Tujuan khusus:
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1. Definisi Halusinasi


Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of
Mental Health Nursing, 1987).
2.2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama
suara–suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan
atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang
terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang, dan dimensia
d. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
2.3. Tanda dan Gejala
1) Bicara, senyum, tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup
(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
3) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
6) Sikap curiga dan saling bermusuhan.
7) Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
8) Menarik diri menghindar dari orang lain.
9) Sulit membuat keputusan.
10) Ketakutan.
11) Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
12) Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13) Menyalahkan diri atau orang lain.
14) Muka marah kadang pucat.
15) Ekspresi wajah tegang.
16) Tekanan darah meningkat.
17) Nafas terengah-engah.
18) Nadi cepat.
19) Banyak keringat.
2.4. Tahapan Halusinasi, Karakteristik, dan Perilaku Yang Ditampilkan
Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum,
halusinasi merupakan suatu:
1. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan,kesenangan.
2. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansieta.
3. Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran,
nonpsikotik.
4. Tersenyum, tertawa sendiri
5. Menggerakkan bibir tanpa suara
6. Pergerakkan mata yang cepat
7. Respon verbal yang lambat
8. Diam dan berkonsentrasi

Tahap II
1. Menyalahkan
2. Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
perasaan antipasti.
3. Pengalaman sensori menakutkan
4. Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
5. Mulai merasa kehilangan kontrol
6. Menarik diri dari orang lain nonpsikotik.
7. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
8. Perhatian dengan lingkungan berkuran
9. Konsentrasi terhadap penga-laman sensori kerja
10. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas 

Tahap III 
1. Mengontrol
2. Tingkat kecemasan berat
3. Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi
4. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi).
5. Isi halusinasi menjadi atraktif.
6. Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik.
7. Perintah halusinasi ditaati.
8. Sulit berhubungan dengan orang lain.
9. Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik.
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
berkeringat

Tahap IV
1. Klien sudah dikuasai oleh Halusinasi.
2. Klien panik. Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu
tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
3. Perilaku panik.
4. Resiko tinggi mencederai.
5. Agitasi atau kataton.
6. Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas
mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman
dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
dibagi dalam 2 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
BAB III
PENGORGANISIAN

3.1. Persiapan
3.1.1. Persiapan Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
c. Klien halusinasi yang sudah kooperatif.
d. Klien dalam kondisi fisik yang baik dan sehat.
e. Klien mau mengikuti aktifitas.
2. Proses seleksi
a) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
Paturan main dalam kelompok
3. Proses Seleksi
a. Gejala yang sama
b. Jenis kelamin yang sama
4. Jumlah Peserta
4-5 orang
5. Nama Peserta
1. Sdr.
2. Sdr.
3. Sdr.
4. Sdr.
5. Sdr.
3.1.2. Persiapan Terapis
1) Melakukan rapat kecil sebelum pelaksanaan.
2) Menentukan siapa-siapa yang akan menjadi leader, co-leader,
fasilitator, observer.
3) Satu jam sebelum pelaksanaan melakukan role play dengan teman-
teman disertai pembimbing ruangan.
3.1.3. Persiapan Lingkungan
1. Suasana tidak bising.
2. Pengaturan posisi tempat duduk.
3. Setting instruktur kegiatan.
4. Ventilasi yang cukup.

3.2. Pelaksanaan
3.2.1. Rencana Tindakan
No Kegiatan Waktu
1. Pembukaan 5 menit
2. Perkenalan dan penjelasan prosedur pelaksaan 15 menit
3. Inti 35 menit
4. Penutup 5 menit
Total waktu 60 menit

3.2.2. Setting Tempat


Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkungan
Keterangan:
: Observer
: Leader
: Co-leader
: Klien
: Fasilitator
3.3. Pengorganisasian
Pelaksanaan pertemuan
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Mei 2022
Waktu : Pkl. 09.00 WIB s.d 10.00 (sesi I & II)
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (45 menit)
Penutup (5 menit)
Tempat : AULA UPT RSBL PASURUAN
Jumlah klien : 4-5 orang

Tim Terapi
Leader
a. Leader Sesi I : Risma wiyanda
Uraian tugas : 
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
Co leader
b. Co leader sesi I : Erdiani F Taria
Uraian tugas :
1. Mambantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Membantu jalannya terapi kerlompok
Observer
c. Observer Sesi I : Eris Fathur Rohman
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
denga evaluasi kelompok

d. Fasilitator
Fasilitator Sesi I : Azzhara nanda w, Rovika dwi, Dhita Wijayanti,
Nabella Alifiatu Zahro

Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

3.3. Antisipasi Masalah


Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1. Memanggil klien
2. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
3. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a). Panggil nama klien
b). Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
4. Bila klien lain ingin ikut
a). Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih
b). Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut.
c). Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.

4.4. Kriteria Hasil


Evaluasi Struktur 
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana
mestinya

Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
Evaluasi Hasil :
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


Sesi : I Mengenal Halusinasi
1. Tujuan
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi
2. Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal situasi dan kondisi terjadinya halusinasi
5. Klien mengenal perasaanya pada saat terjadi halusinasi
2. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1. Spidol
2. Keertas manila
3. Buku catatan
4. Bola
5. Musik
4. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
5. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a.Memlih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi
b.Membuat kontrak dengan klien
c.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
c. Salam terapeutik
1. Salam terapeutik kepada klien
2. Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri
papan nama)
3. Menayanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua
klien (beri papan nama)
d. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
e. Kontrak
1. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal halusinasinya
2. Leader menjelaskan aturan main.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok harus
minta izin kepada leader
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
1. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal
halusinasinya tentang isi, waktu terjadi, frekuensi, situasi dan kondisi
yang membuat terjadi serta perasaan klien pasa saat halusinasi
muncul.
2. Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya,
frekuensi, situasi dan kondisi yang membuat terjadi serta perasaan
klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di kertas manila
3. Beri pujian pada klien yang mau mengungkapkan perasaanya dengan
baik
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, frekuensi, situasi dan kondisi pada saat
terjadi serta perasaan klien saat terjadi halusinasi
4. Tahap terminasi
1.Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2.Tindak lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan pperasaan jika
halusinasi muncul

3.Kontrak yang sama


a. Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b. Menyepakati waktu dan tempat
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan yang diharapkan dalah
mengenal isi, waktu terjadi, frekuensi, situasi dan kondisi serta perasaan klien
pada saat terjadi halusinasi. Formulir yang disi adalah sebagai berikut :
Sesi I: TAK
Stimulasi persepsi sensori (halusinasi)
Kemampuan personal/halusinasi
No Aspek Yang Dinilai Nama Klien
1 Menyebutkan isi halusinasi
2 Menyebutkan waktu terjadinya
halusinasi
3 Menyebutkan situasi dan kondisi
terjadinya halusinasi
4 Menyebutkan perasaanya pada saat
halusinasi
5 Menyebutkan frekuensi terjadinya
halusinasi
Jumlah
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilain kemampuan mengenal halusinasi, isi,
frekuensi, waktu, situasi dan kondisi, serta perasaan saat halusinasi
muncul.
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda × jika klien tidak
mampu

7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
Sesi : II Mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik
1. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
2. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
2. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1. Spidol
2. Kertas manila
3. Buku catatan
4. Bola
5. Musik
4. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
5. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti
sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
frekuensi, situasi dan kondisi, serta perasaan saat mengalami
halusinasi
2. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini

3. Kontrak
1. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu latihan cara mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik
2. Leader menjelaskan aturan main.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok
harus minta izin kepada leader
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
4. Tahap kerja
1. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. ulangi
sampai semua pasien mendapat giliran
2. Beri pujian setiap klien bercerita
3. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul
4. Leader memperagakan cara menghardik halisinasi yaitu:
“pergi,,,pergi,,,jangan ganggu saya,,, kamu suara palsu.”
5. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi
6. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien
bertepuk tangan setiap klien memperagakan menghardik
halusinasi
5. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasiln kelompok
2. Tindak lanjut
a. Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul
b. Memasukkan kegiatan menghardik kedalam jadwal
kegiatan klien
3. Kontrak yang akan datang
Leader mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengontrol halusinasi
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi II kemampuan
yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan cara menghardik.
formulir yang diisi adalah sebagai berikut :
Sesi : II TAK
Stimulasi persepsi sensori (halusinasi)
Kemampuan menghardik
No Aspek Yang Dinilai Nama Klien
1 Menyebutkan cara yang
seklama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektifitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik
4 Memperangakan menghardik
halusinasi
Jumlah

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan, cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi dengan menghardik dan
memperagakan cara menghardik halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda × jika klien tidak
mampu
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien, contoh: klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi sensori. Klien mampu memperagkan cara menghardik
halusinasi, anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi muncul.
DOKUMENTASI
Sesi : I TAK
Stimulasi persepsi sensori (halusinasi)
Kemampuan personal/halusinasi

Aspek Yang Nama klien


No
Dinilai
1 Menyebutkan isi
halusinasi

2 Menyebutkan
waktu terjadinya
halusinasi

3 Menyebutkan
situasi dan
kondisi
terjadinya
halusinasi

4 Menyebutkan
perasaanya pada
saat halusinasi
5 Menyebutkan
frekuensi
terjadinya
halusinasi

Jumlah

Sesi : II TAK
Stimulasi persepsi sensori (halusinasi)
Kemampuan menghardik
Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai
.
1 Menyebutkan cara
yang seklama ini
digunakan
mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan
efektifitas cara
3 Menyebutkan cara
mengatasi
halusinasi dengan
menghardik
4 Memperangakan
menghardik
halusinasi
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003.

Iyus, Yosep.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Keliat Budi Ana, Prases Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999.

Keliat, Budi Anna dan Akemat.2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok.Jakarta:EGC

Purwaningsih dan Karlina.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dilengkapi Terapi


Modalitas dan Standard Opening Procedure (SOP).Jakarta: Nuha Medika
Press.

Anda mungkin juga menyukai