Anda di halaman 1dari 5

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


KIMIA INDUSTRI

BAB IV LARUTAN STANDAR

ADHI KUSUMASTUTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB IV LARUTAN STANDAR

Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran kimia
Kompetensi Dasar : Mempertunjukkan pembuatan dan standarisasi larutan

A. Pengantar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara akurat.
Larutan tersebut dimasukkan di dalam buret dan digunakan untuk mentitrasi larutan yang
konsentrasinya belum diketahui (larutan sampel). Larutan standar berfungsi sebagai
referensi untuk menentukan konsentrasi larutan. Fungsi lain dari larutan standar yaitu
menstandarkan larutan volumetric. Larutan baku sekunder juga disiapkan dari larutan
standar. Pada proses kalibrasi instrument, diperlukan penggunaan larutan standar.

Larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer dapat disiapkan dengan menimbang dan melarutkan
larutan pada reagen yang akan direaksikan dengan analit. Larutan standar primer harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kemurnian yang tinggi, harus berupa bahan dengan kemurnian tinggi, diutamakan
99.98%. Di laboratorium kimia, umumnya terdapat bahan dengan tingkat kemurnian
yang berbeda. Persentase kemurnian larutan dapat ditemukan di label pada botolnya.
Larutan dengan kemurnian ≥ 99.98% dapat digunakan sebagai larutan standar.
2. Stabil dengan keberadaan udara. Larutan tersebut seharusnya tidak mudah bereaksi
ketika disimpan dalam wujud murni. Dengan kata lain, larutan tersebut memiliki
kereaktifan yang sangat rendah. Hal ini penting mengingat jika reagen mudah bereaksi
dengan oksigen atau air maupun mudah berubah sifat maka larutan tersebut tidak
reliable. Bahan yang tidak stabil dan tidak reliable tidak dapat digunakan sebagai
standar.
3. Tidak mengandung air yang mungkin timbul dan bervariasi dengan perubahan
kelembaban dan suhu.
4. Murah

1
5. Mudah dilarutkan dalam pelarut tertentu untuk menghasilkan larutan yang stabil.
6. Merupakan bahan yang anhidrat, tidak mengandung molekul air dalam struktur
molekulnya.
7. Tidak higroskopis sehingga ketika berada dalam wadah terbuka tidak menyerap
molekul air dari udara.
8. Mempunyai berat molekul yang sangat besar
9. Mudah ditimbang, karena sangat murni maka berat bahan menunjukkan jumlah mol
yang tersedia.
10. Tidak beracun.

Persyaratan tersebut dapat dipenuhi oleh beberapa bahan misalnya natrium karbonat
anhidrat (Na2CO3), perak nitrat (AgNO3), kalium hydrogen ftalat (KHC8H4O4).

Larutan standar sekunder digunakan pada laboratorium standar seperti


perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan reagen dan perlengkapan
laboratorium atau perusahaan yang menghasilkan bahan control bagi laboratorium.
Larutan standar primer digunakan sebagai kalibrator primer sementara larutan standar
sekunder digunakan untuk tujuan kalibrasi bahan control untuk menganalisis bahan
dengan konsentrasi yang tidak diketahui. Jadi pada dasarnya standar sekunder memenuhi
tujuan pengendalian mutu eksternal untuk laboratorium kecil. Perlu diketahui bahwa
larutan standar sekunder harus distandarisasi terlebih dahulu terhadap larutan standar
primer.

Larutan standar sekunder dapat dibuat dengan larutan dengan kemurnian tinggi.
Jika larutan tersebut menggunakan pelarut air, maka harus menjalani proses deionisasi.
Tanpa pelarut murni, larutan standar yang sudah disiapkan menjadi tidak berguna.
Sebelum menggunakan larutan, harus dilihat tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa,
tanggal penerimaan bahan, segel wadah, dan lain-lain. Larutan standar sekunder
mempunyai kemurnian yang lebih rendah dibanding larutan standar primer. Larutan ini
kurang stabil dan lebih reaktif dibanding larutan standar primer. Namun demikian, larutan
stabil dalam jangka waktu penyimpanan yang lama. Larutan standar sekunder dititrasi
dengan larutan standar primer. Biasanya merupakan bahan yang sesuai sebagai bahan

2
kimia standar namun belum memenuhi persyaratan untuk menjadi larutan standar
primer.

Contoh standar sekunder adalah natrium hidroksida anhidrat. Bahan tersebut


sangat higroskopis, namun begitu botol dibuka, akan menyerap kelembaban sehingga
menjadi lembab. NaOH yang diletakkan dalam udara terbuka akan lembab, ditandai
dengan naiknya berat bahan. Hal tersebut membuktikan bahwa NaOH menyerap molekul
air dari udara. Contoh lain pada kalium permanganate (KMnO4) yang juga sering
digunakan sebagai standar sekunder. Bahan tersebut bersifat reaktif dan tidak stabil.
Seringkali karena reaktifitasnya, bahan tersebut terkontaminasi oleh oksidasi MnO2 dari
produk itu sendiri. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut tidak sesuai digunakan sebagai
standar primer namun sangat baik digunakan sebagai standar sekunder.

B. Pembuatan Larutan Standar


Peralatan yang diperlukan:

1. Labu ukur (Volumetric flask)


2. Kaca arloji (Watch glass)
3. Corong kaca (Glass funnel)
4. Botol reagen
5. Pipet
6. Buret
7. Gelas ukur (Graduated cylinder)
8. Labu Erlenmeyer (Conical flask)

Timbangan Analitik

1. Kapasitas 150-200 g
2. Penimbangan terkecil 0.1 mg
3. Jangan melebihi kapasitas, hindarkan timbangan dari bahan panas dan korosif,
bersihkan setelah pemakaian, letakkan timbangan pada meja yang datar dan stabil

Pembuatan larutan standar primer

Pada pembuatan larutan kalium dikromat 0.0417 M, dibuat dari K 2Cr2O7 dengan berat
molekul 294 g/mol, maka massa yang diperlukan untuk setiap 1 L larutan adalah:

3
= 294 g/mol x 0.0417 mol/L x 1 L

= 12.2598 g

Langkah pembuatan:

1. Bahan kimia dikeringkan pada suhu 103-105oC selama 2 jam dan didinginkan
dalam desikator
2. Timbang bahan 12.2598 g dengan gelas arloji yang bersih, kering dan sudah
ditimbang beratnya.
3. Masukkan bahan yang sudah ditimbang dengan corong ke dalam labu ukur 1 liter.
4. Bilas gelas arloji dengan air melalui corong
5. Tambahkan sekitar 0.5 L air suling, kocok, tambahkan air hingga batas 1 liter,
kocok
6. Pindahkan larutan ke dalam botol reagen, simpan.

Pembuatan larutan standar sekunder

Pada pembuatan larutan ferrous ammonium sulfat 0.25 M, dibuat dari


Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dengan berat molekul 392 g/mol, maka massa yang diperlukan untuk
setiap 1 L larutan adalah:

= 392 g/mol x 0.25 mol/L x 1 L

= 98 g

Langkah pembuatan:

1. Bahan kimia dikeringkan pada suhu 103-105oC selama 2 jam dan didinginkan
dalam desikator
2. Timbang bahan 12.2598 g dengan gelas arloji yang bersih, kering dan sudah
ditimbang beratnya.
3. Masukkan bahan yang sudah ditimbang dengan corong ke dalam labu ukur 1 liter.
4. Bilas gelas arloji dengan air melalui corong
5. Tambahkan sekitar 0.5 L air suling dan 20 mL H2SO4 pekat, kocok, tambahkan air
hingga batas 1 liter, kocok.
6. Pindahkan larutan ke dalam botol reagen, simpan.

Anda mungkin juga menyukai