Anda di halaman 1dari 55

P U T U S A N

No. 482 K/TUN/2007


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan
sebagai berikut dalam perkara :
I. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI., ber-
kedudukan di Jalan Sisingamangaraja No.2, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1.
Indra Iriansyah, SH., 2, Mardiati Permana Lestari, SH., 3.
Saikun, SH., 4. Ketut Mangku, SH. dan 5. Wahyu Arthamadji
SW., SH., kelimanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan
Kepala Subdirektorat Perkara Wilayah III,Kepala Seksi
Perkara Perdata Wilayah III Subdirektorat Perkara Wilayah
III, Kepala Seksi Perkara Tata Usaha Negara Wilayah III
Subdirektorat Perkara Wilayah III dan Staf Direktorat Perkara
Pertanahan, Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan
Sengketa dan Konflik Pertanahan pada Badan Pertanahan
Nasional RI., berdasarkan surat kuasa khusus Nomor :
Sp.95/XI/2006 tanggal 13 Nopember 2006 ;
II. KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR,
berkedudukan di Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Bogor,
dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. Dermawan
Sebayang, SH., 2. Eddy Sofyan, SH., 3. Medy Lelelangan,
S.Ptnh., 4. Enang Sutriyadi, SH., 5. Budi Kristiyana, S.Sit., 6.
Chandra Diansyah, ST., 7. Syamsul Rizal, SH. dan 8. Agung
Gunawan, kesemuanya kewarganegaraan Indonesia,
pekerjaan Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara,
Kepala Sub Seksi Perkara Pertanahan, Kepala Sub Seksi
Perkara Konflik dan Sengketa Pertanahan, Kepala Sub Seksi
Pendaftaran Tanah, Kepala Sub Seksi Peralihan,
Pembebanan Hak dan PPAT, Staf Sub Seksi Sengketa dan
Konflik Pertanahan dan Staf Sub Seksi Perkara Pertanahan
pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, berdasarkan
surat kuasa khusus Nomor : 300-1924 tanggal 2 Oktober
2007 ;

Hal. 1 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
III. PT. BUANA ESTATE, berkedudukan di Gedung Teja Buana
Lantai 3, Jalan Menteng Raya No.29, Jakarta, dalam hal ini
diwakili oleh Rita R.K. Probosutedjo, kewarganegaraan
Indonesia, pekerjaan Direktur Utama PT. Buana Estate,
beralamat di Jalan Diponegoro No.20, Menteng, Jakarta
Pusat, memberikan kuasa kepada : 1. Drs. H. Anim Sanjoyo
Romansyah, 2. I Wayan Danada dan 3. Suhardi, ketiganya
kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Staf Ahli Bidang
Pertanahan PT. Buana Estate, berdasarkan surat kuasa
khusus Nomor : 014/SK/BE-ds/X/2007 tanggal 8 Oktober
2007 ;
Pemohon Kasasi I, II dan III dahulu Tergugat I, II dan Tergugat II
Intervensi/Terbanding ;
melawan:
1. PT. GENTA PRANA, diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait,
kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Direktur PT. Genta
Prana, beralamat di Jalan Cipinang Baru Raya No.21-23,
Jakarta Timur ;
2. H.M. SUKANDI, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan
Komisaris PT. Genta Prana, beralamat di Kampung
Pasanggrahan RT.003 RW.05, Kelurahan Cisarua,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dalam hal ini
memberi kuasa kepada : 1. J. Edwin Manurung,
SH.,MH.,MM, 2. Masdir Kartadja, SH. 3. Desmanto
Simatupang, SH. dan 4. Regen Paolo Silalahi, SH.,
kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan
Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum J. Edwin
Manurung, SH.,MH.,MM. & Rekan, berkantor di Jalan
Cipinang Baru Raya No.21-23, Jakarta Timur, berdasarkan
surat kuasa khusus No.151/JEM-R/SK.69/X/2007 tanggal 26
Oktober 2007 ;
Para Termohon Kasasi dahulu para Penggugat/
Pembanding ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang

Hal. 2 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Pemohon Kasasi I, II dan III sebagai Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi di
muka persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada pokoknya
atas dalil-dalil :
Bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara ini adalah :
1. Surat Keputusan Nomor : 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian
Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, yang
diterbitkan oleh Tergugat I tanggal 1 Juni 2006, selanjutnya disebut (“SK-
BPN. No.9”) ;
2. Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor :149/Hambalang, atas nama PT. Buana
Estateyang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 Juni 2006 atas
tanah seluas 4.486.975 m2 (empat juta empat ratus delapan puluh enam
ribu sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi). Selanjutnya disebut
(“HGU No.149”) ;
Dengan permohonan agar kedua surat keputusan obyek sengketa tersebut
diatas dinyatakan batal atau tidak sah ;
Bahwa kedua obyek sengketa tersebut pada butir 1 diatas diketahui oleh
Para Penggugat pada :
1. SK-BPN. No.9 diketahui oleh Penggugat pada tanggal 20 Juli 2006 pada
saat Para Penggugat datang ke Kantor Tergugat I untuk menanyakan
kelanjutan permohonan Para Penggugat untuk mendapatkan surat
keputusan hak atas tanah-tanah yang telah dimohon oleh Para Penggugat ;
2. HGU No. 149 baru diketahui oleh Para Penggugat pada tanggal 26
September 2006 pada saat dilakukan pemeriksaan persiapan dalam perkara
ini ;
Berdasarkan uraian diatas, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 55 undang-
Undang No. 5 tahun 1986 gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat ini
masih dalam batas waktu (90 hari) sebagaimana ditentukan oleh hukum dan
karenannya patut diterima ;
Bahwa kedua obyek sengketa tersebut diatas merupakan suatu produk
Tata Usaha Negara sebagaimana ditentukan Pasal 1 angka 3 undang-Undang
No. 5 tahun 1986 yaitu merupakan putusan tertulis oleh Pejabat Tata Usaha
Negara sesuai kewenangan padanya berdasarkan Undang-Undang yang
bersifat konkrit, individual, final dan mengikat serta menimbulkan akibat
langsung bagi Para Penggugat ;
Bahwa adapun kepentingan Para Penggugat yang dirugikan akibat
terbitnya kedua obyek sengketa tersebut adalah :

Hal. 3 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
1. Bahwa Para Penggugat adalah pemilik/pemegang hak atas tanah seluas
2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi)
yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat ;
2. Bahwa tanah milik Para Penggugat seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus
tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) tersebut telah termasuk didalam
bagian bidang tanah yang disebutkan didalam obyek sengketa yaitu SK-
BPN. No.9 yang diterbitkan oleh Tergugat I yang seluruhnya seluas
6.578.315 m2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima
belas meter persegi) yang diberikan kepada PT. Buana Estate ;
3. Bahwa terbitnya SK-BPN. No.9 menjadi dasar diterbitkannya obyek
sengketa berupa HGU No. 149 oleh Tergugat II seluas 4.486.975 m2 (empat
juta empat ratus delapan puluh enam ribu sembilan ratus tujuh puluh lima
meter persegi) atas nama PT. Buana Estate yang secara spesifik
didalamnya terdapat bidang tanah milik Para Penggugat seluas 2.117.500
m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) tersebut ;
4. Bahwa oleh karena kedua obyek sengketa tersebut diatas adalah mengenai
pemberian hak atas tanah kepada pihak lain, yang mana tanah yang
dimaksud didalam kedua obyek sengketa tersebut didalamnya meliputi tanah
milik Para Penggugat, maka kepentingan Para Penggugat dalam perkara ini
adalah nyata dan dibenarkan, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 53
ayat (1) Undang-Undang No. 9 tahun 2004 ada kepentingan Para Penggugat
untuk mengajukan gugatan a quo ;
Bahwa Para Penggugat adalah pihak yang paling berhak atas tanah
seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter
persegi), karena :
1. Para Penggugat adalah selaku penggarap yang menguasai phisik tanah
sebagaimana dimaksud didalam obyek sengketa. Sebelum penguasaan
garapan dikuasai oleh Para Penggugat, Para Penggugat mendapatkan
penguasaan hak garapan tersebut dari masyarakat penggarap yang telah
menguasai dan menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960
(jauh sebelum diterbitkannya Sertipikat HGU No. 1/Hambalang) ;
2. Bahwa berdasarkan surat No. 593.4/135-Pem-Um tanggal 13 Juli 2004. dan
surat No. : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005 yang diterbitkan oleh
Tergugat II selaku Pejabat/Instansi Pertanahan di Daerah pada wilayah
daerah yang bersangkutan (Bogor), Penggugat I adalah pemegang ijin lokasi
atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus

Hal. 4 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
meter persegi) sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2
tahun 1999 guna diterbitkan Sertifikat Hak Guna Bangunan atas nama
Penggugat I ;
3. Selain itu Penggugat telah terlebih dahulu mengajukan permohonan
penerbitan sertipikat hak atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus
tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh
Penggugat I melalui suratnya yaitu Surat Permohonan Penggugat I No.
232/GP/XII/2005 tanggal 08 Desember 2005 kepada Tergugat II dan disusul
dengan Surat Permohonan lanjutan No. 201/GP/Vl/2006 tanggal 20 Juli
2006, akan tetapi Tergugat II tidak merespon permohonan Penggugat I,
bahkan telah sewenang-wenang menerbitkan sertipikat hak atas nama pihak
lain PT. Buana Estate, tanpa mempertimbangkan kepentingan Para
Penggugat ;
Bahwa kedua obyek sengketa dalam perkara ini yaitu berupa SK-BPN
No.9 dan HGU No. 149 tersebut adalah suatu keputusan yang cacat yuridis baik
secara formal maupun secara material dengan alasan dan fakta hukum sebagai
berikut :
1. Para Tergugat secara hukum melanggar prosedur, karena : Penggugat
Telah Lebih Dahulu Mengajukan Permohonan Penerbitan bukti Hak atas
tanah yang dikuasai baik fisik maupun yuridis, dengan alasan sebagai
berikut :
a. Bahwa Tergugat dalam menerbitkan SK-BPN No.9 dan Tergugat II dalam
menerbitkan HGU No. 149 telah merugikan Para Penggugat karena
sebelum terbitnya SK-BPN No.9 dan HGU No. 149 atas nama PT. Buana
Estate, terbukti bahwa Para Penggugat telah terlebih dahulu mengajukan
permohonan penerbitan Sertifikat Hak Guna Bangunan atas nama
Penggugat I melalui surat Penggugat I yang ditujukan kepada Tergugat,
masing-masing Nomor : 232/GP/XIl/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan
No. 201/GP/VI/2006 , tanggal 20 Juli 2006 dengan melampirkan secara
lengkap dokumen yang diperlukan guna memenuhi persyaratan
permohonan tersebut ;
b. Bahwa Surat Permohonan Penggugat I No. 232/GP/XIl/2005 tanggal 08
Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006 tersebut di
atas telah sesuai dengan Tata Ruang yang dikeluarkan PEMDA Bogor
No : 653/156 TRS DTRLH/2006 tanggal 07 April 2006 dan RisaIah
Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. : 460/88/II/2006 tanggal
24 April 2006 telah melalui syarat dan prosedur sesuai Undang-Undang

Hal. 5 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Pokok Agraria No.5 tahun 1960 Jo. PP No. 24 tahun 1997 sehingga tidak
ada alasan lagi bagi Para Penggugat untuk tidak memproses
permohonan Sertipikat Hak Guna Bangunan atas nama PT. Genta Prana
(Pengugat I).
c. Bahwa atas permohonan tersebut, Tergugat I melalui Tergugat II telah
memberikan jawaban melalui surat No : 550-5082 tanggal 19 Desember
2005 yang pada pokoknya menerangkan bahwa sebagian tanah yang
diminta oleh Penggugat I untuk diterbitkan Sertipikat Hak Guna
Bangunan sebagian atau seluas 211,75 ha. adalah merupakan TANAH
NEGARA EKS. Hak Guna Usaha Nomor : 1/Desa Hambalang atas nama
PT. Buana Estate (yang sudah habis masa berlakunya yaitu tahun 2002)
sedangkan sebagian lainnya merupakan Tanah Milik Adat ;
d. Bahwa berdasarkan surat No : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005
yang diterbitkan oleh Tergugat II selaku Pejabat/lnstansi Pertanahan di
Daerah pada wilayah daerah yang bersangkutan (Bogor) terungkap pula
bahwa Penggugat telah lebih dahulu mendapatkan ijin Iokasi atas tanah
yang di mohon dari Bupati Bogor, sesuai Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.2 tahun 1999.
e. Bahwa keberadaan status Tanah Nagara Eks. Hak Guna Usaha
No.1/Hambalang kemudian dipertegas lagi berdasarkan Risalah
Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah Nomor : 460/88/II/2006
tanggal 24 April 2006 yang merupakan lampiran dari Surat Tergugat II
tertanggal 25 April 2006 kepada Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten
Bogor Perihal Permohonan Izin Lokasi PT. Genta Prana untuk
Pembangunan Perumahan terungkap suatu fakta bahwa pertanggal surat
tersebut terbukti "Bahwa sampai dengan saat ini atas permohonan
perpanjangan Hak Guna Usaha Nomor: 1 Hambalang atas nama PT.
Buana Estate BELUM ADA KEPUTUSAN dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional,“Artinya ; bahwa pada saat SK-BPN No. 9 yaitu pada tanggal 01
Juni 2006, terbukti berdasarkan surat No. : 550-5082 tanggal 19
Desember 2005 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor selaku Pejabat/Instansi Pertanahan di Daerah pada
Wilayah daerah yang bersangkutan (Bogor) justru Penggugat I yang telah
lebih dahulu mendapatkan ijin lokasi atas tanah yang dimohonkan dari
Bupati Bogor, sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.2 Tahun 1999 ;

Hal. 6 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
2. Para Tergugat Telah Melanggar Hukum Secara materil, karena :
Rekomendasi Luas areal Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang atas nama PT.
Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha ;
a. Bahwa selain penegasan kepastian hukum sebagaimana dimaksud
didalam surat No. 550-5082 tanggal 19 Desember2005 yang diterbitkan
oleh Tergugat II diatas terbukti pula bahwa Bupati Bogor selaku
Pejabat/Instansi Otonomi Pemerintah di Daerah yang bersangkutan
(Bogor) telah pula secara tegas menentukan didalam Suratnya Nomor :
593.4/135-Pem.Um tertanggal 13 Juli 2004 Perihal : Rekomendasi
Pemberian Perpanjangan Masa Berlaku Hak Guna Usaha PT. Buana
Estate yang ditujukan kepada Tergugat I, yang isinya bahwa ijin
perpanjangan Eks. Hak Guna Usaha PT. Buana Estate kepada PT.
Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha (bukan seluas 657,8315 Ha
(6.578.315 M2) sebagaimana dicantumkan didalam SK-BPN No.9)
sedangkan sisanya seluas 250 Ha dikeluarkan dari perpanjangan Hak
Guna Usaha diperuntukan lagi kepentingan Kabupaten Bogor,
Pemerintah Desa Hambalang, Sukahati dan Tangkil serta masyarakat
guna mendapatkan Hak Prioritas (dalam hal ini adalah Penggugat selaku
pemegang garapan dan Pemohon Sertifikat hak atas tanah).
Dengan diterbitkannya SK-BPN no.9 yang memberikan ijin lokasi atas
tanah kepada PT. Buana Estate seluas 657,8315 Ha (6.578.315 M2)
padahal sesuai Surat Bupati Bogor No. 593.4/135-Pem.Um tertanggal 13
Juli 2004 Perihal : Rekomendasi Pemberian Perpanjangan Masa Berlaku
Hak Guna Usaha PT. Buana Estate yang ditujukan kepada Tergugat I,
yang isinya bahwa ijin perpanjangan Eks. Hak Guna Usaha PT. Buana
Estate kepada PT. Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha, maka terbukti
SK-BPN No.9 telah cacat dan melebihi kewenangan yang diberikan.
Karena terbitnya SK-BPN No.9 yang didasari terbitnya HGU No.149 yang
didalamnya terdapat tanah hak Para Penggugat, maka HGU No.149
menjadi cacat yuridis pula.
3. Para Tergugat dalam menerbitkan SK-BPN No.9 dan HGU No.149 telah
bertindak secara sewenang-wenang dan mengabaikan fakta serta sama
sekali tidak mempertimbangkan kepentingan Para Penggugat;
a. Bahwa ternyata melalui SK-BPN No.9 Penggugat I baru mengetahui
tanah yang diajukan permohonan oleh Penggugat I tersebut masuk
kedalam bagian dari tanah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama

Hal. 7 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
PT. Buana Estate seluas 705,0550 ha yang terletak di Desa Hambalang,
Kacamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, padahal tanah yang
dimohonkan Sertifikat Hak Guna Bangunan oleh Penggugat tersebut
adalah tanah yang telah dikuasai oleh H.M. Sukandi (Penggugat II) dan
digarap oleh masyarakat/penggarap sejak tahun 1960 jauh sebelum
diterbitkannya Sertifikat Hak Guna Usaha No.1 tahun 1977 yang telah
berakhir jangka waktunya pada tahun 2002.
b. Bahwa berdasarkan uraian diatas terbukti bahwa Tergugat I dalam
menerbitkan SK-BPN No.9 dan Tergugat II dalam menerbitkan HGU
No.149 tersebut telah sewenang-wenang dan mengesampingkan
kebijakan Pejabat Pemerintah Otonom di daerah baik Bupati maupun
Instansi Para Tergugat sendiri.
4. Para Tergugat telah melanggar azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik,
khususnya azas kecermatan dan ketelitian, sehingga tanah yang dimaksud
didalam SK-BPN No.9 dan HGU No.149 tumpang tindih (over lap) dengan
tanah yang milik Para Penggugat.
a. Bahwa bukti lain yang membuktikan keberadaan SK-BPN No.9 yang
menguraikan mengenai pemberian Hak Guna Usaha terhadap PT. Buana
Estate seluas 657,8315 Ha (6.578.315 M2) dan kemudian dijadikan dasar
terbitnya HGU No.149 adalah keliru dan salah. Kekeliruan dan kesalahan
tersebut sesungguhnya telah diketahui oleh Tergugat II sebagaimana
dapat dilihat didalam surat Tergugat II Nomor : 5401-181 DI tanggal 24
Januari 2006 yang menyatakan bahwa tanah-tanah milik Para Penggugat
tumpang tindih (over lap) dengan tanah Hak Guna Usaha
No.1/Hambalang atas nama PT. Buana Estate seluas 705,0550 ha di
Desa Hambalang (dahulu tanah Negara ex. Perkebunan Cenglow
Ciderati, Kacamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, telah dikuasai oleh
Penggugat II dan digarap oleh Masyarakat).
b. Bahwa selain itu surat dari Bupati No. 593.4/135-Pem.Um tanggal 13 Juli
2004 kepada Tergugat I telah dengan jelas dan tegas menerangkan
bahwa setelah mengadakan penelitian data administratif maupun fakta
lapangan dan setelah ditindaklanjuti pembahasan hasil penelitian
lapangan tanggal 22 April 2003 telah disimpulkan bahwa dari tanah Hak
Guna Usaha No.1/Hambalang tersebut yang dikuasai oleh PT. Buana
Estate hanya seluas + 455,05 ha dan sisanya seluas + 250 ha dikuasai/
digarap oleh masyarakat (tanah yang digarap masyarakat tersebut sudah
termasuk + 211,75 ha yang dimohom Hak Guna Bangunan oleh PT.

Hal. 8 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Genta Prana), harus dikeluarkan dari perpanjangan Hak Guna dan
peruntukkan bagi kepentingan Pemerintah Kabupaten Bogor, pemerintah
Desa Hambalang, Sukatani dan Tangkil serta masyarakat guna
mendapatkan Hak Prioritas.
5. Para Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Obyek Sengketa telah
bertindak melanggar hukum, karena PT. Buana Estate selaku penerima hak
berdasarkan SK-BPN No.9 telah melanggar hukum dengan cara
memanipulasi fakta atas kewajiban kepada masyarakat/penggarap yang
menguasai tanah.
a. Bahwa berdasarkan Penetapan Ketiga huruf a SK-BPN No.9 ditentukan
suatu kewajiban kepada penerima hak yaitu PT. Buana Estate yaitu
berupa kewajibannya kepada masyarakat/penggarap yang menguasai
tanah. Selengkapnya ketentuan ketiga huruf a SK-BPN No.9 yaitu
“Penerima perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha bertanggung
jawab untuk menyelesaikan penguasaan/penggarapan masyarakat
menurut ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan sesuai
dengan Surat Pernyataan PT. Buana Estate tanggal 3 Agustus 2004 ;
b. Bahwa masyarakat para Penggarap atas tanah yang telah mengalihkan
hak garapnya kepada Penggugat II, maupun Penggugat II sendiri TIDAK
PERNAH mendapat penggantian hak dari PT. Buana Estate. Artinya
bahwa PT. Buana Estate tidak melaksanakan kewajibannya kepada
masyarakat para penggarap. Karena PT. Buana Estate tidak
dilaksanakannya kewajiban kepada masyarakat/penggarap, maka SK--
BPN No. 9 yang memberikan penetapan hak atas tanah kepada PT.
Buana Estate adalah batal demi hukum.
c. Bahwa sebelum SK-BPN No. 9 terbit, seharusnya pemohon hak atas
tanah membereskan semua kewajibannya kepada masyarakat, bukannya
justru Tergugat I malah membiarkan kesalahan tersebut terjadi dengan
mencantumkan didalam Surat Keputusan nya dengan mewajibkan
kepada pemohon menyelesaikan kewajibannya kepada masyarakat.
Apabila Tergugat I menjalankan fungsi administrasi pemerintahan
dengan baik seharusnya Tergugat I tidak menerbitkan Surat Keputusan
sebelum semua kewajiban pemohon (PT. Buana Estate) membuktikan
telah menyelesaikan kewajibannya kepada masyarakat.
6. Para Tergugat Dalam Menerbitkan SK Tata Usaha Negara yang Menjadi
Obyek Sengketa Juga Telah Melanggar Azas-azas Umum Pemerintahan

Hal. 9 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Yang Baik, Yaitu Telah Menerbitkan Surat Keputusan Dengan Melanggar
Larangan Menyalah Gunakan Wewenang Dimanapun.
Pertimbangan Penggunaan Tanah Tidak Sesuai Dengan Permohonan
(Menyalahi Peruntukan ).
a. Bahwa Tergugat I dalam menerbitkan SK-BPN No. 9 tersebut tanpa
didasari pertimbangan yang sah. Berdasarkan konsideran SK-BPN No. 9
yang menguraikan mengenai pemberian Hak Guna Usaha terhadap PT.
Buana Estate seluas 657,8315 ha (6.578.315 M2) dikeluarkan atas dasar
permohonan PT. Buana Estate No. : 01/BE/Ill/2000/LG tertanggal 22
Maret 2000 seluas 705,0550 ha, mengenai hal itu kemudian dipertegas
kembali oleh Tergugat I melalui surat tertanggal 24 Januari 2006 No.
540-181-DI perihal permohonan Perpanjangan Hak Guna Usaha PT.
Buana Estate atas tanah seluas 705,0550 ha terletak di Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat dimana pada butir 3 surat tersebut secara
tegas disebutkan bahwa sesuai proposal PT. Buana Estate bulan
November 2000 tanah yang dimohon guna ditanami tanaman jati super,
namun didalam diktum KETIGA huruf c SK-BPN No.9 diberikan guna
ditanami tanaman kakao, cengkeh, dan kelapa (tidak sesuai/telah
melampaui Proposal PT. Buana Estate).
b. Bahwa berdasarkan uraian butir 7.14. diatas terbukti SK-BPN No.9 telah
melampaui permohonan yang seharusnya diberikan (berdasarkan
proposal PT. Buana Estate lahan yang dimohon oleh PT. Buana Estate
diperuntukan untuk lahan tanaman jati super, namun di dalam surat
Keputusan Tergugat SK-BPN No. 9 diberikan untuk ditanami tanaman
kakao, cengkeh, dan kelapa).
c. Bahwa seharusnya Tergugat I memeriksa dengan seksama kebenaran
dilapangan mengenai penggunaan/peruntukan lahan apakah benar akan
ditanami dengan tanaman yang sesuai dengan isi SK-BPN No. 9
tersebut. Dengan tidak dilakukan pemeriksaan secara seksama, maka
terbukti Tergugat I tidak menjalankan fungsi administrasi dengan baik
dan sewenang-wenang serta mengabaikan ketentuan-ketentuan dan
rekomendasi Pejabat/lnstansi yang ada. Bahwa perbedaan dan
perubahan peruntukkan berdasarkan proposal PT. Buana Estate (untuk
tanaman Jati Super) sedangkan didalam SK-BPN No.9 (untuk tanaman
Kakao, Cengkeh, dan Kelapa) merupakan suatu penyimpangan atas
surat Tergugat I sendiri tertanggal 24 Januari 2006 No. 540.1-181.D1.

Hal. 10 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Bahwa berdasarkan surat Tergugat I tertanggal 24 Januari 2006 No. 540-
181.D1 kepada Kepala Kanwil Badan Pertahanan Nasional Propinsi
Jawa Barat perihal, Permohonan Perpanjangan Hak Guna Usaha PT.
Buana Estate atas tanah seluas 705.0550 Ha terletak di Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada butir 3 surat tersebut sangat jelas
disebutkan, sebagai berikut :
"Berdasarkan Project Proposal PT. Buana Estate bulan November 2000
dinyatakan bahwa diatas tanah yang dimohon terdapat areal seluas 150
Ha yang direncanakan untuk ditanami Jati Super, sedangkan tanaman
tersebut bukan merupakan tanaman perkebunan”.
Bahwa berdasarkan isi suratnya tersebut Tergugat I telah mengetahui
dengan jelas bahwa PT. Buana Estate mengajukan proposal
perpanjangan Hak Guna Usaha Nomor : 1/Hambalang guna ditanami
sebagian untuk tanaman Jati Super (bukan jenis tanaman Perkebunan),
namun pada kenyataannya berdasarkan isi keputusan Tergugat SK-BPN
No.9, Tergugat I memberikan ijin untuk tanaman Kakao, Cengkeh, dan
Kelapa (membuat keputusan tanpa didasari permohonan).
Bahwa berdasarkan Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah
Nomor : 460/88/II/2006. tanggal 24 April 2006 yang merupakan lampiran
dari Surat Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten
Bogor tertanggal 25 April 2006 kepada Bapak Sekretaris Daerah
Kabupaten Bogor Perihal : Permohonan Izin Lokasi PT. Genta Prana
untuk Pembangunan Perumahan, pada huruf b butir 8 Risalah tersebut
sangat jelas disebutkan :
"Sesuai dengan Undang-Undang No. 28/1956 .10. Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor : 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukan penggunaan maupun status hak atas tanah
perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan
Nasional.”
d. Bahwa berdasarkan uraian fakta-fakta diatas, terbukti sangat sah dan
meyakinkan bahwa Tergugat I dalam menerbitkan SK-BPN No. 9 telah
melakukan penyalahgunaan wewenang, karena itu SK-BPN No.9
tersebut patut dibatalkan.
Maka kiranya cukup menjadi dasar keyakinan Majelis Hakim untuk
sependapat dengan dalil para Penggugat dan selanjutnya menyatakan kedua
obyek sengketa tersebut batal dan tidak sah sebatas dan seluas kepentingan
Para Penggugat yaitu seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu

Hal. 11 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
lima ratus meter persegi), serta memerintahkan Para Tergugat mencabut atau
membatalkan kedua SK yang menjadi obyek sengketa.
Bahwa karena penerbitan kedua obyek sengketa tersebut telah cacat,
maka cukup beralasan Para Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta memerlntahkan kepada :
1. Tergugat I untuk menerbitkan surat keputusan baru yang isinya memberikan
Hak Guna Bangunan kepada Penggugat I atas tanah seluas 2.117.500 m2
(dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana
dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu Surat Permohonan
Penggugat I No. 232/GP/XIl./2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No.
201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006 yang terletak di Desa Hambalang,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Javva Barat.
2. Tergugat II untuk menerbitkan sertipikat Hak Guna Bangunan atas nama
Penggugat I atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas
ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh Penggugat I
melalui suratnya yaitu Surat Pennohonan Penggugat I No. 232/GP/XlI/2005
tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006
yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat.
DALAM PENUNDAAN
Bahwa adanya kepentingan Para Penggugat yang sangat mendesak
untuk dilindungi apabila kedua obyek sengketa tersebut tidak ditunda
pelaksanaannya dan lagi dalam perkara ini tidak terdapat kepentingan umum
dalam rangka pembangunan nasional sehingga cukup beralasan hukum Para
Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengeluarkan
Penetapan Penundaan Pelaksanaan lebih lanjut atas kedua obyek sengketa
yaitu berupa SK-BPN No.9 dan HGU No. 149 selama dalam proses
pemeriksaan perkara ini sampai ada putusan dalam perkara ini mempunyai
kekuatan hukum pasti.
Bahwa untuk menjamin pelaksanan putusan dalam perkara ini apabila telah
mempunyai kekuatan hukum pasti terhadap kedua obyek sengketa yaitu
berupa SK-BPN No.9 dan HGU No. 149, karena ada kecenderungan selama
ini Pejabat Tata Usaha Negara mengabaikan pelaksanaan putusan
pengadilan maka sesuai dengan ketentuan Pasal 116 Undang-Undang No. 9
tahun 2004 tentang Perubahan Undang- Undang No. 5 tahun 1986 beralasan
hukum Para Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
menghukum Para Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)

Hal. 12 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta Rupiah) setiap hari apabila Para Tergugat
lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini
mempunyai kekuatan hukum pasti sampai Para Tergugat melaksanakan
sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas para Penggugat mohon
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan
sebagai berikut :
DALAM PENUNDAAN :
- Memerintahkan kepada Tergugat I untuk menunda Surat Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006
tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas
tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT.
Buana Estate dan Sertifikat Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate
dan kepada Tergugat II untuk menunda pelaksanaan Sertipikat Hak Guna
Usaha No. 149/Hambalang sampai adanya putusan dalam perkara ini
berkekuatan hukum pasti serta memerintahkan Para Tergugat untuk tidak
menerbitkan surat keputusan apapun atas tanah sengketa sebagaimana
dimaksud dalam SK-BPN Nomor : 9 dan HGU No. 149 tersebut sampai
adanya putusan yang berkekuatan hukum pasti dalam perkara ini ;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan para Penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah obyek sengketa berupa :
a. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan
Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah Terletak di Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan
seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter
persegi) ;
b. Sertifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana
Estate yang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 juni 2006,
sebatas dan seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima
ratus meter persegi) ;
3. Memerintahkan kepada :
a. Tergugat I untuk mencabut Surat Keputusan Badan Pertanahan Nasional
No.9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006 tentang Pemberian
Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah Terletak di
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate,

Hal. 13 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
sebatas dan seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima
ratus meter persegi) ;
b. Tergugat II untuk mencabut, membatalkan/mencoret dari buku tanah
terhadap Sertipikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT.
Buana Estate atas tanah di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, sebatas dan seluas tanah milik
Penggugat I seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima
ratus meter persegi) ;
4. Memerintahkan kepada :
a. Tergugat I untuk memproses permohonan Penggugat I dan menerbitkan
Surat Keputusan Baru yang isinya mengabulkan permohonan penerbitan
Hak Guna Bangunan yang dimohon oleh Penggugat I sebagaimana
dimaksud didalam surat permohonan Penggugat I masing-masing No.
232/GP/XII/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006
tanggal 20 Juni 2006 atas tanah seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus
tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi), terletak di Desa Hambalang,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat ;
b. Tergugat II untuk memproses permohonan penerbitan Sertipikat Hak
Guna Bangunan yang dimohon oleh Penggugat I atas tanah seluas
2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi)
sebagaimana dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu surat
Surat Permohonan Penggugat I Nomor : 232/GP/XII/2005 tanggal 08
Desember 2005 dan Nomor : 201/GP/VI/2006 tanggaI 20 Juni 2006 yang
terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat ;
5. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap hari
keterlambatan apabila Para Tergugat lalai dalam memenuhi putusan perkara
ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai Para
Tergugat melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ;
6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
segala biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini.
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II dan
Tergugat II Intervensi telah mengajukan eksepsi atas dalil-dalil sebagai berikut :
Eksepsi Tergugat I :
1. Para Penggugat tidak berkwalitas.

Hal. 14 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Bahwa Penggugat I yang mengaku dalam kapasitas selaku Direktur
dari PT. Genta Prana dan Penggugat II dalam kapasitas sebagai Komisaris
PT. Genta Prana, dalam posita gugatan tidak dijelaskan siapa pihak yang
paling berkepentingan atas tanah seluas 2.117.500 M2, apakah Penggugat I
ataupun Penggugat II, sehingga dengan demikian terbukti bahwa gugatan
diajukan oleh pihak yang tidak jelas kepentingannya, oleh karena Para
Penggugat sama sekali tidak menjelaskan kepentingan-kepentingan yang
bersangkutan atas tanah yang termasuk dalam obyek gugatan ;
2. Gugatan Kabur (Obscuur libels).
Bahwa dalam surat gugatan halaman 3 angka 4.1 sampai dengan 4.3
dan angka 5.1 dan 5.2 Para Penggugat mendalilkan sebagai pihak yang
paling berhak atas tanah seluas 2.117.500 M2, yang disebutkan telah
termasuk dalam bagian bidang tanah yang disebutkan dalam obyek
sengketa berupa Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan
Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah terletak di Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate (Vide Bukti T.I-1) dengan
mendalilkan telah membebaskan dari masyarakat Penggarap yang telah
menguasai lokasi tanah sejak sekitar tahun 1960 dengan menyebutkan
Penggugat I (PT. Genta Prana) telah mempunyai Ijin Lokasi atas tanah
seluas 2.117.500 M2, namun tidak disebutkan dimana letak tanah, batas-
batas serta nomor dan tanggal Ijin Lokasi serta instansi penerbitnya,
menunjukkan bahwa penguasaan Para Penggugat atas tanah a quo adalah
tanpa dasar dan bertentangan dengan hukum (Lichzinning), dengan
demikian gugatan a quo kabur dan tidak jelas serta bertentangan dengan
hukum, sedangkan dalil pada halaman 4 angka 5.3 haruslah
dikesampingkan, karena dengan telah mengajukan permohonan suatu hak
bukan berarti yang bersangkutan telah terbukti sebagai pihak yang paling
berhak atas bidang tanah sengketa, karena itu harus dikesampingkan atau
dinyatakan tidak bernilai, sehingga gugatan tersebut harus dinyatakan tidak
dapat diterima ;
3. Bahwa Gugatan Penggugat Kurang pihak.
Bahwa Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan a quo
didasarkan pada usulan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Jawa Barat (Vide Bukti T.I-2), sehingga agar pemeriksaan dapat
berjalan fair sesuai asas hukum acara Pengadilan Tata Usaha Negara yang
ada, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat

Hal. 15 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
harus ditarik sebagai pihak dalam perkara ini. Berdasarkan hal tersebut
terbukti gugatan Para Penggugat adalah kurang pihak, maka gugatan
demikian agar ditolak/tidak dapat diterima ;
Eksepsi Tergugat II :
Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan yang
telah diajukan oleh Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 14 Agustus
2006, yang didaftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam
Register Perkara No. 120/G/2006/PTUN-JKT, kecuali hal-hal yang diakui secara
tegas dan tertulis ;
Bahwa oleh karena letak obyek gugatan yang terletak di Wilayah Jawa
Barat (Kabupaten Bogor) maka oleh karena itu kewenangan mengadili perkara
a quo ada pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dan bukan pada
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Atas dasar hal tersebut Tergugat II
memohon kepada Majelis Hakim Tata Usaha Negara Jakarta yang Terhormat
untuk menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berhak
dan tidak berwenang (Onbevoegheid) untuk mengadili perkara ini ;
Bahwa perkara yang diajukan oleh para Penggugat adalah sengketa
kepemilikan atas tanah yang menurut para Penggugat tanah a quo adalah milik
para Penggugat yang disertifikatkan oleh Tergugat II menjadi atas nama PT.
Buana Estate, maka dengan demikian kewenangan mengadili perkara a quo
ada pada Pengadilan Negeri dan bukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara
tidak berhak dan tidak berwenang (Onbevoegheid) untuk mengadili perkara ini.
Dan keberatan para Penggugat yang merasa tanah miliknya terganggu/terambil
maka seharusnya para Penggugat melakukan upaya hukum dengan melakukan
bantahan kepada Pengadilan Negeri Cibinong tidak melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara, karena permasalahan kepemilikan yang didalilkan oleh para
Penggugat adalah tentang kepemilikan atas bidang-bidang tanah yang diakui
sebagai miliknya. Maka kewenangan mengadili atas sengketa ini ada pada
Peradilan Umum/Perdata ;
Bahwa gugatan para Penggugat kurang pihak, berdasarkan fakta dan
prosedur penerbitan Surat Keputusan Pemberian Hak kepada perseorangan
atau Badan Hukum jelas dan tegas adanya keterlibatari Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat (dalam perkara a quo), sehingga jelas
Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat seharusnya juga ditarik
sebagai pihak oleh para Penggugat, sebab tidak mungkin rekomendasi
penerbitan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional semata-mata
hanya dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor ;

Hal. 16 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Bahwa obyek gugatan sertifikat a quo dalam perkara yang diajukan oleh
para Penggugat tidak jelas dan kabur (obscuur libel) terlihat pada seluruh
rangkaian gugatan para Penggugat dari hal. 1 sampai halaman terakhir tidak
terdapat batas-batas bidang tanah yang menjadi obyek gugatannya, para
Penggugat hanya menyebutkan luas tanah yang menjadi obyek gugatan,
sedangkan batas Utara, Timur, Selatan, dan Barat tidak tercantum dalam
gugatan para Penggugat ;
Eksepsi Tergugat II Intervensi
1. Gugatan tidak berdasar hukum :
Bahwa alam surat Gugatan tanggal 14 Agustus 2006 disebutkan
bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara a quo adalah :
- Surat Keputusan Kepala BPN No. 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian
Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, yang diterbitkan
oleh Tergugat I tanggal 1 Juni 2006 (Bukti T.II. INTV-1) ;
- Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor : 149/Hambalang atas nama PT.
Buana Estate yang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 Juni 2006
atas tanah seluas 4.486.975 M2 (empat juta empat ratus delapan puluh
enam sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi) (Bukti T .II.INTV -
2) ;
Dengan dalil gugatan yang menyebutkan bahwa para Penggugat selaku
pemilik/pemegang hak atas tanah seluas 2.117.500 (dua juta seratus tujuh
belas ribu lima ratus meter persegi) terletak di Desa Hambalang, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang termasuk dalam
bagian tanah obyek Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tentang
Pemberian Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate.
Bahwa penerbitan Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 oleh
Kepala Badan Pertanahan Nasional adalah merupakan perpanjangan jangka
waktu dari Hak Guna Usaha No. 1/HambaIang seluas 705.055 Ha. atas
nama PT. Buana Estate, yang diterbitkan atas dasar Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri tanggal 25 Januari 1977 No. SK. 1/HGU/DA/77 dan
berakhir jangka waktunya tanggal 31 Desember 2002, secara hukum bidang
tanah tersebut adalah masih tercatat atas nama PT. Buana Estate yang
belum pernah dialihkan kepada pihak lain, sehingga patut dipertanyakan
kapan dan dengan cara bagaimana para Penggugat memperoleh

Hal. 17 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
tanah/memiliki tanah tersebut, oleh karena itu gugatan tidak berdasar hukum
dan gugatan demikian patut dikesampingkan ;
2. Gugatan obscuure libels :
Bahwa Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor : 149/Hambalang luas
448.6975 Ha. atas nama PT. Buana Estate yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor atas dasar Surat Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006, didalilkan termasuk
tanah yang dimiliki/dikuasai oIeh para Penggugat seluas 211,75 Ha, namun
letaknya dimana, batas-batasnya dengan siapa, bidang tanahnya apa satu
hamparan/sporadic tidak dijelaskan, sehingga dengan demikian obyek tanah
yang didalilkan termasuk dalam Sertifikat Hak Guna Usaha No.
149/Hambalang yang menjadi obyek gugatan tidak jelas, dengan demikian
alasan gugatan menjadi kabur dan menjadi tidak bernilai secara hukum ;
3. Kewenangan mengadili/kompetensi absolute :
Bahwa dalam dalil gugatan disebutkan bahwa para Penggugat adalah
pihak yang paling berhak atas tanah setuas 211,75 Ha. karena telah
memilik/menguasai tanah tersebut dari penguasaan penggarap yang telah
menguasai dan menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960,
demikian juga dalam petitum gugatan para Penggugat minta agar :
- Kepala Badan Pertanahan Nasional memproses permohonan Penggugat
I dan menerbitkan Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat I.
- Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor agar menerbitkan Sertipikat
Hak Guna Bangunan atas tanah seluas 211,75 Ha. atas nama Penggugat
I;
Disini para Penggugat menguraikan adanya hubungan hukum antara yang
bersangkutan dengan tanah (pemilikan/penguasaan) yang menjadi obyek
dari obyek gugatan in casu Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor :
149/Hambalang, dengan demikian kewenangan mengadili gugatan a quo
yang terkait dengan pemilikan/penguasaan adalah Pengadilan Negeri
Bogor ;
4. Kapasitas Penggugat :
Bahwa dalam gugatan disebutkan bahwa yang mengajukan gugatan
adalah PT. Genta Prana yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait. Selaku
Penggugat I dan H.M. Sukandi yang bertindak untuk dirinya sendiri selaku
Penggugat II dan seterusnya disebut para Penggugat, namun dalam Replik
hal ini diingkari sendiri oleh yang bersangkutan dengan menyatakan bahwa
para Penggugat adalah Badan Hukum Perdata yaitu PT. Genta Prana,

Hal. 18 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Penggugat I yang kapasitasnya selaku Direktur PT. Genta Prana diwakili
oleh Drs. DoIok F. Sirait dan Penggugat II adalah yang kapasitasnya selaku
Komisaris PT. Genta Prana adalah H.M. Sukandi yang telah memenuhi
ketentuan syarat formal untuk bertindak selaku para Penggugat ;
Bahwa para Penggugat jelas sekali tidak memahami kapasitas
masing-masing Penggugat I dan Penggugat II, kapan bertindak mewakili
institusi dan kapan bertindak mewakili diri sendiri, dan bagaimana akibat
hukumnya, sehingga menjadi tidak jelas bahwa andai kata benar dalil atas
tanah seluas 211,75 Ha. dimaksud, maka siapa yang paling berhak,
Penggugat I selaku Badan Hukum atau Penggugat II selaku personal ?? oleh
karena ketidakjelasan kapasitas dari masing-masing para Penggugat, maka
gugatan a quo selayaknya untuk dinyatakan untuk tidak diterima (Niet
onvankelij ke verklaard) ;
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 120/G/2006/PTUN-JKT
tanggal 26 April 2006 yang amarnya sebagai berikut :
Dalam Eksepsi :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ;
Dalam Pokok Perkara :
- Menolak gugatan para Penggugat ;
- Menghukum para Penggugat membayar biaya perkara sebesar
Rp.3.077.000,- (tiga juta tujuh puluh tujuh ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan para
Penggugat putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut telah dibatalkan
oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dengan putusan No.
112/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang amarnya sebagai
berikut :
- Mengabulkan permohonan banding dari para Penggugat/para Pembanding
tersebut ;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No.
120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006 yang dimohonkan banding ;
MENGADILI SENDIRI :
Dalam Eksepsi :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ;
Dalam Pokok Perkara :
- Mengabulkan gugatan para Penggugat/para Pembanding untuk seluruhnya ;

Hal. 19 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
- Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat I/Terbanding Nomor :
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan
Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat, atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan seluas
6.578.315 M2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima
belas meter persegi) ;
- Memerintahkan kepada Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk
mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam amar
putusan diatas, dan menerbitkan keputusan baru tentang Perpanjangan Hak
Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate/Tergugat II Intervensi/Terbanding
dengan mengeluarkan tanah yang dikuasasi oleh para Penggugat/para
Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima
ratus meter persegi) ;
- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk
memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Bangunan atas nama PT.
Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas
2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi)
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
- Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding
lalai dalam memenuhi putusan perkara ini, terhitung sejak perkara ini
mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para Terbanding
melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ;
- Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng untuk
membayar biaya perkara ini dikedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat
banding ditetapkan sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
kedua belah pihak pada tanggal 26 September 2007, 27 September 2007 dan
tanggal 28 September 2007 kemudian terhadapnya oleh Tergugat I, II dan
Tergugat II Intervensi/Terbanding dengan perantaraan kuasanya masing-
masing, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 13 Nopember 2006, 2
Oktober 2007 dan 8 Oktober 2007 diajukan permohonan-permohonan kasasi
secara lisan masing-masing pada tanggal 9 Oktober 2007 sebagaimana
ternyata dari akte-akte permohonan kasasi No. 120/G/2006/PTUN.JKT. yang
dibuat oleh Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, permohonan
tersebut diikuti oleh memori-memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang

Hal. 20 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut masing-
masing pada tanggal 22 Oktober 2007, 9 Oktober 2007 dan 11 Oktober 2007 ;
Bahwa setelah itu oleh para Penggugat/Pembanding yang masing-
masing pada tanggal 25 Oktober 2007 dan 11 Oktober 2007 telah diberitahu
tentang memori kasasi dari Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi/Terbanding
diajukan jawaban-jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta masing-masing pada tanggal 31
Oktober 2007 ;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang,
maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
I, II dan III/Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi dalam memori-memori
kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
Alasan Pemohon Kasasi I :
Dalam Eksepsi :
1. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak pertimbangan
hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta yang
mengambilalih pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara
No.120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006.
Kwalitas para Penggugat/Para Pembanding/Para Termohon Kasasi dalam
perkara a quo tidak jelas, hal ini sebagaimana dalam surat gugatan tanggal
14 Agustus 2006 yang diajuka oleh Denny Kailimang, dkk. selaku kuasa dari
principal Drs. Dolok F. Sirait (Direktur PT. Genta Prana) dan H.M. Sukandi
(Komisaris PT. Genta Prana), pada halaman 1 menyebutkan bahwa gugatan
diajukan oleh PT. Genta Prana yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait selaku
Penggugat I dan H.M. Sukandi yang dalam hal ini bertindak untuk diri
sendiri, selaku Penggugat II, namun dalam Repliknya para Penggugat
menyebutkan bahwa subyek Penggugat I adalah Badan Hukum Perdata
yaitu PT. Genta Prana, yang diwakili Drs. Dolok F. Sirait selaku Direktur dan
Penggugat II dalam kapasitas K0misaris PT. Genta Prana yaitu H.M.
Sukandi, hal demikian menunjukkan hal yang inkonsisten, dalam gugatan
HM. Sukandi disebutkan bertindak mewakili diri namun dalam replik
disebutkan mewakili PT. Genta Prana, hal demikian menjadikan kwalitas dari
HM. Sukandi dalam gugatan a quo menjadi tidak jelas, dan seharusnya
menjadikan gugatan gugur.

Hal. 21 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Demikian juga berkaitan dengan obyek gugatan adalah berupa Surat
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9/HGU/BPN/2006
tanggal 1 Juni 2006 tentang pemberian perpanjangan jangka waktu Hak
Guna Usaha atas tanah terIetak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
seluas 657,8315 Ha dan Sertipikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang
atas nama PT. Buana Estate seluas 448,6975 Ha, namun dalam gugatan
para Penggugat/Pembanding/Para Termohon Kasasi dengan dalil teIah
melakukan pelepasan hak atas tanah a quo - quad non - tidak dapat
menjelaskan letak tepat obyek tanah dimaksud, sehingga menjadikan
gugatan tidak jelas dan kabur (obscuure libels), karena tidak jelas dimana
letak tepat tanah dimaksud, batas-batas serta surat-surat (alas hak) yang
mendukung penguasaan tanah sesuai dengan dalil gugatan. Dengan
demikian pertimbangan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Jakarta No. 112/B/2007/PT.TUN.JKT tanggal 29 Agustus 2007 yang
mengambilalih pertimbangan majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT tanggal 26 April 2007 dalam
eksepsi harus dibatalkan ;
2. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur
keadilan dan cenderung hanya mempertimbangkan kepentingan satu pihak
saja yaitu kepentingan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi
saja tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Dalam pertimbangan
hukum Judex Factie pada halaman 13 alinea 2 yaitu dinyatakan :
Menimbang bahwa penguasaan tanah tersebut oleh para Penggugat/
Pembanding didasarkan pada pelepasan hak dari para penggarap (bukti PP-
22, PP-23, PP-30, berikut lampirannya jo. Bukti PP-16. PP-17. PP-19. PP-
20, PP-21, dan keterangan saksi 3 (tiga) orang dari para Penggugat/
Pembanding yaitu Suro bin Yusuf, Syahrul Bahrun. SH. dan Didin Saefudin);
Menimbang, bahwa tanah yang dikuasai oleh Tergugat II
Intervensi/Terbanding adalah seluas + 455,05 Ha (Bukti PP-4) ;
Bahwa pertimbangan Judex Factie tidak lengkap, tidak cemat dan dilakukan
secara tidak sistematis sehingga pertimbangan hukumnya menjadi salah,
Judex Factie tidak melakukan penilaian terhadap semua bukti-bukti yang
diajukan yang diajukan oleh Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I, yaitu
T I-7 berupa Satifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT.
Buana Estate dan bukti-bukti yang diajukan oleh Tergugat II
Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III yaitu : bukti T II Int-4

Hal. 22 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
jo. T II Int - 1 berupa Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang dan
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006
tentang pepanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang
terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana
Estate, dari bukti-bukti tersebut terbukti bahwa sejak tahun 1977 atas tanah
yang didaku oleh para Penggugat/Pambanding/para Termohon Kasasi
statusnya adalah tanah milik PT. Buana Estaste (i.c Tergugat II
Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III), sehingga hak garap
yang dilakukan oleh pihak para Pengugat/Pembanding/para Termohon
Kasasi - quad non - adalah merupakan tindakan melawan hukum, karena
dilakukan terhadap orang yang telah menguasai suatu bidang tanah tanpa
ijin pihak yang berhak atas tanah dimaksud (i.c. PT. Buana Estate)
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-undang No. 51 Prp. Tahun 1960)
tentang larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya.
Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi
keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie sebagaimana tersebut di
atas karena dengan pertimbangan hukum tersebut membuktikan Judex
Factie tidak memeriksa dan mempertimbangkan dengan teliti dan sistematis
atas semua bukti-bukti yang diajukan dalam perkara a quo, melainkan hanya
menilai bukti dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi saja.
Karena itu pertimbangan Judex Factie tersebut harusnya dibatalkan.
Bahwa bukti yang diajukan oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding II
lntervensi/Pemohon Kasasi yaitu Bukti Tambahan T II Int. - 1 (Tambahan)
berupa Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn
tanggal 12 Juni 2007, dimana Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna
(Penggugat I dalam perkara a quo) telah dijatuhi pidana penjara selama 1
(satu) tahun 4 (empat) bulan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindakan pidana yaitu menyuruh untuk melakukan
tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap
barang (milik PT. Buana Estate), demikian juga beberapa orang suruhan dari
Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna yang bernama Sdr. Emmar bin Caub,
Inas bin H. Ishak, Ujib bin Oha dan Marthen Roy Nere (diputus dalam
perkara 209/Pid.B/2007/PN.Cbn) juga dijatuhi pidana penjara selama 9
(sembiIan) bulan karena telah secara sah dan meyakinkan telah melanggar
Pasal 170 ayat (1) dan (2) ke -1 KUHP yaitu "secara terang terangan dan
tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap barang". Berdasarkan bukti
T II - Int. 1 (Tambahan) dimaksud telah terbukti bahwa Sdr. HM Sukandi

Hal. 23 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
(Penggugat I/Pembanding I/Termohon Kasasi yang mendalilkan telah
menguasai fisik bidang tanah adalah tidak benar sama sekali, selanjutnya
terkait dengan kesaksian yang disampaikan oleh Sdr. Syahrul Bahrun, SH. di
rnuka sidang Pengadilan tanggal 13 Maret 2007 telah memberikan
kesaksian di bawah sumpah bahwa yang bersangkutan mengetahui atau
mendapat informasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor bahwa
tanah tersebut telah terbit Sertifikat Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana
Estate, sehingga jika yang bersangkutan selanjutnya menyatakan
menyaksikan pernbayaran ganti rugi garapan terhadap para Penggarap
yang dilakukan oleh para Penggugat/Pembanding/para Terrnohon Kasasi,
adalah merupakan kesaksian yang kontradiktif, seharusnya kalaupun terjadi
pelepasan hak garap maka hal tersebut dilakukan oleh PT. Buana Estate
(Pemilik) setelah mendapat ijin dari pihak berwenang, oleh karena pelepasan
dan atau peralihan Hak Guna Usaha harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Kepala Badan Pertanahan Nasional, namun fakta dimaksud
belum dipertimbangkan sehingga rnengakibatkan pertimbangan Judex
Factie tidak lengkap dan keliru, tidak cermat dan tidak mengandung unsur
keadilan ;
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum
Judex Factie tidak lengkap, tidak cermat dan tidak rnengandung unsur
keadilan sehingga haruslah dibatalkan.
3. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan
atas pertimbangan Hukum Judex Factie halaman 13 alinea 3 yang
menyatakan :
Menimbang, bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk ijin
lokasi telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding sesuai bukti PP-5a, PP-5b,
dan bukti PP-6 berikut lampirannya.
Pertimbangan hukum Judex Factie tersebut keliru dan tidak cermat yang
mengakibatkan putusannya menjadi tidak benar, dalam bukti PP-5b (Risalah
Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24
April 2006) dikemukakan bahwa :
Dalam Risalah dimaksud dijelaskan hal-hal antara lain :
- PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari
sebagian Sertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang
diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang
merupakan tanah milik Adat.

Hal. 24 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
- Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti
penguasaan.
- PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No.
01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas
permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Genta Prana.
- Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa
Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada
prinsipnya menyatakan :
- Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas
tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
- Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara
mendalam ;
Berdasarkan bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan
Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) dijelaskan atas tanah yang
dimohon ijin lokasi oleh PT. Genta Prana tersebut sedang diajukan
permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha oleh PT. Buana Estate selaku
pemegang Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang, di sisi lain untuk
peralihan peruntukkan atau penggunaan serta peralihan hak atas tanahnya
harus mendapat ijin tersendiri dari pihak yang berwenang, dalam hal ini
Kepala Badan Pertanahan Nasional, karena itu atas permohonan dimaksud
masih memerlukan kajian-kajian yang mendalam mengenai persyaratan-
persyaratan administrasi, apakah atas fisik bidang tanahnya telah terjadi
peralihan dari pemegang haknya sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan
dari aspek persyaratan teknis lainnya. Di samping hal tersebut dalam
Risalah dimaksud juga telah disampaikan mengenai adanya keberatan dari
PT. Buana Estate selaku pemegang Hak Guna Usaha terhadap permohonan
yang diajukan oleh PT. Genta Prana, hal ini membuktikan bahwa belum
adanya suatu peralihan hak atas tanah.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum
Judex Factie tidak ternyata telah mempertimbangkan dengan cermat
substansi yang dimuat dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006), sehingga
melahirkan pertimbangan hukum yang keliru dan tidak mengandung unsur
keadilan sehingga haruslah dibatalkan ;

Hal. 25 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
4. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan
atas pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 13 alinea 4 yang
menyatakan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding telah memberikan ganti
rugi kepada masyarakat/penggarap yang berada di atas tanah yang kini
dikuasai oleh para Penggugat/Pembanding, sedangkan Tergugat II
Intervensi/Terbanding tidak melaksanakan surat pernyataannya tanggal 3
Agustus 2004 yang pada pokoknya menyatakan bahwa PT. Buana Estate
akan menyelesaikan masalah penggarapan masyarakat yang ada di atas
tanah Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang terletak di Desa Sukahati,
Tangkil, dan Hambalang, dalam rangka perpanjangan jangka waktu Hak
Guna Usaha No.1/Hambalang, Sertifikat tanggal 21 Maret 1977 (Bukti T I-4
jo. Bukti PP-18).
Berdasarkan Bukti T I - 1 dan Bukti T I - 2, terbukti bahwa perpanjangan Hak
Guna Usaha kepada PT. Buana Estate dilakukan atas bidang tanah obyek
Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang penerbitannya tahun
1977, sehingga ganti rugi yang dilakukan oleh para Penggugat/
Pembanding/para Termohon Kasasi telah dilakukan terhadap orang-orang
yang tidak berhak dan sekaligus merupakan perbuatan yang melanggar
hukum.
Pasal 6 Undang-Undang No. 51 Prp. Tahun 1960 tentang larangan
pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya, mengatur antara
lain hal-hal :
- Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam Pasal-Pasal 3, 4
dan 5, maka dapat dipidana dengan hukuman kurungan selama-Iamanya
3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000 (lima ribu
rupiah) :
a. ………………………………………………………………………………;
b. barangsiapa menggangu yang berhak atau kuasanya yang sah
didalam menggunakan haknya atas suatu bidang tanah ;
c. barangsiapa menyuruh, mengajak, membujuk atau menganjurkan
dengan lisan atau tulisan untuk melakukan pebuatan yang dimaksud
dalam Pasal 2 atau huruf b dari ayat ( 1 ) Pasal ini ;
d. barangsiapa memberikan bantuan dengan cara apapun juga untuk
melakukan perbuatan tersebut pada Pasal 2 atau huruf b dari ayat (1)
ini ;

Hal. 26 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, telah terbukti bahwa ganti rugi yang
dilakukan atas tanah obyek Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate
orang pihak lain tanpa ijin dari PT. Buana Estate adalah merupakan
perbuatan pelanggaran hukum yang dapat dipidana, disamping hal tersebut
berdasarkan Bukti T II Int. – 1 (Tambahan) yaitu Putusan Pengadilan Negeri
Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 pada halaman "31"
diketahui bahwa :
Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri Bogor dalam perkara No.
207/Pid.B/2007/PN.Cbn HM. Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/Termohon
Kasasi dalam perkara aquo) telah mengetahui kalau tanah tersebut adalah
Hak Guna Usaha milik PT. Buana Estate sejak tahun 1998 yang Terdakwa
tahu setelah Terdakwa meminta penjelasan ke Kantor Badan Pertanahan
Nasional yang mana Hak Guna Usaha tersebut berakhir tahun 2002, dimana
awal tahun 2007 Terdakwa tahu kalau tanah tersebut ada Sertifikat Hak
Guna Usaha -nya.
Sdr. HM. Sukandi telah mengakui sendiri dan merupakan fakta yang tidak
terbantahkan bahwa tanah dimaksud adalah milik dari PT. Buana Estate,
dan saat ini di lapangan PT. Buana Estate (Tergugat II Intervensi/Terbanding
II Intervensi/Pemohon Kasasi III) dalam rangka pemberdayaan masyarakat
sekitar sedang melaksanakan pola kemitraan yaitu kepada masyarakat
diberikan kesempatan untuk menanam tanaman tumpangsari dengan tetap
memelihara tanaman pokok berupa coklat sebagai realisasi surat pernyataan
tanggal 3 Agustus 2004.
Berdasarkan hal tersebut, pertimbangan Judex Factie tersebut di atas
terbukti tidak cermat yang mengakibatkan putusan tersebut menjadi cacat
hukum, karena atas adanya fakta hukum sebagaimana diuraikan di atas,
namun tidak dipertimbangkan sama sekali oleh Judex Factie (niet voldoende
getimoveerd), sehingga pertimbangan hukum tersebut harus dibatalkan
sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No. 672 K/Sip/1972
tanggal 18 Oktober 1972 ;
5. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan
atas pertimbangan hukum Judex Factie halaman 14 alinea 1 dan 2 yang
menyatakan:
- Menimbang, bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29
dihubungkan dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para
Penggugat/Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang
dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997;

Hal. 27 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
- Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding pada tanggal 14
Desember 2005 telah mengajukan permohonan kepada Tergugat
I/Terbanding atas tanah seluas ± 250 Ha di Desa Hambalang Bogor
untuk dapat dialokasikan kepada para Penggugat/Pembanding (bukti PP-
9).
Berdasarkan Bukti T II Int-1 (Tambahan) berupa Putusan Pengadilan Negeri
Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN. Cbn tanggal 12 Juni 2007 telah terbukti
bahwa dengan dihukum penjaranya Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna
(Penggugat I/Pembanding/Termohon Kasasi) atas dakwaan telah melanggar
Pasal 55 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 170 ayat (1) dan (2) KUHP, yaitu telah
menghasut orang lain untuk melakukan pengrusakan terhadap tanaman dan
papan nama milik PT. Buana Estate, maka secara materiil terbukti bahwa
yang bersangkutan tidak menguasai fisik bidang tanah.
Bahwa permohonan yang diajukan oleh PT. Genta Prana untuk memohon
sesuatu hak atas tanah sebagaimana Suratnya tanggal 14 Desember 2005
tentu saja harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain apakah fisik
bidang tanah dikuasai, apakah sudah dilampirkan ijin lokasi dari pihak
berwenang dan lain-lain, dengan diajukankannya suatu permohonan tidak
secara otomatis berarti harus dikabulkan melainkan harus dipertimbangkan
apakah semua persyaratan permohonan sudah dipenuhi atau belum.
Dengan tidak dipertimbangkan oleh Judex Factie Bukti T II Int-1
(Tambahan), maka mengakibatkan pertimbangan hukum Judex Factie
dimaksud tidak lengkap, tidak adil dan tidak cermat oleh karena itu haruslah
dibatalkan, karena tidak ada penilaian terhadap bukti yang diajukan
(penyangkalan/tegenbewijs) dari para pihak, sebagaimana Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI. No. 638 K/Sip/1969 tanggal 22 Juli 1970 ;
Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan
atas pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 14 alinea 3 yaitu :
Menimbang, bahwa pada tanggal 25 April 2005 Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor telah mengirim Surat kepada Sekretaris Daerah
Kabupaten Bogor mengenai Permohonan Ijin Lokasi PT. Genta Prana untuk
membangun perumahan (vide bukti PP-5a) dan disertai Risalah
Pertimbangan teknis Penatagunaan tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b).
Dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No.
460/88/LL/2006 tanggal 21 April 2006 (vide bukti PP-5b) telah diuraikan
bahwa :

Hal. 28 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
- PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari
sebagian sertipikat Hak Guna Usaha No.1/Hambalang yang sedang
diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang
merupakan tanah milik Adat.
- Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti
penguasaan.
- PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No.
01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas
permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Genta Prana.
- Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa
Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada
prinsipnya menyatakan :
- Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas
tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
- Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara
mendalam.
Selanjutnya atas permohonan dari PT. Genta Prana dimaksud disampaikan
kepada Bupati Bogor, karena kewenangan pemberian Ijin Lokasi
berdasarkan Keppres No. 34 Tahun 2003, telah diserahkan kepada
Pemerintah Daerah, disertai pertimbangan-pertimbangan dari aspek
penatagunaan tanah (vide Bukti PP-5b), dan telah terbukti pula berdasarkan
pertimbangan dimaksud bahwa atas permohonan ijin lokasi dari PT. Genta
Prana belum memenuhi persyaratan formal, sehingga dengan demikian
pertimbangan hukum Judex Factie tidak cermat dan harusnya dibatalkan.
Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan
atas pertimbangan hukum Judex Factie yang tidak cermat dan tidak benar,
yaitu berkaitan dengan luas tanah yang dimohonkan perpanjangan Hak
Guna Usaha, yaitu pada halaman 14 alinea 4 yaitu :
Bahwa perpanjangan Hak Guna Usaha No.9/GHU/BPN/2006 tanggal 1 Juni
2006 yang diberikan oleh Tergugat I/Terbanding kepada Tergugat II
Intervensi/Terbanding adalah tanah seluas 6.578.315 m2 (enam juta lima
ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima belas meter persegi), berbeda
luasnya dengan tanah yang diterbitkan dalam Hak Guna Usaha Nomor
1/Desa Hambalang tertanggal 21 Maret 1977 yang luasnya adalah 705.0550

Hal. 29 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
m2 ( tujuh juta lima ratus ribu lima ratus lima puluh meter persegi), yang
seharusnya luas dan batas-batas tanahnya harus sama dengan Hak Guna
Nomor 1 dan dalam Hak Guna Nomor 9 tersebut, kerena menyangkut
perpanjangan Hak Guna Usaha yang sama obyeknya ;
Demikian juga terhadap pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman
15 alinea 2 yang menyatakan :
Bahwa Tergugat I/Terbanding dalam diktum pertama dalam Keputusan No.
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 (bukti PP-I) telah mengeluarkan dari
Hak Guna Usaha No. 1 sebagian tanah perkebunan tersebut untuk orang
lain yaitu untuk :
- PT. Keramikatama Intirona Persada seluas 70.010 m2; SMP Yaskita
seluas 3.020 m2;
- Rencana Relokasi (R1, R2 dan R3) seluas 29.995 m2;
- Pemancar TPI seluas 37.030 m2;
- SD Inpres seluas 3.000 m2;
- Diklat Olahraga Pelajar nasional seluas 327.810 m2;
Bahwa seyogyanya tanah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/
Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi
kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan lebih dahulu sebelum
menerbitkan obyek sengketa No.9 dan No. 149 tersebut.
Pertimbangan hukum Judex Factie tersebut adalah tidak lengkap dan tidak
benar, oleh karena apabila dikaitkan dengan Bukti T I-18 berupa Risalah
Pemeriksaan Tanah "B" (Panitia B) Nomor : 540-07-KWB-PAN "B"-2004
tanggaI 24-12-2004 pada halaman "9", antara lain berpendapat yaitu :
1. Luas yang pasti dari tanah yang diberikan Hak Guna Usaha ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran secara kadasteral oleh instansi Badan
Pertanahan Nasional, yang mengacu pada penguasaan fisik dilapangan
dengan batas-batas sesuai kesepakatan para pihak yang terkait dan/atau
mengakomodir kepentingan Pemerintah setempat ;
2. Dengan tidak mengurangi hak keperdataan pemegang hak (PT. Buana
Estate) pada prinsipnya tidak keberatan atas tanah yang direncanakan
untuk pembangunan Diklat Olahraga Pelajar Nasional dengan mengacu
Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta ketentuan
dan peraturan pelaksanaannya (Peraturan Menteri Negara
Agraria/kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994) ;

Hal. 30 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
3. Terhadap bidang tanah yang dipergunakan untuk industri genteng
keramik (PT. Keramikatama Intirona Persada), SMP Yaskita, Pemancar
TPI dan pemukiman menetap (relokasi) agar dikeluarkan dari pemberian
Hak Guna Usaha karena tanahnya sudah tidak sesuai dengan keadaan,
sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan diproses haknya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
4. Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi
ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa
ijin tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimasudkan untuk
menghindari terjadinya preseden yang tidak diharapkan dan seluruh
Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka
pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang
saling menguntungkan:
5. Adanya sumber mata air, diharapkan pemegang hak berkewajiban
memelihara dan senantiasa harus tertutup hutan dan dilarang untuk
pemukiman dan usaha, dengan jarak radius yang telah ditetapkansesuai
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
6. Terhadap bidang tanah seluas ± 185.000 M 2 ( letaknya enclave terdiri
dari 23 bidang) statusnya tanah milikl tanah milik adat telah dibebaskan
oleh pemegang Hak Guna Usaha (dalam hal ini oleh H. Probosutedjo)
diusulkan pemberian Hak Guna Usaha-nya sesuai prosedur dan tata cara
berdasarkan ketentuan yang berlaku, supaya menjadi kesatuan yang
utuh dengan Hak Guna Usaha semula (sertipikat Nomor I/Hambalang).
Jadi luas tanah Hak Guna Usaha yang diusulkan untuk perpanjangan jangka
waktunya (semula Hak Guna Usaha No.1/Hambalang) disesuaikan dengan
luas kenyataan yang secara fisik dikuasai setelah terlebih dahulu dilakukan
pengukuran kadasteral dan bahkan terhadap bidang-bidang Tanah Milik
Adat yang sudah dibebaskan oleh pemegang Hak Guna Usaha diusulkan
agar menjadi satu kesatuan, dari hal dimaksud membuktikan bahwa
pertimbangan hukum Judex Factie yang menyatakan bahwa perpanjangan
jangka waktu Hak Guna Usaha haruslah sama adalah pertimbangan hukum
yang keliru, karena harus diteliti bagaimanakah penguasaan fisik di lapangan
dan apakah peruntukan tanah masih sesuai dengan sifat dan tujuan
pemberian Hak Guna Usaha-nya, oleh karena itu pertimbangan hukum
Judex Factie terbkti tidak cermat dan tidak benar sehingga harus dibatalkan.
Dengan demikian terbukti bahwa penerbitan Surat Keputusan a quo telah
mempertimbangkan pendapat dan saran dari Panitia Pemeriksaan Tanah

Hal. 31 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
"B" Provinsi Jawa Barat yang keanggotaannya terdiri dari berbagai
instansi/dinas terkait yaitu Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Jawa Barat, Biro Setda Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan
Jawa Barat, Pemda Bogor dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, dan
tidak ternyata para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah
menguasai fisik bidang tanah tersebut berdasar hukum karena pembayaran
ganti rugi kepada pihak yang tidak berhak, sehingga pertimbangan hukum
Judex Factie tersebut di atas tidak cermat dan harus dibatalkan.
Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 16 alinea 3 dan 4
yang menyatakan :
Bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk memperoleh ijin
lokasi sebagai syarat penerbitan Hak Guna Usaha oleh Tergugat
II/Terbanding sebelum terbitnya perpanjangan Hak Guna Usaha No.9 dan
Hak Guna Usaha No. 149 yang menjadi obyek sengketa tersebut. maka
seharusnya proses tersebut harus diteruskan sesuai dengan Asas
Kepercayaan dan Harapan yang ditimbulkan.
Pertimbangan hukum Judex Factie adalah tidak benar, kewenangan
penerbitan ijin lokasi ada pada Bupati Bogor, dan atas permohonan dari
Para Penggugat/Para Pembanding tersebut pun sudah disampaikan kepada
pihak Pemda Bogor, namun dalam Risalah Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor
tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b), telah pula dijelaskan bahwa atas
permohonan dimaksud merupakan obyek Hak Guna Usaha No. l/Hambalang
yang sedang diajukan perpanjangannya, terdapat keberatan dari PT Buana
Estate, Bukti penguasaan fisik dari PT. Genta Prana (Pemohon) tidak
dilampirkan, dan terlampir Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No.
540-647, yang intinya sesuai UndangUndang No. 28/1956 jo. Surat Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah
perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan
Nasional dengan demikian atas permohonan PT. Genta Prana masih
diperlukan kajian secara mendalam.
Dengan demikian terbukti atas permohonan ijin lokasi dari para Penggugat/
Pembanding telah disampaikan kepada pihak yang punya kompetensi,
disertai penjelasan mengenai kondisi penguasaan fisik dan status hukum

Hal. 32 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
bidang tanah yang dimohon, sehingga pertimbangan hukum Judex Factie
tersebut adalah tidak benar dan seharusnya dibatalkan.
6. Bahwa dalam pertimbangan hukum Judex Factie halaman 17 alinea 5 yang
menyatakan :
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta- fakta hukum yang telah diuraikan di
atas, dengan demikian Majelis Hakim Tingkat Banding yang memeriksa
perkara ini berpendapat bahwa Tergugat II Terbanding menerbitkan Surat
Keputusan No.9/HGU/BPN/2006 Tanggal 1 Juni 2006 dan Tergugat
II/Terbanding menerbtkan Hak Guna Usaha No. 149/Desa/Kelurahan
Hambalang tanggal 15 Juni 2006, hal ini telah terbukti melanggar Asas -
Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) khususnya Asas Persamaan
(Asas Persamaan Perlakuan) dan Kepercayaan dan Harapan yang telah
ditimbulkan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, oleh karena
para Penggugat/Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum
terbitnya Hak Guna Usaha No. 9 tersebut untuk memperoleh ijin lokasi
terhadap tanah yang dikuasai secara fisik oleh para Penggugat/Pembanding
bahkan permohonan tersebut telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding dan
mengapa tidak diteruskan perosesnya dengan mengeluarkan tanah yang
dimohon dimohon oleh para Penggugat/Pembanding dari Hak Guna Usaha
No.1/Hambalang sama seperti yang dilakukan kepada PT. Kramikatama
Intirona Persada, SMP Yaskitta, Rencana Relokasi R1, R2. dan R3,
Pemancaran TPI, SD Inpres dan Diklat Olahraga, oleh karenanya maka
gugatan para Penggugat/Pembanding haruslah dikabulkan seluruhnya ;
Bahwa pendapat Judex Factie sebagaimana dalam pertimbangan hukum
tersebut diatas adalah pendapat yang menyatakan bahwa para Penggugat/
Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum terbitnya Surat
Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 adalah pendapat yang
keliru oleh karena PT. Buana Estate telah mengajukan permohonan
perpanjangan HGU pada tanggal 22 Maret 2000 (vide Bukti T I-9), yaitu
memenuhi ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Tanah :
- Permohonan perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atau
pembaharuannya diajukan selambat-Iambatnya dua tahun sebelum
berakhimya jangka waktu Hak Guna Usaha tersebut.

Hal. 33 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Sedangkan surat permohonan ijin lokasi dari pra Penggugat/Pembanding
diajukan tanggal 16 Juli 2005 (vide Bukti PP-12) , demikian juga terkait
dengan penguasaan fisik bidang tanah, berdasarkan Bukti T II-Int. 1
(Tambahan), tidak ternyata Para Penggugat/Para Perbanding/Termohon
Kasasi in casu Sdr. H.M. Sukandi menguasai fisik bidang tanah justru
sebaliknya yang bersangkutan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
telah menyuruh orang untuk melakukan pengrusakan atas barang milik
orang lain (mencabut tanaman coklat dan merusak papan nama PT. Buana
Estate) sehingga dikenakan hukuman pidana penjara. edangkan untuk
bidang-bidang tanah yang keadaan tanahnya telah tidak sesuai dengan
keadaan, sifat dan tujuan pemberian haknya dikeluarkan/tidak diperpanjang
haknya, namun prosesnya tetap mengacu pada ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku sebagaimana Risalah Risalah Pemeriksaan
Tanah "B" (Panitia B) Nomor : 540-07-KWB-PAN "B"-2004 tanggal 24
Desember 2004 (vide Bukti T I-18).
Dari uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi
I menolak pendapat Judex Factie sebagaimana dalam pertimbangan hukum
tersebut di atas karena tidak benar dan karena itu harus dibatalkan.
7. Bahwa putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta
No.112/B/2007/PT.TUN.JKT tanggal 29 Agustus 2007 yang dalam amarnya
antara lain menyatakan :
- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses
lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana
(Para Penggugat/Para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m1
(dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
- Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000.- (lima juta
rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding
lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini
mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para
Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan
baik ;
Amar tersebut diatas tidak didukung oleh dalil/posita yang benar, para
Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi tidak pernah mengajukan
permohonan Hak Guna Usaha (HGU), sebagaimana diuraikan dalam dalil
gugatannya namun dalam amar diperintahkan agar Tergugat I dan Tergugat

Hal. 34 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
II/para Terbanding I/Pemohon Kasasi agar memproses permohonan Hak
Guna Usaha dari PT. Genta Prana (Para Penggugat/Para Pembanding), hal
ini menunjukkan bahwa Judex Factie tidak memeriksa secara lengkap dan
sistematis atas semua bukti yang diajukan dalam perkara a quo.
Pasal 116 ayat (5) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang
No.9 Tahun 2004 yaitu :
(5). Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat
oleh Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana
dimaksud ayat (3).
Dengan demikian pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap adalah merupakan proses administratif, dan sanksi
sebagaimana ketentuan Pasal 116 ayat (5) tersebut telah diatur bahwa
sanksi terhadap pejabat yang tidak melaksanakan putusan tersebut berupa
sanksi administratif ;
Alasan Pemohon Kasasi II :
1. Bahwa menurut hukum kedudukan Pengadilan tinggi adalah sebagai Judex
Factie, yaitu Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara baik mengenai
hukumnya (merujuk pada buku Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek, Ny. Retnowulan Sutantio, SH., Iskandar Oeripkartawinata, SH., CV.
Mandar Maju Bandung, cetakan VIII, 1997, halaman 160 alinea kesatu),
sehingga dalam pemeriksaan tingkat banding – Judex Factie seharusnya
mempertimbangkan baik penilaian fakta maupun penerapan hukumnya serta
mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan obyek perkaranya
baik jawaban, fakta dan bukti yang terungkap dalam persidangan ;
2. Bahwa tidak demikian putusan Judex Factie yang mempertimbangkan
sebagaimana dalam putusan halaman 14 alinea 2 :
“ Menimbang bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29 dihubungkan
dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para Penggugat/
Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk
memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997 “;
Bahwa fakta hukum penguasaan fisik tanah obyek in litis oleh para
Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi tidak pernah terungkap di
persidangan Tingkat Pertama Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta,
terlebih dalam acara siding lokasi para Penggugat/Pembanding/para
Termohon Kasasi tidak dapat membuktikan dan meyakinkan Majelis kalau
benar-benar telah menguasai fisik tanah in litis yang ada hanyalah suatu

Hal. 35 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
bentuk intimidasi dari sekumpulan masyarakat yang mungkin quad non atas
insiatif dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi, karena
fakta dilapangan terhadap tanah obyek in litis tidak dikelola langsung oleh
Tergugat II Intervensi/Terbanding/Termohon Kasasi dan tidak diketemukan
suatu indikasi bahwa para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi
telah menguasai secara fisik tanah in litis.
Bahwa quod non apabila para Penggugat/Pembanding/para Termohon
Kasasi benar-benar menguasai fisik atas tanah a quo sejak tahun 1996/1997
sebagaimana pertimbangan Judex Factie, hal tersebut menjadikan para
Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah melanggar ketentuan
Undang-Undang No, 51 Prp Tahun 1960 (LN 1960-158) Tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak atau Kuasanya, hal mana
terhadap tanah in litis dengan Sertifikat Hak Guna Usaha No.1/Hambalang
atas nama PT. Buana Estate baru berakhir haknya pada tanggal 31
Desember 2002 dan telah diajukan perpanjangannya oleh PT. Buana Estate,
dan telah memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor : 9 Tahun 1999 Pasal (24,25) yaitu
Permohonan Hak Guna Usaha dapat diperpanjang jangka waktunya atau
diperbaharui haknya oleh pemegang hak dalam tenggang waktu 2 (dua)
tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak tersebut, sehingga secara
langsung apabila benar (quad non) para Penggugat/Pembanding/para
Termohon Kasasi menguasai fisik atas tanah obyek sengketa dapat
diklarifikasikan suatu perbuatan melawan hukum dengan menguasai atas
tanah yang nyata-nyata masih melekat suatu hak atas nama Tergugat II
Intervensi, sedangkan Judex Factie mempertimbangkan tentang alas hak
kepemilikkan dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi yang
dalam pertimbangannya menyatakan para Penggugat/Pembanding/para
Termohon Kasasi telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan
untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997 ;
Bahwa fakta terungkap Judex Factie mempertimbangkan para
Penggugat/Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang
dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997,
telah salah dalam penerapan hukum dan telah melanggar hukum (schending
van het recht) dengan tidak mengindahkan hak keperdataan maupun status
hak atas tanah yang masih melekat atas tanah a quo serta tidak
memperhatikan ketentuan Undang-Undang No. 51 Prp Tahun 1960 (LN
1960-158) Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak

Hal. 36 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
atau Kuasanya, maka oleh karenanya putusan Judex Factie patut untuk
dibatalkan ;
3. Bahwa, Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II keberatan atas putusan
Judex Factie halaman 15 yang mempertimbangkan :
“ Bahwa seyogjanya tanah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/
Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi
kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan terlebih dahulu sebelum
menerbitkan obyek sengketa Nomor. 9 dan Nomor. 149 tersebut.”
“ Bahwa dengan tidak dikeluarkannya bagian tanah yang dimohonkan oleh
para Pengugat/Pembanding tersebut, maka dalam hal ini Tergugat I dan
Tergugat II/Terbanding telah melanggar Asas Persamaan (Asas Persamaan
Perlakukan)“.
Perolehan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah melalui
pemindahan hak atas tanah atau peralihan dengan cara penyerahan atau
pelepasan hak atas tanah dengan pemberian ganti kerugian kepada yang
berhak, sedangkan perolehan tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 37
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 1997" peralihan hak atas
tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar
menukar, hibah, pemasukan data perusahaan dan perbuatan hukum
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya
dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oIeh Pejabat
Pembuat Akta Tanah yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Quod non perolehan tanah para Penggugat/Pembanding/para Termohon
Kasasi didasarkan pada pelepasan hak garap dari para penggarap dengan
pembayaran ganti rugi garapan, sedangkan fakta hak atas tanah tersebut
saat itu statusnya adalah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama PT.
Buana Estate, sehingga pembayaran ganti rugi garap yang dilakukan oleh
para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi kepada para
masyarakat bekas penggarap adalah salah sasaran, yang semestinya
pembayaran ganti kerugian tersebut dibayarkan kepada pemegang hak atas
tanah tersebut yakni PT. Buana Estate.
Dalam putusan perkara No.1816 K/Pdt/1989 menegaskan, bahwa :
“ Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai yang beritikad baik, karena
pembelian dilakukan dengan ceroboh ialah pada saat pembelian ia sama
sekali tidak meneliti hak dan status para penjual atas tanah terperkara,
karena itu ia tak pantas dilindungi dalam transaksi itu”.

Hal. 37 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Bahwa dengan memperhatikan ketentuan, peraturan dan pertimbangan
hukum sebagaimana diuraikan tersebut diatas, menjadi jelas putusan Judex
Factie a quo menjadi salah dalam penerapan hukumnya, perolehan tanah
para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi didasarkan pada
pelepasan hak garap dari para penggarap dengan pembayaran ganti rugi
garapan, sedangkan atas tanah a quo pemegang haknya adalah PT. Buana
Estate, serta dasar parolehan para Penggugat/Pembanding/para Termohon
Kasasi hanya merupakan pembayaran over garap yang menurut ketentuan
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Jo. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun
1961 Jo. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tidak dikenal adanya
hak garap, dan atas kesalahan tersebut kedudukan para Penggugat/
Pembanding/para Termohon Kasasi tidak perlu dan pantas untuk dilindungi.
Dan menjadi benar tindakan hukum Tergugat I/Terbanding/Termohon Kasasi
dan Tergugat ll/Terbanding/Pemohon Kasasi dalam menerbitkan Surat
Keputusan obyek perkara sehingga tidak terbukti adanya suatu unsur
permbuatan yang melanggar Asas Persamaan (Asas Persamaan
Perlakuan).
Bahwa fakta Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum maka
sepatut dan seyogyanya putusan a quo untuk dibatalkan ;
4. Bahwa Tergugat II/Terbanding/Pemohon Kasasi keberatan Judex Factie
putusan halaman 16 garis ke-tiga:
“Bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk memperoleh izin
lokasi sebagai syarat penerbitan Hak Guna Usaha oleh Tergugat
II/Terbanding sebelum terbitnya perpanjangan Hak Guna Usaha No.9 dan
Hak Guna Usaha No.149 yang menjadi obyek sengketa tersebut, maka
seharusnya proses tersebut harus diteruskan sesuai dengan Asas
Kepercayaan dan Harapan yang telah ditimbulkan “.
Halaman 16 alinea terakhir dan halaman 17 alinea pertama :
“ Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang telah diuraikan
diatas, Majelis Hakim Tingkat Banding yang memeriksa perkara ini
berpendapat bahwa Tergugat I/Terbandingmenrbitkan Surat Keputusan No.
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 dan Tergugat II/Terbanding
menerbitkan Hak Guna Usaha No.149/Desa/Kelurahan Hambalang tanggal
15 Juni 1996, hal ini telah terbukti melangar Azas-azas Umum Pemerintahan
Yang Baik (AAUPB) khususnya azas persamaan (Azas Persamaan
Perlakuan) dan Azas Kepercayaan dan Harapan yang telah ditimbulkan
sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.5 tahun

Hal. 38 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
1986 jo. Undang-Undang No.9 Tahun 2004, oleh karena para
Penggugat/Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum terbitnya
Hak Guna Usaha No.9 tahun 2004 tersebut untuk memperoleh ijin lokasi
terhadap tanah yang dikuasai secara fisik oleh para Penggugat/Pembanding
bahkan permohonan tersebut telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding dan
mengapa tidak diteruskan prosesnya dengan mengeluarkan tanah yang
dimohonkan oleh para Penggugat/Pembanding dari Hak Guna Usaha
No.1/Hambalang sama seperti yang diperlakukan kepada PT. Kramikatama
Intirona Persada, SMP Yaskita, Rencana Relokasi R1, R2 dan R3,
Pemancar TPI, SD Inpres dan Diklat Olahraga, oleh karenanya maka
gugatan para Penggugat/Pembanding harus dikabulkan untuk seluruhnya”.
Bahwa ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 2 tahun 1999 Tentang Izin Lokasi dalam Pasal 3
ditegaskan bahwa "Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah
tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman
modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan
penanaman modal yang dipunyainya”.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No.34 tahun 2003 tentang
Kebijakan Nasional dibidang Pertanahan. Hal mana dalam Pasal 2 ayat (1),
(2) menjelaskan sebagian kewenangan Pemerintah dibidang Pertanahan
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang diantaranya adalah
kewenangan pemberian Izin Lokasi. Bahwa dengan telah dilimpahkannya
sebagian kewenangan Badan Pertanahan Nasional khususnya kewenangan
pemberian Izin Lokasi kepada Pemerintah Daerah, maka terhadap proses
permohonan pemberian Izin Lokasi yang dimohonkan oleh para Termohon
Kasasi/Pembanding/para Penggugat kewenangan bukan lagi berada pada
Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, melainkan berada pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor.
Bahwa di dalam Risalah Pemeriksaan Tanah “B” tanggal 24 Desember 2004
Nomor : 540-07-WBPN-PAN. “B”-2004. Tim Panitia Pemeriksaan Tanah “B”
telah mengadakan permeriksaan tanah dan pembahasan dengan dihadiri
pula unsur Pemerintah Tingkat Kabupaten Bogor dan Muspika setempat
serta Kepala Desa letak tanah dan pihak Pemohon (PT. Buana Estate) yang
mengahsilkan kesimpulan yang telah disepakati bersama dengan
mendukung pemberian Hak Guna Usaha kepada PT. Buana Estate, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Hal. 39 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
1. Luas yang pasti dari tanah yang diberikan Hak Guna Usaha ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran secara kadasteral oleh Instansi Badan
Pertanahan Nasional, yang mengacu pada pengusaan fisik dilapangan
dengan batas-batas sesuai kesepakatan para pihak yang terkait dan/atau
mengakomodir kepentingan pemerintah setempat.
2. ……………dst
3. Terhadap bidang tanah yang telah dipergunakan untuk industri genteng
keramik (PT. Kramikatama Intirona Persada, SMP Yaskita, Pemancar
TPI dan pemukiman menetap (relokasi longsor) agar dikeluarkan dari
pemberian Hak Guna Usaha, karena tanahnya sudah tidak sesuai
dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan
proses haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi
ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa
ijin, tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya presedent yang tidak diharapkan dan seluruh
Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka
pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang
saling menguntungkan,……..dst.
Bahwa memperhatikan ketentuan, peraturan sebagaimana diuraikan
tersebut diatas, fakta terungkap putusan Judex Factie a quo menjadim salah
dalam penerapan hukumnya, karena tidak mungkin Tergugat
II/Terbanding/Pemohon Kasasi melanjutkan proses permohonan Ijin Lokasi
atas nama PT. Genta Prana, sedangkan kewenangan pemberian Izin Lokasi
ada pada Pemerintah Kabupaten Bogor yang merupakan sebagai salah satu
syarat dalam proses permberian permohonan Hak Guna Usaha (sebenarnya
yang dimohon adalah Hak Guna Bangunan) dari para
Penggugat/Pembanding/Termohon Kasasi sebelum terbitnya perpanjangan
Hak Guna Usaha obyek sengketa, terlebih lagi permohonan izin lokasi nota
bene peruntukan perumahan tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah yang diperuntukan sebagai daerah/areal perkebunan dan
pertanian lahan kering yang berfungsi ganda sebagai resapan air daerah
sekitar. Dan apabila Tergugat II/Terbanding/Pemohon Kasasi memproses
izin Iokasi kemudian menindaklanjuti dengan meneabitkan Hak Guna Usaha
atas nama para Penggugat/Pembanding/Termohon Kasasi sebagairnana
Judex Factie putusan, justru hal tersebut melanggar Azas-Azas Umum
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagaimana ditegaskan pada Pasal 53

Hal. 40 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Ayat (2) hurof a dan b Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Jo. Undang-
Undang No.9 Tahun 2004.
Bahwa fakta terungkap putusan Judex Factie telah salah dalam menerapkan
hukum sehingga atas putusan Judex Factie tersebut
Tergugat/Terbanding/Pemohon kasasi sangat keberatan, dan oleh
karenanya putusan Judex Factie a quo patut untuk dibatalkan ;
5. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas Pemohon Kasasi/
Terbanding/Tergugat II keberatan atas putusan Judex Factie yang telah
mengambil alih pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta dalam Mengadili Sendiri bagian pokok perkara yaitu :
- Memerintahkan Tergugat I dan T ergugat II/Para Terbanding untuk.
Mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam
amar putusan di atas, dan menerbitkan keputusan baru tentang
perpanjangan Hak Guna Usaha atas nama PT.Buana Estate/Tergugat II
Intervensi/Terbanding dengan mengeluarkan tanah yang dikuasai oleh
para Penggugat/para Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus
tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ;
- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses
lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT.Genta Prana
(para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2
(dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
Karena putusan Judex Factie telah melanggar hukum (schending van het
recht), melalaikan acara (vormverzuim), dan salah dalam penerapan hukum.
Bahwa PT. Genta Prana pada tanggal 08 Desember 2005 Nomor :
232/GP/XII/2005 mengajukan permohonan Hak Guna Bangunan yang
ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor untuk
pembangunan perumahan. Namun dalam amar putusan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta memerintahkan Tergugat I
dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih Ianjut penerbitan Hak
Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para
Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua .juta seratus tujuh belas
ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Jakarta telah melanggar hukum (schending van het recht), melalaikan acara

Hal. 41 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
(vormverzuim), dan salah dalam penerapan hukum, karena telah salah
dalam mengambil putusan dengan melebihi apa yang dituntutnya.
Pasal 178 HIR menentukan bahwa “Hakim dilarang menjatuhkan keputusan
atas perkara yang digugat atau meluluskan lebih dari apa yang digugat”.
Dengan mempedomi ketentuan Pasal 178 HIR fakta hukum terbukti bahwa
Majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dengan mengadili
sendiri :
“Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses
lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (para
Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta
seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Telah melampaui batas wewenang dan memeriksa memutus perkara, salah
dalam menerapkan hukumnya, serta telah lalai memenuhi syarat-syarat
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan ;
6. Bahwa demikian pula Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II keberatan
amar putusan a quo yang menyatakan : Menghukum para Tergugat/para
Terbanding secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah)setiap hari keterlambatan apabila
para Tergugat/para Terbanding lalai dalam memenuhi putusan perkara ini
terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para
Tergugat/para Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini
dengan baik ;
Bahwa tindakan administratif Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II dalam
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara in litis adalah dalam rangka
melaksanakan Fungsi Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3), jo Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1960 Pasal 2, Jo. Peraturan Pemerintah No.10
tahun 1961, Jis Peraturan Pemerintah Nomor :24 tahun 1997, Jo. Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun
1997 Jis Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9
tahun 1999, serta telah memenuhi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang
Baik /AAUPB (algemene behoorlijk bestuur/principle of good administration)
sebagaimana diuraikan oleh W. Riawan Tjandra, SH. dalam bukunya Hukum
Acara Peradilan Tata Usaha Negara, halaman 68 dan halaman 69 bahwa
menurut Crince Le Roy (principle of good administration) terutama asas
kepastian hukum (principle of legal security), asas bertindak cermat

Hal. 42 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
(principle of carefulness) dan oleh Koentjoro Purbopranoto, pada asas
kebijaksanaan (principle of sapiently).
Sehingga Tergugat tidak mengunakan wewenang yang menyimpang dari
maksud dan tujuan pemberian wewenang (detournement de povoir) dan
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak bertentangan dengan perturan
perundang-undangan yang berlaku serta tanpa wewenang yang sah
menurut hukum melakukan tindakan hukum yang merugikan para
Penggugat (willekeur) dan tidak bertentangan dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No.5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Pasal 53 ayat (2) huruf
a dan b ;
Alasan Pemohon Kasasi III :
1. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta yang mengambil alih pertimbangan Pengadilan Tata Usaha
Negara No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT. tanggal 26 April 2007 berkaitan
dengan eksepsi yang menyebutkan sudah tepat dan benar adalah
pertimbangan yang tidak benar, oleh karena kwalitas para Penggugat/
Pembanding/para Termohon Kasasi dalam perkara a quo sebagaimana
Surat Gugatan tanggal 14 Agustus 2006 yang diajukan oleh Denny
Kaitimang, dkk. selaku kuasa dari principal Drs. Dolok F. Sirait (Direktur PT.
Genta Prana) dan H.M. Sukandi (Komisaris PT. Genta Prana), pada
halaman 1 menyebutkan bahwa gugatan diajukan oleh PT. Genta Prana
yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait selaku Penggugat I dan H.M. Sukandi
yang dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri, selaku Penggugat II, namun
dalam Repliknya para Penggugat menyebutkan bahwa subyek Penggugat I
adalah Badan Hukum Perdata yaitu PT. Genta Prana, yang diwakili Drs.
Dolok F. Sirait selaku Direktur dan Penggugat II dalam kapasitas Komisaris
PT. Genta Prana yaitu H.M. Sukandi, hal demikian menunjukkan hal yang
Inkonsistensi.
Obyek gugatan adalah berupa Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian
perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat seluas 657/8315 Ha dan Sertifikat
Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate seluas
448,6975 Ha, namun dalam gugatan tidak dapat dijelaskan obyek tanah
yang didaku oleh para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi,

Hal. 43 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
sehingga menjadikan gugatan tidak jelas dan kabur (obscure libels),
bertentangan dengan hukum (lichzinning) dan oleh karena itu tidak bernilai
hukum karena tidak dapat ditunjukkan dimanakah letak tepat tanah
dimaksud, batas-batas surat-surat alas hak yang mendukung penguasaan
dimaksud dan legalitas instansi yang menerbitkannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, pertimbangan Judex Factie yang
mengambil alih pertimbangan majelis hakim pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT tanggal 26 April 2007 dalam
eksepsi harus dibatalkan ;
2. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur
keadilan dan cenderung hanya mempertimbangkan kepentingan satu pihak
saja yaitu kepentingan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi
saja tanpa mempertimbangkan kepentingan Tergugat II Intervensi/
Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi, yaitu pertimbangan hukum pada
halaman 13 alinea 2 yaitu :
“Menimbang bahwa penguasaan tanah tersebut oleh para Penggugat/para
Pembanding didasarkan pada pelepasan hak dari para penggarap (bukti PP-
22, PP-23, PP-30, berikut lampirannya Jo. Bukti PP-16, PP-17, PP-19, PP-
20, PP-21, dan keterangan saksi 3 (tiga) orang dari para Penggugat/para
Pembanding yaitu Suro bin Yusuf, Syahrul Bahrun, SH. dan Didin
Saefudin)”;
“Menimbang, bahwa tanah yang dikuasai oleh Tergugat II
Intervensi/Terbanding adalah seluas + 455,05 Ha (bukti PP-4)”;
Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi
keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie sebagaimana tersebut di
atas, karena dengan pertimbangan hukum tersebut membuktikan Judex
Factie tidak memeriksa dan mempertimbangkan dengan teliti dan sistematis
atas semua bukti-bukti yang diajukan dalam perkara a quo, melainkan hanya
menilai bukti dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon kasasi saja.
Bahwa berdasarkan Bukti Tambahan T II Int. - 1 (Tambahan) yaitu Putusan
Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007
yang menjatuhkan hukuman pidana kepada Sdr. H.M. Sukandi bin H.M.
Sukarna (Penggugat I dalam perkara a quo) dengan pidana penjara selama
1 (satu) tahun 4 (empat) bulan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindakan pidana yaitu menyuruh untuk melakukan
tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap

Hal. 44 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
barang", demikian juga beberapa orang suruhannya (Emmar bin Caub, Inas
bin H. Ishak, Ujib bin Oha dan Marthen Roy Nere - dalam perkara
209/Pid.B/2007/PN.Cbn) juga diputus bersalah telah melanggar Pasal 170
ayat (1) dan (2) ke -1 KUHPidana yaitu "secara terang terangan dan tenaga
bersama melakukan kekerasan terhadap barang" dan dipidana penjara
selama 9 (sembilan) bulan.
Kekerasan dimaksud adalah pencabutan tanaman coklat di atas lahan
perkebunan PT. Buana Estate yang berada di atas tanah obyek Sertifikat
Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang dan perusakan papan nama atas
nama PT. Buana Estate, hal ini membuktikan bahwa adalah tidak benar
kalau H.M. Sukandi in casu Penggugat I/Pembanding adalah sebagai pihak
yang menguasai fisik bidang tanah, justru terbukti sebaliknya tanah
dimaksud adalah dalam penguasaan fisik dari PT. Buana Esate in casu
Tergugat II Intervensi yang melaporkan tindakan tersebut kepada pihak yang
berwajib (Polisi) vide Bukti T II Int - 25.
Bahwa disamping hal tersebut, khususnya berkaitan dengan kesaksian yang
disampaikan oleh Sdr. Syahrul Bahrun, SH. di muka sidang Pengadilan
tanggal 13 Maret 2007 sangat bertentangan dengan kenyataan, bahwa Sdr.
Syahrul Bahrun, SH. memberikan kesaksian bahwa yang bersangkutan
mengetahui atau mendapat informasi dari Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor bahwa tanah tersebut telah terbit Sertifikat Hak Guna
Usaha atas nama PT. Buana Estate, bagaimana mungkin kalau pelepasan
hak dilakukan oleh para Penggarap ????, dengan demikian pertimbangan
Judex Factie terbukti keliru, tidak cermat dan tidak mengandung unsur
keadilan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum
Judex Factie tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur
keadilan sehingga haruslah dibatalkan ;
3. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III
menolak dan keberatan atas pertimbangan Hukum Judex Factie halaman 13
aliea 3 yang menyatakan :
“Menimbang, bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk ijin
lokasi telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding sesuai bukti PP-5a, PP-5b,
dan bukti PP-6 berikut lampirannya”.
Oleh karena pertimbangan hukum Judex Factie tersebut keliru dan tidak
cermat yang mengakibatkan putusannya menjadi tidak benar, yaitu bahwa
terkait permohonan ijin lokasi dari para Penggugat/Pembanding apabila

Hal. 45 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
dicermati dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan
Tanah No.460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) oleh karena :
Dalam Risalah dimaksud dijelaskan hal-hal antara lain :
- PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari
sebagian Serlipikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang
diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang
merupakan tanah milik Adat.
- Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti
penguasaan.
- PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No.
01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas
permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Buana Estate.
- Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada
prinsipnya menyatakan :
- Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 540.1221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas
tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
- Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara
mendalam.
Dengan demikian bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan
Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) merupakan suatu keadaan
dari fisik bidang tanah yang dimohonkan ijin lokasinya, dan terbukti pula
dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah tersebut telah
disebutkan bahwa atas tanah yang dimohon ijin lokasi tersebut sedang
diajukan permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha dan untuk peralihan
peruntukkan maupun hak tanah perkebunan harus mendapat ijin tersendiri
dari Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum
Judex Factie tidak ternyata telah mempertimbangkan dengan cermat
substansi yang dimuat dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006), sehingga
melahirkan pertimbangan hukum yang keliru dan tidak mengandung unsur
keadilan sehingga haruslah dibatalkan ;

Hal. 46 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
4. Bahwa Tergugat II Intervensi/'Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III
menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie pada halaman 13
alinea 4 yang menyatakan sebagai berikut :
“Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding telah memberikan ganti
rugi kepada masyarakat/penggarap yang berada di atas tanah yang kini
dikuasai oleh para Penggugat/Pembanding, sedangkan Tergugat II
Intervensi/Terbanding tidak melaksanakan surat pernyataannya tanggal 3
Agustus 2004 yang pada pokoknya menyatakan bahwa PT. Buana Estate
akan menyelesaikan masalah pengarapan masyarakat yang ada di atas
tanah Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang terletak di Desa Sukahati,
Tangkil dan Hambalang, dalam rangka perpanjangan jangka waktu Hak
Guna Usaha No. 1/Hambalang, sertifikat tangal21 Maret 1977 (bukti T 1-4 jo.
Bukti PP-18)”.
Bahwa apa yang diuraikan dalam pertimbangan hukum tersebut di atas
sangat bertentangan dengan keadaan sebenarnya di lapangan, oleh karena
berdasarkan Bukti No. T II Int. - 1 (Tambahan) yaitu Putusan Pengadilan
Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 halaman
"31" diketahui bahwa :
Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri Bogor dalam perkara No.
207/Pid.B/2007/PN.Cbn. H.M. Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/
Termohon Kasasi dalam perkara a quo) telah mengetahui kalau tanah
tersebut adalah Hak Guna Usaha milik PT. Buana Estate sejak tahun 1998
yang Terdakwa tahu setelah Terdakwa meminta penjelasan ke Kantor
Badan Pertanahan Nasional yang mana Hak Guna Usaha tesebut berakhir
tahun 2002, dimana awal tahun 2007 Terdakwa tahu kalau tanah tersebut
ada Sertifikat Hak Guna Usaha-nya.
Dengan demikian pemberian ganti rugi yang dilakukan oleh Sdr. H.M.
Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/Termohon Kasasi) sesungguhnya
dilakukan secara melawan hukum kepada orang-orang yang tidak berhak,
karena yang bersangkutan sendiri telah mengetahui bahwa tanah dimaksud
adalah milik PT. Buana Estate (Tergugat II Intervensi/Terbanding II
Intervensi/Pemohon Kasasi III) dan bahkan mengakui sendiri bahwa tanah
dimaksud adalah milik dari PT. Buana Estate, sedangkan terkait kesediaan
PT. Buana Estate untuk menyelesaikan penggarapan atas bidang tanah
telah dilakukan terhadap yang nyata-nyata menggarap tanah tersebut vide
bukti T II Int - 7 dalam hal ini seijin PT. Buana Estate dimana saat ini
dilapangan secara betahap telah dan sedang dilakukan dengan pola

Hal. 47 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
kemitraan dengan masyarakat sekitar dengan menanam tanaman
tumpangsari dengan syarat memelihara tanaman pokok berupa pohon
coklat.
Berdasarkan hal tersebut, pertimbangan Judex factie tersebut di atas terbukti
tidak cermat yang mengakibatkan putusan tersebut menjadi cacat hukum,
sehingga haruslah dibatalkan ;
5. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III
menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie halaman 14
alinea 1 yang menyatakan :
“Menimbang, bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29 dihubungkan
dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para Penggugat/
Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk
memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997”.
Pertimbangan hukum Judex factie tersebut tidak benar sama sekali, bahwa
berdasarkan bukti T II Int-l (Tambahan) berupa Putusan Pengadilan Negeri
Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 yang menjatuhkan
hukuman pidana kepada Sdr. H.M. Sukandi bin H.M. Sukarna (Penggugat I
dalam perkara a quo) sebagaimana telah diuraikan pada halaman 4 di atas,
telah terbukti secara materiil bahwa yang bersangkutan tidak menguasai fisik
bidang tanah bahkan yang bersangkutan telah dihukum penjara atas
dakwaan telah melanggar Pasal 55 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 170 ayat (1)
dan (2) KUHPidana, yaitu telah menghasut orang lain untuk melakukan
pengrusakan terhadap tanaman dan papan nama milik PT. Buana Estate
(Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III), namun
bukti T II Int 1 (Tambahan) dimaksud tidak dipertimbangkan oleh Judex
Factie, sehingga mengakibatkan pertimbangan hukum dimaksud tidak
lengkap, tidak adil dan tidak cermat oleh karena itu haruslah dibatalkan ;
6. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III
menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie pada halaman 14
alinea 3 yaitu :
“Menimbang, bahwa pada tanggal 25 April 2005 Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor telah mengirim surat kepada Sekretaris Daerah Kabupaten
Bogor mengenai Permohonan Ijin Lokasi PT. Genta Prana untuk
membangun perumahan (vide bukti PP-5a) dan disertai Risalah
Pertimbangan teknis penataan tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bogor tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b)”.

Hal. 48 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Bahwa berdasarkan Keppres No. 34 Tahun 2003 jo. Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003, diatur bahwa kewenangan
mengenai pemberian Ijin Lokasi berada pada Pemerintah Daerah, bukan
merupakan kewenangan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sedangkan
dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No.
460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006 vide bukti PP-5b telah diuraikan
bahwa :
- PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari
sebagian Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang
diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang
merupakan tanah milik Adat ;
- Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti
penguasaan.
- PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No.
01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas
permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Buana Estate.
- Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada
prinsipnya menyatakan :
- Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 540.1221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa
untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas
tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
- Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara
mendalam.
Dari hal trsebut diatas, telah ternyata bahwa atas permohonan yang diajukan
oleh PT. Genta Prana masih diperlukan pengkajian-pengkajian lebih lanjut,
dan bahkan masih diperlukan ijin dari Kepala Badan Pertanahan Nasional
terkait dengan permohonan ijin lokasi atas bidang tanah yang sudah ada
hakya in casu Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate. Dan hingga
kini peralihan Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate tersebut tidak
ada, sehingga terbukti bahwa persyaratan permohonan ijin lokasi yang
diajukan oleh PT. Genta Prana in casu Penggugat/Pembanding/Termohon
Kasasi tidak memenuhi syarat formal.
Dengan demikian pertimbangan hukum Judex Factie tidak cermat dan
haruslah dibatalkan ;

Hal. 49 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
7. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III
menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie yang tidak
cermatdan tidak benar, yaitu pada halaman 15 alinea 2 yaitu :
Bahwa Tergugat I/Terbanding dalam dictum pertama dalam Keputusan No.
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 (Bukti PP-1) telah mengeluarkan dari
Hak Guna Usaha No. 1 sebagian tanah perkebunan tersebut untuk orang
lain yaitu untuk :
- PT. Keramikkatama Intirona Persada seluas 70.010 m2 ;
- SMP Yaskita seluas 3.020 m2 ;
- Rencana Relokasi (R1, R2, dan R3) seluas 29.995 m2 ;
- Pemancar TPI seluas 37.030 m2 ;
- SD Inpres seluas 3.000 m2 ;
- Diklat Olahraga Pelajar Nasional seluas 327.810 m2 ;
Bahwa oleh seyogyanya tenah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/
Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi
kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan lebih dahulu sebelum
menerbitkan obyek sengketa No.9 dan No.149 tersebut ;
Bahwa Surat keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak
Guna Usaha Atas Tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
antara lain didasarkan pada Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah “B” Provinsi
Jawa Barat tanggal 24 Desember 2004, yang antara lain menyebutkan
bahwa :
- Dengan tidak mengurangi hak keperdataan pemegang hak (PT. Buana
Estate) pada prinsipnyatidak keberatan atas tanah yang direncanakan
untuk pembangunan Diklat Olahraga Pelajar Nasional dengan mengacu
Keppres No.55 Tahun 1993 (sebagaimana telah dicabut dengan PP
No.36 Tahun 2005 Jo. 65 Tahun 2006) ;
- Terhadap bidang tanah yang dipergunakan untuk industrigenteng
keramik (PT. Keramikkatama Intirona Persada), SMP Yaskita, Pemancar
TPI dan Pemukiman menetap (relokasi) agar dikeluarkan dari pemberian
Hak Guna Usaha karena tanahnya sudah tidak sesuai dengan keadaan,
sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan diproses haknya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
- Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi
ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa
ijin tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimaksudkan untuk

Hal. 50 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
menghindari terjadinya preseden yang tidak diharapkan dan seluruh
Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka
pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang
saling menguntungkan;
Dengan demikian terbukti bahwa penerbitan Keputusan a quo telah
mempertimbangkan pendapat dan saran dari Panitia Pemeriksaan Tanah “B”
Propinsi Jawa Barat yang keanggotaannya terdiri dari berbagai
instansi/dinas terkait yaitu Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa
Barat, Biro Setda Propinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat,
Pemda Bogor dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, dan tidak ternyata
para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasitelah menguasai fisik
bidang tanah tersebut berdasar hukum karena pembayaran ganti rugi
kepada pihak yang tidak berhak, sehingga pertimbangan hukum Judex
Factie tersebut diatas tidak cermat dan harus dibatalkan ;
8. Bahwa terhadap amar putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta No.112/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang
dalam amarnya antara lain menyatakan :
- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses
lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana
(para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2
(dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
- Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta
rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding
lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini
mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para
Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan
baik ;
Demikian halnya dengan amar berkaitan dengan uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 5.000.000,- oleh karena pelaksanaan putusan pada dasarnya
adalah bersifat administratif, sehingga pengenaan sanksi terhadap
pelaksanaan putusan adalah berupa sanksi administratif, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 116 ayat (5) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 jo.
Undang-Undang No.9 Tahun 2004 yaitu :

Hal. 51 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
(5). Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat oleh
Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentan sebagaimana dimaksud ayat (3).
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, karena antara pertimbangan
hukum dan amar putusan tidak terdapat korelasi hukum, dalam
pertimbangan hukum disebutkan PT. Genta Prana (Penggugat/
Pembanding/Termohon Kasasi) mengajukan permohonan Hak Guna
Bangunan, namun dalam amar diperintahkan untuk memproses permohonan
Hak Guna Usaha, padahal dari sisi persyaratan dan prosedur permohonan
atas Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha memerlukan persyaratan
yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa Judex Factie tidak cermat dan
tidak proporsional dalam menilai bukti-bukti yang diajukan, disamping itu
oleh karena antara pertimbangan hukum dan amar tidak terdapat hubungan
kausal yaitu antara posita dan petitumnya, maka putusan a quo harus
dibatalkan ;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat :
mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi I ke 1, 2, 3, 4 dan 5 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut
mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu
kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada
tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan
dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang
berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau
melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 5 tahun 2004 ;
mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi II ke 1, 2, 4, 5 dan 6 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan
hukum ;

Hal. 52 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi II ke 3 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan
hukum ;
mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi III ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex
Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan
hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian
yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan
dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan
hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan
atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 tahun
2004 ;
Menimbang, bahwa namun demikian Mahkamah Agung memandang
perlu untuk memperbaiki sekedar mengenai amar tentang pembayaran uang
paksa (dwangsom) Mahkamah Agung berpendapat bahwa amar tersebut harus
dihilangkan karena belum diterbitkan Peraturan Pelaksanaan dari tata cara
pembayaran uang paksa seperti halnya Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
1991 mengenai tata cara ganti rugi di Peradilan Tata Usaha Negara,
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata
bahwa putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dalam perkara ini
tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I : KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL RI., Pemohon Kasasi II : KEPALA KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR dan Pemohon Kasasi III : PT. BUANA
ESTATE tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar putusan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.112/B/2007/ PT.TUN.JKT. tanggal 29
Agustus 2007 yang membatalkan amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta No. 120/G/2006/PTUN-JKT. tanggal 26 April 2006 sehingga amarnya
seperti yang akan disebutkan dibawah ini ;

Hal. 53 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi I, II dan III ditolak dengan perbaikan amar, maka Pemohon Kasasi I, II
dan III dihukum membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL RI., Pemohon Kasasi II : KEPALA KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR dan Pemohon Kasasi III : PT. BUANA
ESTATE tersebut ;
Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Jakarta No.112/B/2007/ PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang
membatalkan amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No.
120/G/2006/PTUN-JKT. tanggal 26 April 2006, sehingga amarnya sebagai
berikut :
- Mengabulkan permohonan banding dari para Penggugat/para Pembanding
tersebut ;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No.
120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006 yang dimohonkan banding ;
MENGADILI SENDIRI :
Dalam Eksepsi :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ;
Dalam Pokok Perkara :
- Mengabulkan gugatan para Penggugat/para Pembanding untuk sebagian ;
- Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat I/Terbanding Nomor :
9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan
Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat, atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan seluas
6.578.315 M2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima
belas meter persegi) ;
- Memerintahkan kepada Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk
mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam amar
putusan diatas, dan menerbitkan keputusan baru tentang Perpanjangan Hak
Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate/Tergugat II Intervensi/Terbanding

Hal. 54 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022
dengan mengeluarkan tanah yang dikuasasi oleh para Penggugat/para
Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima
ratus meter persegi) ;
- Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk
memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Bangunan atas nama PT.
Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas
2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi)
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
- Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng untuk
membayar biaya perkara ini dikedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat
banding ditetapkan sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) ;
- Menolak gugatan yang selebihnya ;
Menghukum Pemohon Kasasi I, II dan III/Tergugat I, II dan Tergugat II
Intervensi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Rabu, tanggal 20 Februari 2008 oleh Prof.Dr. Paulus E,
Lotulung, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Marina Sidabutar, SH.,MH. dan H.
Imam Soebechi, SH.,MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota,
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh A.K. Setiyono,
SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;

Hakim – Hakim Anggota : Ketua Majelis :

ttd./- Marina Sidabutar, SH.,MH.- ttd./- Prof.Dr. Paulus E, Lotulung, SH.-


ttd./- H. Imam Soebechi, SH.,MH.-

Biaya – biaya : Panitera-Pengganti :

1. Materai …………….. ………Rp. 6.000,- ttd./- A.K. Setiyono, SH.-


2. Redaksi ……………. ………Rp. 1.000,-
3. Adm. Kasasi ………………. Rp.493.000,- Untuk Salinan
Jumlah Rp.500.000,- MAHKAMAH AGUNG RI.
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,

( ASHADI, SH. )
NIP. : 220000754

Hal. 55 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007


PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022

Anda mungkin juga menyukai