Anda di halaman 1dari 17

WASIAT DAN

AL ISHA
KELOMPOK 5
NAMA KELOMPOK
Layyinatul Aliya (14)
Luk Luk Indah Rukmanah (15)
Maulidatur Rosyidah (17)
Maulidiyah Fajriatus Saputri (18)
Maysita Nur Maulidatur Rahmah (19)
Nadia Islamiyah (23)
Naufal Maulana Rafif (24)
WASIAT
PENGERTIAN WASIAT
Wasiat menurut bahasa berasal dari bahasa ( ‫ ) وصیة‬yang berarti pesan. Menurut istilah
artinya pesan yang baik, yang harus dilaksanakan sesudah seseorang meninggal dunia.

Wasiat adalah pesan seseorang untuk menatasharufkan atau membelanjakan harta yang
ditinggalkan jika ia telah meninggal dunia, dengan cara-cara yang baik yang telah ditetapkan.
Misalnya, seseorang berwasiat: “kalau saya meninggal dunia, mohon anak angkat saya
diberikan bagian seperlima dari harta yang ditinggalkan.”
HUKUM WASIAT
● Wajib
Hal ini wajib dalam hubungan dengan hak Allah Swt.
● Sunnah
Sunnah apabila berwasiat kepada selain kerabat dekat dengan tujuan kemaslahatan dan
mengharapkan ridha Allah Swt.
● Mubah
Mubah apabila berwasiat kepada orang yang sudah berkecukupan dan tidak
membutuhkan.
● Makhruh
Makhruh apabila harta yang dimilikinya sedikit sedangkan ahli warisnya banyak.
● Haram
Haram apabila harta yang diwasiatkan untuk tujuan yang dilarang oleh agama.
RUKUN WASIAT
● Orang yang mewasiatkan (mushii).
● Adanya penerima wasiat (musha lahu).
● Adanya sesuatu atau barang yang diwasiatkan.
● Adanya ijab qabul (ucapan serah terima) dengan adanya ijab dari mushii misalnya
“Aku berwasiat untuk fulan akan sesuatu itu.” Sedangkan qabul berasal dari pihak
mushaa lahu yang sudah jelas ditentukan.
MACAM-MACAM WASIAT
● Wasiat Harta Benda; seperti berwasiat harta pustaka.
● Wasiat Hak Kekuasaan, yang akan dijalankan sesudah ia meninggal yang dalam fiqih
sering disebut "Al-isa" (wasiat dalam bentuk tanggung jawab). Misalnya Umar berkata
pada Usman "kalau saya nanti meninggal kamu saya jadikan orang yang membayar
hutang-hutang saya" atau "saya jadikan orang yang akan mengembalikan titipan
barang-barang orang lain kepada saya". Harus dilaksanakan selama tidak ada aturan
yang melarang. Tetapi jika ada aturan yang melarang seperti berwasiat untuk menjadi
wali nikah anak perempuannya maka wasiat ini tidak dilaksanakan karena wali nikah
sudah ada ketentuannya.
SYARAT WASIAT
● Syarat-syarat yang harus dimiliki mushii (orang yang berwasiat): mukallaf, merdeka,
muslim maupun non muslim dan dalam keadaan (tidak terpaksa).
● Syarat-syarat mushaa lahu (pihak yang menerima wasiat): harus benar-benar wujud
(ada) meskipun orang yang diberi wasiat tidak hadir pada saat wasiat diucapkan,
tidak menolak pemberian yang berwasiat, bukan pembunuh orang yang berwasiat
dan bukan ahli waris yang berhak menerima warisan dari orang yang berwasiat
kecuali atas persetujuan ahli warisnya.
● Syarat-syarat (sesuatu) harta yang diwariskan: jumlah wasiat tidak lebih dari sepertiga
dari seluruh harta yang ditinggalkan, dapat berpindah milik dari seseorang kepada
orang lain, harus ada ketika wasiat diucapkan, dan harus dapat memberi manfaat dan
tidak bertentangan degan hukum Syara’.
● Syarat-syarat sighat ijab qabul: kalimatnya dapat dimengerti atau dipahami baik
dengan lisan ataupun tulisan, dan penerima wasiat diucapkan setelah orang yang
berwasiat meninggal dunia.
PELAKSANAAN WASIAT
● Kadar wasiat
Sebanyak-banyaknya wasiat adalah sepertiga dari harta yang dipunyai oleh orang yang
berwasiat.
● Wasiat bagi orang yang tidak mempunyai ahli wariskadar wasiat bagi orang yang tidak
mempunyai ahli waris, para ulama berbeda pendapat, di antaranya adalah:
 Pertama, sebagian berpendapat, bahwa orang yang tidak mempunyai ahli waris tidak
boleh berwasiat lebih dari sepertiga harta miliknya.
 Kedua, sebagaian ulama lain berpendapat, bahwa orang yang tidak mempunyai ahli
waris boleh mewasiatkan lebih dari sepertiga hartanya
HIKMAH WASIAT
● Sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Allah dalam QS al-Baqarah: 180.
● Menghormati nilai-nilai kemanusian, terutama bagi kerabat dan orang lain yang tidak
mendapatkan warisan.
● Sebagai bentuk kepekaan terhadap keluarga serta mempererat tali silaturrahim.
AL ISHA
PENGERTIAN ISHA
Isha adalah memberikan kuasa kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang akan
dilaksanakan sesudah yangd memberikan kuasa meninggal dunia Dengan kata lain Isha
adalah washiat yang berkaitan dengan hal kekuasaan dan tanggung jawab bukan
berkaitan dengan harta. Isha pada hakikatnya sama dengan wasiat, hanya saja tidak
menyangkut dengan harta peninggalannya, tetapi wasiat dalam bentuk tangguing jawab.
Misalnya Umar berkata pada Amir, "Aku jadikan engkau sebagai washiku untuk
membayar hutangku". Washi artinya orang yang diberi kuasa melaksanakan suatu pesan
yang dilakukan setelah orang yang berpesan itu meninggal dunia.
HUKUM ISHA
● Wajib, bila tidak dapat terlaksana sesuatu kewajiban jika tidak mengangkat washi.
● Sunnah, bila untuk tujuan kebaikan dan kemaslahatan.
● MakruH, bila dikhawatirkan kemudharatan.
● Haram, bila untuk tujuan kejahatan.
RUKUN ISHA
● Orang yang mengangkat washi.
● Orang yang menjadi washi.
● Sesuatu yang menjadi urusan washi.
● Ucapan pengangkatan washi.
SYARAT-SYARAT ISHA
 Syarat orang yang mengangkat washi adalah :
• Baligh
• Berakal sehat
• Merdeka
• Atas kemauan sendiri
• Dilakukan sesuai kemampuannya
 Syarat orang yang menjadi washi adalah :
• Baligh
• Islam
• Berakal sehat
• Merdeka Adil
• Sanggup melaksanakan tugas yang diberikan
• Tidak ada permusuhan dengan orang yang mengangkat washi.
 Syarat urusan yang diberikan adalah :
• Tidak menjadi beban bagi washi sehingga tidak menimbulkan kemadharatan atau
kesukaran.
• Masalah yang dikuasakan tidak bertentangan atau dilarang oleh agama
 Ucapan pengangkatan washi adalah:
Syarat
1. Menyatakan maksud pengangkatan washi
2. Jelas dan dapat dipahami.
ERI M A
T
KA S I H

Anda mungkin juga menyukai