Anda di halaman 1dari 3

ABADI

Di sebuah kota tinggal lah seorang wanita paruh baya bersama putra
tunggalnya Azlan Ravalma, biasa dipanggil Azlan. Suaminya telah
meninggalkannya untuk selama-lamanya sejak 10 tahun yang lalu
dikarenakan kecelakaan. Mereka tinggal berdua dirumah
peninggalan suaminya yang bisa dibilang megah, karena kepala
keluarganya merupakan pemilik perusahaan ternama.

Namun, kekayaan peninggalan ayahnya membuat Azlan gila akan


dunia, dia selalu menghambur-hamburkan hartanya untuk
keperluan-keperluan yang tidak berguna, padahal Azlan masih duduk
dibangku SMA. Selain gila akan dunia, Azlan juga lupa akan tugasnya
untuk berbakti kepada sang ibunda. Sampai suatu hari mamanya
sakit keras, Azlan masih tidak memperdulikannya, dia mengandalkan
asisten rumah tangga yg dibayar untuk merawat rumah sekaligus
mamanya ketika sakit. Azlan masih saja pergi-pergi tidak jelas hanya
sekedar untuk menghambur-hamburkan uangnya.

Kebiasaan Azlan yang pergi keluar rumah tanpa izin sudah terjadi
setiap hari, sampai suatu ketika mamanya bertanya.
"Nak kamu mau kemana?" tanya ibunya lesu.
"Main sama temen," jawab Azlan.
"Emang kamu nggk capek nak keluar rumah terus, bisa nggak kamu
sebentar aja temenin mama?" mintanya pelan.
"Mama kan udah ditemenin sama bik Asih, udah lah ma aku mau
pergi dulu," jawab Azlan langsung pergi begitu saja meninggalkan
mamanya yang sedang sakit.

Azlan pun tiba di cafe biasa tempat dia nongkrong, syukur-syukurlah


Azlan tidak pernah pergi pergi ke club atau ketempat-tempat yang
tidak lazim. Tak selang beberapa lama handphone Azlan bergetar,
menandakan seseorang sedang menelponnya.

"Lan handphone lu nyala, kayaknya ada yang nelfon," tutur teman


yang bersamanya di cafe.
"Biarkan saja, mungkin cuma bik Asih" jawab nya santai.

Azlan pun melanjutkan bersenang-senangnya di cafe bersama


temannya. Sampai akhirnya tiba-tiab Azlan tak ingin pulang kerumah
karena besok adalah hari libur, Azlan pun pulang kerumah temannya.
temannya pun mengizinkan Azlan untuk menginap sehari di
rumahnya.

Pagi hari setelah bangun Azlan langsung pulang ke rumahnya, Azlan


heran mengapa rumahnya begitu ramai orang-orang berlalu lalang,
dia pun masih tidak panik dan memasuki rumahnya dengan santai.
Dan kemudian dihampiri lah Azlan oleh asisten rumah tangganya.
"Den, Nyonya sudah meninggal, dan jenazahnya sudah dimakamkan
semalam, maaf jika tidak menunggu Aden karena jenazah harus
dimakamkan secepatnya," ucap asistennya panjang lebar.
Azlan yang sudah biasa tak pernah memperdulikan mamanya pun
hanya bereaksi biasa saja seakan akan yang meninggal itu hanya
hewan peliharaannya.
"Oo," jawabnya singkat.
Asisten rumah tangganya heran dengan reaksi sang tuan.
"Aden tidak ingin pergi ke makan nyonya?" tanyanya pelan.
"Kapan kapan aja bik," jawab Azlan santai.

Azlan benar-benar sangat tidak peduli dengan apa yang terjadi


barusan dirumahnya. Hari hari berikutnya Azlan hidup seperti biasa,
seperti tidak ada yang berubah bahkan merasa kehilangan sesuatu
dalam hidupnya.

Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, lama kelamaan Azlan
merasakan kehilangan juga, ia merasa kehilangan seseorang yang
biasa membangunkannya, menasehatinya saat dia salah, dan
mengkhawatirkan saat dia tak pulang pulang sampai larut malam.

Azlan pun teringat akan mamanya tak terasa air matanya mengalir
memikirkan sikap dan perilakunya terhadap mamanya yang sangat
tidak baik, ia pun bergegas lari menuju makam mamanya.

Menangislah dia sejadi-jadinya didepan nisan sang ibunda, dia tak


menyadari bahwa kepergian mamanya akan abadi, tak akan bisa
kembali, baru kali ini lah Azlan menyadari bahwa semua yang ada
didunia ini hanya bersifat fana' atau hanya titipan.

Setelah penyesalan itu, Azlan selalu mengunjungi makam mamanya


setiap 1 minggu sekali, mendoakan agar amal ibadah mamanya
diterima disurganya Allah, Azlan juga berubah menjadi lebih baik,
agar tidak mengecewakan mamannya di alam sana, dan berharap dia
bisa membanggakan mamanya, walau mamanya telah tiada.

NAMA: LAYYINATUL ALIYA


KELAS: XI MIPA 4
ABSEN: 14

Anda mungkin juga menyukai