Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TAK HALUSINASI STASE KEPERAWATAN JIWA

DI RUANG NURI RS JIWA PROVINSI JAWA BARAT

KELOMPOK 1

MIRAN NURUL HISAN J1914901006


RANIKA ESA FEBRIANTI J1914901004
RENA INTIHANA J1914901005
RENDY FEBRIANA J1914901002
RIZAL FAUZY J1914901008
ROSSY PUTRI SAMANTA J1914901007
SITI MAESAROH J1914901001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN JIWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………………… 3
B. Manfaat………………………………………………………………… 2
C. Tujuan………………………………………………………………….. 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. HALUSINASI
a. Pengertian…………………………………………………………….. 5
b. Etiologi………………………………………………………………... 5
c. Manifestasi klinis…………………………………………………….. 6
d. Jenis-jenis halusinasi………………………………………………… 7
e. Proses terjadinya masalah…………………………………………… 9
f. Rentang Respon ................…………………………………………… 9
g. Penanganan .......................…………………………………………… 10
2. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
a. Pengertian…………………………………………………………….. 12
b. Manfaat..……………………………………………………………… 12
c. Tahapan dalam TAK………………………………………………… 12
d. Jenis-jenis TAK…………………………………….………………… 14
e. Peran perawat dalam pelaksanaan terapi TAK…………………… 15
f. TAK stimulasi persepsi………………………………………………. 16
B. KERANGKA TEORI
BAB III
RENCANA KEGIATAN
A. Kriteria Pasien Halusinasi.…………………………………………….. 18
B. Job Description...……..………………………………………………… 18
C. Pelaksanaan..…………………………………………………………… 19
D. Program Antisipasi ….……………………………………………….... 22
E. Instrumen Penilaian….……………………………………………….... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RS Jiwa Provinsi
Jawa Barat khususnya Ruang Nuri sebagian besar pasien menderita
halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi.

II. MANFAAT
TAK yang dilakukan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Pasien
TAK ini bermanfaat untuk mengenalkan halusinasi yang dialami
oleh pasien sehingga dapat mengontrol halusinasinya serta
meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok.
b. Bagi Perawat
TAK ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan dalam
berinteraksi dengan pasien gangguan jiwa yang mengalami halusinasi.
c. Bagi Rumah Sakit

2
TAK ini bermanfaat untuk meningkatkan angka kesembuhan
pasien gangguan jiwa yang mengalami halusinasi.

III. TUJUAN
III.1 Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
III.2 Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang keliru dan
melibatkan panca indera. Halusinasi adalah suatu gangguan atau
perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indera tanpa stimulus eksternal atau persepsi palsu
(Maramis, 2005).
b. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Biologis
(1) Gangguan perkembangan otak frontal dan temporal
(2) Lesi pada korteks frontal dan temporal
(3) Gangguan tumbuh kembang pada pre natal, perinatal,
neonatal, dan kanak-kanak.
b) Faktor Psikologis
(1) Pola asuh yang over protektif
(2) Hubungan dengan ayah/ibu tidak adekuat (perhatian
berlebihan atau kurang)
(3) Konflik perkawinan
(4) Koping dalam menghadapi stress tidak efektif
c) Faktor Sosial Budaya
(1) Kemiskinan
(2) Ketidakharmonisan sosial budaya

4
(3) Hidup terisolasi
(4) Stress yang berkepanjangan
2) Faktor Presipitasi
a) Internal : berupa kelemahan fisik, keputusasaan, dan
ketidakberdayaan
b) Eksternal : lingkungan yang rebut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan (Keliat, 2007).

c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala halusinasi dapat dilihat berdasarkan 4 fase
halusinasi, yaitu :
1) Fase I (Comforting)
Penderita tidak merasa terganggu dengan adanya halusinasi dan
biasanya muncul saat sedang sendiri/melamun/menyendiri.
Tanda-tanda :
a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b) Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Gerakan mata yang cepat
d) Bicara yang lamban
e) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang menjijikan
2) Fase II (Condemning)
Penderita mulai merasa terganggu dan kehilangan kendali
serta mungkin berusaha menghilangkan halusinasinya. Misalnya
mendengar suara-suara yang mengejek. Tanda-tanda :
a) Nadi meningkat, pernapasan meningkat, tekanan darah
meningkat, dan konsentrasi bekurang
b) Individu merasa malu dan menarik diri dari orang lain
3) Fase III (Controling)
Penderita meyakini, mengikuti dan melakukan isi dari
halusinasi. Misalnya, mendengar suara yang menyuruh
membanting piring, maka penderita mengikutinya dengan benar-
benar membanting piring. Tanda-tanda :
a) Mengikuti petunjuk dari halusinasi daripada menolaknya
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit bahkan
detik
d) Gejala fisik kecemasan berat, seperti keringat banyak,
tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
4) Fase IV (Cincuering)

5
Penderita menjadi panik, cemas berat, takut jika tidak
mengikuti halusinasi. Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika
tidak ditangani dengan baik. Tanda-tanda :
a) Perilaku menyerang, tremor, panic
b) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau melukai orang
lain
c) Amuk, agresi, menarik diri
d) Komunikasi menurun (Maramis, 2005).

d. Jenis-jenis halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis-jenis halusinasi adalah sebagai
berikut :
1) Pendengaran
Mendengar suara-suara/kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu yang kadang-kadang membahayakan.

6
2) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks,
bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
3) Penghirup
Membaui bau-bau tertentu seperti bau darah, urin, feses,
umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensia.
4) Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urin, atau feses
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda
mati, atau orang lain
6) Chenestatic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan, atau pembentukkan urin.
7) Kinestetik
Merasakan pergerakkan sementara sedang berdiri tanpa
bergerak.

Resiko mencederai diri, Perubahan persepsi


orang lain dan sensori
lingkungan
e. Proses Terjadinya Masalah

Halusinasi

Isolasi sosial :
menarik diri

7
Perasaan tidak dihargai oleh
keluarga dan orang lain
f. Rentang Respon

8
g. Penanganan
1) Farmakologi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala
psikotik/skizofrenia biasanya diatasi dengan menggunakan obat-
obatan anti psikotik antara lain:
a) Golongan butirofenon: Haloperidol, Haldol, Serenace,
Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk
injeksi 3 x 5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24
jam. Setelahnya pasien biasanya diberikan obat per oral 3x 1,5
mg atau 3 x 5 mg.
b) Golongan fenotiazine:Chlorpromazine/Largactile/Promactile.
Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan
3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat
dikurangi 1 x 100mg pada malam hari saja.
2) Nonfarmakologi
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang
dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b) Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan
sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.
Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat

9
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
c) Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi
masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,
perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan
penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
d) Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan
gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau
melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses
perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu
tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan
kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada
orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


a. Pengertian

10
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Bentuk terapi yang digunakan berupa
aktivitas yang dilakukan oleh kelompok. Aktivitas kelompok yang
dilakukan disesuaikan dengan karakteristik masalah yang dialami
kelompok. Di dalam kelompok, terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih
perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.

b. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain, membentuk sosialisasi,
meningkatkan fungsi psikologis (meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif
dan adaptasi), membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi
psikologis seperti kognitif dan afektif, menyalurkan emosi secara
konstruktif, eningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk
diterapkan sehari-hari, bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan
ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan
empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan pemecahannya (Yosep, 2007).

c. Tahapan dalam TAK


Terdapat empat tahapan dalam kegiatan TAK dimana dalam
proses tersebut kelompok akan berkembang, yaitu: Fase pra-kelompok;
fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok.
1) Fase Prakelompok
Fase pra kelompok merupakan fase persiapan atau
perencanaan pelaksanaan TAK. Kegiatan yang dilakukan pada fase
ini diantaranya membuat tujuan, menentukan leader, jumlah
anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang
digunakan. Jumlah anggota kelompok yang idea dengan cara

11
verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk
mengikuti TAK adalah telah memiliki diagnosa yang jelas, tidak
terlalu gelisah, tidak agresif, dan waham tidak terlalu berat.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok
baru dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001)
membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan
kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001)
juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan
norming.
a) Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial
masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan
menyepakati kontrak dengan anggota.
b) Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin
perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun
negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik.
Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif
(Purwaningsih & Karlina, 2009).
c) Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok
menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini,
anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
4) Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada

12
kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara
(temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

d. Jenis-jenis TAK
Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa
yang paling banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut :
1) TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah
sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan
sehat secara fisik).
2) TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan
sensori).
3) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol
halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada
realita dan sehat secara fisik).
4) TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
5) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR)
6) TAK penyaluran energi (untuk klien perilaku kekerasan yang telah
dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik
diri yang dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan
sehat secara fisik).

e. Peran Perawat dalam Pelaksanaan Terapi TAK


1) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat
harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan
dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok,
komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik
klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan
alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta
uraian tugas terapis.
2) Tugas sebagai leader dan co-leader

13
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota
kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi
motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat
peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan
kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi
stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan.
4) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati
respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan
menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5) Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan
terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya
sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu
atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara
mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
6) Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam
terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok.

f. TAK Stimulasi Persepsi


TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan gangguan

14
persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau
ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep,
2007).
Aktivitas dibagi dalam lima sesi yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu mengenal karakteristik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik halusinasi tersebut, mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain, mengontrol halusinasi dengan
cara melakkan kegiatan aktivitas fisik, dan mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat secara teratur.

B. KERANGKA TEORI

NON-
HALUSINASI FARMAKOLOGI:

 Menciptakan
PENANGANAN
lingkungan yang
FAKTOR FAKTOR terapeutik
PREDISPOSISI: PRESIPITASI:  Melaksanakan
FARMAKOLOGI: program terapi
 Biologis  Internal dokter
 Psikologis  eksternal  Golongan  Menggali
 Soisal budaya butirofenon permasalahan
 Golongan
pasien dan
fenotiazine:
membantu
mengatasi
masalah yang ada
 Memberi aktivitas
pada pasien
(TAK)
 Melibatkan
keluarga dan
petugas lain
dalam proses
perawatan

15
BAB III

RENCANA KEGIATAN

A. Kriteria Pasien Halusinasi


Dalam pelaksanaan TAK ada beberapa kriteria yang diikutsertakan dalam
kegiatan ini, antara lain:
a. Pasien yang mengalami halusinasi
b. Pasien yang dirawat di ruang Nuri
c. Pasien yang sudah kooperatif
Untuk mendapatkan kriteria pasien seperti di atas dilakukan proses seleksi
sebagai berikut:
1. Mengkaji dan mengobservasi pasien di ruang Nuri yang sesuai dengan
kriteria
2. Melakukan kontrak waktu, tempat, dan tema kegiatan pada pasien yang
sesuai kriteria
3. Mengumpulkan pasien yang sesuai kriteria

B. Job Description
1. Leader :
Uraian tugas:
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Memimpin diskusi
2. Co-leader.
Uraian tugas :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas

16
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4. Observer
a. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok

C. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Senin, 17 Februari 2020
b. Waktu : Pukul 10.00 s/d 11.00 WIB
c. Alokasi waktu :
1. Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
2. Terapi kelompok (40 menit)
3. Penutup (10 menit)
d. Tempat : Ruang Nuri
e. Jumlah klien : 4 orang
f. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a). Salam perkenalan atau salan terapeutik
b). Validasi dan menanyakan perasaan klien
c). Kontrak waktu
d). Penjelasan tujuan diadakan TAK dan aturan mainnya

2. Kerja
a). Langkah – langkah fasilitator mempersiapkan peralatan
b). Klien ada 4 dibagi menjadi 2 kelompok masing- masing
berpasangan

17
c). Leader menginstruksikan seluruh peserta TAK untuk berkeliling
membentuk lingkaran dan berputar menyanyikan yel – yel.
Setelah yel – yel selesai peserta TAK dipersilakan duduk.
d). Co-Leader menyalakan musik dan menginstruksikan kepada
perserta TAK umtuk menggilirkan benda yang dipegang
e). Musik dihentikan kemudian peserta yang memegang benda
dipersilahkan untuk memperkenalkan diri dihadapan seluruh
peserta TAK
f). Berikan pujian untuk setiap keaktifan anggota kelompok dengan
tepuk tangan disertai yel – yel.
3. Terminasi
a). Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b). Evaluasi respon objektif (obeservasi perilaku klien selama
kegiatan dikaitkan dengan tujuan)
c). Tindak lanjut (apa yang dapat dilaksanakan setelah TAK)
d). Kontrak yang akan datang (dilakukan oleh perawat maupun
mahasiswa)

18
g. Denah

Keterangan :

: Leader

: Co-Leader

: Fasilitator

: Peserta

: Observer

19
D. Progam Antisipasi
1. Bila anggota menghindari setiap pertemuan, maka leader harus
memberitahukan anggota tersebut dan mengatur mereka berbicara
langsung kepada kelompok.
2. Bila dalam kegiatan tersebut ada anggota yang membicarakan hal lain
dalam diskusi leader harus memfokuskan pembicaraan.
3. Bila ada yang menggunakan kekerasan fisik maka leader menegaskan
bahwa hal tersebut tidak dikehendaki.
4. Bila ada anggota kelompok keluar dari kegiatan terapi kelompok maka
anggota kelompok yang bersangkutan harus membicarakan dengan
anggota kelompok lain.
5. Bila ada anggota diskusi diam maka fasilitator harus berperan aktif
6. Bila ada hal – hal diluar perencanaan maka melibatkan perawat ruangan

E. Instrumen Penilaian
Formulir yang dievaluasi Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori
(Halusinasi) Kemampuan Personal/Halusinasi
MenyebutkanW Menyebut
N Nama Menyebut Isi Menyebut Situasi
aktu terjadi Perasaan saat
o Klien Halusinasi Halusinasi Muncul
Halusinasi berhalusinasi

Petunjuk:
A. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
B. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu,
situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien mampu
dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

20
Evaluasi Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Kemampuan
Menghardik Halusinasi
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk
mengatasi halusinasi
Menyebutkan efektivitas
2 cara yang digunakan
Menyebutkan cara
3 mengatasi halusinasi dengan
menghardik
Memperagakan cara
4 menghardik halusinasi

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan,
cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara
menghardik halusinasi. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika
klien tidak mampu.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3 Tak Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
ASPEK YANG NAMA KLIEN
NO
DINILAI
1 Menyebutkan
kegiatan yang biasa
dilakuakan
2 Mempergakan
kegiatan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal
kegiatan harian
4 Menyebutkan 2 cara
mengontrol
halusinasi

21
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian dan menyebutkan 2 cara mencegah halusinasi, beri
tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu.

Formulir evaluasi sebagai berikut:


Sesi IV : TAK Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi

NO Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan orang yang


diajak bicara
2 Memperagakan
percakapan

3 Menyebutkantiga cara
mengontrol dan
mencegahhalusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal kegiatan
harian,dan menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu.

Formulir evaluasi sebagai berikut:


Sesi V: TAK Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

Menyebutkan Menyebutkan
Menyebutkan 5 benar
No Nama Klien keuntungan minum akibat tidak patuh
cara minum obat
obat minum obat

1
2
3
4

22
5
6
7
8

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat bertanda √ jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 6 2006/2007, Jakarta,


PT. Info Master dan CMP Medika..
Keliat, A. (2007). Model praktik keperawatan professional : jiwa. Jakarta : EGC
Maramis, W. F. (1994). Catatan ilmu keperawatan jiwa. Surabaya : Airlangga
University
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina. (2010) .Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jogjakarta :NuhaMedika.

24

Anda mungkin juga menyukai