DI SUSUN OLEH :
NURUL AZIZAH
FATIN SYAHIRAH
SUCI RAMADANI
IRNAWATI
2022
1
KATA PENGANTAR
Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dalam segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan dan pembelajaran
agar penulis lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat sebaik-baiknya dalam menambah wawasan para pembaca
serta untuk perkembangan dan ilmu pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................5
C. TUJUAN ..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. SARAN................................................................................................12
B. KESIMPULAN.....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendokumentasian asuhan keperawatan adalah kegiatan
pencatatan, pelaporan dan pemeliharaan yang berkaitan dengan
pengelolaan klien guna mempertahankan sejumlah fakta dari suatu
kejadian dalam suatu waktu.Dokumentasi adalah bukti pencatatan
dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam catatan yang berguna
untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar data yang akurat
dan lengkap secara tertulis sebagai tanggung jawab perawat
(Wahid & Suprapto,2012).
Pendokumentasian asuhan keperawatan dapat digunakan
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dialami oleh pasien atau klien baik
masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan (Nursalam,2001). Pedokumentasian
asuhan keperawatan yang tepat waktu, akurat dan lengkap tidak
hanya penting untuk melindungi perawat tetapi penting juga untuk
membantu pasien atau klien mendapat asuhan keperawatan yang
lebih baik (Depkes RI,1996).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu
alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu
pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah
sakit (Fisbach,1991 dalam Setiadi,2012).Saat ini masalah yang
paling menantang dalam keperawatan adalah bagaimana untuk
mendokumentasikan perawatan pasien yang berkualitas dengan
berbagai kendala yang berkenaan dengan peraturan hukum
(Bjorvell, Wredling dan Thorell, 2003). Untuk melindungi tenaga
4
perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta
memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi model dokumentasi SOR ?
2. Apa definisi model dokumentasi POR( Problem Oriented Record
)?
3. Apa definisi model dokumentasi POR(Progress Oriented Record
)?
4. Apa definisi model dokumentasi CBE ?
5. Apa definisi model dokumentasi PIE ?
6. Apa definisi model dokumentasi POS ?
7. Apa definisi model dokumentasi Core?
C. Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah Mengidentifikasi status kesehatan
klien dalam rangka, mencatat kebutuhan klien,merencanakan,
melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi
tindakanDokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
1. Model dokumentasi SOR (source oriented record)
Model dokumentasi SOR (source-oriented-record )merupakan
model dokumentasi yang berorientasi pada sumber informasi.
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan…… Dokumentasi dibuat
dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat catatan
sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi
dikumpulkan menjadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim
kesehatan melaksanakan kegiatan sendiri tanpa bergantung
dengan anggota tim kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan
dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat,
fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain.Dokter menggunakan lembar untuk
mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan
penyakit. Bidan menggunakan catatankebidanan, begitu pula
disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.Model ini dapat
diterapkan pada pasien rawat inap, yang didalamnya terdapat
catatan pesan Dokter yang ditulis oleh Dokter, dan riwayat
keperawatan yang ditulis oleh perawat. Namun demikian, secara
umum catatan ini berupa pesan Dokter.Catatan-catatan dalam
model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengolah pendokumetasian.
Model dokumentasi SOR ini dapat dibuat dengan formulir
grafik, format pemberian obat, format catatan perawat termasuk
riwayat penyakit klien, riwayat perawatan perawatan dan
perkembangan pasien, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik, formulir masuk Rumah sakit dan formulir untuk tindakan
operasi yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga.
Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen,
yaitu: Lembar penerimaan berisi biodata, Lembar instruksi Dokter,
Lembar riwayat medis atau penyakit, Catatan perawat. dan Catatan
dan laporan khusus.Keuntungan model dokumentasi SOR (source-
7
oriented-record)adalah:Menyajikan data yang berurutan dan mudah
diidentifikasi, Memudahkan perawat melakukan cara
pendokumentasian, Proses pendokumentasian menjadi sederhana.
Contoh dokumentasi SOR :
8
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan SOR :
a. Keuntungan
1) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah
diidentifikasi
2) Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana
informasi akan dicatat.
3) Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan
masalah, kejadian, perubahan intervensi dan respon klien
atau hasil.
b. Kerugian
1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi,
karena tidak berdasarkan urutan waktu.
2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data
sebelumhya, tanpa harus mengulang pada awal.
3) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas. Memerlukan
pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan tindakan kepada klien.
4) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk
menentukan masalah dan tindakan kepada klien.
5) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak.
6) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam
interpretasi/analisa.
7) Perkembangan klien sulit di monitor.
2. Model dokumentasi POR (Problem-oriented-record)
9
pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang
terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat
observasinya dari suatu daftar masalah.
10
Manajemen kasus atau disebut juga usulan terapi, dan
Pendidikan kesehatan (sebagai tujuan jangka panjang).
d) Catatan perkembangan merupakan catatan tentang
perkembangan dari keadaan klien yang didasarkan pada
setiap masalah yang ditemukan pada klien. Revisi atau
pembaharuan rencana dan tindakan mengikuti perubahan
dari keadaan klien.Catatan perkembangan ini berisi
perkembangan atau kemajuan dari setiap masalah
kesehatan klien.Catatan perkembangan dapat digunakan
dalam bentuk: SOAP, SOAPIER, dan PIE.
a) Keuntungan :
1. Pencatatan sistem ini berfokus atau lebih menekankan pada
masalah klien dan proses penyelesaian masalah dari pada
tugas dokumentasi
2. Evaluasi masalah dan pemecahan masalah didokumentasikan
dengan jelas, susunan data mencerminkan masalah khusus.
Data disusun berdasarkan masalah yang spesifik. Keduanya ini
11
memperlihatkan penggunaan logika untuk pengkajian dan
proses yang digunakan dalam pengobatan pasien.
3. Daftar masalah, setiap judul dan nomor merupakan “checklist“
untuk diagnosa kebidanan dan untuk masalah klien. Daftar
masalah tersebut membantu mengingatkan bidan untuk
masalah-masalah yang meminta perhatian khusus
4. Daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah
pencarian data dalam proses asuhan.
5. Masalah yang membutuhkan intervensi (yang teridentifikasi
dalam data dasar) dibicarakan dalam rencana asuhan.
b) Kerugian :
1. Penekanan pada hanya berdasarkan masalah, penyakit,
ketidakmampuan dan ketidakstabilan dapat mengakibatkan
pada pendekatan pengobatan dan tindakan yang negatif.
2. Sistem ini sulit digunakan apabila daftar tidak dimulai atau tidak
secara terus menerus diperbaharui dan konsensus mengenai
masalah belum disetujui, atau tidak ada batas waktu untuk
evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati atau
terpelihara
3. Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah dilakukan
tindakan atau timbulnya masalah yang baru.
4. Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk
dalam daftar masalah.
5. SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu,
jika sering adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan
klien sangat lambat.
12
model keperawatan POR (progress-oriented-
record) yaitu:Catatan perawatan biasanya ditulis tiap 24 jam,
lembar alur, Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan
jenis-jenis catatan yang dapat digunakan dalam model
keperawatan POR yaitu:
a. Catatan perawat
13
sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat di bangsal ,
walaupun ada juga standar khusus yang disusun sesuai unit
masing- masing.
c. Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien.
Format CBE meliputi :
a. Data dasar (riwayat dan pemriksaan fisik
b. Intervensi flow sheet
c. Grafik record
d. Catatan bimbingan pasien
e. Catatan pasien pulang
f. Format catatan perawatan (menggunakan format
SOAPIER)
g. Daftar diagnose
h. Diagnosa dengan standar rencana tindakan
perawatan dasar
i. Profil perawatan pasien dengan sistem kardeks
14
h. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur
klien.
i. Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam
dokumentasi.
j. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai
catatan yang permanen.
b. Kerugian:
1) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat
tergantung pada checklist.
2) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau
tidak ada.
3) Pencatatan rutin sering diabaikan.
4) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya
didokumentasikan.
5) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.
6) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu
berhubungan dengan adanya suatu kejadian.
15
pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”, Intervensi
terhadap penyelesaian masalah, biasanya dibuat dengan simbol “
I (intervention)”, Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi,
dibuat denga simbol “E (evaluation)” dan Setiap masalah yang
diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam.
Penggunaan
Karakteristik PIE
16
7) Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi
dengan tanda “E” (evaluasi) dan nomor masalah.
Keuntungan :
Kerugian :
situasi keperawatan.
17
akan dilakukan, dan Response (R), yaitu respon klien terhadap tindakan
medis dan tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
18
mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian
secara kronologis.
2. Flowsheet (bentuk grafik)memungkinkan perawat untuk mencatat
hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang
yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien
tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu),
berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
dan pemberian obat.Flow sheet yang selain untuk mencatat vital
sing biasanya juga dipakai untuk catatan keseimbangan cairan
dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang asuhan
keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling
efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan
dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat
grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet
lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data
fisiologis.
3. Checklist adalah Suatu format pengkajian yang sudah dibuat
dengan pertimbang-pertimbangan dari standar dokumentasi
keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi
dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang
sesuai dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus
mengisi angka itupun sangat ringkas misal pada data vital sign.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mahasiswa keperawatan harus belajar memahami tentang model-
model dokumentasi keperawatan dan dapat menduplikasikannya
dalam pendokumentasian keperawatan. Asuhan keperawatan
memerlukan data yang lengkap, obyektiff dan dapat dipercaya.
Pemberian askep menyangkut pemberi jasa dan pengguna jasa
sehingga perlu direkam dengan lengkap dan jelas demi
kepentingan bersama. Untuk memudahkan kerja perawat dalam
membrikan asuhan keperawatan dan sebagai jaminan mutu
sehingga kegiatan pendokentasian keperawatan dicatat secara
sistematis dalam kurun waktu tertentu secara jelas, lengkap dan
obyektif.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Siswanto, L. H., Hariyati, R. T. S., & Sukihananto, S. (2013). Faktor-Faktor
yang berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(2), 77-84.
22