LANDASAN TEORI
A. Kesadaran Hukum
1. Kesadaran
a. Pengertian Kesadaran
Secara harfiah kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar” yang berarti
insyaf; merasa; tahu;dan mengerti. Jadi kesadaran adalah keinsyafan atau merasa
Widjaja (1984: 46) yang menyatakan bahwa “kita sadar jika kita tahu, mengerti,
insyaf, dan yakin tentang kondisi tertentu”. Dengan demikian, kesadaran adalah
berikut : “Sadar (kesadaran) itu adalah kehendak dan kesadaran hukum sadar
diartikan merasa, tahu, ingat keadaan sebenarnya dan ingat keadaan dirinya.
yaitu adanya keinsyafan dalam diri manusia bahwa sebagai anggota masyarakat
Kesadaran timbul dalam diri seseorang untuk mentaati suatu hukum atau
aturan tertentu. Menurut Suseno dalam Zubair (1995: 54) kesadaran memiliki
11
12
memiliki potensi untuk saling bertentangan hingga dapat terjadi konflik yang
kepentingan masyarakat.
atau kesadaran yang paling redah tingakatannya karena tidak jelas dasar dan
atau kesadaran yang ada pada diri individu yaitu konsep pengetahuan dan
yang sesuai adalah kepatuhan atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk
ketertiban. Disamping itu kepatuhan yang didasarkan pada prinsip etis yang layak
dianggap paling baik dibandingkan dengan kepatuhan yang didasarkan oleh hal
lainnya, sebab walaupun tidak ada aturan yang tertulis tetapi apabila secara etis
2. Hukum
a. Pengertian Hukum
Sampai saat ini, belum ada kesepakatan yang pasti tentang rumusan anti
hukum, atau sebagaimana dikemukakan oleh Darwis, (2003:6) “belum ada sebuah
pengertian hukum yang dijadikan standar dalam memahami makna dan konsep
hukum”. Untuk mermuskan pengertian hukum tidaklah mudah, karena hukum itu
meliputi banyak segi dan bentuk sehingga satu pengertian tidak mungkin
mencakup keseluruhan segi dan bentuk hukum. Selain itu setiap orang atau ahli
akan memberikan arti yang berlainan sesuai dengan sudut pandang masing-
masing yang akan menonjolkan segi-segi tertentu dan hukum. Akan tetapi
meskipun sulit untuk menjadikan definisi hukum sebagai pegangan yang mutlak,
ada beberapa sarjana atau pakar hukum yang mengemukakan pengertian hukum.
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan arena itu harus
ditaati”. Sementara itu, Affandi (Puspita, 2007: 45) mengatakan bahwa “hukum
adalah kumpulan peraturan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh setiap anggota
dimana menurut beliau hukum itu dibagi menjadi hukum fisik, yang
15
aturan mengenai hal yang layak dan tidak layak untuk dilakukan menurut
pendapat umum yang seharusnya ditaati dan dipatuhi. Hukum juga mengatur
ini terdapat pengertian hukum dari beberapa ahli sebagaimana dikutip oleh Kansil
(1986:36):
persamaan, diantaranya:
masyarakat.
berwajib
memiliki sifat memaksa dan mengatur. Hukum dapat memaksa seseorang untuk
mentaati tata tertib yang berlaku di dalam masyarakat dan terhadap orang yang
b. Tujuan Hukum
sosial, hukum memiliki tujuan yang menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
dalam masyarakat modern dibentuk atas dasar perpaduan antara dunia ide (cita-
cita) dengan realita sosial sebagai dunia nyata. Dunia ide memberikan
kontribusinya terhadap penetapan tujuan yang ingin dicapai dan cara serta upaya
terlindungi”.
realita sosial memberi batasan agar penetapan tujuan dan cara yang diinginkan
tetap berpijak pada kondisi dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
sebaliknya.
c. Fungsi Hukum
terdapat berbagai kepentingan dari warganya. Di antara kepentingan itu ada yang
bisa selaras dengan kepentingan lain, tetapi ada juga kepentingan yang memicu
konflik dengan kepentingan yang lain. Untuk keperluan tersebut, hukum harus
lain, fungsi hukum adalah menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat
sangat diperlukan. Di samping itu maka hukum sebagai sarana untuk menyalurkan
seyogyanya dilakukan, di samping fungsi hukum sebagai sarana dari pada sistem
3. kesadaran hukum
Kesadaran hukum adalah suatu kesadaran yang ada pada tiap-tiap manusia
mengenai apa itu hukum serta apa seharusnya hukum tersebut. (Varlord
mediator antara hukum dengan perilaku manusia, baik secara individual maupun
aspek kognitif dan perasaan yang sering kali dianggap sebagai faktor-faktor yang
masyarakat.”
merupakan suatu keyakinan yang ada di dalam setiap diri seorang individu berupa
nilai-nilai yang berintegrasi dalam dirinya terhadap hukum yang ada, kemudian
terhadap hukum.
paham seseorang mengenai kesadaran hukum. Hal ini sejalan dengan Soekanto
nyata tentang adanya taraf kesadaran hukum. Untuk lebih jelasnya di bawah
oleh hukum. Sudah tentu hukum yang dimaksud disini adalah hukum yang
20
hukum adalah pengertian terhadap isi dan tujuan hukum dari suatu
kehidupannya diatur oleh peraturan tersebut. Dalam hal ini peserta didik
yang mengatur sesuatu hal. Akan tetapi yang dilihat disini adalah
Salman (1989: 57). Jika hal ini kaitan dengan berlakunya Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 yang mengatur ketentun tentang lalu lintas dan
Undang tersebut.
Hal ini dilandasi oleh perasaan dan penilaian individu yang bersangkutan
terhadap objek tertentu, baik itu perasaan setuju maupun tidak setuju.
Menurut Salman (1989: 191) “sikap adalah suatu yang dipelajari dan sikap
tertentu”.
bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati Salman (1985: 58).
hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya sehingga
tersebut .
Sikap fundamental akan bereaksi tanpa memikirkan untung rugi dan hal
ini cukup mantap karena didasarkan pada pemikiran yang matang dan
akan melaksanakan apa yang diatur oleh undang-undang jika ada petugas
saja.
23
berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dengan demikian dari pola perilaku
kesadaran hukum yang dimiliki setiap individu tidak sama kadarnya pada tiap
kesadaran hukum seseorang dan kepatuhannya pada hukum dalam lima pola
karena perasaan takut. Takut akan hukuman yang akan diterima jika tidak
mentaati peraturan. Perasaan takut oleh sanski ini hampir dialami oleh semua
masyarakat, hanya orang bijak yang berpikiran kesadaran hukum itu dilaksanakan
kekurang-lengkapan peraturan-peraturan”.
didalam masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Soekanto (1982: 122) bahwa
hukum pada peserta didik agar proses untuk mewujudkan kesadaran hukum di
Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut
penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena
jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang
26
ditambah tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan
satu kaki. Namun, sejauh ini belum ditemukan suatu pengertian yang baku tentang
PKL itu, bahkan tidak dapat diketahui dengan pasti sejak kapan istialh itu muncul
keramaian kota, di stasiun kereta api dan di tempat-tempat umum lainnya baik
yang bersifat menetap maupun berdagang keliling dan tidak jarang mengganggu
ketertiban umum.
sehingga mudah untuk mempelajarinya. Ada kalangan yang memasukkan PKL ini
sebagai kelompok pengusaha kecil golongan ekonomi lemah namun oleh Hidayat
bahwa :
Pedagang Kaki Lima (street trading/street hawker) adalah salah satu usaha
dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal dan orang yang
dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan
penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok
tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-
tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal.
Berdasarkan penjelasan di atas pedagang kaki lima merupakan usaha
tempat yang dianggap strategis yang bisa dikunjungi oleh pembeli dengan mudah.
27
berjualan di tenda yaitu menggunakan meja ataupun rak dengan waktu berjualan
yang dibatasi oleh petugas lokal seperti aparat pemerintah kota, petugas pasar,
pengelola terminal bis, dan sebagainya. Di luar waktu berjualan yang diijinkan
tenda digulung dan lokasi mereka dipakai untuk parkir lalu lintas, pejalan kaki
penggusuran terhadap para PKL marak terjadi. Para PKL digusur oleh aparat
pemerintah seolah-olah mereka tidak memiliki hak asasi manusia dalam bidang
ekonomi sosial dan budaya (EKOSOB). PKL ini merupakan fenomena kegiatan
perkonomian rakyat kecil, yang mana mereka berdagang hanya untuk memenuhi
Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan
Republik Indonesia (NKRI). PKL ini juga timbul dari akibat tidak tersedianya
lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam
Lima, namun dapat digunakan beberapa produk hukum yang dapat dijadikan
a. Pasal 27 ayat (2) UUD RI 45: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas
terdapat pelarangan Pedagang Kaki Lima untuk berjualan di trotoar, jalur hijau,
29
jalan, dan badan jalan, serta tempat-tempat yang bukan peruntukkannya, namun
Pasal 49 ayat (1) Perda No 11 tahun 2005 berbunyi: “bahwa setiap orang
atau badan hukum yang melakukan perbuatan berupa butir isi pasal yang selalu di
Pada dasarnya, PKL juga menyadari bahwa berjualan ditempat umum akan
menggganggu para pengguna jalan. Namun, menjadi PKL adalah satu-
satunya yang bisa mereka lakukan untuk mencari nafkah. Lalu, bagaimana
mungkin mereka dipindahkan dan harus membayar biaya yang lebih besar.
30
sendiri apabila berjualan di badan jalan akan mengganggu para pejalan kaki, serta
antara lain:
a. Pedagang Kaki Lima pada umumnya modal kecil dan tidak mempunyai
tempat usaha mantap, berdagang diemperan/depan toko, dipinggir jalan,
ditrotoar, ditaman, diarea parker, dan tempat-tempat orang ramai.
b. Jam berdagang tidak tentu, ada pagi, ada siang, sore, dan malam hari,
bahkan ada yang dari pagi sampai sore dengan berbagai macam jenis
dagangan.
c. Jenis dagangan beraneka ragam, ada jajanan (makan proses), tanaman
hias, ikan hias, pakaian jadi/sepatu/tas, kerajinan, buah-buahan, dan
lain-lain.
d. Bentuk bangunan ada yang tertutup, terbuka, payung, gelaran, gerobak,
pikulan, meja dan sebagainya, konstruksi bangunan darurat, semi
permanen dan tanpa bangunan.
kaset DVD, casing HP, yang biasa dijual di toko lebih mahal, maka para
juga dijual kain, tas, sepatu, makanan seperti baso. Es campur, dan lain-
lain.
d. Jl. Kepatihan
mahal, di jalan kepatihan ini para pembeli biasa membeli barang tersebut
dengan setengah harga. Kemudian ada juga Tas yang dijual murah, seperti
kebawah dan menengah keatas. Mulai dari berbagai macam merk tas,
seperti Channel, Gucci, Prada, Furla, Guess, Louis Vuitton, dan lain-lain.
lain-lain. Dimana situsi di jalan Dewi Sartika lebih padat, karena posisinya
dekat sekali dengan jalan raya, sehingga pembeli dengan lebih mudah bisa
dagangan peralatan kantor seperti stand cap, mesin tik second, ada juga yg
berjualan sepeda baru maupun second, tetapi biasanya di jalan Asia Afrika
ini dikunjungi para pembeli di pagi hari dan sore hari lebih ramai pembeli.
g. Jl. Merdeka
(BIP) para PKL banyak menajajakan barang dagangan nya seperti casing
gelang, cincin, topi, ada juga yang berjualan hewan peliharaan seperti
Meskipun begitu para PKL tersebut berjualan tidak lepas dari pengawasan
para satuan Pamong Praja, yang terkadang sesekali para Pamong Praja menjaga
33
ketat wilayah tempat mereka berjualan, sehingga ada para PKL yang sama sekali
tidak bisa berjualan pada hari itu, karena kalau melanggar maka dengan sangat
terpaksa barang jajakannya di angkut oleh para Pamong Praja ke dalam mobil
truck yang sudah disiapkan, kemudian akan dibawa ke kantor Satpol PP untuk
PP, karena untuk menghidupi diri dan keluarganya maka para PKL ini tidak jera
peraturan andalan yang lahir dari pemikiran demi terciptanya keteraturan. Perda
ini juga dibanggakan pemerintah kota Bandung sebagai alat eksekusi untuk
teratur.
implementasi Perda tersebut di lapangan. Sehingga tidak banyak yang tahu bahwa
Lemahnya pengawasan dan political will pemkot Bandung, menjadi salah satu
tolak ukur atau indikator tidak berjalannya Perda K3. Mungkin saat ini, Perda
tersebut hanya bertumpuk bersama denga Perda lainnya yang juga bernasib sama,
Bandung sudah mulai diberlakukan Perda K3. Namun, pada kenyataannya masih
34
Selain perda K3, peraturan walikota yang mengatur tentang pembebanan biaya
paksaan bagi setiap orang yang melanggar perda K3 juga harus disosialisasikan
pada masyarakat.
1. Ketertiban
suatu keadaan kehidupan yang serba teratur dan tertata dengan baik sesuai
b) Tertib lingkungan
2. Kebersihan
f) Jalur hijau jalan yang terdiri dari bahu jalan, median jalan dan
pulau jalan
g) Taman lingkungan
3. Keindahan
ruang terbuka hijau (RTH), penataan pemeliharaan ruang terbuka hijau dan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Perda Kota Bandung Nomor
11 tahun 2005 ini memuat aturan terkait dengan ketertiban, kebersihan, dan
keindahan agar warga Bandung menjadi lebih bermartabat bukan sekedar slogan
hampa, bukan pula basa-basi melainkan harus menjadi milik bersama. Bersih,
makmur, taat (hukum) dan bersahabat adalah dambaan setiap orang khususnya
berada. Perda ini adalah suatu produk hukum dari DPRD Kota Bandung yang
3. Ketentraman
teratur.
4. Ketertiban
Daerah untuk dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram dan teratur (PP
6. Kamtibmas
7. Ancaman Kamtibmas
a. Preemtif
b. Preventif
c. Represif Nonyustisial
d. Penegakkan Hukum
39
e. Rehabilitasi
10. Patroli
Patroli adalah Suatu bentuk kegiatan yang bergerak dari satu tempat ke
tempat tertentu lainnya (mengawasi suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
11. Pengawalan
Pengawalan adalah salah satu tugas melekat pada Satuan Polisi Pamong
ketertiban umum.
Penjagaan tempat penting adalah salah sau tugas melekat pada Satpol PP
umum.
alat komunikasi;
tramtibum.
1. PEMBENTUKAN
Praja.
2. KEDUDUKAN
masyarakat.
41
b. Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang kepala satuan dan
3. TUGAS POKOK
perlindungan masyarakat.
4. FUNGSI
perlindungan masyarakat.
5. WEWENANG
masyarakat.
6. HAK
peraturan perundang-undangan.
7. KEWAJIBAN
b. Menaati disiplin Pegawai Negeri Sipil dan kode etik Polisi Pamong
Praja.
8. SUSUNAN ORGANISASI
a. Kepala
1) Seksi Penentraman
2) Seksi Penertiban
44
2) Seksi Pemeriksaaan.