Anda di halaman 1dari 5

Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan dalam

suatu campuran perkerasan beraspal pada perkerasan lentur


bersifat viskoelastik (mudah berubah sifat jika terkena suhu)

1.PENETRASI ASPAl ASTM D5-97 dan SNI 2456-2011 Cara Uji Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen

Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah uji penetrasi aspal yang dapat
digunakan untuk menentukan keras dan lunaknya aspal, sehingga dapat ditentukan jenisnya

dipengaruhi oleh faktor berat badan total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur, dan waktu

menentukan penetrasi bahan-bahan bitumen solid / semi solid dengan memasukkan


Berdasarkan nilai penetrasi temperature 25oC
jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu
tertentu. digunakan untuk mengukur keras atau lunak suatu jenis aspal

Nilai penetrasi yang tinggi (memiliki nilai yang besar) menunjukkan jenis aspal
yang lebih lunak perkerasan lentur di Indonesia
umumnya menggunakan jenis aspal
Benda uji adalah aspal sebanyak 100 gr bersih, bebas dari air serta minyak penetrasi 60/70 dan 85/10

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam merencanakan Mix Design dan Job Mix suatu
perkerasan lentur atau untuk keperluan pembangunan, peningkatan, atau pemeliharaan jalan yang menggunakan
perkerasan lentur.

60/70 mempunyai tingkat ketahanan aspal thd perubahan temperatut yg rendah (resikonya, perkerasan rentan
mengalami deformasi)
ALAT 1.cawan benda uji 2. jarum penetrasi 5.penetrometer
3. transfer dish 4. bejana perendam 6. termometer
………………………………………………….………………….
2. TITIK LEMBEK ASPAL ASTM D36 dan SNI 2434-2011.

Titik lembek = temperatur pada saat bola baja dengan berat tertentu, medesak turun lapisan aspal yang
tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin
pada jarak 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan terntu

Aspal dengan titik lembek yang lebih tinggi kurang peka terhadap perubahan temperatur, aspal jenis ini lebih
cocok apabila digunakan sebagai bahan pengikat pada konstruksi perkerasan jalan lentur (flexible pavement)
Tujuan : Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan angka titik lembek aspal yang berkisar 30°C sampai 157°C
dengan cara Ring and Ball. Untuk aspal yang biasa digunakan pada perkerasan jalan, yaitu aspal pen 60/70, titik
lembek minimal 48°C.
Rentang: 30˚C - 200˚

ALAT #pemanas #CINCIN #pengarah bola


#PELAT KACA #bejana perendam #termometer

……………………………………………………………..……
3. berat jenis aspal KERAS •


Persyaratan mutu aspal
ASTM D70 dan SNI 2441:2011.

perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu (25˚C atau 15,6˚C)
dengan prosedur pemeriksaan mengikuti cara uji SNI 2441:2011.

bertujuan untuk menentukan berat jenis dan berat isi aspal keras dengan menggunakan piknometer. (50 ml)21

Selain untuk memenuhi persyaratan aspal, berat jenis juga diperlukan saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke
volume atau sebaliknya
ALAT #PIKNOMETER #TIMBANGAN #GELAS KIMIA #BUSEN #CONTOH ASPAL #AQUADES
………………………………………………….………………….
#Dengan cara ‘A’ yaitu cara lapisan tipis

4. KEHILANGAN BERAT MINYAK & Aspal # Benda uji Aspal sebanyak ±100 gram
Di oven 5 jam – 5 jam 15 menit, SUHU 163 OC
# hasil pengujian ini digunakan untuk mengetahui stabilitas aspal setelah pemanasan

# dapat digunakan untuk mengetahui perubahan sifat fisik aspal selama dalam pencampuran panas di Asphalt
Mixing Plant (AMP) pada suhu ±163°C yang dinyatakan dengan penetrasi, daktilitas dan kekentalan
# yang dimaksud dengan penurunan berat minyak dan aspal adalah selisih berat sebelum dan sesudah
pemanasan pada tebal tertentu pada suhu tertentu.

Tujuan menentukan kehilangan berat minyak dan aspal yang dinyatakan dalam persen berat semula

ALAT #cawan bu #neraca analitik #desikator #oven #ASPAL 100 gram


………………………………………………….………………….
# SNI 2432:2011 Contoh aspal 100 gr sehingga cair & dapat dituang

5. DAKTALITAS benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air & suh
diperhaatikan tetap (25±0,5) oC
>> menentukan keplastisan suatu aspal, jadi kalau digunakan nantinya aspal tidak retak.
>> Percobaan dilakukan dengan cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu
25˚C dengan dengaa toleransi ± 5 %

>> Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam
penggunaannya sebagai lapis perkerasan

!!! Aspal dengan daktilitas rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan
perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi

maka aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi

***Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, susunan senyawa hidrokarbon yg dikandung aspal. Standar
regangan yang dipakai adalah 100 – 200 cm.

>>>jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.
Tingkat kekenyalan aspal: < 100 cm = getas, 100-200= plastis >200 =sangat plastis / liat
mengukur jarak terpanjang yg dapat ditarik antara 2 cetakan berisi bitumen keras
sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

ALAT #cetakan daktalitas kuningan #mesin daktalitas #gliserin #air suling


#ASPAL 100 gr (80-100 C diatas titk lembek), dinginkan suhu ruang
-----------------------------------------
# ASTM C 136-06
6. ANALISIS SARINGAN #SNI C136:2012 Metode uji untuk analisis
saringan agregat halus dan agregat kasar
>> bertujuan untuk mengetahui gradasi butiran dari agregat
# Jumlah contoh uji agregat halus setelah
halus dan agregat kasar termasuk agregat campuran
kering harus minimum 300 gram.
>> digunakan untuk menentukan gradasi material berupa contoh uji dikeringkan sampai massa tetap
agregat. Hasil tersebut biasanya digunakan untuk menentukan pada suhu 110 ± 5°C (230 ± 9°F).
pemenuhan ukuran distribusi partikel dengan syarat-syarat Agregat disaring 10 menit
spesifikasi
Pengujian dilakukan dengan cara penyiapan
>> benda uji: agregat sesuai dengan gradasi dan berat contoh uji, penimbangan, pengeringan, dan
yang ditentukan. penyaringan. Hasil pengujian dinyatakan dalam
persentase material yang tertahan pada setiap
saringan, persentase total dari material yang
lolos setiap saringan, dan persentase total dari
material yang tertahan pada setiap saringan.

ALAT 1.Timbangan
2. pengguncang saringan mekanis
3. Oven (110 c)
4. Saringan
-----------------------------------------
ASTM C127-12
7.Berat jenis & penyerapan air ag kasar SNI 1969-2008

bertujuan untuk menentukan berat jenis (bulk), b.j kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD),
b.j semu (apparent) dari agregat kasar.
Syarat penyerapan air adalah < 3%
A. berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya
Standar laboratorium untuk penyerapan akan
digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh diperoleh setelah merendam agregat kering
agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat, ke dalam air selama (24±4) jam. Agregat
termasuk beton semen, beton aspal & campuran lain yang yang diambil dari bawah muka air tanah akan
memiliki penyerapan yang lebih besar apabila
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. digunakan, bila tidak mengering.

B.Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering ALAT 1.Timbangan
permukaan (saturated surface dry) digunakan apabila 2.Wadah contoh uji
agregat dalam keadaan basah, yaitu pada kondisi
penyerapannya sudah terpenuhi.
3. Tangki air
4. Alat penggantung (kawat)
C. Adapun berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi
5. Saringan no. 4,75 mm (No.4)
kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam
kedaan kering atau diasumsikan kering. Angka penyerapan digunakan untuk
menghitung perubahan berat dari suatu
agregat akibat air yang menyerap ke
D.Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari dalam pori di antara partikel utama
dibandingkan dengan pada saat kondisi
bahan padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk kering
ruang pori di antara partikel tersebut dapat dimasuki oleh air
-----------------------------------------
8. keausan agregat dengan mesin los angeles
>> Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa dengan percobaan abrasi Los Angeles
>> Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur oleh pengaruh mekanis ataupun kimia
>> Agregat yang akan digunakan pada konstruksi perkerasan harus mempunyai daya tahan terhadap gradasi
yang mungkin timbul selama pencampuran, pemadatan, repetisi beban serta tahan terhadap desintegrasi yang
menghancurkan agregat menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat gaya yang diberikan pada saat penimbunan,
pemadatan, maupun repetisi beban, sedangkan desintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan atau beda suhu

#Pengujian Los Angeles menggunakan standar dengan nilai persyaratan maksimum 40%.
Tujuan: menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan, mengetahui angka keausan yg dinyatakan dgn
perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen

Standar: ASTM C131-06, C535-09 dan SNI 2417-2008 # Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm - 33 rpm
ALAT 1.MESIN ABRASI LOS ANGELES
# gradasi a, b c dan d 500 KALI PUTARAN
2.SARINGAN NO 12 DLL
# GRADASI e,f,g ADALAH 1000 PUTARAN
3. TIMBANGAN
Lalu disaring dengan saringan no 12 lalu keringkan
4. BOLA BAJA diameter 4,68 cm 390-445 gram oven suhu 110 C
5. oven 6. alat bantu pan & kuas Jika material homogen cukup 100 putaran
-----------------------------------------
9. kelekatan agreget terhadap aspal
# Kelekatan atau penyelimutan agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan agregat yang
diselimuti aspal terhadap permukaan agregat. Nilai kelekatan agregat terhadap aspal sebagaimana yang
dipersyaratkan di dalam SNI 2439-2011 adalah minimal 95%

# Pengujian ini bertujuan untuk menguji ketahanan penyelimutan film aspal pada permukaan suatu agregat.
SNI 2439-2008

ALAT 1.cawan 2.spatula 3.oven 4. saringan standar (6,3mm atau ¼’’)


-air suling (pH 6-7) - aspal 5,5 gram dan 100 gram agregat kering oven
# Agregat lolos 9,5 mm (⅜”) dan tertahan saringan 6,3mm (¼”).
# dicuci dalam air suling untuk menghilangkan butiran halus, dikeringkan pada temperatur 135°C sampai dengan
149°C sampai berat tetap dan simpan dalam wadah kedap udara sampai saat akan digunakan.
# Panaskan aspal secara terpisah pada temperatur 135°C sampai dengan 149°C.
# direndam selama 16 - 18 jam. Dan perkirakan apakah “di atas 95%”
-----------------------------------------
10. PEMBUATAN BENDA UJI SECARA PANAS (HOT MIX) !! pencampuran panas adalah
agregat & aspal yg telah diuji dan lolos spesifikasi dicampur secara panas (hot mix) dengan suhu pencampuran
yang telah ditentukan.

SNI 06-2484-1991 Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall

ALAT a. 3 buah cetakan b. extruder c.penumbuk otomatis e. oven f.waterbath g. timbangan

a. 75 kali untuk lalu-lintas berat


b. 50 kali untuk lalu-lintas sedang
c. 35 kali untuk lalu-lintas ringan.
11. metode marshall
Bertujuan untuk menentukan nilai stabilitas dan pelelehan (flow) suatu campuran beraspal.

ALAT 1.alat marshall 2.water bath suhu 60o c 3.timbangan 4. Arloji pengukur pelelehan
Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi alir (flow) yang
dinyatakan dalam kilogram (kg)

Alir (flow) keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yg terjadi akibat suatu beban, dinyatakan dalam mm.

## Pengujian dilakukan dengan cara mengukur dimensi dan berat kering benda uji, kemudian direndam air
selama 24 jam terlebih dahulu dan timbang berat dalam kondisi SSD. Benda uji kembali direndam dalam
pemanas temperatur 60oC selama 30-40 menit, setelah itu benda uji diletakkan ke mesin Marshall dan atur jarum
arloji pada kedudukan nol, dan atur kecepatan 50 mm/menit hingga pembebanan maksimal dan catat nilai flow
pada arloji kelelehan.

a. kadar rongga dalam agregat (VMA)


b. VFWA rongga yang terisi aspal setelah mengalami pemadatan, % terhadap rongga antar butiran
c. VITM (void in the mix) rongga terhadap campuran, banyaknya persentase rongga dlm campuran
# VITM berpengaruh terhadap keawetan campuran aspal agregat. Makin besar VITM makin besar rongga
dalam campuran sehingga bersifat porus.

d. Marshall Quotient (MQ) nilai pendekatan yang hamper menunjukkan nilai kekakuan campuran beraspal
dalam menerima beban. *MQ diperoleh dari perbandingan stabilitas dan kelelehan (flow)

e. Density (kepadatan) nilai berat volume untuk menunjukkan kepadatan dari campuran

Anda mungkin juga menyukai