net/publication/261995320
CITATION READS
1 12,434
4 authors, including:
Rizky Abdulah
Universitas Padjadjaran
165 PUBLICATIONS 1,244 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rizky Abdulah on 01 May 2014.
Abstrak
Rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) dan kurangnya
pemahaman mengenai instruksi pengobatan merupakan permasalahan utama dalam pengobatan DMT2.
Ketidakpatuhan pasien terhadap regimen obat hipoglikemik oral yang kompleks serta ketidaktepatan
dalam cara dan waktu pengonsumsiannya merupakan barrier tercapainya keberhasilan terapi DMT2.
Hal ini sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien, khusus-
nya pelayanan informasi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh intervensi pela-
yanan informasi obat terhadap parameter keberhasilan terapi diabetes yaitu glukosa 2 jam postpran-
dial, HDL dan trigliserida. Penelitian ini merupakan nonrandomized concurrent control trial secara
prospektif. 14 subjek uji direkrut selama 4 bulan selama Mei–Agustus 2013 kemudian dibagi menjadi
dua grup. Kedua grup mendapat terapi pengobatan diabetes berupa hipoglikemik oral. Grup intervensi
mendapatkan pelayanan informasi obat dan edukasi mengenai diabetes, sedangkan grup kontrol tidak
mendapatkannya. Data dianalisis menggunakan uji t independen dengan α 0,05. Walau belum berbeda
signifikan, nilai keberhasilan terapi dengan intervensi pelayanan informasi obat pada parameter glukosa
2 jam postprandial, HDL dan trigliserida memberikan hasil yang lebih tinggi 17,01%; 6,73%; dan
6,31% untuk masing-masing parameter dibandingkan terapi tanpa pelayanan kefarmasian tersebut.
127
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
128
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
kumen-dokumen yaitu formulir I yang berisi dalam penelitian. Kesediaan pasien sangat
pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian penting agar komitmen pasien dalam melaku-
yang harus dilengkapi dengan benar, formulir kan seluruh rangkaian penelitian dapat dipas-
II yang berisi informasi mengenai penelitian, tikan. Oleh karena itu, pasien yang tidak berse-
formulir III yang berisi surat pernyataan per- dia mengikuti penelitian tidak diikutsertakan.
setujuan untuk ikut serta dalam penelitian (in-
formed consent), dan formulir IV yang berisi Perancangan bentuk PIO
tentang biodata peneliti dan proposal peneli- PIO untuk terapi DMT2 mengandung7:
tian. 1. Edukasi mengenai instruksi penggunaan
obat DMT2 yang benar.
Perancangan kriteria inklusi dan ekslusi 2. Edukasi mengenai DMT2 dan pentingnya
Kriteria inklusi meliputi penderita diabetes mengontrol stabilitas gula darah.
laki-laki dan perempuan berusia 18–75 tahun, 3. Edukasi mengenai pencegahan serta pe-
pasien dengan nilai glukosa darah puasa >120 nanganan efek samping obat DMT2 yang
mg/dl atau glukosa darah 2 jam postprandial sering terjadi seperti hipoglikemia dan
>200 mg/dl, serta pasien yang mendapatkan gangguan saluran cerna.
terapi farmakologis berupa hipoglikemik oral 4. Informasi mengenai pengaruh makanan
dan terapi nonfarmakologis. Seluruh pasien terhadap gula darah dan pengetahuan
yang diikutsertakan dalam penelitian harus su- mengenai pilihan makanan yang tepat un-
dah mendapatkan terapi farmakologis karena tuk penderita diabetes secara umum.
penelitian ini berkaitan dengan pelayanan in- 5. Edukasi untuk melakukan aktivitas fisik
formasi obat. sesuai aturan tertentu.
Kriteria eksklusi meliputi pasien diabetes Metode pemberian PIO adalah melalui pe-
yang sedang hamil, pasien dengan tekanan da- nyuluhan lisan, brosur edukasi tertulis, tele-
rah tidak terkontrol, nilai sistol ≥160 mmHg pon, dan layanan pesan singkat.8
dan diastol ≥100 mmHg. Hipertensi mengin-
dikasikan terjadinya gangguan pada sistem Skrining subjek uji
transportasi. Apabila sistem transportasi ter- Skrining pasien dilakukan berdasarkan hasil
ganggu, maka distribusi parktikel obat sulit pemeriksaan laboratorium dan wawancara.
untuk mencapai target. Pasien dengan kondisi Pasien yang memenuhi kriteria inklusi serta
tersebut tidak dapat dikutsertakan pada pene- tidak termasuk dalam kriteria eksklusi kemu-
litian ini sebagai usaha mengurangi bias pada dian dikelompokkan menjadi subjek uji.
hasil akhir. Pasien dengan penyakit jantung
koroner, aritmia kardiak, angina pektoris Persetujuan informed consent subjek uji
yang tidak stabil serta menunjukkan gejala Setelah melalui skrining, selanjutnya dilaku-
komplikasi lain tidak diikutsertakan dalam kan persetujuan informed consent subjek uji.
penelitian. Penyakit jantung koroner, aritmia Informed consent ditandatangani oleh sub-
kardiak, angina pektoris yang tidak stabil jek uji dan diketahui oleh penanggung jawab
adalah komplikasi penyakit DMT2. Subjek penelitian (apoteker) dengan rekomendasi
dengan komplikasi DMT2 masuk dalam kri- dokter.
teria eksklusi karena fungsi organ tubuh tidak
optimal sehingga proses adsorbsi, distribusi, Karakterisasi subjek uji
dan metabolisme obat yang dikonsumsi tidak Karakterisasi dilakukan berdasarkan usia, je-
dapat berjalan sama. Pasien yang tidak berse- nis kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT), ling-
dia mengikuti penelitian tidak diikutsertakan kar perut, tinggi badan, glukosa postprandial,
129
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
130
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
Tabel 1 Perbandingan karakteristik dan baseline antara grup kontrol dan grup intervensi
Karakteristik Grup Kontrol Grup Intervensi P Kete- Simpulan
x̅ SD x̅ SD value rangan
Usia 56,3 7,90 56,9 9,11 0,4362 Ho Tidak berbeda
(Tahun) Hiterima signifikan
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 (42,8%) - 5 (71,4%) - - - -
Perempuan 4 (57,2%) - 2 (28,6%) - - - -
IMT (kg/m2) 28,04 4,99 29,51 7,21 0,3325 Ho Tidak berbeda
Hiterima signifikan
Lingkar Perut (cm) 85,85 5,69 86,42 8,73 0,4449 Ho Tidak berbeda
Hiterima signifikan
Tekanan Darah Sisto- 122,86 7,55 121,43 6,9 0,3592 Ho Tidak berbeda
lik (mmHg) Hiterima signifikan
Diastolik (mmHg) 81,42 8,32 82,14 8,39 0,5000 Ho Tidak berbeda
Hiterima signifikan
Kadar glukosa 2 jam 201,74 60,74 239,71 105,26 0,2121 Ho Tidak berbeda
postprandial (mg/dL) Hiterima signifikan
Kadar HDL (mg/dl) 43,14 9,7 41 5,53 0,3116 Ho Tidak berbeda
Hiterima signifikan
Kadar Trigliserida 139,71 39,3 169,14 75,80 0,1899 Ho Tidak berbeda
(mg/dl) Hiterima signifikan
Data karakteristik dan baseline pasien diu- analisis pada karakterisasi baseline subjek uji.
kur secara statistika menggunakan uji t tidak
berpasangan untuk melihat perbedaan nilai Hasil pengukuran glukosa postprandial sebe-
awal antara pasien grup intervensi dan grup lum dan setelah perlakuan
kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran glu-
diketahui bahwa seluruh nilai karakteristik kosa 2 jam postprandial sebelum dan setelah
dan baseline yang diukur saat awal sebelum perlakuan. Berdasarkan hasil pengukuran
perlakuan antara grup kontrol dan grup inter- tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata
vensi tidak berbeda signifikan secara statistika. penurunan glukosa postprandial pada grup
Hasil dari karakterisasi ini sangat baik un- yang mendapatkan intervensi PIO pada ter-
tuk membuktikan bahwa hasil pada penelitian api DMT2 mencapai 19,84% dari rata-rata
ini tidak menjadi bias, artinya dengan nilai baseline grup intervensi, sedangkan pada
awal antara grup intervensi dan kontrol yang grup kontrol diketahui nilai penurunannya
tidak berbeda maka jika terdapat perbaikan hanya sebesar 2,83% dari rata-rata base-
hal ini disebabkan oleh pengaruh intervensi line grup kontrol. Oleh karena itu, dapat di-
bukan karena nilai antara grup intervensi dan simpulkan bahwa intervensi PIO pada terapi
kontrol yang sudah berbeda secara signifi- DMT2 memberikan keberhasilan terapi yang
kan pada awalnya. Oleh karena itu, bias pada lebih besar daripada terapi DMT2 tanpa PIO,
penelitian dapat dihindari dengan melakukan dengan selisih perbaikan sebesar 17,01%.
131
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
Hasil pengukuran HDL sebelum dan setelah sedangkan pada grup kontrol nilai pening-
perlakuan katannya hanya 1,97% dari rata-rata baseline
Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran HDL grup kontrol. Dapat disimpulkan bahwa in-
sebelum dan setelah perlakuan. Dari tabel tervensi PIO memberikan keberhasilan terapi
tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata pe- yang lebih besar daripada terapi DMT2 tanpa
ningkatan HDL pada grup intervensi mencapai PIO, pada parameter HDL dengan selisih per-
8,70% dari rata-rata baseline grup intervensi, baikan sebesar 6,73%.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa rata- nya yaitu hanya 1,97% dari rata-rata baseline
rata penurunan pada grup intervensi mencapai grup kontrol. Dapat disimpulkan bahwa in-
8,28% dari rata-rata baseline grup intervensi, tervensi PIO memberikan keberhasilan terapi
sedangkan pada grup kontrol nilai penurunan- yang lebih besar daripada terapi DMT2 tanpa .
132
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
PIO, pada parameter HDL dengan selisih per- gunakan uji t tidak berpasangan dilakukan
baikan sebesar 6,31% untuk melihat signifikansi perbedaan ni-
lai rata-rata perbaikan 3 parameter keber-
Analisis Statistika hasilan terapi DMT2 antara grup intervensi
Pengujian komparatif secara statistika meng- dan kontrol sebelum dan setelah perlakuan.
133
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
Pada intervensi PIO, selain dilakukan pem- hipoglikemia, dan sebagainya sehingga dapat
berian edukasi mengenai penggunaan obat, membantu tercapainya keberhasilan terapi.
edukasi mengenai penyakit DMT2, dan anjuran Namun, selisih perbaikan parameter glu-
diet secara umum, juga dilakukan pemantauan kosa postprandial, HDL, dan trigliserida tidak
agar subjek uji patuh terhadap pengobatan. berbeda secara statistika karena memiliki p-
Patuh pada pengobatan adalah komponen vital value lebih dari 0,05 masing-masing sebesar
pada terapi, dan farmasis berada pada posisi 0,1006, 0,1579, 0,4887. Pemberian perlakuan
ideal untuk berhadapan dengan pasien agar dengan waktu yang lebih lama dan jumlah
pengaruh untuk patuh dapat diberikan dengan subjek uji yang lebih banyak mungkin akan
secara positif.8 Kepatuhan pengobatan akan memberikan hasil yang lebih optimal. Selain
menghasilkan penurunan komplikasi atau ke- itu, ditinjau dari sisi pengaturan diet, pada
berhasilan terapi.9 Kemungkinan, adanya kon- PIO diberikan pengetahuan mengenai pili-
tak atau pemantauan reguler dengan farmasis han makanan untuk penderita DMT2 secara
berhasil untuk mengingatkan pasien mengenai umum dan pemberian dukungan dan motivasi
pentingnya taat pengobatan.10 kepada pasien mengenai pentingnya mengatur
Selain itu, saat ini kebanyakan pasien diet, namun pada 3 parameter hasilnya belum
DMT2 kurang memiliki pengetahuan menge- terlihat secara statistika. Pemberikan motivasi
nai penyakitnya. Pasien akan patuh meminum saja tidak cukup untuk mengubah pola makan
obatnya bila mereka menyadari bahwa DMT2 pasien, tetapi pasien juga perlu mendapatkan
adalah penyakit yang serius dengan kon- edukasi lanjutan mengenai diet yang sesuai
sekuensi yang serius pula. Konsekuensi akan untuk masing-masing individu oleh ahli gizi.
berkurang dengan partisipasi aktif dari pasien.
Disinilah peran vital PIO oleh farmasis dalam Simpulan
mengedukasi pasien tentang tujuan pengo-
batan dan pentingnya mengontrol gula darah Secara klinik, pada parameter glukosa 2 jam
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.7 postprandial, HDL, dan trigliserida, adanya
Selain itu, kebanyakan pasien DMT2 kurang intervensi PIO pada terapi DMT2 memberikan
yakin terhadap obat yang dikonsumsi.7 De- perbaikan yang lebih besar 16,01%, 6,73%,
ngan dilakukannya PIO oleh farmasis pada dan 6,31% untuk masing-masing parameter
terapi pengobatannya, pasien dapat diyakin- dibanding terapi DMT2 tanpa intervensi PIO
kan bahwa obat yang dikonsumsi berguna un- dan edukasi diabetes.
tuk memperbaiki kondisi tubuh. Hal ini ten-
tunya mempengaruhi kepatuhan pasien karena Daftar Pustaka
pasien akan lebih patuh meminum obat jika
mereka menyadari bahwa obat yang diminum 1. Ahmad, SI. Diabetes, an old disease a new
benar-benar dapat membantu mengatasi pe- insight. Advances in Experimental Medi-
nyakitnya. cine and Biology, 2012, 771(1): 356–380.
Disamping itu, kebanyakan pasien DMT2 2. Donnan PT, MacDonald TM, Morris AD.
cenderung kebingungan tentang petunjuk Adherence to prescribed oral hypoglycae-
cara minum obat hipoglikemik oral atau mic medication in a population of patients
kurang memahami instruksi pengobatan. with type 2 diabetes: a retrospective co-
Disini pula peran strategis farmasis pada hort study. Journal of Diabetic Medicine,
PIO dalam memberikan informasi cara mi- 2002, 19(3): 279–284.
num obat yang tepat, lalu informasi menge- 3. Chumney EC, Robinson LC. The effects
nai pencegahan efek samping, cara mengatasi of pharmacist interventions on patients
134
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
with polypharmacy. Journal of Pharmacy 7. Keban AJ. Evaluasi hasil edukasi farma-
Practice, 2006, 4(3): 103–109. sis pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
4. Salema NE, Elliott RA, Glazebrook C. A Rumah Sakit Dr. Sardjito di Yogyakarta.
systematic review of adherence-enhancing Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 2013,
interventions in adolescents taking long- 11(1): 52–53.
term medicines. Journal of Adolescence 8. Lanik AD. Preconception counseling.
Health, 2011, 49(5): 455–466. Journal of Primary Care, 2012, 39(1):1–
5. Arun KP, Murugan R, Rajesh KM, Rajal- 16.
akshmi S, Kalaiselvi R, Komathi V. The 9. Donovan OD, Byrne S, Sahm L. The role
impact of pharmaceutical care on the clin- of pharmacists in control and management
ical outcome of diabetes mellitus among of type 2 diabetes mellitus. Journal of Dia-
a rural patient population. International betology, 2011, 1: 5.
Journal of Diabetes in Developed Coun- 10. Armour CL, Taylor SJ, Hourihan F, Smith
tries, 2008, 28(1): 15–18. C. Implementation and evaluation of Aus-
6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. tralian pharmacists’ diabetes care services.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Journal of American Pharmacist Associa-
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. tion, 2004, 44(4): 446–455.
Penerbit Perkeni: Jakarta. 2011.
135