Anda di halaman 1dari 17

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


KIMIA INDUSTRI

BAB I ALAT PELINDUNG DIRI

ADHI KUSUMASTUTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB I ALAT PELINDUNG DIRI

Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran kimia
Kompetensi Dasar : Menganalisis alat pelindung diri di laboratorium

A. Pengantar
Dunia yang terkait dengan bidang kimia, baik lingkungan pendidikan maupun
lingkungan kerja tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia berbahaya. Resiko cedera
maupun sakit karena terpapar bahan kimia sangat tergantung pada memadainya tindakan
keselamatan yang terkait.

Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah salah satu langkah-langkah


keselamatan standar di laboratorium, sering dianggap sebagai upaya terakhir dan upaya
tambahan untuk mengendalikan tindakan, dalam memberikan perlindungan kepada
orang yang terlibat di laboratorium tersebut. Meskipun penggunaan APD sering dianggap
sebagai cara pasif untuk mengendalikan risiko, namun program APD yang proaktif dapat
dikembangkan.

Dalam bidang kimia, istilah bahaya mengacu pada bahaya yang melekat pada
bahan kimia maupun operasi kimia, sementara resiko mengacu pada kemungkinan
bahaya yang mungkin terjadi akibat bahan kimia, atau bahaya akibat resiko kimia yang
menyebabkan kerusakan beserta tingkat kerusakan yang mungkin ditimbulkan. Risiko
yang terkait dengan kimia atau operasi kimia tergantung pada bahaya yang melekat,
bentuk fisik dari bahan kimia yang terlibat, lingkungan kerja, metode penanganan serta
prosedur operasi.

Dalam menetapkan tindakan keselamatan yang tepat, pertimbangan utama


dilakukan berdasar urutan prioritas sebagai berikut:

1. Menghilangkan risiko, misalnya, dengan menggunakan bahan kimia lain yang lebih
aman atau melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda.
2. Mengendalikan risiko pada sumber bahaya melalui berbagai tindakan teknis dan
sistem kerja, misalnya pada ventilasi pembuangan.

1
3. Jika langkah-langkah di atas dianggap tidak cukup untuk mengendalikan risiko, maka
harus mempertimbangkan untuk menggunakan APD.

Perlu diketahui bahwa penggunaan APD merupakan upaya "terakhir" dan upaya
tambahan dalam hirarki tindakan keselamtan, bukan sebagai satu-satunya upaya yang
efektif dalam teknis pengendalian keselamatan, karena:

1. APD hanya melindungi orang yang memakainya, sedangkan tindakan keselamatan


perlu dilakukan pada sumber resiko bahaya agar dapat melindungi orang lain yang
berada dalam lingkungan tersebut.
2. Secara praktek, tingkat keselamatan APD yang ditawarkan secara teoritis jarang
tercapai. Agar dapat tercapai perlindungan optimal, diperlukan pemilihan APD yang
tepat berdasar resiko yang mungkin terjadi. APD harus dipasang dan digunakan secara
tepat. APD juga harus benar-benar terawatt agar dapat memberikan perlindungan
optimal.
3. Efek samping penggunaan APD bagi pemakai perlu dipertimbangkan secara benar-
benar mengingat APD dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, misalnya
menimbulkan keringat, membatasi mobilitas atau visibilitas, membatasi pemakai
dengan pemberian beban tambahan atau usaha tambahan untuk bernapas.

Dalam situasi berikut, penggunaan APD yang sesuai sangat diperlukan, yaitu:

1. Dalam hal pengendalian resiko yang memadai dengan cara yang lain tidak mungkin
diberikan jadi penggunaan APD yang sesuai harus digunakan sebagai tindakan
keselamatan.
2. Ketika APD diperlukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan hingga diperoleh
cara lain yang memadai untuk mengendalikan risiko.
3. Selama operasi pemeliharaan rutin dimana hanya sejumlah kecil orang yang terlibat
untuk melakukan langkah-langkah pengendalian yang wajar.

APD merupakan alat yang digunakan untuk dipakai atau digunakan oleh orang
yang bekerja di laboratorium untuk melindungi keselamatan dan kesehatannya dari
resiko bahaya bahan kimia maupun operasi kimia. Alat tersebut meliputi semua peralatan
dan aksesoris tambahan yang dirancang untuk memenuhi tujuan yang serupa.
Per.08/Men/VIII/2010 menyebutkan bahwa Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD

2
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pengusaha wajib menyediakan alat tersebut
bagi pekerja di tempat kerja. APD yang disediakan harus memenuhi standar nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Terlebih lagi, APD harus disediakan secara
cuma-cuma untuk pekerja.

APD harus disediakan bila diperlukan dengan alasan untuk menghadapi resiko
terhadap bahaya yang mungkin mencederai menyebabkan atau gangguan kesehatan bagi
lingkungan terkait. APD meminimalisir resiko dengan menciptakan penghalang antara
bahaya dan manusia pemakainya. Namun demikian, penggunaan APD tidak
menghilangkan resiko bahaya sehingga jika peralatan tersebut rusak maka akan terjadi
paparan, sehingga pemilihan dan perawatan APD harus benar-benar diperhitungkan
sehingga ketika dipakai dapat memberikan perlindungan yang optimal.

Contoh APD untuk penggunaan dan penanganan bahan kimia termasuk pakaian
pelindung, apron, sarung tangan, sepatu, pelindung mata, pelindung wajah, dan
respirator. Secara umum, APD dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:

1. Pakaian pelindung;
2. Pelindung tangan, kaki. dan gigi;
3. Peralatan pelindung mata; dan
4. Alat pelindung pernafasan.
Penilaian APD merupakan langkah lanjutan dari penilaian bahan kimia atau
operasi kimia. Setelah menilai resiko dan menimbang langkah pengendalian yang
diperlukan, jika hasil menunjukkan bahwa APD harus digunakan untuk mengendalikan
resiko, yang harus dilakukan selanjutnya adalah memilih APD yang tepat, sesuai dengan
kebutuhan dan resiko yang mungkin timbul.

Penilaian APD harus dilakukan oleh orang yang mempunyai pemahaman yang
cukup mengenai bahan kimia dan operasi yang melibatkannya serta pengetahuan yang
memadai mengenai praktek keselamatan dan APD termasuk penggunaan dan
kekurangannya. Penilaian APD meliputi:

3
1. Penilaian terhadap resiko keselamatan dan kesehatan yang tidak dapat dihilangkan
atau dikurangi dengan cara lain seperti tindakan pengendalian teknis;
2. Definisi atau penentuan karakteristik yang harus dimiliki oleh APD sehingga efektif
untuk mengurangi resiko keselamatan dan kesehatan termasuk resiko yang mungkin
ditimbulkan oleh peralatan itu sendiri.
3. Perbandingan spesifikasi APD yang akan disediakan sesuai dengan karakteristik
tersebut di atas.

Penilaian resiko keselamatan dan kesehatan dilakukan berdasar pertimbangan-


pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahaya bahan kimia atau operasi kimia;


2. Sifat fisika bahan kimia dan rute masuknya bahan kimia ke tubuh manusia;
3. Kondisi lingkungan;
4. Efektifitas tindakan pengendalian untuk mengurangi resiko.

Jumlah dan jenis perlindungan yang diperlukan untuk mengatasi insiden akibat
pemakaian bahan berbahaya tergantung pada bahaya dan durasi paparan bahan
tersebut. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH)/OSHA/EPA, secara umum tingkatan perlindungan dapat diklasifikasikan sebagai:

1. Level A memberikan perlindungan maksimal terhadap uap dan cairan. Meliputi


pakaian, sarung tangan, dan sepatu yang menutup seluruh bagian tubuh dan tahan
bahan kimia, alat pernafasan, respirator udara
2. Level B digunakan jika dibutuhkan alat perlindungan pernafasan berupa respirator
namun tingkat bahaya uap terhadap kulit lebih rendah. Jadi pada level B, peralatan
yang digunakan tahan bahan kimia berupa cairan, namun tidak kedap udara.
3. Level C berupa pakaian yang dilengkapi dengan respirator berupa masker dengan
filter penahan gas.
4. Level D terbatas pada baju overall, sepatu bot, dan sarung tangan.

Perlindungan level A diperlukan bagi pekerja pada lingkungan yang


membahayakan jiwa dan kesehatan dengan resiko gangguan/cacat permanen, dimana
tindakan penyelamatan diri harus dilakukan dalam waktu 30 menit. Sementara pada level

4
B, digunakan untuk melindungi pekerja dengan perlindungan minimum terhadap paparan
bahaya bahan kimia yang belum dikenal.

B. Jenis Alat Pelindung Diri


1. Pelindung Mata dan Wajah
Semua pihak yang berkepentingan untuk berada di tempat dengan resiko bahaya
bahan kimia maupun peralatan yang digunakan untuk operasi kimia harus mengenakan
pelindung mata dan wajah yang memadai, termasuk untuk kegiatan sebagai berikut:

a. Penanganan bahan padatan maupun cairan panas atau lelehan logam


b. Partikel-partikel yang melayang sebagai hasil kegiatan pemahatan, penggilingan,
penggergajian, pemotongan, dan lain-lain.
c. Heat treatment, tempering, atau tungku pembakaran logam maupun material lainnya.
d. Laser
e. Radiasi cahaya (ultra violet dan infra merah) dari Intense light radiation (UV and IR)
dari pengelasan berbahan bakar gas maupun listrik, bengkel kaca, dan lain-lain.
f. Perbaikan maupun servis berbagai jenis kendaraan.
g. Bekerja dengan bahan kimia maupun gas

Pilihan perlindungan mata meliputi:

a. Kacamata Pengaman (Safety Glasses)


Kacamata biasa tidak cukup memberikan perlindungan pada mata. Alat pelindung
mata harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh American National Standards Institute
(ANSI), Standard Z87.1-1989. Pada bingkai kacamata biasanya akan tertera kode tersebut.
Bagi mereka yang memiliki penglihatan tidak normal, disarankan untuk memakai
kacamata pengaman dengan muatan yang sesuai untuk membantu penglihatan
dibandingkan memakai kacamata personal dan kacamata pengaman secara bersamaan.
Semua kacamata pengaman harus dilengkapi dengan pelindung samping.

5
Kacamata Pelindung

b. Goggles

Penggunaan - Goggles digunakan jika dibutuhkan perlindungan terhadap bahan kimia


atau partikel. Kacamata pelindung dengan lubang pada kedua sisi tidak direkomendasikan
untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia. Kacamata berpelindung yang
dilengkapi dengan ventilasi berpelindung pada bagian atas sesuai digunakan untuk
melindungi mata dari percikan bahan kimia dan memberikan perlindungan dengan
dampak yang minimal. Goggles hanya melindungi bagian mata, namun tidak mampu
melindungi bagian wajah maupun leher.

c. Pelindung Wajah (Face Shields)

Pelindung seluruh wajah (face shields) melindungi wajah dan leher dari partikel halus dan
percikan cairan. Untuk perlindungan maksimal, pelindung wajah harus digunakan
bersamaan dengan kacamata yang mampu melindungi dari percikan bahan kimia.
Pelindung wajah sesuai digunakan sebagai pelindung tambahan ketika terjadi ledakan
(misalnya pada penggunaan vakum) atau terjadi ledakan berbahaya lainnya. Yang paling
optimal adalah pelindung wajah yang berkontur untuk melindungi bagian depan maupun
samping leher.

d. Pelindung Mata dari Sumber Cahaya yang Kuat (Eye Protection for Intense Light
Sources)
Sumber cahaya yang kuat antara lain dari proses pengelasan baik las listrik
maupun las gas, pembentukan kaca, pengelasan dan pemotongan logam berbahan
oksigen, patri, laser, dan lain-lain. Radiasi yang ditimbulkan oleh proses pengelasan
meliputi spectrum cahaya dengan jangkauan yang luas. Paparan terhadap sinar ultraviolet

6
(UV-B) dari proses pengelasan dapat menyebabkan "welders flash", yaitu sakit yang luar
biasa pada lapisan luar kornea mata, seperti terbakar. Proses pengelasan maupun
pemotongan logam memerlukan penggunaan helm yang dilengkapi dengan lensa filter.
Goggles dengan filter atau kaca tinted diperlukan pada proses pembuatan kaca dan
proses lain yang melibatkan paparan sumber cahaya yang kuat termasuk pengelasan baik
yang berbahan bakar gas maupun oxygen. Kacamata dengan lensa filter yang sesuai
diperlukan pada proses-proses tersebut.

2. Pelindung Tangan (Hand Protection)

Pekerja harus mengenakan pelindung tangan ketika terpapar oleh bahaya meliputi:

a. Absorpsi kulit oleh bahan berbahaya


b. Proses dengan laser
c. Luka parah
d. Abrasi
e. Tusukan
f. Iritasi dan luka bakar oleh bahan kimia
g. Luka bakar karena panas
h. Suhu ekstrim

Pelindung tangan yang sesuai diperlukan ketika kita bekerja dengan bahan kimia,
benda tajam, maupun material dengan suhu ekstrim, baik sangat panas maupun sangat
dingin. Sarung tangan dipilih berdasar sifat material yang hendak ditangani, derajat
perlindungan yang diperlukan, dan keperluan pekerjaan (perlu kontak langsung, perlu
ketangkasan, dan lain-lain). Sarung tangan berbahan kulit bisa digunakan sebagai
pelindung tangan dari bahan tajam, misalnya untuk mengambil pecahan kaca atau
memasukkan tabung kaca ke dalam stoppers. Sarung tangan terinsulasi dapat digunakan
untuk bekerja pada suhu ekstrim. Material seperti Nomex dan Kevlar tahan hingga suhu
1000oF. Sarung tangan yang mengandung asbes tidak direkomendasikan karena OSHA
telah memasukkan asbes ke dalam golongan material karsinogenik. Ketika
mempertimbangkan pemakaian sarung tangan untuk bekerja dengan bahan kimia, perlu
diketahui bahwa bahan kimia dapat terserap ke dalam sarung tangan tersebut. Laju
7
permeasi bervariasi tergantung pada jenis bahan kimia, bahan dan ketebalan sarung
tangan. Ketika bekerja dengan material yang sangat beracun atau karsinogenik,
disarankan mengenakan sarung tangan dobel. Sebelum memakai sarung tangan, periksa
terlebih dahulu kondisinya, apakah ada perubahan warna maupun sobek. Perubahan
warna dan tekstur sarung tangan menunjukkan terjadinya kerusakan.

3. Pelindung Tubuh (Body Protection)

Pekerja di lingkungan material maupun mesin yang berbahaya sebaiknya tidak


mengenakan pakaian yang longgar maupun mengenakan perhiasan yang berlebihan
seperti kalung panjang. Bagi yang berambut panjang sebaiknya senantiasa diikat rapi.
Pakaian longgar, perhiasan, dan rambut panjang yang tidak diikat long hair dapat terjerat
pada bagian mesin yang bergerak dan terkena bahan kimia berbahaya. Cincin yang besar
dan tajam dapat menyebabkan sobeknya sarung tangan sehingga kulit dapat terpapar
bahan kimia. Saat kita berhubungan dengan bahan kimia, seperti membersihkan
tumpahan bahan kimia, menggunakan pestisida, pakaian pelindung tambahan berbahan
Tyvek yang dilapisi dengan polyethylene atau pakaian pelindung serupa diperlukan
sebagai pelindung tambahan. Kekurangan masing-masing pakaian pelindung harus
diketahui terutama yang akan dikenakan.

Pekerja harus memahami cara melepas pakaian pelindung, terutama yang sudah
terkontaminasi. Prosedur khusus perlu diikuti untuk membersihkan pakaian yang
terkontaminasi tersebut. Tumpahan bahan kimia pada aksesories berbahan kulit (tali
arloji, sepatu, ikat pinggang) sangat berbahaya karena akan segera terserap ke dalam
bahan kulit tersebut, kemudian menempel di tubuh dalam jangka waktu yang lama. Oleh
karena itu tumpahan bahan kimia harus segera dibersihkan atau jika tidak memungkinkan
untuk dibersihkan maka barang yang terkena tumpahan bahan kimia harus dibuang untuk
mencegah terjadinya luka bakar akibat kontak langsung dengan bahan kimia. Pemakaian
celemek sangat diperlukan ketika bekerja dengan bahan korosif terutama dalam volume
yang besar.

Pemakaian jas lab diwajibkan bagi semua orang yang bekerja di laboratorium yang
berpotensi terpapar bahan berbahaya. Jas lab yang panjang dan berkancing perlu

8
dikenakan selama bekerja di laboratorium untuk meminimalisir kontaminasi pakaian dan
maupun paparan bahan kimia berbahaya langsung ke tubuh. Sebagian jas lab terbuat dari
bahan yang tahan api. Standar minimal bahan jas lab adalah katun 100%. Bisa juga dipilih
jas lab yang berbahan dasar polyester atau campuran polyester dan katun. Walaupun
secara umum jas lab tidak dirancang tahan terhadap bahan kimia atau tahan api,
pemakaian jas lab memberikan jaminan keselamatan yang lebih karena jas lab bisa segera
dilepas untuk menghindari paparan bahan berbahaya maupun api. Hal-hal berikut akan
membantu meminimalisir paparan tubuh terhadap bahan kimia dan memberikan
perlindungan sementara terhadap bahaya api selama bekerja di laboratorium:

a. Sadar dan waspada dengan kelemahan masing-masing jenis jas lab yang tersedia
b. Pastikan untuk memilih peralatan perlindungan tambahan yang sesuai dengan resiko
bahaya yang mungkin timbul
c. Jas lab hanya boleh dikenakan di dalam laboratorium, pastikan untuk melepaskannya
sebelum meninggalkan laboratorium. Jangan mengenakan jas lab di tempat umum
seperti ruang kuliah, kantor, kamar mandi, dan sebagainya.
d. Jangan mencuci jas lab di rumah, perusahaan atau pengelola lembaga pendidikan
harus menyediakan jasa cuci jas lab.
e. Selama bekerja di laboratorium dan mengenakan jas lab, tidak boleh mengenakan
celana atau rok pendek, harus mengenakan celana atau rok panjang.

4. Pelindung Kaki

Selama bekerja di laboratorium yang berhubungan dengan penggunaan atau


penyimpanan bahan kimia, kita harus mengenakan sepatu bertutup, tidak boleh
mengenakan sandal maupun sepatu dengan bagian yang terbuka. Sepatu kain dan
sneakers tidak disarankan untuk dikenakan selama bekerja di laboratorium. Penggunaan
sepatu dengan hak tinggi juga tidak diperbolehkan karena meningkatkan resiko selip,
terpeleset, dan jatuh.

Sepatu yang sesuai akan melindungi kaki dari kemungkinan terluka akibat
jatuhnya benda berat maupun benda tajam. Jatuhnya benda dengan berat lebih dari 7.5
kg sangat beresiko melukai kaki. Sepatu yang baik juga melindungi kaki dari lindasan roda,

9
laserasi, maupun penetrasi benda tajam. Penggunaan sepatu boot berbahan karet sangat
sesuai untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia berbahaya karena
meminimalisir resiko luka akibat tumpahan bahan kimia.

5. Pelindung Pernafasan

Respirator merupakan alat perlindungan yang digunakan untuk menutup hidung


dan mulut atau keseluruhan wajah atau kepala untuk menjaga pemakainya terhadap
atmosfer yang berbahaya. Respirator dapat berupa:

a. Berupa masker setengah wajah, menutup mulut dan hidung serta masker seluruh
wajah yang menutup dari garis rambut hingga bawah dagu
b. Berupa penutup kepala atau helm yang menutup seluruh kepala

Respirator dapat juga berupa:

a. Penjernih udara (air purifier), menghilangkan kontaminan dari udara


b. Penyuplai udara, menyediakan udara bersih yang berasal dari sumber yang tidak
terkontaminasi.

Respirator diperlukan ketika pekerja harus bekerja dalam lingkungan yang


kekurangan oksigen atau lingkungan yang penuh dengan debu, kabut, asap, maupun uap
berbahaya. Bahan-bahan berbahaya ini dapat memicu kanker, penurunan fungsi paru,
hingga kematian. Respirator diperlukan ketika di lingkungan kerja terdapat bahan
berbahaya sementara tindakan pengendalian teknis tidak mampu mengurangi atau
menghilangkannya. Meningkatnya laju pernafasan, detak jantung dan gangguan berpikir
atau gangguan koordinasi sering terjadi di lingkungan dengan suplai oksigen yang rendah.
Hilangnya koordinasi tubuh dapat berakibat lebih buruk jika hal tersebut terjadi ketika
yang bersangkutan sedang melakukan aktifitas yang beresiko seperti naik tangga.

Respirator merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi paparan bahan


berbahaya seperti asap, kabut, gas, uap, atau debu yang berbahaya. Respirator juga
digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya akibat kekurangan oksigen, yaitu suatu
keadaan dimana kandungan oksigen di udara kurang dari 19.5%. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan kontaminan di udara antara lain:

10
a. Menghilangkan kontaminan atau menggantinya dengan bahan dengan toksisitas lebih
rendah.
b. Menerapkan tindakan pengendalian teknis, misalnya mengisolasi proses atau
menggunakan dilution ventilation maupun local exhaust ventilation.
Sistem dilution ventilation menyediakan udara bersih agar bercampur dengan udara di
tempat bekerja, melarutkan konsentrasi kontaminan. Sistem ini kurang tepat untuk
mengendalikan paparan bahan beracun karena sebenarnya system ini menyebarkan
kontaminan ke keseluruhan ruangan sebelum menghisapnya. Sementara local exhaust
ventilation menghilangkan kontaminan sebelum kontaminan tersebut tersebar di
seluruh ruangan.
c. Menggunakan pengendalian administrative yaitu dengan mengurangi waktu kerja
sehingga pekerja tidak terpapar bahan berbahaya dalam jangka waktu yang lama.

6. Pelindung Pendengaran

Pengendali kebisingan adalah metode untuk mengatasi paparan kebisingan.


Pengendali kebisingan mampu menurunkan paparan bahaya hingga titik dimana resiko
gangguan pendengaran berkurang atau hilang. Penurunan paparan kebisingan tingkat
kebisingan hingga beberapa dB mampu meningkatkan komunikasi. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menurunkan dan mengendalikan paparan kebisingan di lingkungan kerja.

Secara teknis, pengendalian kebisingan bisa dilakukan dengan memodifikasi atau


mengganti peralatan atau membuat perubahan fisika pada sumber kebisingan sehingga
tingkat kebisingan pada telinga pekerja dapat berkurang. Pemilihan peralatan dan mesin
dengan tingkat kebisingan yang rendah sangat membantu menurunkan tingkat
kebisingan. Selain itu proses pemeliharaan dan pemberian pelumas bisa menghaluskan
bunyi peralatan. Pemasangan pembatas misalnya dinding atau korden antara sumber
suara dan pekerja juga dapat mengurangi tingkat kebisingan. Sumber kebisingan
sebaiknya diisolasi sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Sementara upaya administrative yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau


menghilangkan paparan kebisingan antara lain dengan mengatur jam kerja pengoperasian
mesin. Mesin sumber kebisingan sebaiknya dioperasikan pada waktu dimana orang yang

11
bekerja lebih sedikit. Operator sebaiknya tidak terlalu lama bekerja di dekat mesin
sumber kebisingan. Perusahaan harus menyediakan tempat yang senyap misalnya dengan
membangun tempat yang kedap suara untuk memulihkan pendengaran pekerja berdasar
tingkat kebisingan dan waktu yang telah dihabiskan di dekat sumber kebisingan. Cara lain
yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur jarak aman dari sumber kebisingan yang
boleh dilalui oleh pekerja.

Orang yang bekerja di lingkungan dengan tingkat kebisingan di atas 85 dB harus


mengenakan pelindung pendengaran. Alat ini mengurangi tingkat paparan kebisingan dan
resiko kehilangan kemampuan mendengar.

Program konservasi pendengaran yang lengkap harus dikembangkan di lingkungan


yang memerlukan penggunaan pelindung pendengaran. Program ini meliputi penilaian
kebisingan, pemilihan pelindung pendengaran, pelatihan dan pendidikan karyawan,
pengujian audiometrik, pemeliharaan, inspeksi, pencatatan, dan evaluasi program.

Efektifitas pelindung pendengaran akan turun jika alat tersebut tidak digunakan
secara tepat baik dari segi cara pemasangan maupun waktu pemakaian selama terjadi
paparan kebisingan. Untuk menjaga efektifitasnya, alat tersebut tidak boleh dimodifikasi.
Radio headsets bukan pengganti alat pelindung pendengaran dan sebaiknya tidak
digunakan ketika alat pelindung pendengaran diperlukan untuk melindungi telinga
terhadap paparan kebisingan.

Pelindung pendengaran harus digunakan pada orang yang membutuhkan


perlindungan ekstra. Penggunaan pelindung pendengaran merupakan tindakan jangka
pendek yang bisa dilakukan setelah metode pengendali kebisingan yang lain tidak mampu
mengatasi masalah tersebut. Sebaiknya alat tersebut tidak digunakan sebagai alternative
untuk mengendalikan kebisingan secara teknis dan organisasional.

Pelindung pendengaran yang baik harus mampu meredam kebisingan sehingga


yang terdengar di telinga maksimal adalah 85 dB. Alat ini sebaiknya digunakan selama
menjalankan pekerjaan dalam lingkungan dengan tingkat kebisingan di atas ambang batas
yang diijinkan. Pemilihan alat pelindung pendengaran dilakukan dengan
menyesuaikannya terhadap lingkungan kerja. Selain itu factor kenyamanan dan higienitas
harus dipertimbangkan. Mengingat ada alat pelindung yang lain yang harus digunakan

12
dalam waktu yang bersamaan, misalnya topi, masker, pelindung mata, maka jenis alat
pelindung telinga harus diperhitungkan secara matang sehingga tidak mengganggu fungsi
alat maupun kenyamanan pemakai. Sebaiknya perusahaan menyediakan beberapa jenis
alat pelindung telinga sehingga pekerja dapat memilih sesuai dengan kebutuhan mereka.
Alat pelindung pendengaran dapat berupa:

a. Ear Plug, digunakan dengan memasukkan plug sehingga memblokir saluran telinga.
Ear plug berbentuk premolded (preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya
dijual sebagai produk sekali pakai (disposable) atau dapat digunakan kembali
(reusable).
b. Semi-insert ear plugs, terdiri dari dua ear plugs yang dipasang di ujung head band.
c. Ear muff, berupa penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat
menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga dan ditahan oleh
head band.

7. Pelindung Kepala

Berdasar kebutuhannya, terdapat beberapa macam alat pelindung kepala, yaitu


helm keselamatan yang berfungsi melindungi kepala dari resiko jatuhnya benda,
benturan, dan bahaya listrik. Topi keselamatan digunakan untuk melindungi kepala dari
panas matahari dan guyuran hujan.

a. Safety helmets

Helm dirancang untuk melindungi kepala dari dampak dan penetrasi akibat
jatuh atau melayangnya barang. Helm ini diperlukan oleh orang yang bekerja di area
yang dengan potensi barang jatuh dan melayang atau dimana terdapat kemungkinan
sengatan arus listrik pada kepala. Helm yang digunakan harus memenuhi standar
persyaratan dan spesifikasi yang ditetapkan oleh ANSI Z89.1- 1986, mengenai
persyaratan pelindung kepala untuk keperluan industri.

Pemilihan helm harus dilakukan dengan mempertimbangkan sifat dan lokasi


pekerjaan. Masing-masing orang dapat memilih helm sesuai dengan kebutuhan dan
kenyamanannya, baik jenis maupun ukuran. Aksesoris yang digunakan harus sesuai

13
dengan merk helm. Helm yang berwarna putih lebih mudah terlihat dalam kondisi
pencahayaan yang buruk.

Helm keselamatan direkomendasikan untuk dibersihkan secara rutin.


Umumnya metode pembersihan dengan air hangat dan sabun sudah cukup
membersihkan helm tersebut. Penggunaan pelarut tambahan, air panas, atau bahan
yang abrasive justru tidak disarankan. Semua komponen dan aksesoris helm
keselamatan harus menjalani pemeriksaan visual sebelum digunakan.

b. Sun hats

Orang yang bekerja di luar ruangan harus mengenakan topi dengan


kemampuan maksimal untuk menahan sinar matahari. Topi dipilih berdasar sifat
pekerjaan, jangka waktu paparan, serta alat pelindung jenis lain seperti goggles dan
earmuffs. Bentuk dan ukuran topi harus cukup untuk menutup kepala hingga leher
sehingga benar-benar terlindung dari sinar matahari.

c. Wet weather hats

Topi tahan air harus disediakan bagi orang yang bekerja di luar ruangan pada
musim penghujan. Topi tersebut harus mampu memberikan perlindungan maksimal
terkait dengan sifat pekerjaan, durasi paparan dan peralatan pelindung jenis lain
seperti goggles dan earmuffs.

8. Electrical Protection

Secara luas telah diketahui bahwa kelistrikan dapat mengakibatkan bahaya kerja
serius dengan resiko sengatan arus listrik, luka bakar, kebakaran, dan ledakan. Seperti
juga diketahui, tubuh manusia dapat menghantarkan listrik. Sengatan arus listrik terjadi
ketika terdapat kontak langsung antara tubuh manusia dengan arus listrik sementara
secara bersamaan terjadi kontak dengan permukaan konduktif yang lain dengan potensial
listrik yang berbeda, maka arus akan mengalir, memasuki tubuh pada satu titik kontak,
melintasi tubuh, dan kemudian keluar pada titik kontak lainnya, biasanya tanah. Setiap
tahun banyak karyawan menderita sakit, cedera, bahkan kematian akibat sengatan listrik.

14
Pekerja yang bekerja di lingkungan dengan bahaya potensial listrik harus
dilengkapi dengan alat pelindung elektrik yang sesuai untuk setiap bagian tubuh sehingga
mereka dapat bekerja dengan aman. Penggunaan helm non konduktif dapat
menghindarkan pekerja dari cedera tersengat listrik maupun terbakar akibat kontak
dengan arus listrik. Helm kelas A membantu mengurangi dampak akibat jatuhnya benda
sekaligus mengurangi bahaya akibat kontak dengan konduktor listrik voltase rendah.
Helm tahan uji pada tegangan listrik 2,200 volts. Sementara helm kelas B membantu
mengurangi dampak akibat jatuhnya benda sekaligus mengurangi bahaya akibat kontak
dengan konduktor listrik voltase tinggi. Helm tahan uji pada tegangan listrik 20,000 volts.

Pekerja harus mengenakan alat pelindung mata dan wajah untuk meminimalisir
resiko cedera akibat ledakan listrik. Bahaya yang mungkin timbul berupa panas, benda
terbang, dan lelehan metal sehingga alat pelindung yang digunakan harus awet dan tahan
lama, non konduktif, dan tahan panas.

Panas yang ditimbulkan oleh hubungan arus pendek akibat ledakan konduktor
dapat mencapai suhu 35,000oF. Pada suhu yang lebih rendah, pakaian harian tidak dapat
melindungi pekerja dari luka serius. Kenyataannya, pada suhu setinggi itu, pakaian akan
terbakar dan merembet ke badan pemakainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan
luka parah hingga kematian. Untuk menetralkan panas ekstrim tersebut, diperlukan
pakaian tahan api. Pakaian tersebut meliputi celana, kemeja, coverall, jaket, parkas, dan
ful flash. Tentunya ukuran yang pas, kenyamanan, dan fleksibilitas adalah penting, namun
indicator terpenting bagi pakaian tahan api adalah daya serap kain yang dikenal dengan
sebutan arc thermal performance value (ATPV). ATPV adalah energy panas maksimum
yang dapat diserap oleh kain sehingga menurunkan resiko luka bakar menjadi derajat
dua. Jika pekerja terpapar energy panas pada level 4.0 cal/cm2, maka system pakaian
ATPV yang diperlukan sebesar 4 cal/cm2.

Pakaian yang terbuat dari serat acetate, nylon, polyester, rayon (campuran
maupun tunggal) tidak boleh dikenakan untuk bekerja di area energy listrik kecuali
pekerja tersebut dapat menunjukkan bahwa kain tersebut telah diberi perlakuan sehingga
tahan terhadap segala kondisi.

15
Bagian tangan hingga lengan merupakan bagian tubuh yang paling beresiko
terkena dampak sengatan arus listrik. Hal tersebut menjadikan dasar pentingnya
kapasitas alat pelindung tangan. Sarung tangan isolator mampu melindungi pekerja dari
akibat buruk kontak listrik. Agar proses perlindungan berlangsung dengan efektif, sarung
tangan harus mempunyai kualitas insulasi yang baik, nyaman, tahan lama, dan fleksibel.
Karena berkaitan erat dengan keselamatan jiwa, pengusaha maupun pekerja harus benar-
benar memahami perbedaan dan karakteristik masing-masing jenis dan kelas sarung
tangan yang tersedia.

Sarung tangan pelindung dikategorikan ke dalam enam klasifikasi, masing-masing


berdasar level voltase. Masing-masing level tersebut dapat dikenali berdasar kode warna
pada sarung tangan tersebut.

Klasifikasi voltase pada sarung tangan karet

Warna Kelas Hasil Uji Voltase AC/DC Maksimum Voltase yang Digunakan

Krem 00 2,500/ 10,000 500/ 750

Merah 0 5,000/ 20,000 1,000/ 1,500

Putih 1 10,000/ 40,000 7,500/ 11,250

Kuning 2 20,000/ 50,000 17,000/ 25,500

Hijau 3 30,000/ 60,000 26,500/ 39,750

Oranye 4 40,000/ 70,000 36,000/ 54,000

16

Anda mungkin juga menyukai