Anda di halaman 1dari 17

OBAT YANG LAZIM DIBERIKAN PADA

KASUS PSIKIATRIK
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Farmakologi

Dosen Pengampu:

Oleh: KELOMPOK 10
Andra Primadia (213110087)
Ghina Novi Sona (213110113)
Sukma Nada P (213110149)
Vioni Petricia (213110155)

Kelas IA

Program Studi D3 Keperawatan Padang

Poltekkes Kemenkes RI Padang

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga tugas Makalah “Obat yang Lazim Diberikan Pada
Kasus Psikiatrik” ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Saya menyadari
makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya makalah ini dapat dikembangkan lagi lebih
lanjut. Aamiin.

Padang, 5 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. JENIS OBAT-OBATAN PADA KASUS KEGAWATDARURATAN


PSIKIATRI..........................................................................................2
B. TERAPI KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI..........................2
C. KASUS KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI...........................3

BAB III PENUTUP.......................................................................................13

A. KESIMPULAN..................................................................................13
B. SARAN...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis obat-obat pada kasus psikiatri?
2. Bagaimana terapi kegawatdaruratan psikiatri?
3. Apa saja kasus kegawatdaruratan psikiatri?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui jenis obat untuk kasus psikiatri.
2. Untuk mengetahui terapi kegawatdaruratan psikiatri.
3. Untuk mengetahui kasus kegawatdaruratan psikiatri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS OBAT-OBATAN PADA KASUS KEGAWATDARURATAN


PSIKIATRI
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan
yang memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri
antara lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer.
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan,
atau tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang
memerlukan intervensi terapeutik segera.

Kasus kegawatdaruratan psikiatri adalah:

- Kondisi Gaduh Gelisah


- Violence (Tindak kekerasan)
- Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
- Sindrom Neuroleptik Maligna
- Delirium
B. TERAPI KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
Pemberian terapi obat atau pengekangan harus mengikuti prinsip terapi
Maximum tranquilization with minimum sedation. Tujuannya adalah untuk:
a. Membantu pasien untuk dapat mengendalikan dirinya kembali
b. Mengurangi/menghilangkan penderitaannya
c. Agar evaluasi dapat dilanjutkan sampai didapat suatu kesimpulan akhir
Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
a. Low-dose High-potency antipsychotics seperti haloperidol, trifluoperazine,
perphenazine,dsb
b. Atypical antipsychotics, seperti risperidone, quetiapine, olanzapine.
c. Injeksi benzodiazepine. Kombinasi benzodiazepine dan antipsikotik
kadang sangat efektif.

2
C. KASUS KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
1. Kondisi Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata
sebenarnya, tetapi hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu
sindrom dengan sekelompok gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah
dipakai sebagai sebutan sementara untuk suatu gambaran psikopatologis
dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah. (Maramis dan Maramis, 2009).
Keadaan gaduh gelisah merupakan manifestasi klinis salah satu
jenis psikosis (Maramis dan Maramis, 2009):
 Delirium
 Skizofrenia katatonik
 Gangguan skizotipal
 Gangguan psikotik akut dan sementara
 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
 Amok
a. Psikosis karena gangguan mental organik: Delirium
Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan
dengan sindroma otak organik akut menunjukkan kesadaran yang
menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak
organik menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu
penyakit badaniah. Penyakit badaniah ini yang menyebabkan
gangguan fungsi otak itu yang mungkin terdapat di otak sendiri dan
karenanya mengakibatkan kelainan patologik-anatomik (misalnya
meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, neoplasma
intracranial, dan sebagainya), atau mungkin terletak di luar otak
(seperti tifus abdominalis, pneumonia, malaria, uremia, keracunan
atropine atau alcohol) yang hanya mengakibatkan gangguan fungsi
otak dengan manifestasi sebagai psikosa atau keadaan gaduh-gelisah,
tetapi tidak ditemukan kelainan patologik-anatomik pada otak sendiri.

3
b. Skizofrenia Katatonik dan Gangguan Skizotipal
Skizofrenia merupakan psikosis yang paling sering terjadi.
Secara mudah dapat dikatakan bahwa bila kesadaran tidak menurun
dan terdapat inkoherensi serta afek-emosi yang inadequate, tanpa
frustasi atau konflik yang jelas maka hal ini biasanya disebut
skizofrenia. Diagnosa dapat diperkuat apabila terlihat juga tidak ada
perpaduan (disharmoni) antara berbagai aspek kepribadian seperti
proses berpikir, afek-emosi, psikomotorik dan kemauan (kepribadian
yang retak, terpecah-belah atau bercabang = schizo; jiwa =
phren),yaitu yang satu meningkat, tetapi yang lain menurun. Pokok
gangguannya terletak pada proses berpikir.
Dari berbagai jenis skizofrenia, yang sering menimbulkan
keadaan gaduh-gelisah ialah episode skizofrenia akut dan skizofrenia
jenis gaduh-gelisah katatonik. Di samping psikomotor yang
meningkat, pasien menunjukkan inkoherensi dan afek-emosi yang
inadequate. Proses berpikir sama sekali tidak realistik lagi (Maramis
dan Maramis, 2009).
c. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Gangguan ini timbul tidak lama sesudah terjadi stress
psikologik yang dirasakan hebat sekali oleh individu. Stress ini
disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam ataupun dari
luar individu yang mendadak dan jelas, umpamanya dengan tiba-tiba
kehilangan seorang yang dicintainya, kegagalan, kerugian dan
bencana.Gangguan psikotik akut yang biasanya disertai keadaan
gaduh-gelisah adalah gaduh-gelisah reaktif dan kebingungan reaktif
(Maramis dan Maramis, 2009).
d. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Pada psikosa bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi
dalam arti kata yang sebenarnya, tetapi pasien itu memperlihatkan
jalan pikiran yang meloncat-loncat atau melayang (“flight of ideas”).
Ia merasa gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap mudah saja.

4
Psikomotorik meningkat, banyak sekali berbicara (logorea) dan sering
ia lekas tersinggung dan marah (Maramis dan Maramis, 2009).
Psikosisbipolar termasuk dalam kelompok psikosa afektif karena
pokok gangguannya terletak pada afek-emosi. Tidak jelas ada frustasi
atau konflik yang menimbulkan gangguan mental ini.

e. Amok
Amok adalah keadaan gaduh-gelisah yang timbul mendadak
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiobudaya. Kesadaran menurun
atau berkabut (seperti dalam keadaan trance). Sesudahnya terdapat
amnesia total atau sebagian. Amok sering berakhir karena individu itu
dibuat tidak berdaya oleh orang lain, karena kehabisan tenaga atau
karena ia melukai diri sendiri, dan mungkin sampai ia menemui
ajalnya (Maramis dan Maramis, 2009).

2. Violence (Tindak Kekerasan)


Violence atau tindak kekrasan adalah agresi fisik yang dilakukan
oleh seseorang terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya
sendiri, disebut mutilasi diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal
behavior). Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan
psikiatrik, tetapi dapat pula terjadi pada orang biasa yang tidak dapat
mengatasi tekanan hidup sehari-hari dengan cara yang lebih baik.
 Terapi Psikofarmaka
Terapi obat tergantung diagnosisnya. Biasanya untuk
menenangkan pasien diberikan obat antipsikotik atau
benzodiazepin:
- Flufenazine, trifluoperazine atau haloperidol 5 mg per oral
atau IM,
- Olanzapine 2,5-10 mg per IM, maksimal 4 injeksi per hari,
dengan dosis rata-rata per hari 13-14 mg,
- Atau lorazepam 2-4 mg, diazepam 5-10 mg per IV secara
pelahan (dalam 2 menit).

5
Bila dalam 20-30 menit kegelisahan tidak berkurang, ulangi
dengan dosis yang sama. Hindari pemberian antipsikotik pada pasien yang
mempunyai risiko kejang. Untuk penderia epilepsi, mula-mula berikan
antikonvulsan misalnya carbamazepine lalu berikan benzodiazepine.
Pasien yang menderita gangguan organik kronik seringkali memberikan
respon yang baik dengan pemberian ß-blocker seperti propanolol.
Keterangan.
a. Fluphenazine adalah obat antipsikotik yang digunakan untuk
mengatasi gejala gangguan kejiwaan, seperti delusi dan halusinasi,
terutama dalam kasus skizofrenia. Dalam mengatasi gejala tersebut,
fluphenazine bekerja dengan cara memengaruhi keseimbangan
senyawa organik atau neurotransmiter di dalam otak.
b. Trifluoperazine adalah obat yang umumnya digunakan untuk
mengobati gangguan mental/mood (seperti skizofrenia, gangguan
psikotik). Obat ini dapat mengurangi perilaku agresif dan keinginan
untuk melukai diri sendiri/orang lain. Obat ini juga membantu
mengurangi halusinasi. Trifluoperazine adalah obat kejiwaan yang
termasuk golongan antipsikotik fenotiazine. Obat ini bekerja dengan
membantu menyeimbangkan substansi alami tubuh di otak.
c. Haloperidol adalah obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk
mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia.
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia
alami dalam otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat
menimbulkan rasa tenang, meredakan kegelisahan, serta mengurangi
perilaku agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
d. Olanzapine adalah obat golongan antipsikosa yang dapat digunakan
untuk meredakan gejala-gejala skizofrenia dan gangguan bipolar,
terutama saat penderita berada dalam kondisi manik (mania). Obat ini
berfungsi menyeimbangkan kembali zat kimia di otak sehingga
membantu mengurangi halusinasi, kegelisahan, dan membuat orang

6
berpikir lebih jernih sehingga lebih aktif berperan dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Lorazepam adalah obat dengan fungsi untuk mengobati kecemasan.
Lorazepam termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai
benzodiazepin yang bekerja pada otak dan saraf (sistem saraf pusat)
untuk menghasilkan efek menenangkan. Obat ini bekerja dengan
meningkatkan efek dari kimia alami tertentu dalam tubuh (GABA).
f. Carbamazepine adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang
pada epilepsi. Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan aliran impuls
saraf, sehingga mengurangi kejang. Selain mencegah kejang,
carbamazepine juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri di wajah
akibat gangguan saraf trigeminal (trigeminal neuralgia) dan gangguan
bipolar.
g. Benzodiazepine adalah obat yang dikategorikan sebagai obat
psikoaktif. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi gejala
gangguan psikologi seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder)
dan insomnia. Benzodiazepine berperan sebagai obat penenang, anti-
kecemasan, hipnotik (membuat tidur lebih mudah), serta dapat
melemaskan otot-otot tubuh.
h. Propranolol adalah obat beta-blocker dengan fungsi untuk menangani
tekanan darah tinggi, detak jantung tak teratur, gemetar (tremor), dan
kondisi lainnya.
3. Tentamen Suicidum/Percobaan Bunuh Diri
Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian
yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri
(Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan
seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat
(Maramis dan Maramis, 2009).
Hal yang perlu diperhatikan:
- Adanya ide bunuh diri/percobaan bunuh diri sebelumnya
- Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam & kelelahan

7
- Adanya ide bunuh diri yang diucapkan
- Ketersediaannya alat atau cara untuk bunuh diri
- Adanya keputus-asaan yang mendalam
 Terapi psikofarmaka
Tatalaksana psikofarmaka disesuaikan dengan penyebab
keinginan bunuh diri pada pasien, apakah murni karena sebab
psikotik (halusinasi dengan bersifat perintah) atau karena depresi
yang dialami pasien. Misalnya antipsikotik atau antidepresan.
Seorang yang sedang dalam krisis karena baru ditinggal mati
biasanya akan berfungsi lebih baik setelah mendapat tranquilizer
ringan, terutama bila tidurnya terganggu. Obat pilihannya adalah
golongan benzodiazepine, misalnya lorazepam 3x1 mg per hari
selama 2 minggu. Jangan memberikan obat dalam jumlah banyak
sekaligus terhadap pasien(resepkan sedikit-sedikit saja) dan pasien
harus kontrol dalam beberapa hari.
4. Sindrom Neuroleptik Maligna
Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang
behubungan dengan penggunaan obat antipsikotik. Menurut DSM-IV-TR,
diagnosis sindrom neuroleptik maligna ditegakkan jika terdapat demam
dan kekakuan otot yang parah, disertai dengan 2 atau lebih dari gejala
diaforesis, disfagia, tremor, inkontinensia, penurunan kesadaran, mutism,
takikardia, tekanan darah yang meningkat/naik turun, leukositosis, dan
bukti laboratorium adanya kerusakan pada otot rangka.
Penatalaksanaan pada kasus kegawatdaruratan psikiatri, yaitu :
a. Pertimbangkan kemungkinan sindrom neuroleptik maligna pada
pasien yang mendapat antipsikotik yang mengalami demam serta
kekakuan otot.
b. Bila terdapat rigiditas ringan yang tidak berespon terhadap
antikoligenik biasa dan bila demam buatlah diagnosis sementara
neuroleptik maligna.
c. Hentikan pemberian antipsikotik segera.

8
d. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
e. Lakukan pemeriksaan laboratorium.
f. Hidrasi menggunakan cairan IV untuk mencegah terjadinya renjatan
dan menurunkan kemungkinan terjadinya gagal ginjal.
g. Sindrom neuroleptik maligna biasanya berlangsung selama 15 hari.
Jenis obat-obatan yang digunakan dalam kasus kegawatdaruratan
sindrom neuroleptik maligna, yaitu sebagai berikut.
a. Amantadine 200-400mg/hari (PO).
Indikasi pemberian yaitu pada terapi penyakit Parkinson,
influenza A, dan penyakit akibat dari reaksi ekstrapiramidal.
b. Bromocriptine 2,5mg (PO) 2-3 kali/hari.
Bromocriptine adalah agonis dopamin yang digunakan dalam
pengobatan tumor hipofisis, penyakit Parkinson (PD),
hiperprolaktinemia, sindrom neuroleptik ganas, dan diabetes tipe 2.
Bromocriptine berfungsi untuk mengobati gangguan akibat kadar
hormone prolaktin dalam darah. Bromocriptine bekerja dengan cara
menghalangi pelepasan hormon prolaktin dari kelenjar pituitari di
bawah otak.
c. Levodopa 50-100mg/hari (IV) melalui infus.
Levodopa adalah obat untuk menangani gejala peyakit
Parkinson, seperti tubuh gemetar, kaku, dan kesulitan untuk bergerak.
Cara kerja obat ini yaitu dengan mengembalikan kadar dopamine, yang
menyebabkan kembalinya kemampuan untuk mengendalikan
pergerakan tubuh.
d. Dantrolen 1mg/kgBB/hari (IV) selama 8 hari, setelah itu dilanjutkan
dengan pemberian oral.
Dantrolen adalah obat yang digunakan untuk mengobati
kekencangan otot, kejang, dan kram akibat dari gangguan saraf. Obat
ini membantu mengurangi nyeri otot dan kekakuan, serta
meningkatkan kemampuan untuk bergerak. Dantrolen digunakan untuk
mengobati sindrom neuroleptik maligna.

9
e. Benzodiazepine jika pemberian obat-obatan lain tidak berhasil.
Benzodiazepine diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek
pada kasus ansietas berat, serangan panik, dan depresi. Obat ini dapat
digunakan sebagai terapi tambahan jangka pendek pada awal
pengobatan. Hindari penggunaan jangka panjang dari jenis obat
benzodiazepine.
Beberapa jenis dari obat benzodiazepine, yaitu:
1) Alprazolam
Indikasi: ansietas, campuran ansietas-depresi, dan gangguan panik.
Digunakan sebagai pengobatan jangka pendek.
Dosis:
a) Ansietas : dimulai dengan 0,75-1,5mg/hari.
b) Gangguan panik : 0,5-1mg menjelang tidur atau 0,5mg 3 kali
sehari.
c) Pada pasien lanjut usia: 0,5-0,75mg/hari.
2) Bromazepam
Indikasi: ansietas. Digunakan sebagai pengobatan jangka pendek.
Dosis: 3-18mg/hari. Pada lanjut usia diberikan setengah dari dosis
dewasa. Maksimal pemberian 60mg/hari.
3) Diazepam
Indikasi: pemakaian jangka pendek pada ansietas, insomnia, putus
alkohol akut, status epilepticus, kejang demam, dan spasme otot.
Dosis:
Oral
a) Ansietas: 2mg/hari 3 kali sehari. Maksimal 15-30mg/hari. Pada
lanjut usia diberikan setengah dari dosis dewasa.
b) Insomnia disertai ansietas: 5-15mg/hari sebelum tidur.
Injeksi IM/IV
a) Ansietas akut berat: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu.
Injeksi dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan
kecepatan kurang dari 5mg/menit.

10
b) Serangan panik akut: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu.
Injeksi dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan
kecepatan kurang dari 5mg/menit.
c) Putus alkohol akut: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu.
Injeksi dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan
kecepatan kurang dari 5mg/menit.
Supositoria
a) Ansietas akut berat: 10-30mg, pada lansia setengah dari dosis
dewasa. Diulang setelah lima menit jika perlu.
4) Kalium Klorazepat
Indikasi: penggunaan jangka pendek pengobatan ansietas.
Dosis: 7,5-22,5mg/hari dibagi ke dalam 2-3 kali. Dosis tunggal
15mg sebelum tidur. Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
5) Klobazam
Indikasi: penggunaan jangka pendek pengobatan ansietas.
Dosis: 20-30mg/hari. Pada kasus rawat inap ansietas berat dosis
dapat dinaikkan maksimal 60mg/hari. Pada lansia setengah dari
dosis dewasa.
6) Klordiazepoksid
Indikasi: ansietas (penggunaan jangka pendek).
Dosis: 10 mg 3 kali sehari, dengan dosis maksimal 60-100mg/hari.
Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
7) Lorazepam
Indikasi: penggunaan jangka pendek pada ansietas, insomnia,
serangan panik.
Dosis:
Oral
a) Ansietas : 14mg/hari. Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
b) Insomnia : 12 mg sebelum tidur.

11
Injeksi IM/IV
a) Serangan panik akut : 25-30mg/kgBB diulangi setiap 6
jam jika perlu. Injeksi pada vena besar secara perlahan.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Dokter Post. 2018. Kegawatdaruratan Psikiatri. Online:


http://dokterpost.com/kegawatdaruratan-psikiatri/. Diakses pada 22
September 2018

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI

M, Kabib. 2016. Bromocriptine. Online:


http://www.1001obat.com/bromocriptine.html. Diakses pada 23 September
2018

Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.

Marianti. 2018. Fluphenazine. Online: https://www.alodokter.com/fluphenazine.


Diakses pada 23 September 2018

----------.2018. Olanzapine. Online: https://www.alodokter.com/olanzapine.


Diakses pada 23 September 2018

Samiadi, Lika. 2016. Lorazepam. Online: https://hellosehat.com/obat/lorazepam/.


Diakses pada 23 September 2018.

----------2016. Propanolol. Online: https://hellosehat.com/obat/propranolol/.


Diakses pada 23 September 2018

----------. 2016. Trifluoperazine obat apa? Online:


https://hellosehat.com/obat/trifluoperazine/. Diakses pada 23 September 2018

Willy, Tjin. 2018. Carbamazepine. Online:


https://www.alodokter.com/carbamazepine. Diakses pada 23 September 2018

----------. 2018. Haloperidol. Online: https://www.alodokter.com/haloperidol.


Diakses pada 23 September 2018

14

Anda mungkin juga menyukai