MODEL PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH:
NIM : 213110153
KELAS : 1A
DOSEN PENGAMPU
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat karunia
serta kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk- Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan dengan
topik “MODEL PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN”
Dalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya pengetahuan tentang
undang-undang kesehatan serta undang-undang yang mengatur keperawatan. Kami menyadari
bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang undang-undang kesehatan serta
undang-undang keperawatan. Menjadikan keterbatasan kami untuk memberikan penjabaran yang
lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa
manfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….I
Bab I Pendahuluan
A.Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………….2
C.Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan
B. POR (problem-oriented-record)….…………..………….………………………….….4
C. POR (progress-oriented-record)………………………………………………………6
E. PIE (problem-intervention-evaluation)………………………………………………..10
F. POS (process-oriented-system)……………………………………………..11
A. Kesimpulan........................................................................................................16
B. Saran……………………………………………………………………………16
Daftar Pustaka..................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dokumentasi merupakan aspek penting dari praktik keperawatan. Sepanjang waktu, format
dan kualitas dokumentasi telah berkembang,tetapi fokusnya terus berdampak positif terhadap
perawatan klien. Sistem dokumentasi yang ideal harus memberikan informasi klien yang
kompherensif, menunjukkan hasil dan standar klien, memfasilitasi reimbursement dari
pemerintah dan perusahaan asuransi pembayar, serta berfungsi sebagai dokumen legal.
(Twardon dan Gartner, 1993).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang
diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan
sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan dasar dapat
berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan
melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu. Pelayanan
keperawatan profesional yang berdasarkan ilmu pengetahuan mempunyai proses keperawatan
yaitu suatu asuhan keperawatan sebagai metode ilmiah penyelesaian masalah keperawatan pasien
untuk meningkatkan outcome pasien yang harus didokumentasikan (Aziz,2002).
1
tidak hanya penting untuk melindungi perawat tetapi penting juga untuk membantu pasien atau
klien mendapat asuhan keperawatan yang lebih baik (Depkes RI,1996).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau
dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit
(Fisbach,1991 dalam Setiadi,2012).Saat ini masalah yang paling menantang dalam keperawatan
adalah bagaimana untuk mendokumentasikan perawatan pasien yang berkualitas dengan
berbagai kendala yang berkenaan dengan peraturan hukum (Bjorvell, Wredling dan Thorell,
2003). Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat
Proses profesionalisme bidang keperawatan adalah suatu proses agar di peroleh hasil asuhan
keperawatan yang bermutu, efektif , dan efisien sesuai dengan kebutuhan agar pelaksanaan nya
di lakukan secara sistematis , dinamis, dan berkelanjutan.
Proses ini merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima
secara spontan oleh masyarakat.Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan
berhubungan. Antara lain yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tahap tersebut berintegrasi dalam mendefinisikan suatu tindakan perawatan. Salah satunya
adalah implementasi atau pe laksanaan. Proses keperawatan menyediakan struktur bagian praktis
dengan penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengekspresikan kebutuhan perawatan ( human caring ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah
ini yaitu:
- Apa-apa saja jenis model dokumentasi keperawatan?
- Apa itu model dokumentasi keperawatan Charting By Exception (CBE) dan Problem
Investion & Evaluation (PIE) ?
- Apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing model dokumentasi keperawatan?
- Bagaimana Standar dokumentasi keperawatan yang baik?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan sedikit pemahaman tentang
bagaimana model dokumentasi keperawatan khususnya model pendokumentasian keperawatan
(SOR), (POR), (POR), (CBE), (PIE), dan (POS). Selain itu dengan mempelajari model
dokumentasi keperawatan tersebut dapat menjamin tumbuhnya pandangan, sikap, dan cara
berpikir profesional pada setiap pemberian asuhan keperawatan. Membantu mahasiswa dalam
proses pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat belajar ataupun membandingkan antara teori
dan praktik. Penelitian ini akan memunculkan motivasi untuk meningkatkan pengetahuan
tentang jenis-jenis model pendokumentasian keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Model dokumentasi SOR ini dapat dibuat dengan formulir grafik, format pemberian obat,
format catatan perawat termasuk riwayat penyakit klien, riwayat perawatan perawatan
dan perkembangan pasien, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik,
formulir masuk Rumah sakit dan formulir untuk tindakan operasi yang ditandatangani
oleh pasien dan keluarga.
3
2. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang banyak.
3. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan
intervensi yang akan diberikan kepada klien.
4. Perkembangan klien sulit dipantau.
4
secara khusus, observasi yang harus dilakukan. Jika masalah awal diagnosakeperawatan,
perawat dapat menyusun urutan usulan tindakan asuhan keperawatan.
7) Pendidikan klien-diidentifikasi
Kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Teamkesehatan mengidentifikasi
serius informasi atau ketrampilan yang diperlukan oleh klien untuk beradaptasi terhadap
masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Keuntungan Dan Kerugian
Keuntungan:
➢ Terstruktur karena informasi konsisten
➢ Mencakup semua proses perawatan
➢ Merupakan catatan terintegrasi dengan medik
➢ Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu
Kekurangan:
➢ Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu pendekatan
secara negative terhadap pengobatan/tindakan.
➢ Sistem ini setelah digunakan apabiladapftar tidak dimulai/tidak
berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada batas waktu untuk
evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati.
➢ Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet.
➢ Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila perkembangan
itu lambat dan sering ada evaluasi
C. POR (progress-oriented-record)
5
Model dokumentasi POR (progress-oriented-record) merupakan model dokumentasi
yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien. Modeldokumentasi
POR (progress-oriented-record) merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada
perkembangan dan kemajuan klien.jenis-jenis catatan yang dapat digunakan dalam model
keperawatan POR (progress-oriented-record) yaitu:Catatan perawatan biasanya ditulis
tiap 24 jam, lembar alur, Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan.
Dibawah ini merupakan jenis-jenis catatan yang dapat digunakan dalam model keperawatan
POR (progress-oriented-record) yaitu:
1. Pengkajian satu orang atau lebih tenaga keperawatan tentang keadaan klien.
2. Asuhan keperawatan yang bersifat mandiri.
3. Asuhan keperawatan yang bersifat pendelegasian.
4. Evaluasi keberhasilan setiap asuhan keperawatan.
5. Tindakan yang dilakukan Dokter, yang mempengaruhi asuhan keperawatan.
6. Kunjungan berbagai anggota tim kesehatan.
Informasi untuk profesi kesehatan yang akan melanjutkan perawatan klien selanjutnya,
mencakup:
6
4. Penjelasan tantang keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan.
5. Uraian mengenai sumber daya yang diperlukan dirumah.
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang
ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada bagian
bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang
bertanda bintang).
Standar Praktik Pada sistem CBE praktik keperawatan yang digunakan pada
semua area klinis, sama pentingnya dengan standar yang spesifik pada semua unit
7
perawatan khusus. CBE ini menghilangkan pendokumentasian intervensi
keperawatan seperti perawatan oral, membantu mengubah posisi dan lain-lain.
Pada sistem CBE tanda centang digunakan untuk mendokumentasian kelengkapan
standar, dan tanda bintang menunjukkan bahwa tidak semua standar diikuti.
Adanya penyimpangan harus dijelaskan pada catatan
perawat.
Protokol Dan Instruksi Insidental
Pada sistem CBE yang berkaitan dengan perjalanan klinis dengan perjalanan
klinis yang diharapkan dari populasi pasien tersebut, seperti praoperasi dan
pascaoperasi. Protokol menguraikan tentang intervensi keperawatan, pengobatan,
dan frekuensi pengkajian fisik. Lembar alur keperawatan/ instruksi dokter
digunakan untuk pendokumentasi dari protokol. implementasi keperawatan
diperlukan untuk melanjutkan intervensi keperawatan khusus yang melewati
tenggang waktu atau jika diperlukan intervensi keperawatan yang berjangka
waktu.
Data Dasar Keperawatan
Bagian dari data dasar berisi riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Bagian ini
menggunakan parameter normal yang sama dengan lembar alur
keperawatan/instruksi dokter. Hasil normal setiap sistem tubuh dicetak di kolom
kiri bawah halaman dan diberi tanda centang pada kotak yang sesuai. Hasil
normal dijelaskan pada sisi kanan halaman.
Rencana Perawatan Berdasarkan Diagnosis Keperawatan
Sistem CBE pada rencana keperawatan ini berfokus pada diagnosis keperawatan
yang spesifik dam mencakup faktor yang berhubungan atau faktor resiko,
karakteristik penjelas, data pengkajian yang mendukung munculnya diagnosa
keperawatan, hasil yang diharapkan, dan intervenci.
Catatan Perkembangan Soap
Pada pencatatan yang berorientasi pada masalah, catatan SOAP dan SOAP(IE)
mendokumentasikan data dalam catatan perkembangan dengan cara yang teratur.
Karena lembar alur keperawatan/instruksi dokter dan lembar alur lainnya terdiri
dari banyak dokumentasi yang biasanya muncul dalam catatan perkembangan,
maka menggunaan catatan SOAP.
1) Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
2) Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
3) Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
4) SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melaluitempat
8
tinggal klien
5) Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
9
PIE (Problem Intervention Evaluation) adalah suatu singkatan dari identifikasi
masalah, intervensi dan evaluasi.System pendokumentasian PIE adalah suatu pendekatan
orientasi proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan
diagnosis keperawatan.
Karakteristik PIE
1) Proses dokumentasi PIE dimulai dari saat pengkajian ketika pertama kali klien masuk
diikuti pelaksanaan pengkajian system tubuh setiap pergantian dinas (setiap 8 jam)
2) Data masalah yang hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien pada jangka
waktu yang lama dengan masalah yang kronis.
3) Intervensi yang dilaksanakan dan rutin didokumentasikan dalam flow sheet.
4) Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor tintervensi keperawatan
yang spesifik berhubungan dengan masalah yang spesifik.
5) Imtervensi langsung terhadap penyelesaian masalah yang ditandai dengan huruf I
(intervensi) dan nomor masalah klien yang relevan didokumentasikan.
6) Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan huruf E
(evaluasi) dan nomor masalah.
10
7) Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap
pergantian dinas).
Keuntungan
- Memungkinkan penggunaan proses keperawatan
- Rencana intervansi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
- Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara kontinyu karena secara
jelas mengidentifikasi masalah klien dan intervensi keperawatan.
- Perkembangan klien mulai dari klien masuk sampai pulang dapat dengan mudah
digambarkan.
- Dapat diadaptasi sebagai pendokumentasian yang otomatis.
Kerugian
- Tidak dapat digunakan sebagai pendokumentasian semua disiplin ilmu.
- Pembatasan rencana intervensi tidak aplikatif untuk beberapa situasi perawatan.
1. Data dasar didokumentasikan untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang
permanen.
2. Daftar diagnosis keperawatan ditulis ketika klien pertama kali masuk Rumah sakit dan
menyediakan daftar isian untuk semua diagnosis keperawatan.
3. Ringkasan pulang klien ditulis untuk setiap diagnosis.
4. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi yang akan
diberikan kepada klien .
5. Data diagnosis keperawatan dan rencana tindakan dapat dikembangkan.
F. POS/FOKUS (process-oriented-system)
Catatan perkembangan pada model dokumentasi Fokus ditulis dengan menggunakan format
DAR, yaitu:
11
Þ Keuntungan Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
1. Dapat membingungkan, khususnya antara intervensi yang belum dan sudah dilakukan.
1. Bentuk naratif adalah merupakan pencatatan tradisional dan dapat bertahan paling lama
serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk
oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi
pada sumber.Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja, atau dari
petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap
narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya
yang unik.
Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologisnya.Biasanya
kebijakan institusi menggariskan siapa yang mencatat/melaporkan apa, bagaimana
sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana.Berhubung sifat terbukanya catatan naratif
(orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak
adanya struktur yang harus diakui memungkinkan perawat mendokumentasikan hasil
observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.
2. Flowsheet (bentuk grafik)memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau
pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif,
termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian
obat.Flow sheet yang selain untuk mencatat vital sing biasanya juga dipakai untuk catatan
12
keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang asuhan
keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat
informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien
hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet
lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
3. Checklist adalahSuatu format pengkajian yang sudah dibuat dengan pertimbang-
pertimbangan dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat
untuk mengisi dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai
dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat
ringkas misal pada data vital sign.
Manfaat dari dokumentasi keperawatan adalah berikut ini:
1. Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai
aspek. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana
perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi
diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang
bukti di pengadilan.
2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat,
akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh
masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan
membantu meningkatkan mutu keperawatan.
3. Komunikasi, Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat
catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan, Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam
biaya keperawatan.
5. Pendidikan,Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi
siswa atau profesi keperawatan.
6. Penelitian, Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi
keperawatan.
7. Akreditasi, Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien.
13
H. MODEL PENYIMPANAN DOKUMEN
Metode ini di lakukan secara tertulis mempunyai kelemahana yaitu memerlukan waktu
yang cukup lama untuk mengisi form yang tersedia, membutuhkam biaya percetakan
form yang cukup mahal, sering hilang atau terselip, memerlukan tempat penyimpanan
yang luas dan menyulitkan pencarian kembali saat diperlukan. Metode ini juga memiliki
keuntungan dalam penahanan lainnya meliputi: keinginan untuk terus menggunakan
dokumentasi berbasis kertas, kurangnya pengalaman komputer, dan sikap negative
terhadap computer.
b. Elektronik
Perawat memerlukan suatu ketrampilan untuk dapat memenuhi standar yang sesuai
(Fisbach, 1991). Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan
kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu,
sehingga memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan. Dokumentasi harus mengikuti standar yang ditetapkan untuk
mempertahankan akreditasi, untuk mengurangi pertanggungjawaban, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan pelayanan keperawatan (Potter&Perry 2005). Nursalam (2008)
menyebutkan Instrumen studi dokumentsi penerapan standar asuhan keperawatan di RS
menggunakan instrumen A dari Depkes (1995) meliputi :
Standar I : Pengkajian keperawatan
Standar II : Diagnosa keperawatan
Standar III : Perencanan keperawatan
Standar 1V : Implementasi keperawatan
14
Standar V : Evaluasi keperawatan
Standar VI : Catatan asuhan keperawatan
Standar IV : Tindakan
a. Tindaka dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan.
b. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
c. Revisi tindakan berdasar evaluasi.faktor-faktor Yang Mempengaruih...,
d. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan ringkas dan jelas.
Standar V : Evaluasi
a. Evaluasi mengacu pada tujuan.
b. Hasil evaluasi dicatat.
15
A. KESIMPULAN
Sebagai seorang calon tenaga medis khususnya dalam bidang keperawatan asuhan keperawatan
sangatlah harus diperhatikan. Asuhan keperawatan berkaitan erat dengan dokumentasi
keperawatan. Dalam pendokumentasian keperawatan terdiri dari beberapa macam model, yaitu:
Asuhan Keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap, obyektif dan dapat dipercaya.
Pemberian askep menyangkut pemberi jasa dan pengguna jasa sehingga perlu direkam dengan
lengkap dan jelas demi kepentingan bersama. Untuk memudahkan kerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dan sebagai jaminan mutu sehingga kegiatan
pendokumantasian keperawatan dicatat secara sistematis dalam kurun waktu tertentu secara
jelas, lengkap dan obyektif.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan tentang undang-
undang kesehatan dan keperawatan. Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik dan
saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah
selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Churin’in. Gustomi, Mono Pratiko. (2013). Penerapan Model Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Problem Oriented Record (Por) Terhadap Kinerja Perawat.journals of ners communitiy.6(3).
150-157).
Nugraha, A. T. H., & Kurniawati, T. (2012). Hubungan Persepsi Perawat Tentang Manfaat
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dengan Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Inap RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta (Doctoral)
Hutahaen, Serii. Konsep dan Dokumentasi ProsesKeperawatan. Jakarta: Info Media Jakarta
Iyer, Patricia W., & Camp, Nancy H. 2015.Dokumentasi keperawatan: suatu pendekatan
proseskeperawatan. Edisi III.Jakarta: Penerbit EGC.
Simamora, R. H., Purba, J. M., Bukit, E. K., & Nurbaiti, N. (2019). Penguatan Peran Perawat
Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima. JPPM (Jurnal
Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 25-3
Simamora, R. H., Purba, J. M., Bukit, E. K., & Nurbaiti, N. (2019). Penguatan Peran Perawat
Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima. JPPM (Jurna
lPengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat),3(1), 25-31
17