Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SGD LBM 1

“AKU BATUK-BATUK”

Disusun oleh :

Nama : Renaldo Tegar Prasetyo D

NIM. : 018.06.0022
Kelas : B
Blok : Respirasi II
Tutor : dr. Ida Ayu Made Mahayani, S. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat, rahmat dan
anugrah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga Laporan tutorial LBM 1 dengan topik pembahasan
yang yang berjudul ‘Aku Batuk – Batuk ” dapat diselenggarakan tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa Kedokteran UNIZAR dapat memahami isi
makalah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat bermanfaat khususnya
untuk mahasiswa kedokteran itu sendiri. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Ida Ayu Made Mahayani, S. Ked. sebagai dosen yang senantiasa memberikan saran
serta bimbingan dalam pelaksanaan tutorial.
2. Sumber literature dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan serta inovasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki terbatas untuk menyusun makalah
ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

Mataram, 27 Januari 2022

Renaldo Tegar Prasetyo D

2
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 3
Skenario................................................................................................................................. 3
Deskripsi Masalah ................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................ 5
Pembahasan.......................................................................................................................... 5
BAB III ......................................................................................................................................... 15
Kesimpulan .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

3
BAB I
Skenario
Nyonya S, 30 tahun datang ke Poli Paru RS dengan keluhan batuk. Batuk memberat
sejak 5 minggu dan dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien sering terbangun malam hari
untuk mengganti baju selalu basah karena keringat. Awalnya batuk berdahak dengan warna kuning
kehijauan dan tidak disertai darah, tetapi sejak 1 minggu ini dahaknya bercampur dengan darah
kemerahan. Pasien merasa nafsu makannya berkurang dan berat badannya turun 8 kg dalam 2
bulan ini. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini namun Ibu
pasien memiliki keluhan yang sama dan tinggal bersebelahan dengan pasien (pasien merawat
ibunya yang sakit)

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, TD: 120/80 mmhg, Nadi : 96x/m, suhu 38,3°C, RR :
24 x/m. Berat badan 42kg. Pada Auskultasi didapatkan suara napas menurun di kedua lapang paru
(terutama di apeks paru kanan dan kiri), ronkhi di kedua lapang paru, perkusi paru sonor.

Deskripsi Masalah
Pada skenario tersebut, pasien adalah seorang wanita dengan umur 30 tahun datang ke poli
paru dengan keluhan batuk, kemudian batuknya memberat sejak 5 minggu dan dirasakan terus
menerus sepanjang hari, awalnya batuknya berdahak dengan warna kuning kehijauan lalu di sertai
darah sejak 1 minggu ini dahaknya bercampur dengan darah kemerahan. Dari keluhan ini kami
menemukan permasalahan yang terjadi pada pasien yang diamana keluhan ini kami curigai akibat
terjadinya paparan bakteri yang masuk di dalam sistem respirasi dan bakteri tersebut menginfeksi
organ-organ yang di dalam seperti paru paru, trakea dan saluran pernapasan lainya sehingga keluar
dahak yang di sebabkan oleh silia siliah yang mampu mengusir bakteri kemudian terdapat juga
keluhan pada malah hari seperti sering terbangun untuk mengganti baju karena merasa kegerahan
dan keringat malam, dari keluhan selanjutnya terdapat keringat malam yang dimana pada
pembahasan sesi awal adalah yang disebakan oleh bakteri yang menginfeksi paru paru sehingga
terjadi proses termoregulasi selain itu juga keringat malam dapat terjadi akibat pengonsumsian
obat tertentu, kemudian apakah ada hubungan keluhan dari Nyonya S

4
dengan tempat tinggal bersebelahan dengan ibunya, ada, umumya saat batuk atau bersin, bakteri
atau virus yang terdapat dalam dahak akan menyebar ke udara. Bakteri dan virus yang berada di
udara bisa bertahan selama berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya
terhirup oleh orang lain. Umumnya penularan akan terjadi di dalam ruangan di mana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Orang - orang yang berisiko tinggi terkena penularan adalah
mereka yang sering bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita , seperti keluarga,
teman sekantor, atau teman sekelas.itulah sebabnya mengapa pasien beresiko tinggi tertular oleh
ibunya yang tinggal bersebelahan.

Selanjutnya pada pemeriksaan fisik di dapatkan TD masih dalam keadaan normal, nadi
juga masih dalam koadaan normal, denyut nadinya masih dalam keadaan normal dan berbeda
dengan suhunya yang berada pada angka 38,3°C yang di mana sudah termasuk dalam keadaan
demam, dan pada respirasi ratenya juga termasuk tidak normal, kemudian berat badan tidak naik
naik dan tetap 42 kg. pada pmeriksaan auskultasi di dapatkan suara napas menurun di keduan
lapang paru, dan terdengar suara ronki lapang paru dan terdapat suara sonor pada saat perkusi. Dari
pembahasan hasil diatas bisa dicurigai pasien memiliki penyakit TB paru dan berikut akan
dijelaskan pada pembahasan dibawah ini.

5
BAB II

Pembahasan
Penegakan Diagnosis

Dari sekenario diatas Pasien mengeluhkan terjadi penurunan nafsu makan dan berat badan itu
karena infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis merangsang termolegulator
hingga terjadi peningkatan suhu tubuh, batuk-batuk yang biasanya dapat terjadi pada penderita TB
paru karena adanya peningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh. Penyakit tuberkulosis paru
merupakan salah satu penyakit dengan kekebalan bakteri yang cukup kuat sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam proses penyembuhannya, hal ini tentu mengganggu psikis
penderitanya sehingga tidak jarang menyebakan seorang penderita TB paru mengalami stress yang
cukup berkepanjangan dan mengakibatkan penurunan nafsu makan sehingga otomatis berat badan
juga akan menurun secara drastis dalam waktu yang cukup singkat. Selain itu juga penurunanan
nafsu makan dan berat badan ini diakibatkan karena adanya infeksi pada saluran pernafasan dan
adanya dahak sehingga nantinya terdapat kesulitan dalam proses menelan makanan dan
menyebabkan seseorang akan kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

Definisi TB

Penyakit kronis menular yang disebabkan oleh infeksi kompleks dari mycobacterium tuberculosis
bakteri berbentuk batang dan bersifat tahan asam (BTA) yang ditularkan melalui dahak dsri
penderita Tb ke individu lainya (IPD UI)

Penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis, dimana


biasanya pada gambar radiologi ditemukan granulomatosa tubercular mengalami nekrosis kaseosa
(PA ROBINS)

Berdasarkan definisi kasus TB terdiri daru 2 jenis:

• Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologi

6
Pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan uji biologinya (sputum dan
jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis langsung, Tes Cepat Molekuler (TCM) TB,
atau biakan
• Pasien TB terdiagnosis secara klinis
Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologi terapi, tetapi
didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter dan diputuskan untuk diberikan
pengobatan TB

Epidemiologi

TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia.
Sekitar dua milyar orang atau 1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB laten.

Dari 10,4 juta orang terkena TB di tahun 2015, 1,8 juta berakhir dengan kematian
(diantaranya ada 0,4 juta kematian orang yang terkena TB dan HIV). Dari satu juta anak-anak usia
≤14 tahun yang terkena TB, sebanyak 170.000 anak-anak meninggal akibat penyakit ini pada tahun
2015.

Lebih dari 95% kematian TB tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah, 60% kematian tersebut ada pada enam negara, secara berurutan: India, Indonesia,
China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan.

Sekitar 480.000 orang menjadi resisten terhadap obat anti TB, dengan multidrug-
resistant TB Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB
masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO
mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah
kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh
mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh
dunia.

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi dinegara-negara
yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yainu 20-49 tahun.
7
Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus kaus TB
yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia Alasan utama munculnya atau meningkatnya
beban TB global ini antara lain disebabkan yaitu 1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak
hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu
dinegara maju. 2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
pada penduduk di kelompok yang rentan terutama dinegeri-negeri miskin. 4.Tidak memadainya
pendidikan mengenai TB di antara para dokter. 5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana
diagnostik, dan pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak
adekuat. 6. Adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia. (WHO.2015)

Etiologi

Penyebab utama TB adalah mycobacterium tuberculosis yakni bakteri berbentuk batang


bersifat tahan asam yang memiliki Panjang sekitar 1-10 mikro dan lebar 0,2-0,6 mikron serta dapat
dormant atau tertidur apabila imun seseorang yang terinfeksi memiliki imunitas yang baik. Selain
itu juga ada mycobacterium bovis, mycobacterium huminis, mycobacterium lepra, dll yang dapat
menjadi penyebab TB baik TB paru maupun TB ekstraparu. (IPD UI)

Patofisiologi

basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu
10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang

8
relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi
primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk.
(IPD UI)

Klasifikasi

• Anatomi penyakit
Berdasarkan letak anatomis penyakitnya TB dapat dibedakan menjadi 2, yakni TB paru
yakni bakteri M. tuberculosis yang menyerang parenkim paru dan TB ekstraparu yakni
bakteri M. tuberculosis yang menyerang selian paru, seperti M. tuberculosis yang
menyerang otak disebut meningitis TB, M. tuberculosis yang menyerang tulang disebut
pott diseases, M. tuberculosis yang menyerang usus disebut TB usus, dan dapat juga
menyerang organ organ lain seperti pleura keleknjar getah bening, abdomen, saluran
kencing, kulit dan sendi.

• Riwayat pengobatan
Berdasarkan pengobatanya pasien Tb dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Pasien baru TB
Adalah pasien yang belumpernah mendapatkan pengobatan sebelumnya atau sudah
pernah mengkonsumsi OAT namun berhenti sebelum 28 hari
b. Pasien pernah diobati TB

9
Adalah pasien yang sebelumnya pernah mengkonsumsi OAT selama lebih dari 28 hari.
Dalam kasus ini terdapat 3 jenis, yakni pasien yang kambuh kembali setelah sempat
sembuh, diobati kembali setelah gagal, diobati kembali setelah putus obat, dll
c. Pasien dengan Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Adalah pasien TB yang tidak masuk kelompok pasien baru TB dan pasien pernah
diobati TB.

• Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


berdasarkan uji kepekaanya TB dibagi menjadi 6 yakni:
a. Monoresistant (TB MR)
resisten terhadap salah satu jenis OAT di lini pertama
b. Poliresistant (TB PR)
resisten terhadap >1 jenis di lini pertama selain isoniazid (H) dan Rifampicin (R)
c. Multi Drug Resistant (TB MDR)
resistant terhadap R dan H dengan atau tana diikuti resistant OAT lini pertama lainya
d. Extensive Drug resistant (TB XDR)
TB MDR yang diikuti resistant terhadap salah satu OAT golongan fluorkuinolon, dan
minimal salah satu jenis obat suntik dari lini ke dua (Kanamisin (KM), Kapreomisin
(CM) dan Amikasin (AM))
e. Rifampicin Resistant (TB RR)
Resistant terhadap rimfampicin (R) dengan atau tanpa resistant terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunaan pemeriksaan genotip maupun fenotip
f. Totalling Drug Resisten (TB TDR)
Pasien Tb yang resistant terhadap semua OAT

• Status HIV pasien


a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB-HIV) adalah pasien TB dengan
- Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ARV, atau
- Hasil tes HIV positif saat diagnosis TB

10
b. Pasien TB dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan
- Hasil tes HIV negatif sebelumnya, atau
- Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif,
pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV
positif.
c. Pasien TB paru dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien, klasifikasi
pasien harus disesuaikan kembali berdasarkan hasil tes HIV terakhir. (IPD UI)

Diagnosis TB

11
• Gejala klinis

Biasanya bakteri Tb tidak langsung minginfeksi paru namun terkadang ia diam terlebih
dahulu di paru tanpa ada aktivitas atau bisa jadi dormant pada beberapa saat akibat respon
imun yang baik, dan respon tubuh dari TB adalah teraktivasinya hipersensitivitas tipe IV
atau tipe lambat sehingga banyak sekali pada awal kasus seseorang terinfeksi TB biasanya
masih asimptomatik.

Namun gejala dapat memburuk apa bila sudah ditemukanya lesi pada paru. Juga pada
seseorang yang menderita HIV.

a. Gejala respiratory
Pada penderita TB ditemukan gejala batuk lebih dari 2 minggu, batuk dapat disertai
darah jika sudah terdapat kavitas dan terdapat gejala nyeri dada
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang seirng muncul pada pasien penderita gangguan paru adalah
sesak dan malaise. Pada penderita TB biasanya juga diikuti dengan gejala keringat
malam, anoreksia, BB menurun.
c. Gejala TB ekstraparu
Gejala yang timbul dari Tb ekstraparu tergantung pada organ yang terinfeksi
misalnya seperti limfadenitis TB yang memiliki gejala pembesaran KGB yang
lambat dan tidak disertai nyeri atau pada meningitis TB yang memiliki gejala kaku
kuduk, nyeri kepala, dll.

• Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 2 kali
yaitu: dahak sewaktu dating dan dahak pagi. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali

12
negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan
didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.

Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert MTB/RIF. TCM


merupakan sarana untuk penegakan diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan
untuk evaluasi hasil pengobatan.

• Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.

• Pemeriksaan uji kepekaan obat


Uji kepekaan oba untuk mengetahui ada tidaknya resistensi terhadap OAT

Tatalaksana

• Tujuan
a. Menyembuhkan penderita
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan risiko penularan
e. Mencegah resistensi

13
Bagi penderita tuberkulosis, ada satu hal penting yang harus diperhatikan dan
dilakukan, yaitu keteraturan dalam meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sampai
dinyatakan sembuh. Biasanya penderita mengonsumsi OAT tersebut antara 6 – 8 bulan.

Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:

a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB (2HRZE) per hari
dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya
resistensi obat.
b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat (4RH)
per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan
yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada
akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa
pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam
evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan
sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.

• Lini pertama
- INH (H)
- Rifampicin (R)
- Pirazinamid (Z)
- Ethambutol (E)
- Streptomisin (S)
• Lini kedua
- Kanamisin
14
- Kapreomisin
- Amikasin
- Quinolon
- Sikloserin
- Etionamid / protionamid
- Para-amino salisilat (PAS)
• Dosis

• Efeksamping

15
(MDR-TB)

Komplikasi

Komplikasi dari TB paru adalah TB ekstra paru, sepertiPleuritis tuberkulosa, Efusi pleura
(cairan yang keluar ke dalam rongga pleura), Tuberkulosa milier, Meningitis tuberkulosa (IPD UI)

Prognosis

Prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan. Tuberkulosis extra-
pulmonary membawa prognosis yang lebih buruk.

Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam hidupnya jatuh sakit karena TB.
Namun penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena HIV, malnutrisi,
diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB. (IPD UI)

16
BAB III

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Nyonya S mengalami peyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Gejala yang biasa ditemui pada pasien TB Paru
adalah batuk-batuk selama 2-3 minggu atau lebih. Selain batuk pasien juga mengeluhkan dahak
berwana hijau kekuningan bercampur darah, nafsu makan menurun akibatnya berat badan
menurun, berkeringat di malam hari dan demam. Namun, untuk menegakkan suatu diagnosa
pastinya perlu dilakukan pemeriksaan fisik & penunjang seperti Pemeriksaan mikroskopis BTA
atau kultur kuman dari specimen sputum, Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik,
Pemeriksaan Xpert MTB/Rif jika tersedia di fasilitas ,Biakan kuman TB ,Uji kepekaan terhadap
OAT lini pertama di laboratorium yang sudah tersertifikasi, dan diagnosis TB sudah dapat
dipastikan. Prognosis tuberkulosis paru (TB paru) tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura:
Elsevier Saunders.

Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Jakarta.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. VI.
Jakarta: InternaPublishing;

Sobbota. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.

Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta

KmenKes RI. 2021. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis.


Jakarta.

Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.

World Health Organization. A guide to monitoring and evaluation for collaborative TB/HIV
activities. Geneva, Switzerland: WHO, 2015

18

Anda mungkin juga menyukai