Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IMUNITAS SLE

Dosen Pembimbing:

Dwi Adji Norontoko,S.Kep.Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 4 Regular B

TINGKAT 2 SEMESTER 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Amelia Nur Indah (P27820720051)

2. Chummairotun Nikmah (P27820720056)

3. Kiranti Raras Wahyuningtyas(P27820720069)

4. Naris Wari Maswaiyah Qonita (P27820720076)

5. Rizka Zain aulya (P27820720092)

6. Sofia Nur Rahmania (P27820720086)

7. Rafida Indah Wastantri ( P27820720080)

Jurusan : Pendidikan Profesi Ners Jenjang Sarjana Terapan Smt 4

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang kami
selesaikan adalah benar. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah dengan
judul “Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE" telah memenuhi
semua syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh bapak dosen.

Surabaya, 04 Februari 2022

Yang membuat penyataan Yang memberi pengesahan

(Penulis) (Dwi Adji Norontoko,S.Kep.,Ns.M.Kep))


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami, juga kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE"
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical
Bedah 2 dan diharapkan para pembaca dapat memahami apa yang terdapat dalam
makalah ini.

Dan tidak lupa juga kami berterima kasih kepada dosen pembimbing Dwi Adji
Norontoko, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku dosen kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
Politeknik Kesehatan Kememkes Surabaya karena telah membimbing kami sebagai
mahasiswa. Serta kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dengan dukungan moral dan materil dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya
kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan .

Surabaya, 04 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Tujuan Umum ......................................................................................
Tujuan Khusus .....................................................................................
Manfaat ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE........................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE........................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
3.2 Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam istilah kedokteran secara lengkap nama dari penyakit “Lupus” ini
adalah “Systemik Lupus Erythematosus (SLE)”. Istilah lupus berasal dari bahasa latin
yang berarti anjing hutan atau serigala. Sedangkan kata Erythematosus dalam bahasa
yunani berarti kemerah-merahan. Pada saat itu diperkirakan, penyakit kelainan kulit
kemerahan di sekitar hidung dan pipi itu disebabkan oleh gigitan anjing hutan.
Karena itulah penyakit itu diberi nama “Lupus”.Penyakit lupus adalah penyakit baru
yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengidap penyakit ini tidak
tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta
orang, dan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya. Tubuh
memilikikekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun,
apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat.
Penyakit lupus diduga berkaitan dengan system imunologi yang berlebih.
Penyakit ini tergolong misterius, lebih dari 5 juta orang dalam usia produktif di
seluruh dunia telah terdiagnosis menyandang lupus atau SLE ( Systemic Lupus
Erythematosus ), yaitu penyakit auto imun kronis yang menimbulkan bermacam-
macam manifestasi sesuai dengan target organ atau system yang terkena. Itu
sebabnya lupus disebut juga penyakit 1000 wajah.

Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit lupus biasanya
menyerang wanita produktif . Meski kulit wajah pnderita lupus dan sebagian
tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak menular.
Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ tubuh
terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa kelelahan
berkepanjangan, serta sensitive terhadap sinarmatahari. Semua itu merupakan
sebagian dari gejala penyakit lupus. Factor yang diduga sangat berperan terserang
penyakit lupus adalah factor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stress,
beberapa jenis jenis obat dan virus. Oleh karena itu, bagi para penderita lupus
dianjurkan keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00.
saat berpergian, penderita memakai sun block atau sun screen ( pelindung kulit dari
sengatan sinar matahari ) pada bagian kulit yang akan terpapar. Oleh karena itu,
penyakit lupus merupakan penyakit autoimun sistemik dimana pengaruh utamanya
lebih dari satu organ yang ditimbulkan.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

b. Mengetahui etiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

c. Mengetahui patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

d. Mengetahui manifestasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

e. Mengetahui pathway Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

f. Mengetahui pemeriksaan penunjang Systemic Lupus Erythematosus (SLE)


g. Mengetahui penatalaksanaan Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan Systemic Lupus


Erythematosus (SLE)

1.3 Manfaat

a. Manfaat bagi mahasiswa/i diharapkan hasil penulisan makalah kasus ini sebagai
bahan bacaan dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
pasien SLE

b. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari
pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien SLE
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE

2.1.1 Definisi

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun multisystem di mana


organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi
pengikat jaringan dan kompleks imun. Gambaran klinis SLE dapat berubah, baik
dalam hal aktivitas penyakit maupun keterlibatan organ. Imunopatogenesis SLE
kompleks dan sejalan dengan gejala klinis yang beragam. Tidak ada mekanisme aksi
tunggal yang dapat menjelaskan seluruh kasus, dan kejadian awal yang memicunya
masih belum diketahui. Sesuai dengan teori, pada kasus ini juga terdapat
penglibatan multisystem yaitu system mukokutan (malar rash), muskoloskeletan
(arthritis), hematology (anemia), neurology (serebri) dan ginjal (nefritis)

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi kinis

a. Lupus kutaneus akut

Meliputi ruam malar lupus (jangan dimasukkan bila diskoid malar);lupus bula; varian
nekrolisis epidermal toksik dari SLE; ruam lupus makulopapular; ruam lupus
fotosensitif tanpa deramtomiositis; atau lupus kutan subakut (nonindurated
psoriaform dan/atau lesi polisklik anular yang sembuh tanpa jaringan parut,
walaupun kadang-kadang disertai depigmentasi atau telengiektasis postinflamasi)

b. Lupus kutaneus kronik

Meliputi ruam diskoid klasik; terlokalisir (di atas leher); generalisata (di atas dan di
bawah leher); lupus hipertrofik (verukous); lupus panniculitis (profundus); lupus
mukosa lupus eritematous tumidus lupus chilblains; lupus discoid/overlap dari liken
planus Ulkus Oral dan nasofaringeal Ulkus di palatum, buccal, lidah, atau nasal
disingkirkan penyebab lain seperti vaskulitis, behcet, herpes, IBD, reaktif artritis,
makanan asam Alopesia non scarring Penipisan difus rambut, rambut gampang
patah disingkirkan dulu alopesia areata, obat-obatan, defisiensi besi, alopesia
androgenik.

Sinovitis > 2 sendi

Nyeri 2 sendi atau lebih disertai dengan edema atau efusi disertai dengan
kekakuan sendi pagi hari.

Serositis

Pleuritis tipikal selama lebih dari 1 hari atau efusi pleura atau pleural rub; nyeri
perikardial tipikal (nyeri yang diperberat dengan duduk membungkuk) selama lebih
dari 1 hari atau efusi perikard atau pericardial rub atau perikarditis oleh gambaran
elektrokardiografi tanpa penyebab lain seperti infeksi, uremia dan perikarditis
Dressler

Manifestasi ginjal

Protein urin/kreatinin atau protein urin 24 jam (500 mg atau lebih) atau ada cast
eritrosit

Manifestasi neurologi

Kejang, psikosis, mononeuritis multiplex (singkirkan

penyebab vaskulitis primer) myelitis, neuropati perifer (disingkirkan penyebab lain


seperti vaskulitis primer,

infeksi, diabetes mellitus), acute confusional state (tanpa

penyebab lain : metabolik, uremia, obat)

Anemia Hemolitik

Leukopenia / limfopenia

Leukopenia <4000mm3 (disingkirkan penyebab lain seperti : obat-obatan, dan


hipertensi portal) Limfopenia <1000mm3 dengan disingkirkan penyebab lain :
terapi steroid, infeksi Trombositopenia <100,000mm3 (sudah disingkirkan penyebab
lain : obat2an, hipertensi portal dan TTP)

2.1.3 Etiologi

SLE disebabkan oleh interaksi antara kerentanan gen (termasuk alel HLA-DRB1,IRF5,
STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8), pengaruh hormonal, dan faktor lingkungan. Interaksi
ketiga faktor ini akan menyebabkan terjadinya respon imunyang abnormal.

2.1.4 Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang


menyebabkan peningkatan 
autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,  
prokainamid,  isoniazid, 
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan seperti
kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-
obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga
timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan m
enstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus
tersebut berulang kembali.
2.1.5 Pathway

Genetik, Kuman/Virus, Sinar

Ultraviolet, Obat-Obatan Tertentu

Autoimun yang  berlebihan

Autoimun menyerang organ - organ

tubuh (sel dan  jaringan)

Penyakit Lupus

Produksi antibody

secara terus-menerus

Mencetus inflamasi

kulit organ

Kulit Sendi Darah Paru-paru


Ginjal Hati

Gangguan Artritis Hb Pola nafas


Protein Terjadi kerusakan

integritas kulit tidak efektif


Urinari
sintesa yang

Intoleransi Suplai O2
dibutuhkan tubuh

aktivitas nutrien

Gangguan Tumbuh Defisit


ATP
Kembang
Nutrisi

Keletihan

2.1.6 Manifestasi Klinis

SLE adalah penyakit multisistem yang sangat bervariasi dalam tampilan


klinisnya. Secara khas, penderita adalah wanita muda dengan sebagian tetapi kadang-
kadang semuanya, dari perangi berikut : ruam menyerupai kupu-kupu di wajah,
demam, nyeri dan pembengkakan pada satu atau lebih sendi perifer (tangan dan
pergelangan tangan, lutut, kaki, pergelangan kaki, siku, bahu), nyeri dada karena
pleurotos dan fotosensitivitas. Walaupun demikian, pada banyak penderita, tampilan
klinis SLE tidak jelas dan meragukan, dalam bentuk seperti penyakit demam yang
tidak diketahui sebabnya, kelainan analisis urin atau penyakit sendi menyerupai
artritis reumatika atau demam reuma (Vinay K. dkk, 2015).

Tanda penyakit merupakan manifestasi klinis atau data objektif yang bias
dilihat langsung tanpa ada pemeriksaan diagnostik. Pada empat penderita lupus
mengungkapkan bahwa ketika terjadi lupus terdapat tanda bitnik-bintik diwajah,
gambaran bitnik-bintik semacam kupu-kupu. Satu orang penderita mengungkapkan
tidak hanya bitnik-bintik di wajah, tetapi adanya juga bengkak pada seluruh tubuh.
Gejala ialah tanda awal yang dapat dirasakan oleh penderita suatu penyakit, seperti
halnya pada penderita lupus, Mengungkapkan gejala lupus yang dinyatakan penderita
bermacam-macam. Gejala diantaranya nyeri sendi, gangguan pada ginjal, paru-paru,
adanya kelemahan dan rasa cepat lelah (Vinay K. dkk, 2015).

2.1.7 Komplikasi

Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein didalam sel-sel
tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus ( peradangan ginjal yang menetap )
pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu mengalami dialysis
atau pencangkokan ginjal.

Sistem saraf

Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Komplikasi yang paling sering
ditemukan adalah dispungsi mental yang sifatnya ringan,tetapi kelainan bisa terjadi
pada bagaimanapun otak,korda spinalis,maupun sistem saraf.
Kejang ,pesikosa,sindroma otak organik sekitar kepala maupun beberapa kelainan
sistem saraf yang bisa terjadi.

Penggumpalan darah

Kelainan darah ditemukan 85% penderita lupus bisa terbentuk bekuan darah
didalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli paru.
Jumlah thrombosis berkurang dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor
pembekuan darah yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti .

Kardiovaskuler

Peradangan berbagai bagian jantung seperti pericarditis,endocarditis,maupun


miocarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan tersebut.

Paru-paru

Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan tersebut
timbul nyeri dada dan sesak napas.

Otot dan kerangka tubuh

Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan


menderita arthritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada jaringan
tangan,pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada tulang panggul dan
bahu sering merupakan penyebab dari nyeri didaerah tersebut

Kulit

Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu ditulang pipi dan pangkal hidung.
Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari.

2.1.8. Pemeriksaan penunjang

SLE merupakan suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat yang menujukan
berbagai manifestasi,paling sering berupa artitis. Dapat juga timbul manifestasi
dikulit, ginjal dan neorologis. Penyakit ini ditandai dengan adanya periode aktivitas
(ruam) dan remisi. SLE ditegakan atas dasar gambaran klinis disertai dengan
penanda serologis, khususnya beberapa autoantibodi yang paling sering digunakan
adalah antinukelar antibody ( ANA, terapi antibody ini juga dapat ditemukan pada
wanita yang tidak menderita SLE. Antibody yang kurang spesifik adalah antibouble
standed DNA antibody (anti DNA). pengukuran bermanfaat untuk menilai ruam pada
lupus. Anti-Ro, anti-La dan antibody antifosfolipidpenting untuk diukur karena
meningkatkan resiko pada kehamilan. Penatalaksanaan SLE harus dilaksanakan
secara multidisiplin. Priode aktifitas penyakit dapat sulit untuk didiagnosa.
Keterlibatan ginjal sering kali disalah artikan dengan pre-eklamsia, tetapi temuan
adanya peningkatan antibody anti DNA serta penurunan tingkat komplemen
membantu mengarahkan pada ruam. Antibody fosfolipid dapat timbul tanpa SLE
tetapi menandakan resiko keguguran. Temuan pemeriksaan laboratorium:

Tes flulorensi untuk menentukan antinuclear antibody (ANA), positif dengan titer
tinggi pada 98% penderita SLE.

Pemeriksaan DMA double standed tinggi.spesifik untuk menentukan SLE.

Bila titel antibobel strandar tinggi, spesifik untuk diagnose SLE.

Tes sifilis bias positif palsu pada pemeriksaan SLE.

Pemeriksaan zat antifosfolipid antigen (seperti antikardolipin antibody)


berhubungan dengan menentukan adanya thrombosis pada pembuluh arteri, vena
atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan trombositopeni

Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa pada penderita SLE atau lupus meliputi
darah lengkap, laju sedimentasi darah, antibodyantinuklir (ANA) anti-AND, SLE, CRP,
analyses urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan diagnosis yang dilakukan
adalah biopsy.

Penatalaksanaan Medis

Pengobatan termasuk penatalaksaan penyakit akut dan kronik:

Mencegah penurunan progresif fungsi organ, mengurangi kemungkinan penyakit


akut, meminimalkan penyakit yang berhubungan dengan kecacatan dan mencegah
komplikasi dari terapi yang diberikan

Gunakan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan kortikosteroid untuk


meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.

Gunakan kortikosteroid topical untuk manisfestasi kutan aktif

Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternatif untuk penggunaan dosis oral tinggi
tradisional

Atasi manisfestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obat


antimalarial

Preparat imunosupresif (percobaan) diberikan untuk bentuk SLE yang serius.


2.2 Asuhan Keperawatan Gangguan Imunitas SLE

2.2.1 PENGKAJIAN

Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan


pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah
lelah, lemah, nyeri, kaku,demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut
terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan
gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
Sistem musculoskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
pada pagi hari.
Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
atau palatum durum.
Sistem pernapasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Sistem renal
Edema dan hematuria.
Sistem saraf.
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.

2.2.2 DIAGNOSA
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis /Inflamasi ditandai dengan
mengeluh nyeri, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur. (D.0077)
Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan pigmentasi
ditandai dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, kemerahan,
hematoma. (D.0192)
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan kekuatan otot menurun, sulit menggerakan ekstremitas,
gerakan terbatas. (D.0054)
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa
bingung dan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
(D.0080)

2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
. (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
(D.0077) (L.08066) (1.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
intervensi keperawatan, - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menurun - Identifikasi faktor yang
- Gelisah menurun memperberat dan
- Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Integritas (L.14125) (1.11353)
Kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D.0192) intervensi keperawatan, - Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit gangguan integritas kulit
dan jaringan meningkat Terapeutik
dengan kriteria hasil : - Ubah posisi tiap 2 jam
- Kerusakan jaringan jika tirah baring
menurun - Gunakan produk
- Kerusakan lapisan kulit berbahan petroleum atau
menurun minyak pada kulit kering
- Kemerahan menurun - Gunakan produk
- Hematoma menurun berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitif
- Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
3. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilitas
Mobilitas Fisik (L.05042) (1.05173)
(D.0054) Setelah dilakukan tindakan Observasi
intervensi keperawatan, - Identifikasi adanya nyeri
diharapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik
meningkat dengan kriteria lainnya
hasil : - Identifikasi toleransi
- Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
- Kekuatan otot meningkat - Monitor kondisi umum
- Gerakan terbatas selama melakukan
menurun mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu klien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
4. Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
(D.0080) (L.09093) (1.09314)
Setelah dilakukan tindakan
intervensi keperawatan, Observasi
diharapkan tingkat ansietas - Identifikasi saat tingkat
menurun dengan kriteria ansietas berubah
hasil : - Monitor tanda-tanda
- Verbalisasi kebingungan ansietas (verbal dan
menurun nonverbal)
- Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang - Ciptakan suasana
dihadapi menurun terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Temani klien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien, jika
perlu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih terapi relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antlansietas, jika
perlu

2.2.4 IMPLEMENTASI

Pelaksanaan keperawatan dilaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah


disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini pasien. Pelaksanaan yang mengacu
pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah :

Observasi

- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Menggunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan pergerakan
- Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Menemani klien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

Edukasi

- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Menganjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
- Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu

Kolaborasi

- Mengolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


- Mengolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu

2.2.5 EVALUASI

Seluruh tindakan intervensi terlaksana dengan baik dank lien menunjukkan perubahan
dengan kriteria hasil tingkat nyeri menurun, integritas kulit dan jaringan meningkat,
mobilitas fisik meningkat, tingkat ansietas menurun, dan kondisi klien dapat
menunjukkan perubahan :

1. Keluhan nyeri menurun


2. Sikap protektif menurun
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun
5. Kerusakan jaringan menurun
6. Kerusakan lapisan kulit menurun
7. Kemerahan menurun
8. Hematoma menurun
9. Pergerakan ekstremitas meningkat
10. Kekuatan otot meningkat
11. Gerakan terbatas menurun
12. Verbalisasi kebingungan menurun
13. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Lupus merupakan sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi autoimun pada
jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri sendi, dan keletihan.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada pria dengan faktor.
Androgen mengurangi gejala SLE dan estrogen memperburuk keadaan tersebut.
Gejala memburuk selama fase luteal siklus menstruasi, namun tidak dipengaruhi pada
derajat yang besar oleh kehamilan Lupuse ritematosus sistemik (SLE) adalah
penyakit vaskuler kolagen (suatu penyakit autoimun).

Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetic. faktor imunologi,faktor hormonal dan
faktor lingkungan. Manifestasi klinik dari penyakit ini dapat berupa konstitusional,
integument, musculoskeletal, paru-paru, kardiovaskuler, ginjal, gastrointestinal,
hemopoetik dan neuro psikiatrik.

Pemeriksaan diagnostic dari penyakit ini adalah pemeriksaan laboratorium


pemeriksaan laboratorium lainnya dan pemeriksaan penunjang.

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan
oleh kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
penyakit yang biasannya terjadi selama usia prodikti) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar terma
Daftar Pustaka

Kasjmir, Yoga dkk. (2011). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia


Untuk Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan
Reumatologi Indonesia

King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. (2007). Systemic lupus erythematosus: modern


strategies for management – a moving target. Best Practice & Research Clinical
Rheumatology Vol. 21, No. 6, pp. 971–987, 2007 doi:10.1016/j.berh.2007.09.002
available online at http://www.sciencedirect.com

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.

Anda mungkin juga menyukai