Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sekarang adalah zaman modern, semakin berkembangnya media


sosial dan teknologi menyebabkan yang pada awalnya media sosial dan
teknologi canggih itu untuk menambah wawasan peserta didik, sekarang
beralih menjadi hiburan. Youtube, instagram, game, dan media sosial yang
lain telah menjadi candu bagi siswa yang cukup untuk melunturkan motivasi
belajar mereka. kehidupan kita dihadapkan pada masalah moral dan akhlaq
yang cukup serius, berbagai kerusakan, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah maupun Negara. Hal yang lebih berbahaya, berbagai
perilaku tidak mencerminkan Akhlaq yang mulia, justru dilakukan oleh para
generasi muda. Perilaku tersebut jika dibiarkan akan menghancurkan masa
depan bangsa, banyak kejadian pencurian, kenakalan antar pelajar, tawuran
antar sekolah, serta kekerasan. Selain itu, kemajuan ilmu bidang pengetahuan
dan tekhnologi juga menawarkan kemudahan dan kenyamanan hidup, dan
membuka peluang kejahatan yang lebih canggih jika ilmu pengetahuan dan
tekhnologi itu salah digunakan. Anak-anak merupakan generasi penerus
bangsa yang sangat berharga. Untuk membentuk generasi penerus bangsa
yang unggul dan berkualitas, diperlukan penanaman pendidikan serta jiwa
keagamaan yang baik. Mereka harus belajar dan menyiapkan diri sendiri
untuk menghadapi era baru itu dengan sikap dan kemampuan yang tepat dan
memadai, yaitu kemampuan mengantisipasi, mengakomodasi, mereorientasi,
dan menangani masalah (Prayitno, 2013: 8).
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam
membentuk akhlak siswa. Guru memegang peranan penting dalam
peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan mengembangkan potensi diri
siswa untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Triatna, 2013; 6). Pendidikan
merupakan suatu pondasi yang dapat mencegah seseorang melakukan
2

perbuatan yang tidak baik, terlebih lagi Pendidikan Agama Islām. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 20 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
dalam kaitannya dengan pendidikan agama Islām adalah mengembangkan
manusia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti yang luhur. Hal ini menunjukkan
bahwa jelas sekali pendidikan agama bagian pendidikan yang amat penting
yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, keimanan, dan
ketaqwaan.
Peranan sekolah dalam pembentukan perilaku terutama perilaku
keagamaan sangat penting. Secara umum, tugas pendidik menurut Islam ialah
mengupayakan perkembangan seluruh potensi subyek didik. Guru bukan saja
bertugas mentransfer ilmu tetapi ia juga yang lebih tinggi dari itu adalah
mentransfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai antaranya yang terpenting
adalah nilai ajaran Islam. Mengingat tugas guru antara lain untuk
mengembangkan akhlak mulia. Maka sudah barang tentu dia harus
memberikan contoh untuk berakhlak mulia terlebih dahulu. Akhlak mulia
yang yang harus dicerminkan dalam kehidupannya adalah sikap bersabar
menghadapi suatu persoalan, berdisiplin dalam menunaikan tugas, jujur
dalam menyelesaikan pekerjaan, sikap adil kepada semua orang, tidak pilih
kasih, mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, gembira memberikan
pertolongan kepada orang lain, menunjukkan kepedulian sosial yang tinggi,
dan lain-lain (Nurfuadi, 2012: 109-110).
Menurut ibnu Miskawaih dalam abudi Nata (2012; 9), pendidikan
akhlak berupaya mewujudkan sikap batin yang mampu mendorong secara
spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari diri seseorang.
Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan
yang muncul yang merujuk kepada al qur’an dan sunnah sebagai sumber
tertinggi ajaran Islam. Dengan demikian pendidikan akhlak dikatakan sebagai
pendidikan moral yang melahirkan sebuah sikap, perbuatan dan tingkah laku
pada dirinya, sebab ruang lingkup akhlak adalah manusia dalam bidang
3

kehidupan. Fitriany (2017; 23) menjelaskan bahwa pendidikan akhlak perlu


diterapkan pada suatu lingkungan, dengan mengandalkan keteladanan
penciptaan lingkungan dan pembiasaan hal-hal baik melalui berbagai tugas dan
kegiatan yang diterapkan. Dengan demikian, madrasah menjadi tempat
istimewa bagi penanaman nilai-nilai dan pembentukan akhlak untuk
mengembangkan individu menjadi pribadi yang berakhlak dan bertanggung
jawab sebagai makhluk sosial.

Pendidikan Agama secara jelas mengemban misi pewaris dan


penyadaran nilai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Syahidin, 2009:1)
bahwa misi utama pendidikan Islām adalah membina kepribadian siswa dan
mahasiswa secara utuh dengan harapan kelak mereka akan menjadi ilmuan
yang beriman dan bertaqwa kepada Allāh Swt., mampu mengabdikan ilmunya
untuk kesejahteraan umat manusia. Pembinaan Akhlak yang baik bagi anak
semakin terasa diperlukan terutama pada saat manusia di zaman modern ini
dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau
dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa. Setiap orang tua
hendaknya waspada terhadap ancaman arus globalisasi yang akan menggerus
kepribadian anak. Menurut Zakiyah Daradjat (1989:7) bahwa salah satu
timbulnya krisis akhlak yang terjadi dalam masyarakat adalah karena
lemahnya pengawasan sehingga respon terhadap agama kurang. Krisis akhlak
tersebut mengindikasikan tentang kualitas pendidikan agamanya yang
seharusnya memberi nilai spiritual namun justru tidak memiliki kekuatan
karena kesadaran dalam beragama kurang.
Beberapa kejadian yang tidak diinginkan dalam dunia pendidikan
yang seringkali membuat miris, perkelahian, pergaulan bebas, peserta didik
dan mahasiswa terlibat kasus narkoba, remaja usia sekolah yang melakukan
perbuatan amoral, hingga peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang merayakan
kelulusan dnegan pesta minuman keras, dan diperburuk lagi dengan peredaran
foto dan video porno (Kesuma, 2011:3). Bertolak dari fakta-fakta tersebut di
4

atas, menunjukkan betapa pentingnya akhlak untuk dibina dan dibentuk sejak
usia dini, terlebih di usia remaja.
SMPN 2 Diwek Jombang merupakan salah satu sekolah negeri
terfavorit dan maju di Desa Njasem, karena sekolah SMPN 2 Diwek Jombang
memiliki staf pengajar guru yang kompeten pada bidang pelajarannya
sehingga berkualitas dan menjadi salah satu yang terbaik di Kabupaten
Jombang, memiliki penerapan disiplin yang bagus dan tentunya diimbangi
dengan program keagamaan yang bertujuan untuk membina Akhlak siswa
agar menjadi siswa yang berakhlakul karimah sesuai dengan misinya “Unggul
dalam Prestasi, Berbudaya santun, Berprilaku sehat, Peduli dan Berbasis
Lingkungan Berdasarkan IMTAQ dan IPTEK”. Pelaksanaan pembinaan
akhlakul karimah di SMPN 2 Diwek Jombang terimplementasikan dari staf
pengajar guru yang kompeten pada bidang pelajarannya dan dalam program
rutinitas keagamaan dan insindental yang menjadi keharusan bagi peserta
didik. Adapun bentuk keteladanan yang ditunjukkan oleh guru-guru meliputi
disiplin waktu, disiplin menegakkan aturan, disiplin dalam bersikap, disiplin
dalam beribadah. Sedangkan pembiasaan meliputi pembiasaan membaca
ayat- ayat Al-Qur`ān, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, jamaah sholat
dhuha dan dhuhur, Infaq seikhlasnya setiap hari Jum’at, Khotmil Qur’an
setiap kamis malam jum’at legi, pembagian zakat fitrah menjelang Hari Raya
Idul Fitri, hidup bersih dan ekstrakurikuler kesenian dan keagamaan.
Pembiasaan program keagamaan yang bertujuan untuk membina
akhlakul karimah siswa diatas tidak akan berjalan dengan tertib tanpa adanya
peran seorang guru. Hal inilah yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk
mengetahui lebih jauh, bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak siswa, sehingga para siswa menjadi insan yang berakhlak
mulia sesuai dengan misinya. Maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Akhlakul Karimah Siswa di SMPN 2 Diwek Jombang”

B. Fokus Penelitian
5

Fokus penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting, karena


dengan fokus penelitian dapat mengarahkan dalam pengumpulan data dan
analisis. Selain itu fokus penelitian dapat menghindari kesalahan dalam
penafsiran judul. Oleh karena itu, agar penelitian ini tidak terlalu luas dan
berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah :
1. Akhlakul karimah dalam penelitian ini difokuskan pada tanggung jawab,
Toleransi, dan Tawadhu’
2. Fokus penelitian ini adalah pembinaan akhlakul karimah siswa kelas VIII
SMPN 2 Diwek Jombang

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana akhlak siswa di SMPN 2 Diwek Jombang?
2. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam pembinaan akhlakul
karimah siswa di SMPN 2 Diwek Jombang?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembinaan akhlakul karimah siswa
di SMPN 2 Diwek Jombang?

D. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi
tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan akhlak siswa di SMPN 2 Diwek Jombang
2. Untuk mendeskripsikan peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlakul karimah siswa di SMPN 2 Diwek Jombang
3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pembinaan
akhlakul karimah siswa di SMPN 2 Diwek Jombang

E. Manfaat Penelitian
Penellitian ini diharapkan untuk memberikan manfaat bagi peneliti
baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya adalah sebagai berikut.
6

1. Secara teoritis
Dapat memberikan informasi yang mendalam dan memperluas wawasan
tentang khasanah keilmuan dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.

2. Secara praktis
a. Bagi siswa: dalam penelitian ini, diharapkan siswa dapat
mempraktekan akhlak yang baik bagi guru dan masyarakat.
b. Bagi guru : dapat memberikan antusiasi kepada siswa dalam pembinaan
akhlakul karimah di lingkungan sekolah.
c. Bagi lembaga: hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas lembaga dan dapat memberikan sumbangan refrensi bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya di lembaga tersebut.
d. Bagi peneliti: diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan, wawasan
dan pengalaman sehingga dapat menjadi penerus yang baik dalam dunia
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai