DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara : I. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI., ber- kedudukan di Jalan Sisingamangaraja No.2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. Indra Iriansyah, SH., 2, Mardiati Permana Lestari, SH., 3. Saikun, SH., 4. Ketut Mangku, SH. dan 5. Wahyu Arthamadji SW., SH., kelimanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Kepala Subdirektorat Perkara Wilayah III,Kepala Seksi Perkara Perdata Wilayah III Subdirektorat Perkara Wilayah III, Kepala Seksi Perkara Tata Usaha Negara Wilayah III Subdirektorat Perkara Wilayah III dan Staf Direktorat Perkara Pertanahan, Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan pada Badan Pertanahan Nasional RI., berdasarkan surat kuasa khusus Nomor : Sp.95/XI/2006 tanggal 13 Nopember 2006 ; II. KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR, berkedudukan di Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Bogor, dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. Dermawan Sebayang, SH., 2. Eddy Sofyan, SH., 3. Medy Lelelangan, S.Ptnh., 4. Enang Sutriyadi, SH., 5. Budi Kristiyana, S.Sit., 6. Chandra Diansyah, ST., 7. Syamsul Rizal, SH. dan 8. Agung Gunawan, kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara, Kepala Sub Seksi Perkara Pertanahan, Kepala Sub Seksi Perkara Konflik dan Sengketa Pertanahan, Kepala Sub Seksi Pendaftaran Tanah, Kepala Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT, Staf Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan dan Staf Sub Seksi Perkara Pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, berdasarkan surat kuasa khusus Nomor : 300-1924 tanggal 2 Oktober 2007 ;
Hal. 1 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 III. PT. BUANA ESTATE, berkedudukan di Gedung Teja Buana Lantai 3, Jalan Menteng Raya No.29, Jakarta, dalam hal ini diwakili oleh Rita R.K. Probosutedjo, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Direktur Utama PT. Buana Estate, beralamat di Jalan Diponegoro No.20, Menteng, Jakarta Pusat, memberikan kuasa kepada : 1. Drs. H. Anim Sanjoyo Romansyah, 2. I Wayan Danada dan 3. Suhardi, ketiganya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Staf Ahli Bidang Pertanahan PT. Buana Estate, berdasarkan surat kuasa khusus Nomor : 014/SK/BE-ds/X/2007 tanggal 8 Oktober 2007 ; Pemohon Kasasi I, II dan III dahulu Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi/Terbanding ; melawan: 1. PT. GENTA PRANA, diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Direktur PT. Genta Prana, beralamat di Jalan Cipinang Baru Raya No.21-23, Jakarta Timur ; 2. H.M. SUKANDI, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Komisaris PT. Genta Prana, beralamat di Kampung Pasanggrahan RT.003 RW.05, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. J. Edwin Manurung, SH.,MH.,MM, 2. Masdir Kartadja, SH. 3. Desmanto Simatupang, SH. dan 4. Regen Paolo Silalahi, SH., kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum J. Edwin Manurung, SH.,MH.,MM. & Rekan, berkantor di Jalan Cipinang Baru Raya No.21-23, Jakarta Timur, berdasarkan surat kuasa khusus No.151/JEM-R/SK.69/X/2007 tanggal 26 Oktober 2007 ; Para Termohon Kasasi dahulu para Penggugat/ Pembanding ; Mahkamah Agung tersebut ; Membaca surat-surat yang bersangkutan ; Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang
Hal. 2 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Pemohon Kasasi I, II dan III sebagai Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi di muka persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada pokoknya atas dalil-dalil : Bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara ini adalah : 1. Surat Keputusan Nomor : 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, yang diterbitkan oleh Tergugat I tanggal 1 Juni 2006, selanjutnya disebut (“SK- BPN. No.9”) ; 2. Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor :149/Hambalang, atas nama PT. Buana Estateyang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 Juni 2006 atas tanah seluas 4.486.975 m2 (empat juta empat ratus delapan puluh enam ribu sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi). Selanjutnya disebut (“HGU No.149”) ; Dengan permohonan agar kedua surat keputusan obyek sengketa tersebut diatas dinyatakan batal atau tidak sah ; Bahwa kedua obyek sengketa tersebut pada butir 1 diatas diketahui oleh Para Penggugat pada : 1. SK-BPN. No.9 diketahui oleh Penggugat pada tanggal 20 Juli 2006 pada saat Para Penggugat datang ke Kantor Tergugat I untuk menanyakan kelanjutan permohonan Para Penggugat untuk mendapatkan surat keputusan hak atas tanah-tanah yang telah dimohon oleh Para Penggugat ; 2. HGU No. 149 baru diketahui oleh Para Penggugat pada tanggal 26 September 2006 pada saat dilakukan pemeriksaan persiapan dalam perkara ini ; Berdasarkan uraian diatas, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 55 undang- Undang No. 5 tahun 1986 gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat ini masih dalam batas waktu (90 hari) sebagaimana ditentukan oleh hukum dan karenannya patut diterima ; Bahwa kedua obyek sengketa tersebut diatas merupakan suatu produk Tata Usaha Negara sebagaimana ditentukan Pasal 1 angka 3 undang-Undang No. 5 tahun 1986 yaitu merupakan putusan tertulis oleh Pejabat Tata Usaha Negara sesuai kewenangan padanya berdasarkan Undang-Undang yang bersifat konkrit, individual, final dan mengikat serta menimbulkan akibat langsung bagi Para Penggugat ; Bahwa adapun kepentingan Para Penggugat yang dirugikan akibat terbitnya kedua obyek sengketa tersebut adalah :
Hal. 3 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 1. Bahwa Para Penggugat adalah pemilik/pemegang hak atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat ; 2. Bahwa tanah milik Para Penggugat seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) tersebut telah termasuk didalam bagian bidang tanah yang disebutkan didalam obyek sengketa yaitu SK- BPN. No.9 yang diterbitkan oleh Tergugat I yang seluruhnya seluas 6.578.315 m2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima belas meter persegi) yang diberikan kepada PT. Buana Estate ; 3. Bahwa terbitnya SK-BPN. No.9 menjadi dasar diterbitkannya obyek sengketa berupa HGU No. 149 oleh Tergugat II seluas 4.486.975 m2 (empat juta empat ratus delapan puluh enam ribu sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi) atas nama PT. Buana Estate yang secara spesifik didalamnya terdapat bidang tanah milik Para Penggugat seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) tersebut ; 4. Bahwa oleh karena kedua obyek sengketa tersebut diatas adalah mengenai pemberian hak atas tanah kepada pihak lain, yang mana tanah yang dimaksud didalam kedua obyek sengketa tersebut didalamnya meliputi tanah milik Para Penggugat, maka kepentingan Para Penggugat dalam perkara ini adalah nyata dan dibenarkan, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 9 tahun 2004 ada kepentingan Para Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo ; Bahwa Para Penggugat adalah pihak yang paling berhak atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi), karena : 1. Para Penggugat adalah selaku penggarap yang menguasai phisik tanah sebagaimana dimaksud didalam obyek sengketa. Sebelum penguasaan garapan dikuasai oleh Para Penggugat, Para Penggugat mendapatkan penguasaan hak garapan tersebut dari masyarakat penggarap yang telah menguasai dan menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960 (jauh sebelum diterbitkannya Sertipikat HGU No. 1/Hambalang) ; 2. Bahwa berdasarkan surat No. 593.4/135-Pem-Um tanggal 13 Juli 2004. dan surat No. : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005 yang diterbitkan oleh Tergugat II selaku Pejabat/Instansi Pertanahan di Daerah pada wilayah daerah yang bersangkutan (Bogor), Penggugat I adalah pemegang ijin lokasi atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus
Hal. 4 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 meter persegi) sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 tahun 1999 guna diterbitkan Sertifikat Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat I ; 3. Selain itu Penggugat telah terlebih dahulu mengajukan permohonan penerbitan sertipikat hak atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu Surat Permohonan Penggugat I No. 232/GP/XII/2005 tanggal 08 Desember 2005 kepada Tergugat II dan disusul dengan Surat Permohonan lanjutan No. 201/GP/Vl/2006 tanggal 20 Juli 2006, akan tetapi Tergugat II tidak merespon permohonan Penggugat I, bahkan telah sewenang-wenang menerbitkan sertipikat hak atas nama pihak lain PT. Buana Estate, tanpa mempertimbangkan kepentingan Para Penggugat ; Bahwa kedua obyek sengketa dalam perkara ini yaitu berupa SK-BPN No.9 dan HGU No. 149 tersebut adalah suatu keputusan yang cacat yuridis baik secara formal maupun secara material dengan alasan dan fakta hukum sebagai berikut : 1. Para Tergugat secara hukum melanggar prosedur, karena : Penggugat Telah Lebih Dahulu Mengajukan Permohonan Penerbitan bukti Hak atas tanah yang dikuasai baik fisik maupun yuridis, dengan alasan sebagai berikut : a. Bahwa Tergugat dalam menerbitkan SK-BPN No.9 dan Tergugat II dalam menerbitkan HGU No. 149 telah merugikan Para Penggugat karena sebelum terbitnya SK-BPN No.9 dan HGU No. 149 atas nama PT. Buana Estate, terbukti bahwa Para Penggugat telah terlebih dahulu mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat I melalui surat Penggugat I yang ditujukan kepada Tergugat, masing-masing Nomor : 232/GP/XIl/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 , tanggal 20 Juli 2006 dengan melampirkan secara lengkap dokumen yang diperlukan guna memenuhi persyaratan permohonan tersebut ; b. Bahwa Surat Permohonan Penggugat I No. 232/GP/XIl/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006 tersebut di atas telah sesuai dengan Tata Ruang yang dikeluarkan PEMDA Bogor No : 653/156 TRS DTRLH/2006 tanggal 07 April 2006 dan RisaIah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. : 460/88/II/2006 tanggal 24 April 2006 telah melalui syarat dan prosedur sesuai Undang-Undang
Hal. 5 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Pokok Agraria No.5 tahun 1960 Jo. PP No. 24 tahun 1997 sehingga tidak ada alasan lagi bagi Para Penggugat untuk tidak memproses permohonan Sertipikat Hak Guna Bangunan atas nama PT. Genta Prana (Pengugat I). c. Bahwa atas permohonan tersebut, Tergugat I melalui Tergugat II telah memberikan jawaban melalui surat No : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005 yang pada pokoknya menerangkan bahwa sebagian tanah yang diminta oleh Penggugat I untuk diterbitkan Sertipikat Hak Guna Bangunan sebagian atau seluas 211,75 ha. adalah merupakan TANAH NEGARA EKS. Hak Guna Usaha Nomor : 1/Desa Hambalang atas nama PT. Buana Estate (yang sudah habis masa berlakunya yaitu tahun 2002) sedangkan sebagian lainnya merupakan Tanah Milik Adat ; d. Bahwa berdasarkan surat No : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005 yang diterbitkan oleh Tergugat II selaku Pejabat/lnstansi Pertanahan di Daerah pada wilayah daerah yang bersangkutan (Bogor) terungkap pula bahwa Penggugat telah lebih dahulu mendapatkan ijin Iokasi atas tanah yang di mohon dari Bupati Bogor, sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.2 tahun 1999. e. Bahwa keberadaan status Tanah Nagara Eks. Hak Guna Usaha No.1/Hambalang kemudian dipertegas lagi berdasarkan Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah Nomor : 460/88/II/2006 tanggal 24 April 2006 yang merupakan lampiran dari Surat Tergugat II tertanggal 25 April 2006 kepada Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Perihal Permohonan Izin Lokasi PT. Genta Prana untuk Pembangunan Perumahan terungkap suatu fakta bahwa pertanggal surat tersebut terbukti "Bahwa sampai dengan saat ini atas permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha Nomor: 1 Hambalang atas nama PT. Buana Estate BELUM ADA KEPUTUSAN dan Kepala Badan Pertanahan Nasional,“Artinya ; bahwa pada saat SK-BPN No. 9 yaitu pada tanggal 01 Juni 2006, terbukti berdasarkan surat No. : 550-5082 tanggal 19 Desember 2005 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor selaku Pejabat/Instansi Pertanahan di Daerah pada Wilayah daerah yang bersangkutan (Bogor) justru Penggugat I yang telah lebih dahulu mendapatkan ijin lokasi atas tanah yang dimohonkan dari Bupati Bogor, sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.2 Tahun 1999 ;
Hal. 6 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 2. Para Tergugat Telah Melanggar Hukum Secara materil, karena : Rekomendasi Luas areal Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang atas nama PT. Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha ; a. Bahwa selain penegasan kepastian hukum sebagaimana dimaksud didalam surat No. 550-5082 tanggal 19 Desember2005 yang diterbitkan oleh Tergugat II diatas terbukti pula bahwa Bupati Bogor selaku Pejabat/Instansi Otonomi Pemerintah di Daerah yang bersangkutan (Bogor) telah pula secara tegas menentukan didalam Suratnya Nomor : 593.4/135-Pem.Um tertanggal 13 Juli 2004 Perihal : Rekomendasi Pemberian Perpanjangan Masa Berlaku Hak Guna Usaha PT. Buana Estate yang ditujukan kepada Tergugat I, yang isinya bahwa ijin perpanjangan Eks. Hak Guna Usaha PT. Buana Estate kepada PT. Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha (bukan seluas 657,8315 Ha (6.578.315 M2) sebagaimana dicantumkan didalam SK-BPN No.9) sedangkan sisanya seluas 250 Ha dikeluarkan dari perpanjangan Hak Guna Usaha diperuntukan lagi kepentingan Kabupaten Bogor, Pemerintah Desa Hambalang, Sukahati dan Tangkil serta masyarakat guna mendapatkan Hak Prioritas (dalam hal ini adalah Penggugat selaku pemegang garapan dan Pemohon Sertifikat hak atas tanah). Dengan diterbitkannya SK-BPN no.9 yang memberikan ijin lokasi atas tanah kepada PT. Buana Estate seluas 657,8315 Ha (6.578.315 M2) padahal sesuai Surat Bupati Bogor No. 593.4/135-Pem.Um tertanggal 13 Juli 2004 Perihal : Rekomendasi Pemberian Perpanjangan Masa Berlaku Hak Guna Usaha PT. Buana Estate yang ditujukan kepada Tergugat I, yang isinya bahwa ijin perpanjangan Eks. Hak Guna Usaha PT. Buana Estate kepada PT. Buana Estate hanya seluas 455,05 Ha, maka terbukti SK-BPN No.9 telah cacat dan melebihi kewenangan yang diberikan. Karena terbitnya SK-BPN No.9 yang didasari terbitnya HGU No.149 yang didalamnya terdapat tanah hak Para Penggugat, maka HGU No.149 menjadi cacat yuridis pula. 3. Para Tergugat dalam menerbitkan SK-BPN No.9 dan HGU No.149 telah bertindak secara sewenang-wenang dan mengabaikan fakta serta sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan Para Penggugat; a. Bahwa ternyata melalui SK-BPN No.9 Penggugat I baru mengetahui tanah yang diajukan permohonan oleh Penggugat I tersebut masuk kedalam bagian dari tanah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama
Hal. 7 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 PT. Buana Estate seluas 705,0550 ha yang terletak di Desa Hambalang, Kacamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, padahal tanah yang dimohonkan Sertifikat Hak Guna Bangunan oleh Penggugat tersebut adalah tanah yang telah dikuasai oleh H.M. Sukandi (Penggugat II) dan digarap oleh masyarakat/penggarap sejak tahun 1960 jauh sebelum diterbitkannya Sertifikat Hak Guna Usaha No.1 tahun 1977 yang telah berakhir jangka waktunya pada tahun 2002. b. Bahwa berdasarkan uraian diatas terbukti bahwa Tergugat I dalam menerbitkan SK-BPN No.9 dan Tergugat II dalam menerbitkan HGU No.149 tersebut telah sewenang-wenang dan mengesampingkan kebijakan Pejabat Pemerintah Otonom di daerah baik Bupati maupun Instansi Para Tergugat sendiri. 4. Para Tergugat telah melanggar azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik, khususnya azas kecermatan dan ketelitian, sehingga tanah yang dimaksud didalam SK-BPN No.9 dan HGU No.149 tumpang tindih (over lap) dengan tanah yang milik Para Penggugat. a. Bahwa bukti lain yang membuktikan keberadaan SK-BPN No.9 yang menguraikan mengenai pemberian Hak Guna Usaha terhadap PT. Buana Estate seluas 657,8315 Ha (6.578.315 M2) dan kemudian dijadikan dasar terbitnya HGU No.149 adalah keliru dan salah. Kekeliruan dan kesalahan tersebut sesungguhnya telah diketahui oleh Tergugat II sebagaimana dapat dilihat didalam surat Tergugat II Nomor : 5401-181 DI tanggal 24 Januari 2006 yang menyatakan bahwa tanah-tanah milik Para Penggugat tumpang tindih (over lap) dengan tanah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama PT. Buana Estate seluas 705,0550 ha di Desa Hambalang (dahulu tanah Negara ex. Perkebunan Cenglow Ciderati, Kacamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, telah dikuasai oleh Penggugat II dan digarap oleh Masyarakat). b. Bahwa selain itu surat dari Bupati No. 593.4/135-Pem.Um tanggal 13 Juli 2004 kepada Tergugat I telah dengan jelas dan tegas menerangkan bahwa setelah mengadakan penelitian data administratif maupun fakta lapangan dan setelah ditindaklanjuti pembahasan hasil penelitian lapangan tanggal 22 April 2003 telah disimpulkan bahwa dari tanah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang tersebut yang dikuasai oleh PT. Buana Estate hanya seluas + 455,05 ha dan sisanya seluas + 250 ha dikuasai/ digarap oleh masyarakat (tanah yang digarap masyarakat tersebut sudah termasuk + 211,75 ha yang dimohom Hak Guna Bangunan oleh PT.
Hal. 8 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Genta Prana), harus dikeluarkan dari perpanjangan Hak Guna dan peruntukkan bagi kepentingan Pemerintah Kabupaten Bogor, pemerintah Desa Hambalang, Sukatani dan Tangkil serta masyarakat guna mendapatkan Hak Prioritas. 5. Para Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Obyek Sengketa telah bertindak melanggar hukum, karena PT. Buana Estate selaku penerima hak berdasarkan SK-BPN No.9 telah melanggar hukum dengan cara memanipulasi fakta atas kewajiban kepada masyarakat/penggarap yang menguasai tanah. a. Bahwa berdasarkan Penetapan Ketiga huruf a SK-BPN No.9 ditentukan suatu kewajiban kepada penerima hak yaitu PT. Buana Estate yaitu berupa kewajibannya kepada masyarakat/penggarap yang menguasai tanah. Selengkapnya ketentuan ketiga huruf a SK-BPN No.9 yaitu “Penerima perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha bertanggung jawab untuk menyelesaikan penguasaan/penggarapan masyarakat menurut ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan sesuai dengan Surat Pernyataan PT. Buana Estate tanggal 3 Agustus 2004 ; b. Bahwa masyarakat para Penggarap atas tanah yang telah mengalihkan hak garapnya kepada Penggugat II, maupun Penggugat II sendiri TIDAK PERNAH mendapat penggantian hak dari PT. Buana Estate. Artinya bahwa PT. Buana Estate tidak melaksanakan kewajibannya kepada masyarakat para penggarap. Karena PT. Buana Estate tidak dilaksanakannya kewajiban kepada masyarakat/penggarap, maka SK-- BPN No. 9 yang memberikan penetapan hak atas tanah kepada PT. Buana Estate adalah batal demi hukum. c. Bahwa sebelum SK-BPN No. 9 terbit, seharusnya pemohon hak atas tanah membereskan semua kewajibannya kepada masyarakat, bukannya justru Tergugat I malah membiarkan kesalahan tersebut terjadi dengan mencantumkan didalam Surat Keputusan nya dengan mewajibkan kepada pemohon menyelesaikan kewajibannya kepada masyarakat. Apabila Tergugat I menjalankan fungsi administrasi pemerintahan dengan baik seharusnya Tergugat I tidak menerbitkan Surat Keputusan sebelum semua kewajiban pemohon (PT. Buana Estate) membuktikan telah menyelesaikan kewajibannya kepada masyarakat. 6. Para Tergugat Dalam Menerbitkan SK Tata Usaha Negara yang Menjadi Obyek Sengketa Juga Telah Melanggar Azas-azas Umum Pemerintahan
Hal. 9 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Yang Baik, Yaitu Telah Menerbitkan Surat Keputusan Dengan Melanggar Larangan Menyalah Gunakan Wewenang Dimanapun. Pertimbangan Penggunaan Tanah Tidak Sesuai Dengan Permohonan (Menyalahi Peruntukan ). a. Bahwa Tergugat I dalam menerbitkan SK-BPN No. 9 tersebut tanpa didasari pertimbangan yang sah. Berdasarkan konsideran SK-BPN No. 9 yang menguraikan mengenai pemberian Hak Guna Usaha terhadap PT. Buana Estate seluas 657,8315 ha (6.578.315 M2) dikeluarkan atas dasar permohonan PT. Buana Estate No. : 01/BE/Ill/2000/LG tertanggal 22 Maret 2000 seluas 705,0550 ha, mengenai hal itu kemudian dipertegas kembali oleh Tergugat I melalui surat tertanggal 24 Januari 2006 No. 540-181-DI perihal permohonan Perpanjangan Hak Guna Usaha PT. Buana Estate atas tanah seluas 705,0550 ha terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat dimana pada butir 3 surat tersebut secara tegas disebutkan bahwa sesuai proposal PT. Buana Estate bulan November 2000 tanah yang dimohon guna ditanami tanaman jati super, namun didalam diktum KETIGA huruf c SK-BPN No.9 diberikan guna ditanami tanaman kakao, cengkeh, dan kelapa (tidak sesuai/telah melampaui Proposal PT. Buana Estate). b. Bahwa berdasarkan uraian butir 7.14. diatas terbukti SK-BPN No.9 telah melampaui permohonan yang seharusnya diberikan (berdasarkan proposal PT. Buana Estate lahan yang dimohon oleh PT. Buana Estate diperuntukan untuk lahan tanaman jati super, namun di dalam surat Keputusan Tergugat SK-BPN No. 9 diberikan untuk ditanami tanaman kakao, cengkeh, dan kelapa). c. Bahwa seharusnya Tergugat I memeriksa dengan seksama kebenaran dilapangan mengenai penggunaan/peruntukan lahan apakah benar akan ditanami dengan tanaman yang sesuai dengan isi SK-BPN No. 9 tersebut. Dengan tidak dilakukan pemeriksaan secara seksama, maka terbukti Tergugat I tidak menjalankan fungsi administrasi dengan baik dan sewenang-wenang serta mengabaikan ketentuan-ketentuan dan rekomendasi Pejabat/lnstansi yang ada. Bahwa perbedaan dan perubahan peruntukkan berdasarkan proposal PT. Buana Estate (untuk tanaman Jati Super) sedangkan didalam SK-BPN No.9 (untuk tanaman Kakao, Cengkeh, dan Kelapa) merupakan suatu penyimpangan atas surat Tergugat I sendiri tertanggal 24 Januari 2006 No. 540.1-181.D1.
Hal. 10 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Bahwa berdasarkan surat Tergugat I tertanggal 24 Januari 2006 No. 540- 181.D1 kepada Kepala Kanwil Badan Pertahanan Nasional Propinsi Jawa Barat perihal, Permohonan Perpanjangan Hak Guna Usaha PT. Buana Estate atas tanah seluas 705.0550 Ha terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada butir 3 surat tersebut sangat jelas disebutkan, sebagai berikut : "Berdasarkan Project Proposal PT. Buana Estate bulan November 2000 dinyatakan bahwa diatas tanah yang dimohon terdapat areal seluas 150 Ha yang direncanakan untuk ditanami Jati Super, sedangkan tanaman tersebut bukan merupakan tanaman perkebunan”. Bahwa berdasarkan isi suratnya tersebut Tergugat I telah mengetahui dengan jelas bahwa PT. Buana Estate mengajukan proposal perpanjangan Hak Guna Usaha Nomor : 1/Hambalang guna ditanami sebagian untuk tanaman Jati Super (bukan jenis tanaman Perkebunan), namun pada kenyataannya berdasarkan isi keputusan Tergugat SK-BPN No.9, Tergugat I memberikan ijin untuk tanaman Kakao, Cengkeh, dan Kelapa (membuat keputusan tanpa didasari permohonan). Bahwa berdasarkan Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah Nomor : 460/88/II/2006. tanggal 24 April 2006 yang merupakan lampiran dari Surat Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor tertanggal 25 April 2006 kepada Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Perihal : Permohonan Izin Lokasi PT. Genta Prana untuk Pembangunan Perumahan, pada huruf b butir 8 Risalah tersebut sangat jelas disebutkan : "Sesuai dengan Undang-Undang No. 28/1956 .10. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional.” d. Bahwa berdasarkan uraian fakta-fakta diatas, terbukti sangat sah dan meyakinkan bahwa Tergugat I dalam menerbitkan SK-BPN No. 9 telah melakukan penyalahgunaan wewenang, karena itu SK-BPN No.9 tersebut patut dibatalkan. Maka kiranya cukup menjadi dasar keyakinan Majelis Hakim untuk sependapat dengan dalil para Penggugat dan selanjutnya menyatakan kedua obyek sengketa tersebut batal dan tidak sah sebatas dan seluas kepentingan Para Penggugat yaitu seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu
Hal. 11 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 lima ratus meter persegi), serta memerintahkan Para Tergugat mencabut atau membatalkan kedua SK yang menjadi obyek sengketa. Bahwa karena penerbitan kedua obyek sengketa tersebut telah cacat, maka cukup beralasan Para Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memerlntahkan kepada : 1. Tergugat I untuk menerbitkan surat keputusan baru yang isinya memberikan Hak Guna Bangunan kepada Penggugat I atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu Surat Permohonan Penggugat I No. 232/GP/XIl./2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006 yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Javva Barat. 2. Tergugat II untuk menerbitkan sertipikat Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat I atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu Surat Pennohonan Penggugat I No. 232/GP/XlI/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juli 2006 yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. DALAM PENUNDAAN Bahwa adanya kepentingan Para Penggugat yang sangat mendesak untuk dilindungi apabila kedua obyek sengketa tersebut tidak ditunda pelaksanaannya dan lagi dalam perkara ini tidak terdapat kepentingan umum dalam rangka pembangunan nasional sehingga cukup beralasan hukum Para Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengeluarkan Penetapan Penundaan Pelaksanaan lebih lanjut atas kedua obyek sengketa yaitu berupa SK-BPN No.9 dan HGU No. 149 selama dalam proses pemeriksaan perkara ini sampai ada putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti. Bahwa untuk menjamin pelaksanan putusan dalam perkara ini apabila telah mempunyai kekuatan hukum pasti terhadap kedua obyek sengketa yaitu berupa SK-BPN No.9 dan HGU No. 149, karena ada kecenderungan selama ini Pejabat Tata Usaha Negara mengabaikan pelaksanaan putusan pengadilan maka sesuai dengan ketentuan Pasal 116 Undang-Undang No. 9 tahun 2004 tentang Perubahan Undang- Undang No. 5 tahun 1986 beralasan hukum Para Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta menghukum Para Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)
Hal. 12 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta Rupiah) setiap hari apabila Para Tergugat lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai Para Tergugat melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas para Penggugat mohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan sebagai berikut : DALAM PENUNDAAN : - Memerintahkan kepada Tergugat I untuk menunda Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate dan Sertifikat Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate dan kepada Tergugat II untuk menunda pelaksanaan Sertipikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang sampai adanya putusan dalam perkara ini berkekuatan hukum pasti serta memerintahkan Para Tergugat untuk tidak menerbitkan surat keputusan apapun atas tanah sengketa sebagaimana dimaksud dalam SK-BPN Nomor : 9 dan HGU No. 149 tersebut sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum pasti dalam perkara ini ; DALAM POKOK PERKARA : 1. Mengabulkan gugatan para Penggugat seluruhnya ; 2. Menyatakan batal atau tidak sah obyek sengketa berupa : a. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; b. Sertifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate yang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 juni 2006, sebatas dan seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; 3. Memerintahkan kepada : a. Tergugat I untuk mencabut Surat Keputusan Badan Pertanahan Nasional No.9/HGU/BPN/2006 tanggal 01 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate,
Hal. 13 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 sebatas dan seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; b. Tergugat II untuk mencabut, membatalkan/mencoret dari buku tanah terhadap Sertipikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate atas tanah di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, sebatas dan seluas tanah milik Penggugat I seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; 4. Memerintahkan kepada : a. Tergugat I untuk memproses permohonan Penggugat I dan menerbitkan Surat Keputusan Baru yang isinya mengabulkan permohonan penerbitan Hak Guna Bangunan yang dimohon oleh Penggugat I sebagaimana dimaksud didalam surat permohonan Penggugat I masing-masing No. 232/GP/XII/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan No. 201/GP/VI/2006 tanggal 20 Juni 2006 atas tanah seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi), terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat ; b. Tergugat II untuk memproses permohonan penerbitan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang dimohon oleh Penggugat I atas tanah seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sebagaimana dimohon oleh Penggugat I melalui suratnya yaitu surat Surat Permohonan Penggugat I Nomor : 232/GP/XII/2005 tanggal 08 Desember 2005 dan Nomor : 201/GP/VI/2006 tanggaI 20 Juni 2006 yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat ; 5. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap hari keterlambatan apabila Para Tergugat lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai Para Tergugat melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ; 6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar segala biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini. Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi telah mengajukan eksepsi atas dalil-dalil sebagai berikut : Eksepsi Tergugat I : 1. Para Penggugat tidak berkwalitas.
Hal. 14 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Bahwa Penggugat I yang mengaku dalam kapasitas selaku Direktur dari PT. Genta Prana dan Penggugat II dalam kapasitas sebagai Komisaris PT. Genta Prana, dalam posita gugatan tidak dijelaskan siapa pihak yang paling berkepentingan atas tanah seluas 2.117.500 M2, apakah Penggugat I ataupun Penggugat II, sehingga dengan demikian terbukti bahwa gugatan diajukan oleh pihak yang tidak jelas kepentingannya, oleh karena Para Penggugat sama sekali tidak menjelaskan kepentingan-kepentingan yang bersangkutan atas tanah yang termasuk dalam obyek gugatan ; 2. Gugatan Kabur (Obscuur libels). Bahwa dalam surat gugatan halaman 3 angka 4.1 sampai dengan 4.3 dan angka 5.1 dan 5.2 Para Penggugat mendalilkan sebagai pihak yang paling berhak atas tanah seluas 2.117.500 M2, yang disebutkan telah termasuk dalam bagian bidang tanah yang disebutkan dalam obyek sengketa berupa Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas Tanah terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate (Vide Bukti T.I-1) dengan mendalilkan telah membebaskan dari masyarakat Penggarap yang telah menguasai lokasi tanah sejak sekitar tahun 1960 dengan menyebutkan Penggugat I (PT. Genta Prana) telah mempunyai Ijin Lokasi atas tanah seluas 2.117.500 M2, namun tidak disebutkan dimana letak tanah, batas- batas serta nomor dan tanggal Ijin Lokasi serta instansi penerbitnya, menunjukkan bahwa penguasaan Para Penggugat atas tanah a quo adalah tanpa dasar dan bertentangan dengan hukum (Lichzinning), dengan demikian gugatan a quo kabur dan tidak jelas serta bertentangan dengan hukum, sedangkan dalil pada halaman 4 angka 5.3 haruslah dikesampingkan, karena dengan telah mengajukan permohonan suatu hak bukan berarti yang bersangkutan telah terbukti sebagai pihak yang paling berhak atas bidang tanah sengketa, karena itu harus dikesampingkan atau dinyatakan tidak bernilai, sehingga gugatan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima ; 3. Bahwa Gugatan Penggugat Kurang pihak. Bahwa Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan a quo didasarkan pada usulan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat (Vide Bukti T.I-2), sehingga agar pemeriksaan dapat berjalan fair sesuai asas hukum acara Pengadilan Tata Usaha Negara yang ada, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat
Hal. 15 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 harus ditarik sebagai pihak dalam perkara ini. Berdasarkan hal tersebut terbukti gugatan Para Penggugat adalah kurang pihak, maka gugatan demikian agar ditolak/tidak dapat diterima ; Eksepsi Tergugat II : Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan yang telah diajukan oleh Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 14 Agustus 2006, yang didaftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam Register Perkara No. 120/G/2006/PTUN-JKT, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas dan tertulis ; Bahwa oleh karena letak obyek gugatan yang terletak di Wilayah Jawa Barat (Kabupaten Bogor) maka oleh karena itu kewenangan mengadili perkara a quo ada pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dan bukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Atas dasar hal tersebut Tergugat II memohon kepada Majelis Hakim Tata Usaha Negara Jakarta yang Terhormat untuk menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berhak dan tidak berwenang (Onbevoegheid) untuk mengadili perkara ini ; Bahwa perkara yang diajukan oleh para Penggugat adalah sengketa kepemilikan atas tanah yang menurut para Penggugat tanah a quo adalah milik para Penggugat yang disertifikatkan oleh Tergugat II menjadi atas nama PT. Buana Estate, maka dengan demikian kewenangan mengadili perkara a quo ada pada Pengadilan Negeri dan bukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berhak dan tidak berwenang (Onbevoegheid) untuk mengadili perkara ini. Dan keberatan para Penggugat yang merasa tanah miliknya terganggu/terambil maka seharusnya para Penggugat melakukan upaya hukum dengan melakukan bantahan kepada Pengadilan Negeri Cibinong tidak melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, karena permasalahan kepemilikan yang didalilkan oleh para Penggugat adalah tentang kepemilikan atas bidang-bidang tanah yang diakui sebagai miliknya. Maka kewenangan mengadili atas sengketa ini ada pada Peradilan Umum/Perdata ; Bahwa gugatan para Penggugat kurang pihak, berdasarkan fakta dan prosedur penerbitan Surat Keputusan Pemberian Hak kepada perseorangan atau Badan Hukum jelas dan tegas adanya keterlibatari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat (dalam perkara a quo), sehingga jelas Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat seharusnya juga ditarik sebagai pihak oleh para Penggugat, sebab tidak mungkin rekomendasi penerbitan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional semata-mata hanya dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor ;
Hal. 16 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Bahwa obyek gugatan sertifikat a quo dalam perkara yang diajukan oleh para Penggugat tidak jelas dan kabur (obscuur libel) terlihat pada seluruh rangkaian gugatan para Penggugat dari hal. 1 sampai halaman terakhir tidak terdapat batas-batas bidang tanah yang menjadi obyek gugatannya, para Penggugat hanya menyebutkan luas tanah yang menjadi obyek gugatan, sedangkan batas Utara, Timur, Selatan, dan Barat tidak tercantum dalam gugatan para Penggugat ; Eksepsi Tergugat II Intervensi 1. Gugatan tidak berdasar hukum : Bahwa alam surat Gugatan tanggal 14 Agustus 2006 disebutkan bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara a quo adalah : - Surat Keputusan Kepala BPN No. 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, yang diterbitkan oleh Tergugat I tanggal 1 Juni 2006 (Bukti T.II. INTV-1) ; - Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor : 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate yang diterbitkan oleh Tergugat II pada tanggal 15 Juni 2006 atas tanah seluas 4.486.975 M2 (empat juta empat ratus delapan puluh enam sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi) (Bukti T .II.INTV - 2) ; Dengan dalil gugatan yang menyebutkan bahwa para Penggugat selaku pemilik/pemegang hak atas tanah seluas 2.117.500 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang termasuk dalam bagian tanah obyek Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate. Bahwa penerbitan Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional adalah merupakan perpanjangan jangka waktu dari Hak Guna Usaha No. 1/HambaIang seluas 705.055 Ha. atas nama PT. Buana Estate, yang diterbitkan atas dasar Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 25 Januari 1977 No. SK. 1/HGU/DA/77 dan berakhir jangka waktunya tanggal 31 Desember 2002, secara hukum bidang tanah tersebut adalah masih tercatat atas nama PT. Buana Estate yang belum pernah dialihkan kepada pihak lain, sehingga patut dipertanyakan kapan dan dengan cara bagaimana para Penggugat memperoleh
Hal. 17 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 tanah/memiliki tanah tersebut, oleh karena itu gugatan tidak berdasar hukum dan gugatan demikian patut dikesampingkan ; 2. Gugatan obscuure libels : Bahwa Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor : 149/Hambalang luas 448.6975 Ha. atas nama PT. Buana Estate yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor atas dasar Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006, didalilkan termasuk tanah yang dimiliki/dikuasai oIeh para Penggugat seluas 211,75 Ha, namun letaknya dimana, batas-batasnya dengan siapa, bidang tanahnya apa satu hamparan/sporadic tidak dijelaskan, sehingga dengan demikian obyek tanah yang didalilkan termasuk dalam Sertifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang yang menjadi obyek gugatan tidak jelas, dengan demikian alasan gugatan menjadi kabur dan menjadi tidak bernilai secara hukum ; 3. Kewenangan mengadili/kompetensi absolute : Bahwa dalam dalil gugatan disebutkan bahwa para Penggugat adalah pihak yang paling berhak atas tanah setuas 211,75 Ha. karena telah memilik/menguasai tanah tersebut dari penguasaan penggarap yang telah menguasai dan menggarap lokasi tanah tersebut sejak sekitar tahun 1960, demikian juga dalam petitum gugatan para Penggugat minta agar : - Kepala Badan Pertanahan Nasional memproses permohonan Penggugat I dan menerbitkan Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat I. - Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor agar menerbitkan Sertipikat Hak Guna Bangunan atas tanah seluas 211,75 Ha. atas nama Penggugat I; Disini para Penggugat menguraikan adanya hubungan hukum antara yang bersangkutan dengan tanah (pemilikan/penguasaan) yang menjadi obyek dari obyek gugatan in casu Sertifikat Hak Guna Usaha Nomor : 149/Hambalang, dengan demikian kewenangan mengadili gugatan a quo yang terkait dengan pemilikan/penguasaan adalah Pengadilan Negeri Bogor ; 4. Kapasitas Penggugat : Bahwa dalam gugatan disebutkan bahwa yang mengajukan gugatan adalah PT. Genta Prana yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait. Selaku Penggugat I dan H.M. Sukandi yang bertindak untuk dirinya sendiri selaku Penggugat II dan seterusnya disebut para Penggugat, namun dalam Replik hal ini diingkari sendiri oleh yang bersangkutan dengan menyatakan bahwa para Penggugat adalah Badan Hukum Perdata yaitu PT. Genta Prana,
Hal. 18 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Penggugat I yang kapasitasnya selaku Direktur PT. Genta Prana diwakili oleh Drs. DoIok F. Sirait dan Penggugat II adalah yang kapasitasnya selaku Komisaris PT. Genta Prana adalah H.M. Sukandi yang telah memenuhi ketentuan syarat formal untuk bertindak selaku para Penggugat ; Bahwa para Penggugat jelas sekali tidak memahami kapasitas masing-masing Penggugat I dan Penggugat II, kapan bertindak mewakili institusi dan kapan bertindak mewakili diri sendiri, dan bagaimana akibat hukumnya, sehingga menjadi tidak jelas bahwa andai kata benar dalil atas tanah seluas 211,75 Ha. dimaksud, maka siapa yang paling berhak, Penggugat I selaku Badan Hukum atau Penggugat II selaku personal ?? oleh karena ketidakjelasan kapasitas dari masing-masing para Penggugat, maka gugatan a quo selayaknya untuk dinyatakan untuk tidak diterima (Niet onvankelij ke verklaard) ; Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006 yang amarnya sebagai berikut : Dalam Eksepsi : - Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ; Dalam Pokok Perkara : - Menolak gugatan para Penggugat ; - Menghukum para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp.3.077.000,- (tiga juta tujuh puluh tujuh ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan para Penggugat putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut telah dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dengan putusan No. 112/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang amarnya sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan banding dari para Penggugat/para Pembanding tersebut ; - Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006 yang dimohonkan banding ; MENGADILI SENDIRI : Dalam Eksepsi : - Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ; Dalam Pokok Perkara : - Mengabulkan gugatan para Penggugat/para Pembanding untuk seluruhnya ;
Hal. 19 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 - Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat I/Terbanding Nomor : 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan seluas 6.578.315 M2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima belas meter persegi) ; - Memerintahkan kepada Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam amar putusan diatas, dan menerbitkan keputusan baru tentang Perpanjangan Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate/Tergugat II Intervensi/Terbanding dengan mengeluarkan tanah yang dikuasasi oleh para Penggugat/para Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; - Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Bangunan atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; - Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding lalai dalam memenuhi putusan perkara ini, terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ; - Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara ini dikedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada kedua belah pihak pada tanggal 26 September 2007, 27 September 2007 dan tanggal 28 September 2007 kemudian terhadapnya oleh Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi/Terbanding dengan perantaraan kuasanya masing- masing, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 13 Nopember 2006, 2 Oktober 2007 dan 8 Oktober 2007 diajukan permohonan-permohonan kasasi secara lisan masing-masing pada tanggal 9 Oktober 2007 sebagaimana ternyata dari akte-akte permohonan kasasi No. 120/G/2006/PTUN.JKT. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, permohonan tersebut diikuti oleh memori-memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang
Hal. 20 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut masing- masing pada tanggal 22 Oktober 2007, 9 Oktober 2007 dan 11 Oktober 2007 ; Bahwa setelah itu oleh para Penggugat/Pembanding yang masing- masing pada tanggal 25 Oktober 2007 dan 11 Oktober 2007 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi/Terbanding diajukan jawaban-jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta masing-masing pada tanggal 31 Oktober 2007 ; Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ; Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I, II dan III/Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi dalam memori-memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah : Alasan Pemohon Kasasi I : Dalam Eksepsi : 1. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta yang mengambilalih pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara No.120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006. Kwalitas para Penggugat/Para Pembanding/Para Termohon Kasasi dalam perkara a quo tidak jelas, hal ini sebagaimana dalam surat gugatan tanggal 14 Agustus 2006 yang diajuka oleh Denny Kailimang, dkk. selaku kuasa dari principal Drs. Dolok F. Sirait (Direktur PT. Genta Prana) dan H.M. Sukandi (Komisaris PT. Genta Prana), pada halaman 1 menyebutkan bahwa gugatan diajukan oleh PT. Genta Prana yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait selaku Penggugat I dan H.M. Sukandi yang dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri, selaku Penggugat II, namun dalam Repliknya para Penggugat menyebutkan bahwa subyek Penggugat I adalah Badan Hukum Perdata yaitu PT. Genta Prana, yang diwakili Drs. Dolok F. Sirait selaku Direktur dan Penggugat II dalam kapasitas K0misaris PT. Genta Prana yaitu H.M. Sukandi, hal demikian menunjukkan hal yang inkonsisten, dalam gugatan HM. Sukandi disebutkan bertindak mewakili diri namun dalam replik disebutkan mewakili PT. Genta Prana, hal demikian menjadikan kwalitas dari HM. Sukandi dalam gugatan a quo menjadi tidak jelas, dan seharusnya menjadikan gugatan gugur.
Hal. 21 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Demikian juga berkaitan dengan obyek gugatan adalah berupa Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang pemberian perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terIetak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat seluas 657,8315 Ha dan Sertipikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate seluas 448,6975 Ha, namun dalam gugatan para Penggugat/Pembanding/Para Termohon Kasasi dengan dalil teIah melakukan pelepasan hak atas tanah a quo - quad non - tidak dapat menjelaskan letak tepat obyek tanah dimaksud, sehingga menjadikan gugatan tidak jelas dan kabur (obscuure libels), karena tidak jelas dimana letak tepat tanah dimaksud, batas-batas serta surat-surat (alas hak) yang mendukung penguasaan tanah sesuai dengan dalil gugatan. Dengan demikian pertimbangan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No. 112/B/2007/PT.TUN.JKT tanggal 29 Agustus 2007 yang mengambilalih pertimbangan majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT tanggal 26 April 2007 dalam eksepsi harus dibatalkan ; 2. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur keadilan dan cenderung hanya mempertimbangkan kepentingan satu pihak saja yaitu kepentingan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi saja tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Dalam pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 13 alinea 2 yaitu dinyatakan : Menimbang bahwa penguasaan tanah tersebut oleh para Penggugat/ Pembanding didasarkan pada pelepasan hak dari para penggarap (bukti PP- 22, PP-23, PP-30, berikut lampirannya jo. Bukti PP-16. PP-17. PP-19. PP- 20, PP-21, dan keterangan saksi 3 (tiga) orang dari para Penggugat/ Pembanding yaitu Suro bin Yusuf, Syahrul Bahrun. SH. dan Didin Saefudin); Menimbang, bahwa tanah yang dikuasai oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding adalah seluas + 455,05 Ha (Bukti PP-4) ; Bahwa pertimbangan Judex Factie tidak lengkap, tidak cemat dan dilakukan secara tidak sistematis sehingga pertimbangan hukumnya menjadi salah, Judex Factie tidak melakukan penilaian terhadap semua bukti-bukti yang diajukan yang diajukan oleh Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I, yaitu T I-7 berupa Satifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate dan bukti-bukti yang diajukan oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III yaitu : bukti T II Int-4
Hal. 22 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 jo. T II Int - 1 berupa Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang dan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tentang pepanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah yang terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat atas nama PT. Buana Estate, dari bukti-bukti tersebut terbukti bahwa sejak tahun 1977 atas tanah yang didaku oleh para Penggugat/Pambanding/para Termohon Kasasi statusnya adalah tanah milik PT. Buana Estaste (i.c Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III), sehingga hak garap yang dilakukan oleh pihak para Pengugat/Pembanding/para Termohon Kasasi - quad non - adalah merupakan tindakan melawan hukum, karena dilakukan terhadap orang yang telah menguasai suatu bidang tanah tanpa ijin pihak yang berhak atas tanah dimaksud (i.c. PT. Buana Estate) sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-undang No. 51 Prp. Tahun 1960) tentang larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie sebagaimana tersebut di atas karena dengan pertimbangan hukum tersebut membuktikan Judex Factie tidak memeriksa dan mempertimbangkan dengan teliti dan sistematis atas semua bukti-bukti yang diajukan dalam perkara a quo, melainkan hanya menilai bukti dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi saja. Karena itu pertimbangan Judex Factie tersebut harusnya dibatalkan. Bahwa bukti yang diajukan oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding II lntervensi/Pemohon Kasasi yaitu Bukti Tambahan T II Int. - 1 (Tambahan) berupa Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007, dimana Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna (Penggugat I dalam perkara a quo) telah dijatuhi pidana penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan pidana yaitu menyuruh untuk melakukan tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap barang (milik PT. Buana Estate), demikian juga beberapa orang suruhan dari Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna yang bernama Sdr. Emmar bin Caub, Inas bin H. Ishak, Ujib bin Oha dan Marthen Roy Nere (diputus dalam perkara 209/Pid.B/2007/PN.Cbn) juga dijatuhi pidana penjara selama 9 (sembiIan) bulan karena telah secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 170 ayat (1) dan (2) ke -1 KUHP yaitu "secara terang terangan dan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap barang". Berdasarkan bukti T II - Int. 1 (Tambahan) dimaksud telah terbukti bahwa Sdr. HM Sukandi
Hal. 23 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 (Penggugat I/Pembanding I/Termohon Kasasi yang mendalilkan telah menguasai fisik bidang tanah adalah tidak benar sama sekali, selanjutnya terkait dengan kesaksian yang disampaikan oleh Sdr. Syahrul Bahrun, SH. di rnuka sidang Pengadilan tanggal 13 Maret 2007 telah memberikan kesaksian di bawah sumpah bahwa yang bersangkutan mengetahui atau mendapat informasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor bahwa tanah tersebut telah terbit Sertifikat Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate, sehingga jika yang bersangkutan selanjutnya menyatakan menyaksikan pernbayaran ganti rugi garapan terhadap para Penggarap yang dilakukan oleh para Penggugat/Pembanding/para Terrnohon Kasasi, adalah merupakan kesaksian yang kontradiktif, seharusnya kalaupun terjadi pelepasan hak garap maka hal tersebut dilakukan oleh PT. Buana Estate (Pemilik) setelah mendapat ijin dari pihak berwenang, oleh karena pelepasan dan atau peralihan Hak Guna Usaha harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Kepala Badan Pertanahan Nasional, namun fakta dimaksud belum dipertimbangkan sehingga rnengakibatkan pertimbangan Judex Factie tidak lengkap dan keliru, tidak cermat dan tidak mengandung unsur keadilan ; Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum Judex Factie tidak lengkap, tidak cermat dan tidak rnengandung unsur keadilan sehingga haruslah dibatalkan. 3. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan atas pertimbangan Hukum Judex Factie halaman 13 alinea 3 yang menyatakan : Menimbang, bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk ijin lokasi telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding sesuai bukti PP-5a, PP-5b, dan bukti PP-6 berikut lampirannya. Pertimbangan hukum Judex Factie tersebut keliru dan tidak cermat yang mengakibatkan putusannya menjadi tidak benar, dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) dikemukakan bahwa : Dalam Risalah dimaksud dijelaskan hal-hal antara lain : - PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari sebagian Sertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang merupakan tanah milik Adat.
Hal. 24 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 - Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti penguasaan. - PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No. 01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Genta Prana. - Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada prinsipnya menyatakan : - Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. - Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara mendalam ; Berdasarkan bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) dijelaskan atas tanah yang dimohon ijin lokasi oleh PT. Genta Prana tersebut sedang diajukan permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha oleh PT. Buana Estate selaku pemegang Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang, di sisi lain untuk peralihan peruntukkan atau penggunaan serta peralihan hak atas tanahnya harus mendapat ijin tersendiri dari pihak yang berwenang, dalam hal ini Kepala Badan Pertanahan Nasional, karena itu atas permohonan dimaksud masih memerlukan kajian-kajian yang mendalam mengenai persyaratan- persyaratan administrasi, apakah atas fisik bidang tanahnya telah terjadi peralihan dari pemegang haknya sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan dari aspek persyaratan teknis lainnya. Di samping hal tersebut dalam Risalah dimaksud juga telah disampaikan mengenai adanya keberatan dari PT. Buana Estate selaku pemegang Hak Guna Usaha terhadap permohonan yang diajukan oleh PT. Genta Prana, hal ini membuktikan bahwa belum adanya suatu peralihan hak atas tanah. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum Judex Factie tidak ternyata telah mempertimbangkan dengan cermat substansi yang dimuat dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006), sehingga melahirkan pertimbangan hukum yang keliru dan tidak mengandung unsur keadilan sehingga haruslah dibatalkan ;
Hal. 25 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 4. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 13 alinea 4 yang menyatakan sebagai berikut : Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding telah memberikan ganti rugi kepada masyarakat/penggarap yang berada di atas tanah yang kini dikuasai oleh para Penggugat/Pembanding, sedangkan Tergugat II Intervensi/Terbanding tidak melaksanakan surat pernyataannya tanggal 3 Agustus 2004 yang pada pokoknya menyatakan bahwa PT. Buana Estate akan menyelesaikan masalah penggarapan masyarakat yang ada di atas tanah Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang terletak di Desa Sukahati, Tangkil, dan Hambalang, dalam rangka perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha No.1/Hambalang, Sertifikat tanggal 21 Maret 1977 (Bukti T I-4 jo. Bukti PP-18). Berdasarkan Bukti T I - 1 dan Bukti T I - 2, terbukti bahwa perpanjangan Hak Guna Usaha kepada PT. Buana Estate dilakukan atas bidang tanah obyek Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang penerbitannya tahun 1977, sehingga ganti rugi yang dilakukan oleh para Penggugat/ Pembanding/para Termohon Kasasi telah dilakukan terhadap orang-orang yang tidak berhak dan sekaligus merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Pasal 6 Undang-Undang No. 51 Prp. Tahun 1960 tentang larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya, mengatur antara lain hal-hal : - Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam Pasal-Pasal 3, 4 dan 5, maka dapat dipidana dengan hukuman kurungan selama-Iamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000 (lima ribu rupiah) : a. ………………………………………………………………………………; b. barangsiapa menggangu yang berhak atau kuasanya yang sah didalam menggunakan haknya atas suatu bidang tanah ; c. barangsiapa menyuruh, mengajak, membujuk atau menganjurkan dengan lisan atau tulisan untuk melakukan pebuatan yang dimaksud dalam Pasal 2 atau huruf b dari ayat ( 1 ) Pasal ini ; d. barangsiapa memberikan bantuan dengan cara apapun juga untuk melakukan perbuatan tersebut pada Pasal 2 atau huruf b dari ayat (1) ini ;
Hal. 26 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, telah terbukti bahwa ganti rugi yang dilakukan atas tanah obyek Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate orang pihak lain tanpa ijin dari PT. Buana Estate adalah merupakan perbuatan pelanggaran hukum yang dapat dipidana, disamping hal tersebut berdasarkan Bukti T II Int. – 1 (Tambahan) yaitu Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 pada halaman "31" diketahui bahwa : Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri Bogor dalam perkara No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn HM. Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/Termohon Kasasi dalam perkara aquo) telah mengetahui kalau tanah tersebut adalah Hak Guna Usaha milik PT. Buana Estate sejak tahun 1998 yang Terdakwa tahu setelah Terdakwa meminta penjelasan ke Kantor Badan Pertanahan Nasional yang mana Hak Guna Usaha tersebut berakhir tahun 2002, dimana awal tahun 2007 Terdakwa tahu kalau tanah tersebut ada Sertifikat Hak Guna Usaha -nya. Sdr. HM. Sukandi telah mengakui sendiri dan merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa tanah dimaksud adalah milik dari PT. Buana Estate, dan saat ini di lapangan PT. Buana Estate (Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III) dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar sedang melaksanakan pola kemitraan yaitu kepada masyarakat diberikan kesempatan untuk menanam tanaman tumpangsari dengan tetap memelihara tanaman pokok berupa coklat sebagai realisasi surat pernyataan tanggal 3 Agustus 2004. Berdasarkan hal tersebut, pertimbangan Judex Factie tersebut di atas terbukti tidak cermat yang mengakibatkan putusan tersebut menjadi cacat hukum, karena atas adanya fakta hukum sebagaimana diuraikan di atas, namun tidak dipertimbangkan sama sekali oleh Judex Factie (niet voldoende getimoveerd), sehingga pertimbangan hukum tersebut harus dibatalkan sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No. 672 K/Sip/1972 tanggal 18 Oktober 1972 ; 5. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie halaman 14 alinea 1 dan 2 yang menyatakan: - Menimbang, bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29 dihubungkan dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para Penggugat/Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997;
Hal. 27 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 - Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding pada tanggal 14 Desember 2005 telah mengajukan permohonan kepada Tergugat I/Terbanding atas tanah seluas ± 250 Ha di Desa Hambalang Bogor untuk dapat dialokasikan kepada para Penggugat/Pembanding (bukti PP- 9). Berdasarkan Bukti T II Int-1 (Tambahan) berupa Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN. Cbn tanggal 12 Juni 2007 telah terbukti bahwa dengan dihukum penjaranya Sdr. HM. Sukandi bin HM. Sukarna (Penggugat I/Pembanding/Termohon Kasasi) atas dakwaan telah melanggar Pasal 55 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 170 ayat (1) dan (2) KUHP, yaitu telah menghasut orang lain untuk melakukan pengrusakan terhadap tanaman dan papan nama milik PT. Buana Estate, maka secara materiil terbukti bahwa yang bersangkutan tidak menguasai fisik bidang tanah. Bahwa permohonan yang diajukan oleh PT. Genta Prana untuk memohon sesuatu hak atas tanah sebagaimana Suratnya tanggal 14 Desember 2005 tentu saja harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain apakah fisik bidang tanah dikuasai, apakah sudah dilampirkan ijin lokasi dari pihak berwenang dan lain-lain, dengan diajukankannya suatu permohonan tidak secara otomatis berarti harus dikabulkan melainkan harus dipertimbangkan apakah semua persyaratan permohonan sudah dipenuhi atau belum. Dengan tidak dipertimbangkan oleh Judex Factie Bukti T II Int-1 (Tambahan), maka mengakibatkan pertimbangan hukum Judex Factie dimaksud tidak lengkap, tidak adil dan tidak cermat oleh karena itu haruslah dibatalkan, karena tidak ada penilaian terhadap bukti yang diajukan (penyangkalan/tegenbewijs) dari para pihak, sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No. 638 K/Sip/1969 tanggal 22 Juli 1970 ; Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 14 alinea 3 yaitu : Menimbang, bahwa pada tanggal 25 April 2005 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor telah mengirim Surat kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor mengenai Permohonan Ijin Lokasi PT. Genta Prana untuk membangun perumahan (vide bukti PP-5a) dan disertai Risalah Pertimbangan teknis Penatagunaan tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b). Dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 21 April 2006 (vide bukti PP-5b) telah diuraikan bahwa :
Hal. 28 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 - PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari sebagian sertipikat Hak Guna Usaha No.1/Hambalang yang sedang diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang merupakan tanah milik Adat. - Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti penguasaan. - PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No. 01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Genta Prana. - Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada prinsipnya menyatakan : - Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. - Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara mendalam. Selanjutnya atas permohonan dari PT. Genta Prana dimaksud disampaikan kepada Bupati Bogor, karena kewenangan pemberian Ijin Lokasi berdasarkan Keppres No. 34 Tahun 2003, telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah, disertai pertimbangan-pertimbangan dari aspek penatagunaan tanah (vide Bukti PP-5b), dan telah terbukti pula berdasarkan pertimbangan dimaksud bahwa atas permohonan ijin lokasi dari PT. Genta Prana belum memenuhi persyaratan formal, sehingga dengan demikian pertimbangan hukum Judex Factie tidak cermat dan harusnya dibatalkan. Bahwa Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie yang tidak cermat dan tidak benar, yaitu berkaitan dengan luas tanah yang dimohonkan perpanjangan Hak Guna Usaha, yaitu pada halaman 14 alinea 4 yaitu : Bahwa perpanjangan Hak Guna Usaha No.9/GHU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 yang diberikan oleh Tergugat I/Terbanding kepada Tergugat II Intervensi/Terbanding adalah tanah seluas 6.578.315 m2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima belas meter persegi), berbeda luasnya dengan tanah yang diterbitkan dalam Hak Guna Usaha Nomor 1/Desa Hambalang tertanggal 21 Maret 1977 yang luasnya adalah 705.0550
Hal. 29 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 m2 ( tujuh juta lima ratus ribu lima ratus lima puluh meter persegi), yang seharusnya luas dan batas-batas tanahnya harus sama dengan Hak Guna Nomor 1 dan dalam Hak Guna Nomor 9 tersebut, kerena menyangkut perpanjangan Hak Guna Usaha yang sama obyeknya ; Demikian juga terhadap pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 15 alinea 2 yang menyatakan : Bahwa Tergugat I/Terbanding dalam diktum pertama dalam Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 (bukti PP-I) telah mengeluarkan dari Hak Guna Usaha No. 1 sebagian tanah perkebunan tersebut untuk orang lain yaitu untuk : - PT. Keramikatama Intirona Persada seluas 70.010 m2; SMP Yaskita seluas 3.020 m2; - Rencana Relokasi (R1, R2 dan R3) seluas 29.995 m2; - Pemancar TPI seluas 37.030 m2; - SD Inpres seluas 3.000 m2; - Diklat Olahraga Pelajar nasional seluas 327.810 m2; Bahwa seyogyanya tanah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/ Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan lebih dahulu sebelum menerbitkan obyek sengketa No.9 dan No. 149 tersebut. Pertimbangan hukum Judex Factie tersebut adalah tidak lengkap dan tidak benar, oleh karena apabila dikaitkan dengan Bukti T I-18 berupa Risalah Pemeriksaan Tanah "B" (Panitia B) Nomor : 540-07-KWB-PAN "B"-2004 tanggaI 24-12-2004 pada halaman "9", antara lain berpendapat yaitu : 1. Luas yang pasti dari tanah yang diberikan Hak Guna Usaha ditentukan berdasarkan hasil pengukuran secara kadasteral oleh instansi Badan Pertanahan Nasional, yang mengacu pada penguasaan fisik dilapangan dengan batas-batas sesuai kesepakatan para pihak yang terkait dan/atau mengakomodir kepentingan Pemerintah setempat ; 2. Dengan tidak mengurangi hak keperdataan pemegang hak (PT. Buana Estate) pada prinsipnya tidak keberatan atas tanah yang direncanakan untuk pembangunan Diklat Olahraga Pelajar Nasional dengan mengacu Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta ketentuan dan peraturan pelaksanaannya (Peraturan Menteri Negara Agraria/kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994) ;
Hal. 30 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 3. Terhadap bidang tanah yang dipergunakan untuk industri genteng keramik (PT. Keramikatama Intirona Persada), SMP Yaskita, Pemancar TPI dan pemukiman menetap (relokasi) agar dikeluarkan dari pemberian Hak Guna Usaha karena tanahnya sudah tidak sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan diproses haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; 4. Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa ijin tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimasudkan untuk menghindari terjadinya preseden yang tidak diharapkan dan seluruh Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan: 5. Adanya sumber mata air, diharapkan pemegang hak berkewajiban memelihara dan senantiasa harus tertutup hutan dan dilarang untuk pemukiman dan usaha, dengan jarak radius yang telah ditetapkansesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; 6. Terhadap bidang tanah seluas ± 185.000 M 2 ( letaknya enclave terdiri dari 23 bidang) statusnya tanah milikl tanah milik adat telah dibebaskan oleh pemegang Hak Guna Usaha (dalam hal ini oleh H. Probosutedjo) diusulkan pemberian Hak Guna Usaha-nya sesuai prosedur dan tata cara berdasarkan ketentuan yang berlaku, supaya menjadi kesatuan yang utuh dengan Hak Guna Usaha semula (sertipikat Nomor I/Hambalang). Jadi luas tanah Hak Guna Usaha yang diusulkan untuk perpanjangan jangka waktunya (semula Hak Guna Usaha No.1/Hambalang) disesuaikan dengan luas kenyataan yang secara fisik dikuasai setelah terlebih dahulu dilakukan pengukuran kadasteral dan bahkan terhadap bidang-bidang Tanah Milik Adat yang sudah dibebaskan oleh pemegang Hak Guna Usaha diusulkan agar menjadi satu kesatuan, dari hal dimaksud membuktikan bahwa pertimbangan hukum Judex Factie yang menyatakan bahwa perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha haruslah sama adalah pertimbangan hukum yang keliru, karena harus diteliti bagaimanakah penguasaan fisik di lapangan dan apakah peruntukan tanah masih sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha-nya, oleh karena itu pertimbangan hukum Judex Factie terbkti tidak cermat dan tidak benar sehingga harus dibatalkan. Dengan demikian terbukti bahwa penerbitan Surat Keputusan a quo telah mempertimbangkan pendapat dan saran dari Panitia Pemeriksaan Tanah
Hal. 31 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 "B" Provinsi Jawa Barat yang keanggotaannya terdiri dari berbagai instansi/dinas terkait yaitu Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat, Biro Setda Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Pemda Bogor dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, dan tidak ternyata para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah menguasai fisik bidang tanah tersebut berdasar hukum karena pembayaran ganti rugi kepada pihak yang tidak berhak, sehingga pertimbangan hukum Judex Factie tersebut di atas tidak cermat dan harus dibatalkan. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie pada halaman 16 alinea 3 dan 4 yang menyatakan : Bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk memperoleh ijin lokasi sebagai syarat penerbitan Hak Guna Usaha oleh Tergugat II/Terbanding sebelum terbitnya perpanjangan Hak Guna Usaha No.9 dan Hak Guna Usaha No. 149 yang menjadi obyek sengketa tersebut. maka seharusnya proses tersebut harus diteruskan sesuai dengan Asas Kepercayaan dan Harapan yang ditimbulkan. Pertimbangan hukum Judex Factie adalah tidak benar, kewenangan penerbitan ijin lokasi ada pada Bupati Bogor, dan atas permohonan dari Para Penggugat/Para Pembanding tersebut pun sudah disampaikan kepada pihak Pemda Bogor, namun dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b), telah pula dijelaskan bahwa atas permohonan dimaksud merupakan obyek Hak Guna Usaha No. l/Hambalang yang sedang diajukan perpanjangannya, terdapat keberatan dari PT Buana Estate, Bukti penguasaan fisik dari PT. Genta Prana (Pemohon) tidak dilampirkan, dan terlampir Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, yang intinya sesuai UndangUndang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 540.1-221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional dengan demikian atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara mendalam. Dengan demikian terbukti atas permohonan ijin lokasi dari para Penggugat/ Pembanding telah disampaikan kepada pihak yang punya kompetensi, disertai penjelasan mengenai kondisi penguasaan fisik dan status hukum
Hal. 32 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 bidang tanah yang dimohon, sehingga pertimbangan hukum Judex Factie tersebut adalah tidak benar dan seharusnya dibatalkan. 6. Bahwa dalam pertimbangan hukum Judex Factie halaman 17 alinea 5 yang menyatakan : Menimbang, bahwa berdasarkan fakta- fakta hukum yang telah diuraikan di atas, dengan demikian Majelis Hakim Tingkat Banding yang memeriksa perkara ini berpendapat bahwa Tergugat II Terbanding menerbitkan Surat Keputusan No.9/HGU/BPN/2006 Tanggal 1 Juni 2006 dan Tergugat II/Terbanding menerbtkan Hak Guna Usaha No. 149/Desa/Kelurahan Hambalang tanggal 15 Juni 2006, hal ini telah terbukti melanggar Asas - Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) khususnya Asas Persamaan (Asas Persamaan Perlakuan) dan Kepercayaan dan Harapan yang telah ditimbulkan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, oleh karena para Penggugat/Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum terbitnya Hak Guna Usaha No. 9 tersebut untuk memperoleh ijin lokasi terhadap tanah yang dikuasai secara fisik oleh para Penggugat/Pembanding bahkan permohonan tersebut telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding dan mengapa tidak diteruskan perosesnya dengan mengeluarkan tanah yang dimohon dimohon oleh para Penggugat/Pembanding dari Hak Guna Usaha No.1/Hambalang sama seperti yang dilakukan kepada PT. Kramikatama Intirona Persada, SMP Yaskitta, Rencana Relokasi R1, R2. dan R3, Pemancaran TPI, SD Inpres dan Diklat Olahraga, oleh karenanya maka gugatan para Penggugat/Pembanding haruslah dikabulkan seluruhnya ; Bahwa pendapat Judex Factie sebagaimana dalam pertimbangan hukum tersebut diatas adalah pendapat yang menyatakan bahwa para Penggugat/ Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum terbitnya Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 adalah pendapat yang keliru oleh karena PT. Buana Estate telah mengajukan permohonan perpanjangan HGU pada tanggal 22 Maret 2000 (vide Bukti T I-9), yaitu memenuhi ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah : - Permohonan perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atau pembaharuannya diajukan selambat-Iambatnya dua tahun sebelum berakhimya jangka waktu Hak Guna Usaha tersebut.
Hal. 33 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Sedangkan surat permohonan ijin lokasi dari pra Penggugat/Pembanding diajukan tanggal 16 Juli 2005 (vide Bukti PP-12) , demikian juga terkait dengan penguasaan fisik bidang tanah, berdasarkan Bukti T II-Int. 1 (Tambahan), tidak ternyata Para Penggugat/Para Perbanding/Termohon Kasasi in casu Sdr. H.M. Sukandi menguasai fisik bidang tanah justru sebaliknya yang bersangkutan telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah menyuruh orang untuk melakukan pengrusakan atas barang milik orang lain (mencabut tanaman coklat dan merusak papan nama PT. Buana Estate) sehingga dikenakan hukuman pidana penjara. edangkan untuk bidang-bidang tanah yang keadaan tanahnya telah tidak sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian haknya dikeluarkan/tidak diperpanjang haknya, namun prosesnya tetap mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku sebagaimana Risalah Risalah Pemeriksaan Tanah "B" (Panitia B) Nomor : 540-07-KWB-PAN "B"-2004 tanggal 24 Desember 2004 (vide Bukti T I-18). Dari uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat I/Terbanding I/Pemohon Kasasi I menolak pendapat Judex Factie sebagaimana dalam pertimbangan hukum tersebut di atas karena tidak benar dan karena itu harus dibatalkan. 7. Bahwa putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.112/B/2007/PT.TUN.JKT tanggal 29 Agustus 2007 yang dalam amarnya antara lain menyatakan : - Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (Para Penggugat/Para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m1 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; - Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000.- (lima juta rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ; Amar tersebut diatas tidak didukung oleh dalil/posita yang benar, para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi tidak pernah mengajukan permohonan Hak Guna Usaha (HGU), sebagaimana diuraikan dalam dalil gugatannya namun dalam amar diperintahkan agar Tergugat I dan Tergugat
Hal. 34 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 II/para Terbanding I/Pemohon Kasasi agar memproses permohonan Hak Guna Usaha dari PT. Genta Prana (Para Penggugat/Para Pembanding), hal ini menunjukkan bahwa Judex Factie tidak memeriksa secara lengkap dan sistematis atas semua bukti yang diajukan dalam perkara a quo. Pasal 116 ayat (5) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang No.9 Tahun 2004 yaitu : (5). Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat oleh Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (3). Dengan demikian pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah merupakan proses administratif, dan sanksi sebagaimana ketentuan Pasal 116 ayat (5) tersebut telah diatur bahwa sanksi terhadap pejabat yang tidak melaksanakan putusan tersebut berupa sanksi administratif ; Alasan Pemohon Kasasi II : 1. Bahwa menurut hukum kedudukan Pengadilan tinggi adalah sebagai Judex Factie, yaitu Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara baik mengenai hukumnya (merujuk pada buku Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Ny. Retnowulan Sutantio, SH., Iskandar Oeripkartawinata, SH., CV. Mandar Maju Bandung, cetakan VIII, 1997, halaman 160 alinea kesatu), sehingga dalam pemeriksaan tingkat banding – Judex Factie seharusnya mempertimbangkan baik penilaian fakta maupun penerapan hukumnya serta mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan obyek perkaranya baik jawaban, fakta dan bukti yang terungkap dalam persidangan ; 2. Bahwa tidak demikian putusan Judex Factie yang mempertimbangkan sebagaimana dalam putusan halaman 14 alinea 2 : “ Menimbang bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29 dihubungkan dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para Penggugat/ Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997 “; Bahwa fakta hukum penguasaan fisik tanah obyek in litis oleh para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi tidak pernah terungkap di persidangan Tingkat Pertama Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, terlebih dalam acara siding lokasi para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi tidak dapat membuktikan dan meyakinkan Majelis kalau benar-benar telah menguasai fisik tanah in litis yang ada hanyalah suatu
Hal. 35 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 bentuk intimidasi dari sekumpulan masyarakat yang mungkin quad non atas insiatif dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi, karena fakta dilapangan terhadap tanah obyek in litis tidak dikelola langsung oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding/Termohon Kasasi dan tidak diketemukan suatu indikasi bahwa para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah menguasai secara fisik tanah in litis. Bahwa quod non apabila para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi benar-benar menguasai fisik atas tanah a quo sejak tahun 1996/1997 sebagaimana pertimbangan Judex Factie, hal tersebut menjadikan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah melanggar ketentuan Undang-Undang No, 51 Prp Tahun 1960 (LN 1960-158) Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak atau Kuasanya, hal mana terhadap tanah in litis dengan Sertifikat Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama PT. Buana Estate baru berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2002 dan telah diajukan perpanjangannya oleh PT. Buana Estate, dan telah memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 9 Tahun 1999 Pasal (24,25) yaitu Permohonan Hak Guna Usaha dapat diperpanjang jangka waktunya atau diperbaharui haknya oleh pemegang hak dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak tersebut, sehingga secara langsung apabila benar (quad non) para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi menguasai fisik atas tanah obyek sengketa dapat diklarifikasikan suatu perbuatan melawan hukum dengan menguasai atas tanah yang nyata-nyata masih melekat suatu hak atas nama Tergugat II Intervensi, sedangkan Judex Factie mempertimbangkan tentang alas hak kepemilikkan dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi yang dalam pertimbangannya menyatakan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997 ; Bahwa fakta terungkap Judex Factie mempertimbangkan para Penggugat/Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997, telah salah dalam penerapan hukum dan telah melanggar hukum (schending van het recht) dengan tidak mengindahkan hak keperdataan maupun status hak atas tanah yang masih melekat atas tanah a quo serta tidak memperhatikan ketentuan Undang-Undang No. 51 Prp Tahun 1960 (LN 1960-158) Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Hal. 36 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 atau Kuasanya, maka oleh karenanya putusan Judex Factie patut untuk dibatalkan ; 3. Bahwa, Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II keberatan atas putusan Judex Factie halaman 15 yang mempertimbangkan : “ Bahwa seyogjanya tanah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/ Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan terlebih dahulu sebelum menerbitkan obyek sengketa Nomor. 9 dan Nomor. 149 tersebut.” “ Bahwa dengan tidak dikeluarkannya bagian tanah yang dimohonkan oleh para Pengugat/Pembanding tersebut, maka dalam hal ini Tergugat I dan Tergugat II/Terbanding telah melanggar Asas Persamaan (Asas Persamaan Perlakukan)“. Perolehan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah melalui pemindahan hak atas tanah atau peralihan dengan cara penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dengan pemberian ganti kerugian kepada yang berhak, sedangkan perolehan tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 1997" peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan data perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oIeh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Quod non perolehan tanah para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi didasarkan pada pelepasan hak garap dari para penggarap dengan pembayaran ganti rugi garapan, sedangkan fakta hak atas tanah tersebut saat itu statusnya adalah Hak Guna Usaha No.1/Hambalang atas nama PT. Buana Estate, sehingga pembayaran ganti rugi garap yang dilakukan oleh para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi kepada para masyarakat bekas penggarap adalah salah sasaran, yang semestinya pembayaran ganti kerugian tersebut dibayarkan kepada pemegang hak atas tanah tersebut yakni PT. Buana Estate. Dalam putusan perkara No.1816 K/Pdt/1989 menegaskan, bahwa : “ Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai yang beritikad baik, karena pembelian dilakukan dengan ceroboh ialah pada saat pembelian ia sama sekali tidak meneliti hak dan status para penjual atas tanah terperkara, karena itu ia tak pantas dilindungi dalam transaksi itu”.
Hal. 37 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Bahwa dengan memperhatikan ketentuan, peraturan dan pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan tersebut diatas, menjadi jelas putusan Judex Factie a quo menjadi salah dalam penerapan hukumnya, perolehan tanah para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi didasarkan pada pelepasan hak garap dari para penggarap dengan pembayaran ganti rugi garapan, sedangkan atas tanah a quo pemegang haknya adalah PT. Buana Estate, serta dasar parolehan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi hanya merupakan pembayaran over garap yang menurut ketentuan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Jo. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 Jo. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tidak dikenal adanya hak garap, dan atas kesalahan tersebut kedudukan para Penggugat/ Pembanding/para Termohon Kasasi tidak perlu dan pantas untuk dilindungi. Dan menjadi benar tindakan hukum Tergugat I/Terbanding/Termohon Kasasi dan Tergugat ll/Terbanding/Pemohon Kasasi dalam menerbitkan Surat Keputusan obyek perkara sehingga tidak terbukti adanya suatu unsur permbuatan yang melanggar Asas Persamaan (Asas Persamaan Perlakuan). Bahwa fakta Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum maka sepatut dan seyogyanya putusan a quo untuk dibatalkan ; 4. Bahwa Tergugat II/Terbanding/Pemohon Kasasi keberatan Judex Factie putusan halaman 16 garis ke-tiga: “Bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk memperoleh izin lokasi sebagai syarat penerbitan Hak Guna Usaha oleh Tergugat II/Terbanding sebelum terbitnya perpanjangan Hak Guna Usaha No.9 dan Hak Guna Usaha No.149 yang menjadi obyek sengketa tersebut, maka seharusnya proses tersebut harus diteruskan sesuai dengan Asas Kepercayaan dan Harapan yang telah ditimbulkan “. Halaman 16 alinea terakhir dan halaman 17 alinea pertama : “ Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang telah diuraikan diatas, Majelis Hakim Tingkat Banding yang memeriksa perkara ini berpendapat bahwa Tergugat I/Terbandingmenrbitkan Surat Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 dan Tergugat II/Terbanding menerbitkan Hak Guna Usaha No.149/Desa/Kelurahan Hambalang tanggal 15 Juni 1996, hal ini telah terbukti melangar Azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) khususnya azas persamaan (Azas Persamaan Perlakuan) dan Azas Kepercayaan dan Harapan yang telah ditimbulkan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.5 tahun
Hal. 38 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 1986 jo. Undang-Undang No.9 Tahun 2004, oleh karena para Penggugat/Pembanding sudah bermohon terlebih dahulu sebelum terbitnya Hak Guna Usaha No.9 tahun 2004 tersebut untuk memperoleh ijin lokasi terhadap tanah yang dikuasai secara fisik oleh para Penggugat/Pembanding bahkan permohonan tersebut telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding dan mengapa tidak diteruskan prosesnya dengan mengeluarkan tanah yang dimohonkan oleh para Penggugat/Pembanding dari Hak Guna Usaha No.1/Hambalang sama seperti yang diperlakukan kepada PT. Kramikatama Intirona Persada, SMP Yaskita, Rencana Relokasi R1, R2 dan R3, Pemancar TPI, SD Inpres dan Diklat Olahraga, oleh karenanya maka gugatan para Penggugat/Pembanding harus dikabulkan untuk seluruhnya”. Bahwa ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 tahun 1999 Tentang Izin Lokasi dalam Pasal 3 ditegaskan bahwa "Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal yang dipunyainya”. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional dibidang Pertanahan. Hal mana dalam Pasal 2 ayat (1), (2) menjelaskan sebagian kewenangan Pemerintah dibidang Pertanahan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang diantaranya adalah kewenangan pemberian Izin Lokasi. Bahwa dengan telah dilimpahkannya sebagian kewenangan Badan Pertanahan Nasional khususnya kewenangan pemberian Izin Lokasi kepada Pemerintah Daerah, maka terhadap proses permohonan pemberian Izin Lokasi yang dimohonkan oleh para Termohon Kasasi/Pembanding/para Penggugat kewenangan bukan lagi berada pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, melainkan berada pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Bahwa di dalam Risalah Pemeriksaan Tanah “B” tanggal 24 Desember 2004 Nomor : 540-07-WBPN-PAN. “B”-2004. Tim Panitia Pemeriksaan Tanah “B” telah mengadakan permeriksaan tanah dan pembahasan dengan dihadiri pula unsur Pemerintah Tingkat Kabupaten Bogor dan Muspika setempat serta Kepala Desa letak tanah dan pihak Pemohon (PT. Buana Estate) yang mengahsilkan kesimpulan yang telah disepakati bersama dengan mendukung pemberian Hak Guna Usaha kepada PT. Buana Estate, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Hal. 39 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 1. Luas yang pasti dari tanah yang diberikan Hak Guna Usaha ditentukan berdasarkan hasil pengukuran secara kadasteral oleh Instansi Badan Pertanahan Nasional, yang mengacu pada pengusaan fisik dilapangan dengan batas-batas sesuai kesepakatan para pihak yang terkait dan/atau mengakomodir kepentingan pemerintah setempat. 2. ……………dst 3. Terhadap bidang tanah yang telah dipergunakan untuk industri genteng keramik (PT. Kramikatama Intirona Persada, SMP Yaskita, Pemancar TPI dan pemukiman menetap (relokasi longsor) agar dikeluarkan dari pemberian Hak Guna Usaha, karena tanahnya sudah tidak sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan proses haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa ijin, tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya presedent yang tidak diharapkan dan seluruh Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan,……..dst. Bahwa memperhatikan ketentuan, peraturan sebagaimana diuraikan tersebut diatas, fakta terungkap putusan Judex Factie a quo menjadim salah dalam penerapan hukumnya, karena tidak mungkin Tergugat II/Terbanding/Pemohon Kasasi melanjutkan proses permohonan Ijin Lokasi atas nama PT. Genta Prana, sedangkan kewenangan pemberian Izin Lokasi ada pada Pemerintah Kabupaten Bogor yang merupakan sebagai salah satu syarat dalam proses permberian permohonan Hak Guna Usaha (sebenarnya yang dimohon adalah Hak Guna Bangunan) dari para Penggugat/Pembanding/Termohon Kasasi sebelum terbitnya perpanjangan Hak Guna Usaha obyek sengketa, terlebih lagi permohonan izin lokasi nota bene peruntukan perumahan tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah yang diperuntukan sebagai daerah/areal perkebunan dan pertanian lahan kering yang berfungsi ganda sebagai resapan air daerah sekitar. Dan apabila Tergugat II/Terbanding/Pemohon Kasasi memproses izin Iokasi kemudian menindaklanjuti dengan meneabitkan Hak Guna Usaha atas nama para Penggugat/Pembanding/Termohon Kasasi sebagairnana Judex Factie putusan, justru hal tersebut melanggar Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagaimana ditegaskan pada Pasal 53
Hal. 40 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Ayat (2) hurof a dan b Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Jo. Undang- Undang No.9 Tahun 2004. Bahwa fakta terungkap putusan Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum sehingga atas putusan Judex Factie tersebut Tergugat/Terbanding/Pemohon kasasi sangat keberatan, dan oleh karenanya putusan Judex Factie a quo patut untuk dibatalkan ; 5. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas Pemohon Kasasi/ Terbanding/Tergugat II keberatan atas putusan Judex Factie yang telah mengambil alih pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam Mengadili Sendiri bagian pokok perkara yaitu : - Memerintahkan Tergugat I dan T ergugat II/Para Terbanding untuk. Mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam amar putusan di atas, dan menerbitkan keputusan baru tentang perpanjangan Hak Guna Usaha atas nama PT.Buana Estate/Tergugat II Intervensi/Terbanding dengan mengeluarkan tanah yang dikuasai oleh para Penggugat/para Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; - Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT.Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Karena putusan Judex Factie telah melanggar hukum (schending van het recht), melalaikan acara (vormverzuim), dan salah dalam penerapan hukum. Bahwa PT. Genta Prana pada tanggal 08 Desember 2005 Nomor : 232/GP/XII/2005 mengajukan permohonan Hak Guna Bangunan yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor untuk pembangunan perumahan. Namun dalam amar putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih Ianjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua .juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta telah melanggar hukum (schending van het recht), melalaikan acara
Hal. 41 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 (vormverzuim), dan salah dalam penerapan hukum, karena telah salah dalam mengambil putusan dengan melebihi apa yang dituntutnya. Pasal 178 HIR menentukan bahwa “Hakim dilarang menjatuhkan keputusan atas perkara yang digugat atau meluluskan lebih dari apa yang digugat”. Dengan mempedomi ketentuan Pasal 178 HIR fakta hukum terbukti bahwa Majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dengan mengadili sendiri : “Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Telah melampaui batas wewenang dan memeriksa memutus perkara, salah dalam menerapkan hukumnya, serta telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan ; 6. Bahwa demikian pula Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II keberatan amar putusan a quo yang menyatakan : Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah)setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ; Bahwa tindakan administratif Pemohon Kasasi/Terbanding/Tergugat II dalam menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara in litis adalah dalam rangka melaksanakan Fungsi Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3), jo Undang- Undang Nomor : 5 Tahun 1960 Pasal 2, Jo. Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1961, Jis Peraturan Pemerintah Nomor :24 tahun 1997, Jo. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1997 Jis Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9 tahun 1999, serta telah memenuhi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik /AAUPB (algemene behoorlijk bestuur/principle of good administration) sebagaimana diuraikan oleh W. Riawan Tjandra, SH. dalam bukunya Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, halaman 68 dan halaman 69 bahwa menurut Crince Le Roy (principle of good administration) terutama asas kepastian hukum (principle of legal security), asas bertindak cermat
Hal. 42 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 (principle of carefulness) dan oleh Koentjoro Purbopranoto, pada asas kebijaksanaan (principle of sapiently). Sehingga Tergugat tidak mengunakan wewenang yang menyimpang dari maksud dan tujuan pemberian wewenang (detournement de povoir) dan Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak bertentangan dengan perturan perundang-undangan yang berlaku serta tanpa wewenang yang sah menurut hukum melakukan tindakan hukum yang merugikan para Penggugat (willekeur) dan tidak bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No.5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b ; Alasan Pemohon Kasasi III : 1. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta yang mengambil alih pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT. tanggal 26 April 2007 berkaitan dengan eksepsi yang menyebutkan sudah tepat dan benar adalah pertimbangan yang tidak benar, oleh karena kwalitas para Penggugat/ Pembanding/para Termohon Kasasi dalam perkara a quo sebagaimana Surat Gugatan tanggal 14 Agustus 2006 yang diajukan oleh Denny Kaitimang, dkk. selaku kuasa dari principal Drs. Dolok F. Sirait (Direktur PT. Genta Prana) dan H.M. Sukandi (Komisaris PT. Genta Prana), pada halaman 1 menyebutkan bahwa gugatan diajukan oleh PT. Genta Prana yang diwakili oleh Drs. Dolok F. Sirait selaku Penggugat I dan H.M. Sukandi yang dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri, selaku Penggugat II, namun dalam Repliknya para Penggugat menyebutkan bahwa subyek Penggugat I adalah Badan Hukum Perdata yaitu PT. Genta Prana, yang diwakili Drs. Dolok F. Sirait selaku Direktur dan Penggugat II dalam kapasitas Komisaris PT. Genta Prana yaitu H.M. Sukandi, hal demikian menunjukkan hal yang Inkonsistensi. Obyek gugatan adalah berupa Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat seluas 657/8315 Ha dan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang atas nama PT. Buana Estate seluas 448,6975 Ha, namun dalam gugatan tidak dapat dijelaskan obyek tanah yang didaku oleh para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi,
Hal. 43 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 sehingga menjadikan gugatan tidak jelas dan kabur (obscure libels), bertentangan dengan hukum (lichzinning) dan oleh karena itu tidak bernilai hukum karena tidak dapat ditunjukkan dimanakah letak tepat tanah dimaksud, batas-batas surat-surat alas hak yang mendukung penguasaan dimaksud dan legalitas instansi yang menerbitkannya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, pertimbangan Judex Factie yang mengambil alih pertimbangan majelis hakim pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G.TUN/2006/PTUN.JKT tanggal 26 April 2007 dalam eksepsi harus dibatalkan ; 2. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur keadilan dan cenderung hanya mempertimbangkan kepentingan satu pihak saja yaitu kepentingan para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasi saja tanpa mempertimbangkan kepentingan Tergugat II Intervensi/ Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi, yaitu pertimbangan hukum pada halaman 13 alinea 2 yaitu : “Menimbang bahwa penguasaan tanah tersebut oleh para Penggugat/para Pembanding didasarkan pada pelepasan hak dari para penggarap (bukti PP- 22, PP-23, PP-30, berikut lampirannya Jo. Bukti PP-16, PP-17, PP-19, PP- 20, PP-21, dan keterangan saksi 3 (tiga) orang dari para Penggugat/para Pembanding yaitu Suro bin Yusuf, Syahrul Bahrun, SH. dan Didin Saefudin)”; “Menimbang, bahwa tanah yang dikuasai oleh Tergugat II Intervensi/Terbanding adalah seluas + 455,05 Ha (bukti PP-4)”; Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie sebagaimana tersebut di atas, karena dengan pertimbangan hukum tersebut membuktikan Judex Factie tidak memeriksa dan mempertimbangkan dengan teliti dan sistematis atas semua bukti-bukti yang diajukan dalam perkara a quo, melainkan hanya menilai bukti dari para Penggugat/Pembanding/para Termohon kasasi saja. Bahwa berdasarkan Bukti Tambahan T II Int. - 1 (Tambahan) yaitu Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 yang menjatuhkan hukuman pidana kepada Sdr. H.M. Sukandi bin H.M. Sukarna (Penggugat I dalam perkara a quo) dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan pidana yaitu menyuruh untuk melakukan tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap
Hal. 44 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 barang", demikian juga beberapa orang suruhannya (Emmar bin Caub, Inas bin H. Ishak, Ujib bin Oha dan Marthen Roy Nere - dalam perkara 209/Pid.B/2007/PN.Cbn) juga diputus bersalah telah melanggar Pasal 170 ayat (1) dan (2) ke -1 KUHPidana yaitu "secara terang terangan dan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap barang" dan dipidana penjara selama 9 (sembilan) bulan. Kekerasan dimaksud adalah pencabutan tanaman coklat di atas lahan perkebunan PT. Buana Estate yang berada di atas tanah obyek Sertifikat Hak Guna Usaha No. 149/Hambalang dan perusakan papan nama atas nama PT. Buana Estate, hal ini membuktikan bahwa adalah tidak benar kalau H.M. Sukandi in casu Penggugat I/Pembanding adalah sebagai pihak yang menguasai fisik bidang tanah, justru terbukti sebaliknya tanah dimaksud adalah dalam penguasaan fisik dari PT. Buana Esate in casu Tergugat II Intervensi yang melaporkan tindakan tersebut kepada pihak yang berwajib (Polisi) vide Bukti T II Int - 25. Bahwa disamping hal tersebut, khususnya berkaitan dengan kesaksian yang disampaikan oleh Sdr. Syahrul Bahrun, SH. di muka sidang Pengadilan tanggal 13 Maret 2007 sangat bertentangan dengan kenyataan, bahwa Sdr. Syahrul Bahrun, SH. memberikan kesaksian bahwa yang bersangkutan mengetahui atau mendapat informasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor bahwa tanah tersebut telah terbit Sertifikat Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate, bagaimana mungkin kalau pelepasan hak dilakukan oleh para Penggarap ????, dengan demikian pertimbangan Judex Factie terbukti keliru, tidak cermat dan tidak mengandung unsur keadilan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum Judex Factie tidak lengkap, tidak cemat dan tidak mengandung unsur keadilan sehingga haruslah dibatalkan ; 3. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III menolak dan keberatan atas pertimbangan Hukum Judex Factie halaman 13 aliea 3 yang menyatakan : “Menimbang, bahwa permohonan para Penggugat/Pembanding untuk ijin lokasi telah diproses oleh Tergugat II/Terbanding sesuai bukti PP-5a, PP-5b, dan bukti PP-6 berikut lampirannya”. Oleh karena pertimbangan hukum Judex Factie tersebut keliru dan tidak cermat yang mengakibatkan putusannya menjadi tidak benar, yaitu bahwa terkait permohonan ijin lokasi dari para Penggugat/Pembanding apabila
Hal. 45 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 dicermati dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No.460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) oleh karena : Dalam Risalah dimaksud dijelaskan hal-hal antara lain : - PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari sebagian Serlipikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang merupakan tanah milik Adat. - Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti penguasaan. - PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No. 01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Buana Estate. - Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada prinsipnya menyatakan : - Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 540.1221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. - Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara mendalam. Dengan demikian bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006) merupakan suatu keadaan dari fisik bidang tanah yang dimohonkan ijin lokasinya, dan terbukti pula dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah tersebut telah disebutkan bahwa atas tanah yang dimohon ijin lokasi tersebut sedang diajukan permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha dan untuk peralihan peruntukkan maupun hak tanah perkebunan harus mendapat ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti pertimbangan hukum Judex Factie tidak ternyata telah mempertimbangkan dengan cermat substansi yang dimuat dalam bukti PP-5b (Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006), sehingga melahirkan pertimbangan hukum yang keliru dan tidak mengandung unsur keadilan sehingga haruslah dibatalkan ;
Hal. 46 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 4. Bahwa Tergugat II Intervensi/'Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie pada halaman 13 alinea 4 yang menyatakan sebagai berikut : “Menimbang, bahwa para Penggugat/Pembanding telah memberikan ganti rugi kepada masyarakat/penggarap yang berada di atas tanah yang kini dikuasai oleh para Penggugat/Pembanding, sedangkan Tergugat II Intervensi/Terbanding tidak melaksanakan surat pernyataannya tanggal 3 Agustus 2004 yang pada pokoknya menyatakan bahwa PT. Buana Estate akan menyelesaikan masalah pengarapan masyarakat yang ada di atas tanah Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang terletak di Desa Sukahati, Tangkil dan Hambalang, dalam rangka perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang, sertifikat tangal21 Maret 1977 (bukti T 1-4 jo. Bukti PP-18)”. Bahwa apa yang diuraikan dalam pertimbangan hukum tersebut di atas sangat bertentangan dengan keadaan sebenarnya di lapangan, oleh karena berdasarkan Bukti No. T II Int. - 1 (Tambahan) yaitu Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 halaman "31" diketahui bahwa : Dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri Bogor dalam perkara No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn. H.M. Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/ Termohon Kasasi dalam perkara a quo) telah mengetahui kalau tanah tersebut adalah Hak Guna Usaha milik PT. Buana Estate sejak tahun 1998 yang Terdakwa tahu setelah Terdakwa meminta penjelasan ke Kantor Badan Pertanahan Nasional yang mana Hak Guna Usaha tesebut berakhir tahun 2002, dimana awal tahun 2007 Terdakwa tahu kalau tanah tersebut ada Sertifikat Hak Guna Usaha-nya. Dengan demikian pemberian ganti rugi yang dilakukan oleh Sdr. H.M. Sukandi (Penggugat I/Pembanding I/Termohon Kasasi) sesungguhnya dilakukan secara melawan hukum kepada orang-orang yang tidak berhak, karena yang bersangkutan sendiri telah mengetahui bahwa tanah dimaksud adalah milik PT. Buana Estate (Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III) dan bahkan mengakui sendiri bahwa tanah dimaksud adalah milik dari PT. Buana Estate, sedangkan terkait kesediaan PT. Buana Estate untuk menyelesaikan penggarapan atas bidang tanah telah dilakukan terhadap yang nyata-nyata menggarap tanah tersebut vide bukti T II Int - 7 dalam hal ini seijin PT. Buana Estate dimana saat ini dilapangan secara betahap telah dan sedang dilakukan dengan pola
Hal. 47 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 kemitraan dengan masyarakat sekitar dengan menanam tanaman tumpangsari dengan syarat memelihara tanaman pokok berupa pohon coklat. Berdasarkan hal tersebut, pertimbangan Judex factie tersebut di atas terbukti tidak cermat yang mengakibatkan putusan tersebut menjadi cacat hukum, sehingga haruslah dibatalkan ; 5. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III menolak dan keberatan atas pertimbangan hukum Judex Factie halaman 14 alinea 1 yang menyatakan : “Menimbang, bahwa berdasarkan bukti PP-28 dan bukti PP-29 dihubungkan dengan bukti PP-22, PP-23, maka terbukti bahwa para Penggugat/ Pembanding telah menguasai secara fisik tanah yang dimohonkan untuk memperoleh Hak Guna Usaha sejak tahun 1996/1997”. Pertimbangan hukum Judex factie tersebut tidak benar sama sekali, bahwa berdasarkan bukti T II Int-l (Tambahan) berupa Putusan Pengadilan Negeri Bogor No. 207/Pid.B/2007/PN.Cbn tanggal 12 Juni 2007 yang menjatuhkan hukuman pidana kepada Sdr. H.M. Sukandi bin H.M. Sukarna (Penggugat I dalam perkara a quo) sebagaimana telah diuraikan pada halaman 4 di atas, telah terbukti secara materiil bahwa yang bersangkutan tidak menguasai fisik bidang tanah bahkan yang bersangkutan telah dihukum penjara atas dakwaan telah melanggar Pasal 55 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 170 ayat (1) dan (2) KUHPidana, yaitu telah menghasut orang lain untuk melakukan pengrusakan terhadap tanaman dan papan nama milik PT. Buana Estate (Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III), namun bukti T II Int 1 (Tambahan) dimaksud tidak dipertimbangkan oleh Judex Factie, sehingga mengakibatkan pertimbangan hukum dimaksud tidak lengkap, tidak adil dan tidak cermat oleh karena itu haruslah dibatalkan ; 6. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie pada halaman 14 alinea 3 yaitu : “Menimbang, bahwa pada tanggal 25 April 2005 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor telah mengirim surat kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor mengenai Permohonan Ijin Lokasi PT. Genta Prana untuk membangun perumahan (vide bukti PP-5a) dan disertai Risalah Pertimbangan teknis penataan tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor tanggal 24 April 2006 (vide bukti PP-5b)”.
Hal. 48 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Bahwa berdasarkan Keppres No. 34 Tahun 2003 jo. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003, diatur bahwa kewenangan mengenai pemberian Ijin Lokasi berada pada Pemerintah Daerah, bukan merupakan kewenangan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sedangkan dalam Risalah Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah No. 460/88/LL/2006 tanggal 24 April 2006 vide bukti PP-5b telah diuraikan bahwa : - PT. Genta Prana mohon ijin lokasi atas tanah seluas ± 222 Ha dari sebagian Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Hambalang yang sedang diajukan permohonan perpanjangannya dan seluas ± 20 Ha yang merupakan tanah milik Adat ; - Dalam berkas permohonan dari PT. Genta Prana tidak dilampirkan bukti penguasaan. - PT. Buana Estate dengan surat tanggal 27 Januari 2006 No. 01/BE/II/2006 ditujukan kepada Bupati Bogor keberatan atas atas permohonan ijin lokasi atas tanah PT. Buana Estate. - Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat kepada Bupati Bogor tanggal 3 April 2006 No. 540-647, pada prinsipnya menyatakan : - Sesuai Undang-Undang No. 28/1956 jo. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 540.1221 tanggal 24 Januari 2006 bahwa untuk pengalihan peruntukkan penggunaan maupun status hak atas tanah perkebunan diperlukan ijin tersendiri dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. - Atas permohonan PT. Genta Prana masih diperlukan kajian secara mendalam. Dari hal trsebut diatas, telah ternyata bahwa atas permohonan yang diajukan oleh PT. Genta Prana masih diperlukan pengkajian-pengkajian lebih lanjut, dan bahkan masih diperlukan ijin dari Kepala Badan Pertanahan Nasional terkait dengan permohonan ijin lokasi atas bidang tanah yang sudah ada hakya in casu Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate. Dan hingga kini peralihan Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate tersebut tidak ada, sehingga terbukti bahwa persyaratan permohonan ijin lokasi yang diajukan oleh PT. Genta Prana in casu Penggugat/Pembanding/Termohon Kasasi tidak memenuhi syarat formal. Dengan demikian pertimbangan hukum Judex Factie tidak cermat dan haruslah dibatalkan ;
Hal. 49 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 7. Bahwa Tergugat II Intervensi/Terbanding II Intervensi/Pemohon Kasasi III menolak dan keberatan atas pertimbangan Judex Factie yang tidak cermatdan tidak benar, yaitu pada halaman 15 alinea 2 yaitu : Bahwa Tergugat I/Terbanding dalam dictum pertama dalam Keputusan No. 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 (Bukti PP-1) telah mengeluarkan dari Hak Guna Usaha No. 1 sebagian tanah perkebunan tersebut untuk orang lain yaitu untuk : - PT. Keramikkatama Intirona Persada seluas 70.010 m2 ; - SMP Yaskita seluas 3.020 m2 ; - Rencana Relokasi (R1, R2, dan R3) seluas 29.995 m2 ; - Pemancar TPI seluas 37.030 m2 ; - SD Inpres seluas 3.000 m2 ; - Diklat Olahraga Pelajar Nasional seluas 327.810 m2 ; Bahwa oleh seyogyanya tenah yang telah dikuasai oleh para Penggugat/ Pembanding dengan dasar perolehan hak dengan membayar ganti rugi kepada masyarakat/penggarap juga dikeluarkan lebih dahulu sebelum menerbitkan obyek sengketa No.9 dan No.149 tersebut ; Bahwa Surat keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9/HGU/BPN/2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha Atas Tanah Terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat antara lain didasarkan pada Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah “B” Provinsi Jawa Barat tanggal 24 Desember 2004, yang antara lain menyebutkan bahwa : - Dengan tidak mengurangi hak keperdataan pemegang hak (PT. Buana Estate) pada prinsipnyatidak keberatan atas tanah yang direncanakan untuk pembangunan Diklat Olahraga Pelajar Nasional dengan mengacu Keppres No.55 Tahun 1993 (sebagaimana telah dicabut dengan PP No.36 Tahun 2005 Jo. 65 Tahun 2006) ; - Terhadap bidang tanah yang dipergunakan untuk industrigenteng keramik (PT. Keramikkatama Intirona Persada), SMP Yaskita, Pemancar TPI dan Pemukiman menetap (relokasi) agar dikeluarkan dari pemberian Hak Guna Usaha karena tanahnya sudah tidak sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian Hak Guna Usaha dan diproses haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; - Bidang-bidang tanah yang digarap masyarakat baik yang diberi ijin/sepengetahuan PT. Buana Estate maupun digarap masyarakat tanpa ijin tetap diusulkan Hak Guna Usaha-nya, hal ini dimaksudkan untuk
Hal. 50 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 menghindari terjadinya preseden yang tidak diharapkan dan seluruh Muspika setempat memakluminya, selanjutnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat agar dilakukan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan; Dengan demikian terbukti bahwa penerbitan Keputusan a quo telah mempertimbangkan pendapat dan saran dari Panitia Pemeriksaan Tanah “B” Propinsi Jawa Barat yang keanggotaannya terdiri dari berbagai instansi/dinas terkait yaitu Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat, Biro Setda Propinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Pemda Bogor dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor, dan tidak ternyata para Penggugat/Pembanding/para Termohon Kasasitelah menguasai fisik bidang tanah tersebut berdasar hukum karena pembayaran ganti rugi kepada pihak yang tidak berhak, sehingga pertimbangan hukum Judex Factie tersebut diatas tidak cermat dan harus dibatalkan ; 8. Bahwa terhadap amar putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.112/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang dalam amarnya antara lain menyatakan : - Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Usaha atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; - Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap hari keterlambatan apabila para Tergugat/para Terbanding lalai dalam memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum pasti sampai para Tergugat/para Terbanding melaksanakan sepenuhnya isi putusan perkara ini dengan baik ; Demikian halnya dengan amar berkaitan dengan uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- oleh karena pelaksanaan putusan pada dasarnya adalah bersifat administratif, sehingga pengenaan sanksi terhadap pelaksanaan putusan adalah berupa sanksi administratif, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 116 ayat (5) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang No.9 Tahun 2004 yaitu :
Hal. 51 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 (5). Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat oleh Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentan sebagaimana dimaksud ayat (3). Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, karena antara pertimbangan hukum dan amar putusan tidak terdapat korelasi hukum, dalam pertimbangan hukum disebutkan PT. Genta Prana (Penggugat/ Pembanding/Termohon Kasasi) mengajukan permohonan Hak Guna Bangunan, namun dalam amar diperintahkan untuk memproses permohonan Hak Guna Usaha, padahal dari sisi persyaratan dan prosedur permohonan atas Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha memerlukan persyaratan yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa Judex Factie tidak cermat dan tidak proporsional dalam menilai bukti-bukti yang diajukan, disamping itu oleh karena antara pertimbangan hukum dan amar tidak terdapat hubungan kausal yaitu antara posita dan petitumnya, maka putusan a quo harus dibatalkan ; Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat : mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi I ke 1, 2, 3, 4 dan 5 : Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2004 ; mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi II ke 1, 2, 4, 5 dan 6 : Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan hukum ;
Hal. 52 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi II ke 3 : Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan hukum ; mengenai alasan-alasan Pemohon Kasasi III ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 : Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie sudah tepat dalam pertimbangan hukumnya dan tidak salah menerapkan hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2004 ; Menimbang, bahwa namun demikian Mahkamah Agung memandang perlu untuk memperbaiki sekedar mengenai amar tentang pembayaran uang paksa (dwangsom) Mahkamah Agung berpendapat bahwa amar tersebut harus dihilangkan karena belum diterbitkan Peraturan Pelaksanaan dari tata cara pembayaran uang paksa seperti halnya Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1991 mengenai tata cara ganti rugi di Peradilan Tata Usaha Negara, Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata bahwa putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I : KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI., Pemohon Kasasi II : KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR dan Pemohon Kasasi III : PT. BUANA ESTATE tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.112/B/2007/ PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang membatalkan amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G/2006/PTUN-JKT. tanggal 26 April 2006 sehingga amarnya seperti yang akan disebutkan dibawah ini ;
Hal. 53 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I, II dan III ditolak dengan perbaikan amar, maka Pemohon Kasasi I, II dan III dihukum membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ; Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ; MENGADILI : Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI., Pemohon Kasasi II : KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR dan Pemohon Kasasi III : PT. BUANA ESTATE tersebut ; Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.112/B/2007/ PT.TUN.JKT. tanggal 29 Agustus 2007 yang membatalkan amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G/2006/PTUN-JKT. tanggal 26 April 2006, sehingga amarnya sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan banding dari para Penggugat/para Pembanding tersebut ; - Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 120/G/2006/PTUN-JKT tanggal 26 April 2006 yang dimohonkan banding ; MENGADILI SENDIRI : Dalam Eksepsi : - Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi ; Dalam Pokok Perkara : - Mengabulkan gugatan para Penggugat/para Pembanding untuk sebagian ; - Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat I/Terbanding Nomor : 9/HGU/BPN/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, atas nama PT. Buana Estate, sebatas dan seluas 6.578.315 M2 (enam juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu tiga ratus lima belas meter persegi) ; - Memerintahkan kepada Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk mencabut keputusannya masing-masing sebagaimana tersebut dalam amar putusan diatas, dan menerbitkan keputusan baru tentang Perpanjangan Hak Guna Usaha atas nama PT. Buana Estate/Tergugat II Intervensi/Terbanding
Hal. 54 dari 55 hal. Put. No. 482 K/TUN/2007
PASARIBU | DIUNDUH PADA 03 FEBRUARI 2022 dengan mengeluarkan tanah yang dikuasasi oleh para Penggugat/para Pembanding seluas 2.117.500 m2 (dua juta seratus tujuh belas ribu lima ratus meter persegi) ; - Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II/para Terbanding untuk memproses lebih lanjut penerbitan Hak Guna Bangunan atas nama PT. Genta Prana (para Penggugat/para Pembanding) atas tanah seluas 2.117.500 M2 (dua juta seratus tujuh belas ribu Iima ratus meter persegi) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; - Menghukum para Tergugat/para Terbanding secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara ini dikedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) ; - Menolak gugatan yang selebihnya ; Menghukum Pemohon Kasasi I, II dan III/Tergugat I, II dan Tergugat II Intervensi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Rabu, tanggal 20 Februari 2008 oleh Prof.Dr. Paulus E, Lotulung, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Marina Sidabutar, SH.,MH. dan H. Imam Soebechi, SH.,MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh A.K. Setiyono, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;
Hakim – Hakim Anggota : Ketua Majelis :
ttd./- Marina Sidabutar, SH.,MH.- ttd./- Prof.Dr. Paulus E, Lotulung, SH.-
ttd./- H. Imam Soebechi, SH.,MH.-
Biaya – biaya : Panitera-Pengganti :
1. Materai …………….. ………Rp. 6.000,- ttd./- A.K. Setiyono, SH.-
2. Redaksi ……………. ………Rp. 1.000,- 3. Adm. Kasasi ………………. Rp.493.000,- Untuk Salinan Jumlah Rp.500.000,- MAHKAMAH AGUNG RI. a.n. Panitera Panitera Muda Tata Usaha Negara,