Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KERANGKA PRAKTIK


PENYELENGGARAAN NEGARA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Enjelika Kabeakan
2. Husnatul Fadillah
3. Sari Devi
4. Erni Aprianti
5. Jernih Lahagu
6. Yusni
7. Melana

GURU PEMBIMBING : Eni Sugiati, S.Pd

SMK KESEHATAN IMELDA RITONGA


RANTAUPRAPAT
TAHUN AJARAN 2021/20
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuni yang diberikan-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik serta tepat pada waktunya.
Kami sebagai kelompok 1 juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, terutama kepada
teman-teman kelompok, guru mata pelajaran PKn serta kedua orang tua kami
yang telah ikut ambil bagiannya masing-masing demi terselesaikannya makalah
ini.
Makalah ini berjudul “Nilai-nilai pancasila dalam kerangka praktik
penyelenggaraan negara” memuat tentang analisis Pancasila dalam praktek
penyelenggaraan Pemerintah NKRI dan bagaimana sistem pembagian kekuasaan
Negara Republik Indonesia.
Harapan kami mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi
tambahan referensi bagi kita semua yang membaca, serta agar kita dapat lebih
mengenal lebih luas lagi tentang Pancasila.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca serta guru mata
pelajaran PKn sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................I


DAFTAR ISI .......................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3.Tujuan dan Manfaat ........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Nilai-Nilai Pancasila Dalam Praktek Penyelenggaraan Negara ....................3
2.1.1.      Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan........3
2.1.2.      Nilai Falsafah Hidup...............................................................................4
2.1.3.      Nilai Ideologi..........................................................................................4
2.1.4.      Nilai Jiwa................................................................................................5
2.1.5.      Nilai Pandangan Hidup...........................................................................6
2.2. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia ..........................7
2.2.1.      Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia..........................................7

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki landasan dalam
penyelenggaraan negara. Landasan sebagai dasar negara dan sumber-sumber nilai
dalam segala kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia mengenal Pancasila
sebagai dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum yang memiliki
kedudukan tertinggi. Pancasila merupakan dasar dari norma-norma yang tidak
boleh dilanggar. Pancasila yang begitu agung tidak boleh dikesampingkan dalam
segala perjalanan penyelenggaraan negara. Namun pada kenyataannya, Pancasila
yang merupakan dasar dan ideologi negara dan merupakan kesepakatan politik
para founding father mulai banyak yang mengabaikan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya. Dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara,
Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalamaktualisasi nilai-nilainya.
Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan,pengurangan, dan
penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering
pula terjadi upaya pelurusan kembali. Seperti beberapa penyimpangan yang
terjadi pada penyelenggaran pemerintah yang terjadi pada perumusan Undang-
Undang yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penyimpangan tersebut
berupa penyelewengan isi Undang-Undang yang dirasa tidak sesuai dengan Nilai-
Nilai Pancasila. Pancasila yang mempunyai nilai-nilai agung dirasa tidak sejalan
dengan beberapa Undang-Undang yang dirumuskan. Maka dari itu, perlu adanya
pemahaman dan penerapan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bernegara, terutama oleh penyelenggara negara. Peraturan yang dibuat olah para
penyelenggara negara diharapkan dapat kembali sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, sehingga Dasar Negara tetap menjadi landasan hukum yang praktis
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demikian Pula dalam pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-
garis besarnya dalam susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar
1945 adalah bersumber kepada susunan ketatanegaraan Indonesia asli, yang

1
dipengaruhi besar oleh pikiran-pikiran falsafah negara Inggris, Perancis, Arab,
Amerika Serikat dan Soviet Rusia. Aliran pikiran itu oleh Indonesia dan yang
datang dari luar, diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengupasan ketatanegaraan
ini, semata-mata untuk menjelaskan pembagian kekuasaan pemerintahan menurut
konstitusi proklamasi. Pembagian kekuasaan pemerintah Republik Indonesia 1945
berdasarkan ajaran pembagian kekuasaan yang dikenal garis-garis besarnya dalam
sejarah ketatanegaraan Indonesia; tetapi pengaruh dari luar; diambil tindakan atas
tiga kekuasaan, yang dinamai Trias Politica, seperti dikenal dalam sejarah
kontitusi di Eropa Barat dan amerika Serikat. Ajaran Trias Politica diluar negeri
pada hakikatnya mendahulukan dasar pembagian kekuasaan, dan pembagian atas
tiga cabang kekuasaan (Trias Politica) adalah hanya akibat dari pemikiran
ketatanegaraan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang pemerintah dan
untuk menjamin kebebasan rakyat yang terperintah.
Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh pemikir
Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya L’Espris des Lois, yang
mengandung maksud bahwa kekuasaan masing-masing alat perlengkapan negara
atau lembaga negara yang menurut ajaran tersebut adalah :
a.       Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang.
b.      Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang
c.       Badan judikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan
Undang-undang, memeriksa dan megadilinya.

.2.      Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis Pancasila dalam praktek penyelenggaraan Pemerintah
NKRI?
2.  Bagaimana system pembagian kekuasaan Negara republic Indonesia?
1.3.      Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan adalah untuk mempelajari dan memahami nilai-nilai Pancasila.
Tujuan yang selanjutnya adalah menerapkan nilai-nilai Pancasila tersebut ke
dalam penyelenggaraan negara, terutama dalam proses pembuatan Undang-
Undang serta pembagian kekuasaan Negara republic Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Nilai-Nilai Pancasila Dalam Praktek Penyelenggaraan Negara


Pancasila tidak akan bisa membumi jika hanya dijadikan mitos tanpa model
praktis dalam memecahkan masalah hidup masyarakat. Oleh karena itu, Pancasila
perlu di kembangkan sebagai metodologi hidup atau ideologi praktis. Pada saat ini
tidak ada lembaga yang menangani aplikasi Pancasila. Bahkan dalam pendidikan,
Pancasila bukan menjadi pelajaran wajib. Apabila Pancasila tidak lagi menjadi
perhatian pemerintah maupun masyarakat maka berarti telah sengaja
meminggirkan Pancasila sebagai ideologi Negara

2.1.1.      Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan


Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan
nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan
bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan
kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak
ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Nilai
persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya
terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat

3
Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai
dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif,
isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan
eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental
tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai
nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber
pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental
penyelenggaraan negara Indonesia.

2.1.2.Nilai Falsafah Hidup


Pancasila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip
yang terdapat dalam Pancasila bersumber pada budaya dan pengalaman bangsa
Indonesia yang berkembang akibat usaha bangsa dalam mencari jawaban atas
persoalan-persoalan esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu yang
menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.

2.1.3.Nilai Ideologi
Ideologi negara dalam arti cita-cita negara memiliki ciri-ciri sebagai diantaranta
mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus
di pelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus
bangsa, di perjuangkan dan dipertahankan.
Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka. Hal ini dibuktikan dari
adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila maupun kekuatan yang terkandung
di dalamnya, yaitu pemenuhan persyaratan kualitas tiga dimensi, yaitu dimensi
realita, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi
tersebut secara nyata hidup di dalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarah masyarakat dan atau bangsanya menjadi volkgeits/jiwa bangsa). Dimensi
idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme

4
yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari. Dimensi fleksibilitas/dimensi
pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan merangsang pengembangan pemikiran baru yang relevan dengan ideologi
bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terkandung
dalam nilai-nilai dasarnya.

2.1.4.Nilai Jiwa
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas
bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan
suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,
Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia
tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya
sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila  memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas
bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa .
Demikianlah, maka Pancasila yang  gali dari bumi Indonsia sendiri salah satunya
yaitu merupakan  Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila
memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan
dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila
secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-

5
bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

2.1.5.Nilai Pandangan Hidup


Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman
hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di cita
citakan. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan sarana ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia dan memberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat  yang beraneka
ragam sifatnya. Manfaat Pancasila sebagai pendangan hidup diantaranya :
a.    Kekokohan dan tujuan, setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh
danmengetahui jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapai memerlukan
pandangan hidup.
b.    Pemecahan masalah, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memandang
persoalan yang dihadapi dan menentukan cara bagaimana memecahkan persoalan.
c.    Pembangunan diri,  dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaiman memecahkan masalah politik, ekonomi, social
dan budaya dalam gerak masyarakat yang makin maju dan akan membangun
dirinya.
Pancasila sebagai isi pandangan hidup :
a.       Konsep dasar, dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar ialah
pikiran – pikiran  yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik yang dicita citakan suatu bangsa
b.      Pikiran dan gagasan, dalam pandangan hidup terkandung pula pikiran yang
terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap
baik
c.       Kristalisasi dan nilai, pandangan hidup adalah kristalisasi nilai yang dimiliki
bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya

6
2.2.       Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
agar melakukan tindakan-tindakan yang diperintahkannya. Apakah Negara
mempunyai kekuasaan? negara memiliki banyak kekuasaan. Kekuasaan negara
merupakan kewenangan Negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan. Apa saja kekuasaan negara
itu? Kekuasaan negara banyak macamnya. Menurut John Locke sebagaimana
dikutip oleh Astim Riyanto dalam bukunya yang berjudul Negara Kesatuan;
Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006:273), kekuasaan negara dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
a.       Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk
undang-undang
b.      Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang,termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap
undangundang
c.       Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar
negeri.

2.2.1.      Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


Dalam sebuah praktik ketatanegaraan sering terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu orang saja, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan
secara absolut atau otoriter. Untuk menghindari hal tersebut perlu adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan, sehingga terjadi control dan keseimbangan
diantara lembaga pemegang kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif,
eksekutif maupun yudikatif tidak dipegang oleh satu orang saja. Apa sebenarnya
konsep pemisahan dan pembagian kekuasaan itu? Mohammad Kusnardi dan
Hermaily Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Tata
Negara (1983:140) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan (separation
of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power) merupakan dua istilah
yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan
berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, baik mengenai

7
organnya maupun fungsinya. Setiap lembaga menjalankan fungsinya masing-
masing. Contoh negara yang menganut mekanisme pemisahan kekuasaan adalah
Amerika Serikat.Mekanisme pembagian kekuasaan negara dibagi dalam beberapa
bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada
koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali digunakan
oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
Bagaimana konsep pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia? Mekanisme
pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia
terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan
pembagian kekuasaan secara vertikal.

1.      Pembagian kekuasaan secara horizontal


Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut
fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian
kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah. Pembagian kekuasaan pada tingkatan pemerintahan pusat berlangsung
antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian kekuasaan pada
tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah
pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis
kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara,
yaitu:

a.       Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan


Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1)UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

8
b.      Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang
dan penyelenggaraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

c.       Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang.


Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat Sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.

d.      Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan


untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan hakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilanumum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.

e.       Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan


dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

9
f.       Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia
selaku bank sentral di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara memiliki
suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
indepedensinya diatur dalam undang undang. Penanaman
Kesadaran Berkonstitusi. Pada hakikatnya pemegang kekuasaan Negara di
Indonesia adalah rakyat Indonesia sendiri. Hanya karena kita menganut sistem
perwakilan, kekuasaan yang dimiliki oleh rakyat didelegasikan kepada
pemerintah.
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus mendukung setiap program dari pemerintah.
Wujud dukungan itu antara lain:
1.       Berpartisipasi dalam setiap proses pengambilan kebijakan dengan cara
menyampaikan aspirasi kita kepada pemerintah.
2.       Mengkritisi dan mengawasi setiap kebijakan pemerintah
3.       Melaksanakan kewajiban sebagai rakyat Indonesia, seperti kewajiban
membayar pajak, kewajiban mendahulukan kepentingan Negara dibandingkan
kepentingan pribadi/ kelompok.
Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah
berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara
Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung
antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi.
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara
Pemerintah Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota)
dan DPRD kabupaten/kota.

2.      Pembagian kekuasaan secara vertikal


Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan.

10
Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara
vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota).
Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal
yang ditentukan oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi
dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan
pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari
diterapkannya asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada
pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan
dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan
fiskal. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

11
BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dan pembahasan, maka
makalah ini memiliki beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.      Pancasila sebagai nilai dapat berupa Nilai ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya
Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral
dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan
sesuatu hal sebagaimana mestinya. Nilai persatuan indonesia mengandung makna
usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai kerakyaran berupa musyawarah
mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu
tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun
batiniah. Pancasila bersumber pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia
yang berkembang akibat usaha bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-
persoalan esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu yang menjadi
bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.
2.      Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu
pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.

3.2.   Saran
1.    Penyelenggaraan negera seharusnya ada evaluasi secara khusus dan bertahap
dan adaya pentanggungjawaban secara moriil kepada masyarakat mengenai tugas
yang di emban.
2.    Adanya penerapan Nilai-nilai Pancasila sebagai issue yang selalu di angkat
oleh penyelenggara negara dan di sosialisasikan kepada masyarakat.

12
3.    Sebaiknya segala macam tindakan penyelengga negara dapat melihat secara
visual kondisi masyarakat dan menetapkan hukum yang sesuai aktualisasi nilai
Pancasila untuk kesejahteraan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/ainiaikudou/makalah-penerapan-nilainilai-pancasila-
dalam-penyelenggaraan-negara. Online pada 28 September 2017

http://birumuda01.blogspot.co.id/2015/04/sistem-pembagian-kekuasaan-
negara.html     Online pada 28 September 2017

Koento Wibisono. 1988. Pancasila Ideologi Terbuka. Magelang: Panitia Temu


Karya Dosen-Dosen PTN Se-Jawa Tengah dan Kopertis Wil.VI.

Abdulkadir Besar. 1994. Pancasila dan Alam Pikiran Integralistik (Kedudukan


dan Peranannya dalam Era Globalisasi). Yogyakarta: Panitia Seminar
“Globalisasi Kebudayaan dan Ketahanan Ideologi” 16-17 November 1994 di
UGM

14

Anda mungkin juga menyukai