Di sebuah kota tinggal lah seorang wanita paruh baya bersama putra
tunggalnya Azlan Ravalma, biasa dipanggil Azlan. Suaminya telah
meninggalkannya untuk selama-lamanya sejak 10 tahun yang lalu
dikarenakan kecelakaan. Mereka tinggal berdua dirumah
peninggalan suaminya yang bisa dibilang megah, karena kepala
keluarganya merupakan pemilik perusahaan ternama.
Kebiasaan Azlan yang pergi keluar rumah tanpa izin sudah terjadi
setiap hari, sampai suatu ketika mamanya bertanya.
"Nak kamu mau kemana?" tanya ibunya lesu.
"Main sama temen," jawab Azlan.
"Emang kamu nggk capek nak keluar rumah terus, bisa nggak kamu
sebentar aja temenin mama?" mintanya pelan.
"Mama kan udah ditemenin sama bik Asih, udah lah ma aku mau
pergi dulu," jawab Azlan langsung pergi begitu saja meninggalkan
mamanya yang sedang sakit.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, lama kelamaan Azlan
merasakan kehilangan juga, ia merasa kehilangan seseorang yang
biasa membangunkannya, menasehatinya saat dia salah, dan
mengkhawatirkan saat dia tak pulang pulang sampai larut malam.
Azlan pun teringat akan mamanya tak terasa air matanya mengalir
memikirkan sikap dan perilakunya terhadap mamanya yang sangat
tidak baik, ia pun bergegas lari menuju makam mamanya.