DALAM KEHAMILAN
(Triple Eliminasi)
Dr. dr. Cut Meurah Yeni, SpOG (K)
Target: tahun 2022
SDG 3 = Promosi hidup sehat dan kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia
dengan memperhatikan prioritas kesehatan sebagai wawasan pembangunan, termasuk
kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak dan penanggulangan penyakit menular.
2,50%
1,70% § Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV 20 – 45%
§ Risiko penularan dari ibu ke anak untuk sifilis 69 – 80%
0,30% § Risiko penularan dari ibu ke anak untuk hepatitis B > 90 %
Shephard CW, Simard EP, Finelli L, Fiore AE, Bell BP. Hepatitis B Virus Infection: epidemiology and vaccination. Epidemiol Rev. 2006;28:112-25
Hepatitis B Akut dan Kronik
MchMahon BJ. The natural history of chronic hepatitis B-virus infection. Hepatology. 2009;49(5):45-55
Hepatitis B Kronik pada
Kehamilan
Prevalensi Transmisi Hepatitis B di Eropa
Tahun 2006-2012
Duffell EF, Laar MJW, Amato-Gauci AJ. Enhanced surveillance of hepatits B in the EU, 2006-2012. Journal of Viral Hepatitis. 2015;22:581-89.
Komplikasi Hepatitis B pada Kehamilan
World Health Organization. Guidelines for the prevention, care and treatment of persons with chronic hepatitis B infection. 2015.
Perjalanan Hepatitis B Kronik
Manifestasi Hepatitis B pada Kehamilan
Hepatitis B Akut
§ Sering asimptomatik
Hepatitis B § Gejala yang dapat muncul adalah tanda-tanda
sirosis
Kronik § Perlunya deteksi dini
Tan YT, Sun C, Liu CX, Xie SS, Xiao D, Liu L, Yu JH, et al. Clinical features and outcome of acute hepatits B in pregnancy. BMC Infectious Disease.
2014;14:368
Deteksi Awal Infeksi Hepatitis B Kronik
Seluruh ibu hamil diperiksakan nilai HBsAg pada awal dan trimester
ketiga kehamilan
MchMahon BJ. Natural history of chronic hepatitis B-clinical implications. Medscape J Med. 2008;10(4):91
Anamnesis pada Pasien dengan
HBsAg Positif
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Tanda dan Gejala
Sirosis
Lingkar Pinggang
• Asia : ≥ 90 cm (laki-laki) dan 80 cm
(perempuan)
• Eropa : ≥ 94 cm (laki-laki) dan 80 cm
(perempuan)
EASL-EASD-EASO Clinical Practice Guidelines for the management of non-alcoholic fatty liver disease. J Hepatol. 2016
Faktor Risiko Metabolik
EASL-EASD-EASO Clinical Practice Guidelines for the management of non-alcoholic fatty liver disease. J Hepatol. 2016
Pemeriksaan Laboratorium pada
Pasien dengan HBsAg Positif
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Pemeriksaan Pencitraan pada
Pasien dengan HBsAg Positif
USG Abdominal
FibroScan
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Penegakkan Diagnosis Hepatitis B
Kronik pada Kehamilan
Sarin SK, Kumar M, Lau GK, Abbas Z, Chan HLY, Chen CJ, et al. Asian-Pacific clinical practices guidelines on the management of hepatitis B: a 2015
updated. Hepatol Int. 2016;10:1-98
Faktor Risiko Infeksi VHB
◦ Multiple sexual partners
◦ Penggunaan obat intravena menggunakan jarum tidak steril
◦ Kontak dengan pasien yang terinfeksi atau pasien karier hepatitis
B kronik
Eksklusi : Bilirubin ±
• IgM anti Alk.fosfatase ↑
• Hepatitis Viral alk.fosfatase ↑
HAV
• Infeksi Herpes
• HBsAg
• Penggunaan
• Anti HCV
obat-obatan Tidak ada follow
Pencitraan bilier
up
Tran TT, Ahn J, Reau NS. ACG Clinical Guideline: Liver Disease and Pregnancy. Am J Gastroenterol. 2016
Perubahan Fisiologis selama Kehamilan
Tran TT, Ahn J, Reau NS. ACG Clinical Guideline: Liver Disease and Pregnancy. Am J Gastroenterol. 2016
Algoritma Diagnosis Hepatitis B pada Kehamilan
Borgia G, Carleo MA, Gaeta GB, Gentile I. Hepatitis B in pregnancy. World J Gastroenterol. 2012;18(34):4677-83
Definisi Transmisi Vertikal VHB
Gentile I, Borgia G. Vertical transmission of hepatitis B virus: challenges and solutions. InternationalJournal of Women’s Health. 2014;6:605-11
HbsAg dan DNA-VHB (+) saat lahir :
- Sering hanya bersifat sementara (fenomena transien)
- Tidak menggambarkan transmisi
Papaevangelou V. Perinatal HBV Viremia in Newborns of HbsAg(+) mothers is a transient phenomenon that does not necessarily imply HBV infection
transmission. Journal of Clinical Virology. 2012; 54:202
Anti Hbe dan anti Hbc (+) dari lahir hingga usia 2 tahun:
tidak berhubungan dengan infeksi VHB kronik
Papaevangelou V. Perinatal HBV Viremia in Newborns of HbsAg(+) mothers is a transient phenomenon that does not necessarily imply HBV infection
transmission. Journal of Clinical Virology. 2012; 54:202
Tata Laksana Hepatitis B dan
Pencegahan Transmisi Vertikal
Proses Kelahiran
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Indikasi Pemberian Antiviral pada Ibu Hamil
HbsAg (+)
Pemberian Antiviral
DNA-VHB > 200.000 U
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Penentuan Waktu Pemberian Antiviral
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
WHO New recommendation
qTenofovir WHO recommends that pregnant women
testing positive for HBV infection (HBsAg
prophylaxis to positive) with an HBV DNA ≥ 5.3 log10 IU/mL (≥
prevent mother- 200,000 IU/mL)1 receive tenofovir prophylaxis
to-child from the 28th week of pregnancy until at least
birth, to prevent mother-to-child transmission
transmission of of
ThisHBV (conditional
is in addition recommendation,
to three-dose hepatitis B
HBV moderate quality of evidence)
vaccination in all infants, including timely birth dose
Antiviral dihentikan
Pantau AST
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Pengaruh Antiviral terhadap Menyusui
Bukan
Kontraindikasi
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Pemilihan Antiviral pada VHB Kronik
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Rekomendasi AASLD 2015
Benefit
Risk
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Immunoprofilaksis
1. Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
2. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2014.
Per Vaginam atau Sectio Caesaria ?
Rekomendasi 8A
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Peran Dokter Umum dalam Penanganan
Hepatitis B pada Ibu Hamil
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi Kedua. 2012
Peran Dokter Umum dalam Penanganan
Hepatitis B pada Ibu Hamil
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi Kedua. 2012
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PERMASALAHAN SIFILIS PADA
IBU HAMIL DI INDONESIA
3A : Lulusan dokter mampu membuat diagnose klinis dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan yang bukan gaswat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
Kembali dari rujukan.
INDONESIA
SDG 3 = Promosi hidup sehat dan kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia dengan
memperhatikan prioritas kesehatan sebagai wawasan pembangunan, termasuk kesehatan
reproduksi, kesehatan ibu dan anak dan penanggulangan penyakit menular.
2,50%
1,70% u Resiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV 20 – 45 %
u Resiko penularan dari ibu ke anak untuk sifilis 69 – 80 %
u Resiko penularan dari ibu ke anak untuk hepatitis B > 90 %
0,30%
Dobson SR. Syphilis. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ, Steinbach WJ, editors. Feigin and Cherry's Textbook of Pediatric Infectious Diseases 8th edition. ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2019.
PERJALANAN PENYAKIT SIFILIS
KLASIFIKASI SIFILIS (WHO)
Penyakit Sifilis pada kelamin wanita
ULKUS GENITAL / LUKA PADA ALAT KELAMIN
Luka kotor dengan
nyeri
Herpes simpleks
Herpes simpleks
Kondiloma
Stadium Primer SIFILIS
Ulkus Sifilis Primer Ulkus Sifilis Primer
di Daerah Anorektal di Labium Mayora
STADIUM SEKUNDER SIFILIS
Duff. P. Maternal and Fetal Infections. In: Resnik R, editor. Creasy and resnik's maternal-fetal medicine : principles and practice. 8th edition. 2018.
STADIUM TERSIER SIFILIS
Gambaran Gumma di Hidung Gumma di Pallatum
Sumber: Public Health Image Library Database (PHIL) of the US Centers for Disease Control (CDC)
Chancroid
APA PENGARUHNYA SIFILIS
PADA JANIN ?
SIFILIS KONGENITAL
Organ tubuh janin yang terkena
sifilis:
• Plasenta
• Hepar
• Paru-paru
• Tr. Gastrointestinal
• Ginjal
• Pankreas
• Susunan syaraf pusat
• Sistem tulang
W_INDRIATMI 68
Sifilis Kongenital
Reaktif
Terapi Benzatin
Penisilin
Alur Tes Serologis Sifilis
Bila TERSEDIA Tes Non
Treponema dan
Treponema
3 bulan terakhir =
- Riwayat pengobatan (+)
- Ulkus (-)
Riwayat pengobatan (-)
Titter berapapun
Non reaktif
Sembuh
IUFD
Sifilis kongenital
TREATMENT:
1.Aqueous penicillin G 50,000 U/kg IV q 12 hr ( 1 wk of
age), continue with q 8 hr (10 days),
or
procaine penicillin G 50,000 U/kg IM q 24 hr (10 days)
2.Benzathine penicillin G 50,000 U/kg IM x 1 dose
Dobson SR. Syphilis. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ, Steinbach WJ, editors. Feigin and Cherry's Textbook of Pediatric Infectious Diseases 8th edition. ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2019.
Terapi Sifilis Kongenital
Bayi dengan klinis terbukti /
kemungkinan besar sifilis Anjuran terapi Anjuran evaluasi
kongenital
• Pemeriksaan fisis sesuai • Anjuran terapi: Aqueous crystalline • Analisis cairan
sifilis kongenital penicillin G 100.000- 150.000 unit serebrospinal:
• Titer serologi non /Kg/hari, injeksi IV 50.000 VDRL,protein,dan hitung
treponema kuantitati unit/kg/dosis IV setiap 12 jam dalam sel
lebih tinggi sampai 4X 7 hari pertama dilanjutkan dengan • Complete blood count,
lipat titer ibu setiap 8 jam selama total 10 hari differential count, platelet
• Hasil positif pada atau; count
pemeriksaan • Procain penicillin G 50,000 unit/ • Tes lain sesuai indikasi
mikroskopis lapangan kg/dosis, injeksi IM sekali suntik klinis: Ro tulang panjang, Ro
gelap dari cairan tubuh perhari selama 10 hari toraks Tes fungsi hati, USG
Catatan : Bila ada pengobatan yang tidak cranial, Pemeriksaan
diberikan lebih dari satu hari, maka oftalmologi, Respons
pengobatan diulang dari awal. pendengaran
Bayi dengan klinis normal dan
titer serologi nontreponema Aturan pakai Anjuran evaluasi
kuantitatif sama atau tidak
melebihi 4X lipat titer ibu
• Ibu belum diobati, • Aqueous crystalline penicillin • Analisis cairan serebro spinal:
pengobatan tidak adekuat, G 100,000–150,000 VDRL, protein dan hitung
tidak ada catatan pernah di unit/kg/hari,injeksi IV 50,000 jenis sel
obati unit/kg/dosisIV setiap 12 jam • Complete blood count,
• Ibu diobati dengan eritromisin dalam usia 7 haripertama days
differential count, platelet
atau obat bukan penisilin lain dilanjutkan degan setiap 8 jam
• Ibu di obati kurang dari 4 selama total 10 hari ATAU count
minggu sebelum partus • Procaine penicillin G 50,000 • Ro tulang panjang
unit/kg/dosis, injeksi IM sekali
suntik per hari selama 10
hari
• Benzathine penicillin G
50,000 unit/kg/dosis IM sekali
suntik
Bayi dengan klinis normal dan titer
Serologi nontreponema kuantitatif Anjuran Terapi Anjuran Evaluasi
SAMA atau tidak melebihi 4X lipat
titer ibu
• IBU sudah diobati saat • Benzathine penicillin G 50,000 • Tidak ada
hamil,pengobatan adekuat sesuai unit/kg/ dosis IM sekali suntik
stadium,diobati lebih dari 4 • Pendapat lain: Tidak mengobati
minggu sebelum partus bayi, tetapi pengamatan ketat
• Tidak ada bukti ibu mengalami serologi bayi bila si ibu titer
relaps atau reinfeksi serologi nontreponema menurun
4X lipat sesudah terapi adekuat
untuk sifilis dini atau tetap stabil
atau rendah pada sifilis lanjut
• IBU pengobatan adekuat sebelum • Tidak perlu terapi • Tidak ada
hamil • Dapat diberikan terapi benzathine
• IBU titer serologi nontreponema penicillin G 50,000 units/kg/ dosis
tetap rendah dan stabil, sebelum IM sekali suntik, terutama bila
dan selama kehamilan atau saat follow-up meragukan
partus (VDRL<1:2;RPR<1:4)
Skrining Sifilis
• Kadar HIV dalam darah ibu • Usia kehamilan dan berat • Jenis persalinan : resiko
• Kadar CD4 badan bayi saat lahir penularan persalinan
• Status gizi selama kehamilan • Periode pemberian ASI pervaginam lebih besar
• Penyakit infeksi selama • Adanya luka di mulut bayi • Lama persalinan
kehamilan • Ketuban pecah lebih dari
• Masalah pada payudara empat jam sebelum persalinan
a.Tindakan episiotomi, ekstraksi
vakum dan forsep
meningkatkan risiko penularan
HIV.
PRINSIP PENULARAN HIV
• E = Exit
(virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi)
• S = Survive
(virus harus bertahan hidup diluar tubuh)
• S = Sufficient
(J=jumlah virus harus cukup untuk dapat menginfeksi)
• E = Enter
(virus masuk ketubuh orang lain melalui aliran darah)
Concentration of HBV in
Body Fluids
High Low/Not Detectable
Moderate
1% 4% 12% 8% 7% 3%
Semua ibu hamil dengan HIV harus diberi terapi ARV, tanpa
harus menunggu pemeriksaan jumlah CD4,
karena kehamilan itu sendiri merupakan indikasi pemberian
ART yang dilanjutkan seumur hidup
(option B+ WHO, sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
Pemberian ARV pada Ibu Hamil
ART
Pengobatan IO
Pengobatan dasar
Substitute
• Mengganti salah satu/ sebagian komponen ART dengan obat dari lini
pertama
Switch
• Mengganti semua rejimen ART (beralih ke lini kedua)
Stop
• Menghentikan pengobatan ARV
STRATEGIC USE OF ARV
à SUFA 2016
TEMUKAN OBATI PERTAHANKAN
(Tes HIV) (Pemberian ARV Tanpa melihat CD4) (Meningkatkan retensu ART)
- Pasangan • Peningkatan
• Pasien CD4 <350
ODHA koordinasi
• Pasien masuk
- Ibu hamil • Peran aktif ODHA
St3-4
- Pasien IMS dan keluarga
• Pasien dengan IO
- Pasien TB • Strategi
TBC, hepatitis,
- Pasien komunikasi
toksoplasmosis,
Hepatitis • Dukungan ODHA
dll
- Populasi kunci • Kartu Pasien
• Ibu hamil (+) HIV
- Pasien di beregistrasi
• Populasi kunci
layanan nasional diisi
• ODHA dengan
kesehatan di lengkap
pasangan
daerah • Ikhtisar
epidemi perawatan diisi
meluas lengkap
1. Cakupan Tes HIV Bumil
2. Terapi ARV bagi bumil ODHA
www.kesga.kemkes.go.id
SYARAT KELAYAKAN HAMIL
PADA PASANGAN ODHA
ASPEK MEDIS ASPEK SOSIAL
Kondisi kesehatan Anda/pasangan Kondisi kesehatan Anda/pasangan 1. Kehamilan direncanakan oleh kedua
memungkinkan untuk kehamilan memungkinkan untuk kehamilan belah pihak, Bapak dan Ibu harus benar-
sehat, jika: sehat, jika: benar memahami risiko dan konsekuensi
1. Kesehatan secara umum 1. Kesehatan secara umum kehamilan, persalinan dan aspek
baik*, dan baik*, dan pengasuhan anak
2. HIV stadium 1 atau 2, dan 2. HIV stadium 1 atau 2, dan
2. Komitmen menghindari faktor risiko HIV -
3. CD4 >350, dan 3. CD4 >350, dan
AIDS melalui ABCDE**
4. telah minum ARV secara 4. telah minum ARV secara
teratur minimal 6 bulan atau teratur minimal 6 bulan atau 3. Persetujuan dan dukungan dari anggota
viral load tidak terdeteksi, dan viral load tidak terdeteksi, dan keluarga lainnya untuk mengasuh anak
5. Tidak ada tanda/gejala infeksi 5. Tidak ada tanda/gejala infeksi tersebut di kemudian hari bila terdapat
lain dengan memperhatikan lain dengan memperhatikan keterbatasan pada orang tuanya
kondisi epidemiologi setempat kondisi epidemiologi setempat 4. Siap pembiayaan kesehatan sejak
(misal TB, hepatitis B, sifilis, (misal TB, hepatitis B, sifilis, persiapan kehamilan hingga perawatan
malaria) malaria) anak setelah lahir
• Jika salah satu/lebih kondisi tersebut tidak memenuhi syarat, sarankan klien untuk menunda kehamilan dengan
metode kontrasepsi sambil dilakukan tata laksana hingga kondisi kesehatan menjadi layak hamilà lanjutkan ke
hal.Metode Kontrasepsi (hal. 28)
• Jika seluruh kondisi memenuhi syarat, dapat dilanjutkan ke Tahap Persiapan Kehamilan Pada ODHA (hal.20) 17
• Anjurkan klien untuk selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual, walaupun pasangan telah
menggunakan kontrasepsi lain
SYARAT
KELAYAKA
• (*) Penilaian kondisi kesehatan
N HAMIL klien berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,dan verifikasi hasil pemeriksaan
laboratorium
• (**) A: Abstinence, B: Be faithful, C: Use condom, D: No drugs, E: Education
5. Pemberian makanan BIHA
6. Pemberian terapi profilaksis pada BIHA
7. Imunisasi BIHA
8. Pemeriksaan dini HIV pada BIHA
PEMBERIAN PROFILAKSIS ARV
UNTUK BAYI LAHIR DARI IBU HIV
Pemberian ARV pada Bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV yang mendapatkan pengganti
bayi yang lahir: ASI (PASI) diberikan profilaksis zidovudin dengan dosis sesuai
1).mencegah usia gestasi selama 6 minggu
transmisi HIV yang (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
terjadi terutama
pada saat persalinan Apabila bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV mendapatkan ASI, maka
dan menyusui; 2). profilaksis yang diberikan adalah zidovudin dan nevirapin
pencegahan pasca- dengan dosis sesuai usia gestasi selama 6 minggu dengan syarat
pajanan (PPP) yang ibu harus dalam terapi ARV kombinasi
bertujuan untuk (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
menurunkan risiko • kombinasi dua ARV profilaksis pada bayi terpajan HIV yang
infeksi HIV setelah mendapatkan ASI memiliki efektivitas yang cukup baik dalam
mendapat pajanan menurunkan transmisi vertikal
potensial • Masalah yang kemudian timbul dengan penggunaan kombinasi
NVP dan AZT pada bayi terpajan HIV yang diberikan ASI adalah
angka resistensi NVP lebih tinggi
REKOMENDASI UNTUK BAYI BARU LAHIR
Pemberian ARV pada bayi: Semua bayi yang dilahirkan dari ibu HIV(+),
diberikan profilaksis zidovudine sejak 12 jam pertama hingga usia 6
minggu .
Diagnosis HIV Pada Bayi:untuk menegakkan diagnosa HIV pada bayi bisa
dilakukan dengan penmeriksaan serologi pada usia 18 bulan. Apabila
sarana memungkinkan dapat dilakukan dengan pemeriksaan virologi
dengan pemeriksaan EID maupun PCR HIV RNA pada usia diatas 6
minggu. Bayi yang positif segera diberikan ARV.
Kotrimoksazol Profilaksis pada bayi: Bila pada minggu ke 6 diagnosis HIV
belum dapat ditegakkan maka pemberian Kotrimoksazol profilaksis
diberikan hingga dinyatakan negative
PENATALAKSANAAN NIFAS, MENYUSUI
Paduan terapi ARV • TDF+3TC(atau FTC)+EFV dalam bentuk kombinasi dosis tetap
lini pertama pada merupakan pilihan paduan terapi ARV lini pertama - (sangat
orang dewasa, direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
termasuk ibu hamil • Jika TDF+3TC(atau FTC)+EFV dikontraindikasikan atau tidak
dan menyusui, tersedia, pilihannya adalah:
terdiri atas 3 • AZT+3TC+EFV
paduan ARV. • AZT+3TC+NVP
Paduan tersebut • TDF+3TC(atau FTC)+NVP
harus terdiri dari 2 (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
obat kelompok
• TDF+3TC(atau FTC)+EFV dapat digunakan sebagai alternatif
NRTI+1 obat
paduan terapi ARV lini pertama (rekomendasi sesuai kondisi,
kelompok NNRTI:
kualitas bukti sedang)
Note: TDF (tenofovir); 3TC (lamivudine); FTC (emtricitabin); EFV (efavirenz); AZT (zidovudine)
Note: NRTI (nucleoside reverse
transcriptase inhibitor); NNRTI
(non-nucleoside reverse-
trancriptase inhibitor)
Ibu HIV boleh menyusui bayi nya- : Boleh dengan syarat
- PASI bila AFASS
Apabila bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV mendapatkan ASI, maka profilaksis
yang diberikan adalah zidovudin dan nevirapin dengan dosis sesuai usia
gestasi selama 6 minggu dengan syarat ibu harus dalam terapi ARV kombinasi
(rekomendasi sesuai kondisi, kualitas bukti tinggi).
5. Pemberian makanan BIHA
6. Pemberian terapi profilaksis pada BIHA
7.Imunisasi BIHA
Sama dengan imunisasi anak sehat kecuali BCG ditunda
dan IPV untuk polio
TAKE HOME MESSAGE