Anda di halaman 1dari 6

RESUME

TERAPI OBAT UNTUK PASIEN PALIATIF


Resume disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal yang diampu oleh Ibu Elisa, S.Kep. Ns. M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Aska Fauzan A.


NIM : P1337420617028
Kelas : 4A3 Reguler

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
A. Obat -Obatan Yang Umum Diberikan Pada Pasien Paliatif
Untuk mengontrol gejala penyakit membutuhkan terapi obat yang sesuai dengan
penyebab gejala tersebut. Terdapat beberapa prinsip dasar dalam pemberian terapi obat
untuk mengatasi gejala atau masalah yang muncul pada pasien dengan penyakit lanjut,
yaitu :
a. Pada gejala dengan dominan mual, mengantuk dan kebingungan yang
disebabkan oleh obstruksi malignasi urology-gynecology terapi obat-obatan
yang diberikan adalah haloperidol. Terapi obat ini diberikan satu dosis
perhari secara subkutan.
b. Pada gejala dengan distensi abdomen, muntah nyeri, dan konstipasi yang
disebabkan usus malignant, terapi yang diberikan adalah cylizine,
haloperidol, dan analog somatostin.
c. Mual dan muntah yang disebabkan oleh obstruktif gaster yang muncul pada
pasien dengan kanker lambung yang dihubungkan dengan asites dan
hepatomegali, terapi yang diberikan yaitu metoklopropamid dan
domperidone.
d. Mual serta muntah yang disebabkan karena cemas terapi yang diberikan
adalah ansiolotik misalnya benzodiazepine dan terapi yang diberikan pada
gejala mual muntah dengan batuk adalah antitusiff misalnya kodein.
Nyeri merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien perawatan paliatif. Gejala
nyeri biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu hidup pasien secara
keseluruhan. Jika tidak teratasi akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien.
a) Non Opoid
1) Paracetamol
Digunakan untuk nyeri ringan, terutama untuk jaringan lunak dan
musculoskeletal serta penurunan panas. Sebagai suplemen opoid sehingga
memungkinkan dosis opoid yang lebih kecil. Dosis paracetamol adalah 500
mg-1000 mg per 4 jam. Maksimum dosis adalah 4 gram perhari.
2) NSAID
Digunakan sebagai obat pada nyeri akibat inflamasi, kerusakan jaringan,
nyeri karena metastase tulang, demam neoplastik dan nyeri post operasi serta
efektif digunakan untuk menangani nyeri tulang.
- Golongan obat NSAID (Oral)

Obat Dosis dewasa (mg) Interval (jam) Dosis Maksimum/hr


Aspirin 300-900 4-6 3600
Celecoxib 100-200 12-24 400
Dirlofenac 25-50 8-12 150
Diflunisal 250-500 12 1000
Ibuprofen 200-400 6-8 2400
Indometacin 25-50 6-12 200
Ketoprofen 50-100 6-12 200
Asam 500 8 1500
Mefenamat
Meloxicam 7.5-15 24 15
Naproxen 250-500 12 1250
Piroxicam 10-20 24 20
- Golongan obat NSAID (Parenteral)
Obat Dosis Dewasa (mg) Interval (jam) Dosis Maksimum/hr
Ketorolac
<65 10-30 4-6 90
>65 10-15 4-6 60

b) Opoid Lemah
1) Codein
Digunakan untuk nyeri sedang dapat diberikan secara oral. Dosisnya 0.5-1
mg/kg (max 60 mg/dosis) efek samping: sedasi, konfusi, hipotensi, mual,
muntah dan konstipasi.
B. Rute Pemberian Obat
Obat bisa masuk kedalam tubuh dengan berbagai jalan. Setiap rute memiliki kelebihan
serta kekurangan masing-masing, rute yang biasanya yaitu melalui mulut (peroral) karena
sederhana dan mudah dilakukan. Beberapa rute tidak bisa dilakukan oleh setiap orang,
namun harus diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu. Berikut acam-macam rute
pemberian obat :
a. Diminum (oral)
Rute ini paling sering digunakan karena dirasa paling aman, namun rute ini
memiliki keterbatasan karena jalannya obat biasanya bergerak melalui slauran
penceranaan. Absoporsi bisa terjadi mulai dari mulut dan lambung dan
sebagian besar diserap oleh usus kecil, obat yang melewati dinding usus dan
perjalanan ke hati sebelum diangkut melalui aliran darah ke situs target. Obat
oral harus diminum saat perut kosong dan ada beberapa obat yang harus
diminum dengan makanan.
b. Diberikan melalui IV dan IM
Pemberian dengan suntikan (parenteral) meliputi subkutan (dibawah kulit),
intramuscular (dalam otot), intravena (dalam pembuluh darah), dan intratekal
(sekitar sumsum tulang belakang).
c. Diberikan secara sublingual
Obat ditempatkan dibawah ludah atau antara gusi dan gigi sehingga dapat larut
dan diserap langsung kedalam pembuluh darah kecil yang terletak dibawah
lidah. Obat ini tidak tertelan, rute sublingual sangat baik untuk nitrogliserin
yang digunakan untuk meredakan angina, karena penyerapan yang sangat
cepat dan obat memasuki aliran darah tanpa melalui dinding usus dan hati.
d. Dimasukkan melalui rectum (dubur) atau vagina
Obat ini diberikan secara rectal sebagai supositoria, obat ini diresepkan untuk
orang yang tidak bisa menggunakan obat oral karena mengalami mual, tidak
bisa menelan dan yang lainnya. Obat-obatan yang diberikan secara rectal
termasuk asetaminofen atau paracetamol (untuk demam), diazepam (untuk
kejang), dan obat pencahar (konstipasi).
C. Pemantauan Pemberian Obat
Pemantauan ini bertujuan untuk memastikan pasien mendapatkan obat yang sesuai
dalam bentuk dosis yang tepat dimana lamanya terapi dapat dioptimalkan. Tahap
pemantauan pemberian obat pada pasien yaitu monitoring pasien, perolehan dan analisis
data, identifikasi problem dan prioritasi serta rencana terapetik. Tahapan-tahapan dalam
proses pemantauan terapi yaitu :
1. Tahap 1 yaitu Tetapkan tujuan terapi (untuk semua terapi yang diberikan)
2. Tahap 2 yaitu Tentukan parameter monitoring yang spesifik terhadap pasien
atau spesifik terhadap obat
3. Tahap 3 yaitu Integrasikan semua rencana monitoring
4. Tahap 4 yaitu Pengambilan data
5. Tahap 5 yaitu Lakukan penilaian tentang respon pasien terhadap obat
Hal-hal yang harus dipantau dalam pemberian obat :
1. Ketepatan Pemberian Obat meliputi mengecek apakah ada tulisan “medication
order” sesuai dengan kebijaksanaan yang ada, mendeteksi apakah ada obat-
obatan yang menimbulkan reaksi alergi pada penderita, memastikan apakah
obat-obat yang diberikan sudah sesuai berdasarkan pertimbangan keadaan
penderita, dosis, durasi, rute, serta bentuk sediaan obat, mengecek apakah ada
duplikasi obat
2. Efektivitas Terapi
Dapat dilihat dari parameter klinik yang sesuai dengan tujuan terapi yang
diberikan
3. ADR (Adverse Drug Reaction)
4. Interaksi Obat
5. Toksisitas
6. Kepatuhan
D. Penyimpanan dan Pemberian Obat
Penyimpanan obat harus disimpan dengan baik tergantung karateristiknya agar tetap
bisa dipakai dan tidak kehilangan manfaatnya, masa penyimpanan semua obat juga
terbatas karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya,
udara dan suhu akibatnya khasiatnya akan berkurang. Berikut cara menyimpan obat
dengan baik dan benar:
1. Sediakan wadah penyimpanan dan pilah obat sesuai jenisnya
2. Simpan obat dalam kemasan asli dengan wadah tertutup rapat
3. Simpan sesuai dengan petunjuk yang terteramisalnya pada tempat yang sejuk
dan kering ataupun yang lainnya.
4. Periksa kondisi obat secraa rutin, sebelum meminum obat selalu lihat tanggal
kadaluwarsa pada kemasan obat
5. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Pemberian obat yang tepat serta sesuai dosis merupakan salah satu hal penting yang
harus dimengerti terutama bila pasien sedang dilakukan perawatan dan proses
penyembuhan. Berikut prinsip pemberian benar obat meliputi :
1. Benar pasien
Sebelum diberikan identitas pasien harus dicocokkan dengan gelang pasien
ataupun menanyakan kepada keluarganya
2. Benar Obat
Setiap obat yang akan diberikan pastikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
pasien
3. Benar Dosis
Sebelum memberikan obat kepada pasien pastikan benar dosisnya, jika ragu
maka konsultasikan kepada dokter karena setiap obat berbeda-beda dosisnya.
4. Benar Cara
Rute pemberian semua obat berbeda-beda, obat dapat diberikan secara peroral,
parenteral, sublingual, topical, rectal ataupun yang lainnya. Selalu perhatikan
dan baca petunjuk sebelum memberikan obat kepada pasien.
5. Benar waktu
Benar dalam memberikan obat yang terakhir adalah benar waktu , yaitu diman
pemberian dijam dan waktu secara tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai