Anda di halaman 1dari 189

TIPS MEMBUAT MEDIA

PEMBELAJARAN

KERY MELIANINGRUM
1002261

Pendidikan Manajemen Bisnis (B)

Universitas Pendidikan Indonesia 2011


KATA PENGANTAR

Uapaya meningkatakan kualitas proses dan hasil belajar para siswa di


setiap jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh
kualitas sumber daya manusia Indonesia yang dapat menunjang
pengembangan nasional. Upaya tersebut menjadi tugas dan tanggung
jawab semua tenaga kependidikan. Oleh sebab itu meningkatkan
kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan
pengajar.

Salah satu upaya dimaksud adalah penggunaan media


pengajaran dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media
pengajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa.
Buku ini menjelaskan media pengajaran yang baik yang berkenan
dengan penggunaanya dalam proses belajar-mengajar maupun
pembuatan sepanjang dimungkinkan oleh para guru. Isi buku ini terdiri
atas enam bab diawali dengan uraian mengenai dasar-dasar penggunaan
media dalam proses belajar-mengajar, berbagai jenis media pengajaran,
dan diakhiri dengan membahas media tiga dimensi sebagai media
pembelajaran. Kiranya buku ini dapat dimanfaatkan untuk memperkaya
wawasan dan keterampilan.

Semoga buku bermanfaat.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………… ii

BAB I MEDIA PEMBELAJARAN………………………………... 1

A. Pengertian Media ………………………………………. 4


B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan ……. 7
C. Ciri-Ciri Media Pendidikan ……………………………. 10
D. Pengelompokan Media ………………………………... 12
E. Manfaat dan Pedoman Penggunaan Media……………. 19
F. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ……………. 23
G. Penggunaan Media Pembelajaran ……………………... 25

H. Karakteristik Beberapa Jenis Media Pembelajaran …….. 27

BAB II MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR


MENGAJAR……………………………………………………… 32

A. Proses Belajar …………………………………………. 32


B. Kegunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar…… 45
C. Dasar Penggunaan Media Pembelajaran …………….. 45
D. Metode ………………………………………………... 52
BAB III HYPNOTEACHING ………………………………….. 56

A. Alasan Pentingnya Hypnoteaching ………………….. 57


B. Penekanan dalam Hypnoteaching …………………... 59
C. Kelebihan Hypnoteaching ………………………….... 60
D. Hambatan Pelaksanaan Metode Hypnoteaching …….. 61
E. Kualitas, Peranan, Dan Langkah-Langkah Dasar Menjadi
Guru Yang Menguasai Hypnoteaching …………….. 63
F. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ……. 69
G. Langkah-langkah Dasar Menjadi Guru yang menguasai
Hypnoteaching ……………………………………… 71
H. Tips Memaksimalkan Pembelajaran Hypnoteching… 74
I. Cara Pelaksanaan Metode P Hypnoteaching ………… 77

BAB IV TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT


MEMFASILITASI PEMBELAJARAN ……..…………............. 84
A. Penggunaan Media Berdasar Model Komunikasi ……… 84
B. Media Komunikasi Partisipatif ……………………… . 86
C. Penggunaan media dalam pembelajaran ………………. 87
D. Media Pembelajaran Partisipatif ……………………….. 87
E. Persiapan penggunaan media pembelajaran …………… 90
F. Tips dalam penentuan media belajar …………………... 91
G. Media belajar untuk masyarakat ……………………….. 93
H. Teknik Menggunakan Media pembelajaran ……… ……94
I. Tips penggunaan media ……………………………......101
BAB V PEMBUATAN MEDIA PRESENTASI ………………. 102

A. Prinsip Pengembangkan Media Presentasi Untuk Pembelajaran


…………………………………………………………. 104
B. Beberapa Tips Pembuatan Presentasi ………………... 105
C. Langkah-Langkah Pembuatan Media Presentasi …..... 106
D. Mengevaluasi Program Media Presentasi ……………. 132

BAB VI Media Pembelajaran Tiga Dimensi ………………… 133

A. Pengertian Benda Asli ………………………………… 135


B. Belajar Benda Asli melalui Widyawisata …………….. 136
C. Belajar Benda Sebenarnya melalui Speciment ……….. 139
D. Media Benda Tak asli atau Tiruan …………………… 144
E. Peta dan Macamnya……………………………………. 152
F. G l o b e ………………………………………………. 156
G. Boneka, hewan, dan miniature ………………………. 159

H. T o p e n g ……………………………………………… 166
I. Bak Pasir ………………………………………………. 169
J. Perangkat Lain Media Tiga Dimensi ………………… 171

KESIMPULAN ……………………………………………….. 185

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. 188


BAB I

MEDIA PEMBELAJARAN
BAB 1

MEDIA PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu
belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Apabila proses belajar
itu dilaksanakan secara formal disekolah-sekolah, tidak lain
dimaksudkan untuk mengarahkan pada diri siswa secara terencana baik
dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi yang
terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya
yang antara lain terdiri antara lain terdiri atas murid, guru, petugas
perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul,
selembaran, majalah, rekaman video atau audio dan sejenisnya) dan
berbgai sumber belajar dan fasilitas (proyektor over head) dan berbagai
sumber belajar dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan,
laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain).

Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses


pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu
yang akan datang.
Kondisi yang akan datang dapat dibentuk melalui pendidikan yang
sedang kita lakukan sekarang, artinya bahwa pendidikan harus dapat
menyiapkan dan menjawab tantangan dan kebutuhan di masa yang akan
datang.

 Media pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin


mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut dengan perkembangan
dan tuntutan jaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat
yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi
merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia,
guru juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan. Membuat
media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran,
yaitu meliputi (Hamalik,1994:6):

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifan proses


belajar mengajar ;
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan ;
c. Seluk-beluk proses belajar;
d. Hubungan antara metode mengajar dan media pedidikan;
e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan;
g. Berbagai alat jenis dan teknik media pendidikan;
h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang


tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada
khususnya.

Perkembangan media pengajaran menurut Asbhy (1972) seperti


yang dikutip oleh Miarso, telah menimbulkan revolusi empat kali dalam
dunia pendidikan. Revolusi pertama telah terjadi beberapa puluh abad
yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan anak-
anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru; revolusi
kedua terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama
pendidikan; revolusi ketiga timbul dengan tersedianya media cetak yang
merupakan hasil ditemukannya mesin teknik percetakan; dan revolusi
keempat berlangsung dengan meluasnya penggunaan media
komunikasi elektronik. Sekarang ini kita hidup dalam era informasi
yang ditandai dengan tersedianya informasi yang semakin banyak dan
bervariasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta
tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu yang cepat.
Karena semua usaha pengumpulan, engolahan, penyimpanan, dan
penyajian informasi senantiasa menggunakan media, maka era ini dapat
pula disebut lingkungan bermedia.

A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘perantara’ atau pengentar dalam bahasa arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach &
Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membengun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan
atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, lingkungan sekolah,
dan lingkungan. Sekolah merupakan media secara lebih khusus
pengertian media media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photographis.
Heinich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima. Jadi televisi, film, radio, rekaman audio gambar yang
diproyeksikan bahan-bahan betakan dan sejenisnya adalah media
komunikasi.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan intruksiopnal atau mengandung maksud-maksud pengajaran
maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini
Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan media sebagai
media semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebar ide gagasan, atau pendapat sehingga ide
atau gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju.

Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita,


meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara yang telah maju,
media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Waktu
yang terpanjang, yang paling berpengaruhi itu adalah waktu yang
digunakan untuk bersekolah (Miarso,1989). Kata media berasal dari
bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’
atau ‘pengantar’.

Asosiasi Teknologi Pendidikan misalnya mengatakan bahwa


media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Gagne (1978) mengartikan media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich dan Russell (1989)
mengartikan media sebagai saluran untuk komunikasi yang berasal dari
bahasa Latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk menyalurkan
informasi antara pengirim dan penerima.

Dari batasan-batasan itu dapat kita rumuskan bahwa media


pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa Istilah ‘media’ bahkan sering dikaitkan atau
dipergantikan dengan kata ‘teknologi’ yang berasal dari kata latin tekne
(bahasa inggris art) dan logos (bahasa indonesia ‘ilmu‘).

Menurut Webster (1983: 105) “art” adalah keterampilan skill


yang diperoleh lewat pengalaman study dan observasi dengan demikian,
teknology tidak lebih dari suatu ilmu yang membehas tentang
keterampilan yang diperoleh dari pengalaman pendidikan,
pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media dimana tentang teknologi bukan
sekedar benda, alat,bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap,
perbuatan, organisasi, dan manajemen dengan penerapan ilmu.
(Achsin,1986:10).
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media diatas berikut
dikemukakan, ciri-ciri umum yang terkanfung dalam setiap bahasan itu.
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), sesuatu benda yang dapat dilihat,
didengar, ataupun diraba dengan panca indera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkaut keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses
belajar baik dalam maupun diluar kelas
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guiru dan siswa dalam proses pembelajaran
6. Media pendidikan dapat digunakan secara masal (radio televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan
sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru
dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Abruner
(1996: 10-11) ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman
langsung, pengalaman piktorial, gambar dan pengalaman abstrak.
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’
dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan yang
diberi label kata sampul dipelajari dari gambar, foto atau film. Meskipun
siswa bwlum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka
dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau
film.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu
digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi
yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya
disebut sebagai pesan. Sebagai sumber pesan menuangkan penerima
menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan.
Uraian dibawah inio memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar
dapat berhasil dengan baik dan sebaiknya diajak untuk memanfaatkan
semua alat inderanya:Guru berupaya untuk menam,pilkan rangsangan
yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar
kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan
dalam ingatan.
Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan
menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang
disajikan.
Levie & levie (1975) yang membaca kembali hasil penelitian
tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas seperti
mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-
hubuingkan fakta dan konsep. Dilain pihak stimulus verbal memberi
hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan
yang berturut-turut . konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem
ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemudian
menyimpannya dalam bentuk proporsisi image, dan yang lainnya untuk
mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk
posisi verbal.
Belajar menggunakan indera ganda pandang dan dengar
berdasrkan konsep diatas akan memberikan keuntungan bagi siswa.
Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan
hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar.
Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu.
Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indera pandang dan
indera dengar sangat menonjol perbedaannya.Salah satu gambaran yang
paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media
dalam proses belajar adalah (kerucut pengalaman Dale) .

Kerucut merupakan elaborasi yang rinci dan konsep tiga


tingkatan pengalaman yang dikemukakan Bruner sebagaimana diuraikan
sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (kongkret) kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan. Semakin keatas puncak
kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu. Perlu dicatat
bahwa urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar
belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai
dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebtuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan
situasi belajar.
Dasar pengembangan kerucut bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta
selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung
akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh
karena ia melibatkan indera penglihatan, pendekatan, perasaan,
penciuman dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing misalnya
keikutsertaan dalam menyiapkan makanan, membuat perabot rumah
tangga, mengumpulkan perangko dan lain-lain.

Yang kesemuanya itu memberi dampak langsung terhadap


pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu
dituangkan kedalam lambang-lambangseperti bagan, grafik atau kata.
Sesungguhnya pengalaman konkret dan abstrak dialami silih berganti,
hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperoleh dan
memperluas jangkauan abstraksi seseorang dan sebaliknya, dan lambang
kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang
didalamnya ia terlibat langsung.

C. Ciri-Ciri Media Pendidikan


Gearlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu
melakukannya.
a. Ciri Fiksatif (fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek.
Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi,video tape. Suatu objek yang telah
diambil gambarnyadengan kamera atau video kamera dengan
mudah dapat direproduksikan dengan mudah kapan saja
diperlukan. Dengan ciri kreatif ini, media memungkinkan suatu
rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ni amat
penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah
direkam atau disimpan dengan format media yang dapat
digunakan setiap saat. Prosedur labolatorium yang rumit dapat
direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa kalipun
pada saat diperlukan. Demikian pula juga kegiatan siswa sejawat
baik secara perorangan maupun secara kelompok.
b. Ciri Manipulatif (manipulative Property)
Tranformasi suatu kejadian atau objek memungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Misalnya bagaimana cara larva
menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat
dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Pada
rekaman gambar hidup kejadian dapat diputar mundur. Media
dapat di edit sehingga guru hanya menampilkan bagian
penting/utama dari ceramah dan pidato.
Kemampuan media dan ciri manipulatif memerlukan
perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan
dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan
bagian-bagian yang salah maka akan terjadi pula kesalahan
penafsiran yang tentu saj membingungkan dan bahkan
menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah
yang tidak diinginkan. Manipulasi kejadian atau objek dengan
jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
c. Ciri Distributif (distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan cerita bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas
atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah dalam suatu wilayah
tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video,audio, ke
seluruh penjuru tempat yang di inginkan kapan saja.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat
direproduksikan seberapa kali pun dan siap digunakan secara
bersamaan berbagai tempat atau digunakan sevara berulang-ulang
disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan
terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

D. PENGELOMPOKAN MEDIA
a. Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau
menyampaikan materi seperti buku dan materi visual statis,
terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis.
Materi cetak dan fisual merupakan dasar pengembangan dan
penggunaan kebanyakan materi pembelajaran lainnya. Teknologi
ini menghasilakan materi dalam bentuk salinan tercetak. Teknologi
cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Teks dibaca secara liniar sedangkan visual diamati
berdasarkan ruang
 Baik teks maupun visual, keduanya menampilkan
komunikasi satu arah dan reseptif
 Teks dan visual ditampilkan statis
 Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip
kebahasan dan presepsi visual
 Baik teks maupun visual, keduanya berorientasi pada siswa
 Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai

b. Media hasil teknologi audio visual


Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Ciri-ciri
utama teknonologi media audio visual adalah sebagai berikut.
 Bersifat linear
 Menyajikan visualisasi yang dinamis
 Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh perancang atau pembuatnya
 Merupakan representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan
abstrak
 Dikembangkan menurut prinsip psikologi dan kognitif
 Umumnya berorientasi kepada guru, dengan tingkat
keterlibatan interaktif siswa yang rendah

c. Media hasil teknologi berbasis komputer


Teknologi berbasis komputer merukapan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis mikro-processor. Beberapa ciri media yang dihasilkan
teknologi berbasis komputer (baik perangkat keras maupun
perangkat lunak) adalah sebagai berikut.
 Dapat digunakan secara acak, non sekuensial, atau secara linear
 Dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau
berdasarkan keinginan perancang atau pengembang
sebagaimana direncanakannya.
 Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak
dengan kata,simbol, dan grafik
 Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini
 Pembelajaran berorientasi pada siswa dan melibatkan interaksi
siswa yang tinggi
 Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer
Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan
menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaina beberapa
bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Beberapa ciri utama
teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut.
a. Dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear
b. Dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja
dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya
c. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman siswa
d. Prinsip ilmu kognitif dan diterapkan dalam pengembangan
pelajaran
e. Pembelajaran dan terpusat pada lingkup kognitif, sehingga
pengetahuan dikuasai jika pelajaran digunakan
f. Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktifitas siswa

Teleconference adalah suatu teknik komunikasi antar kelompok-


kelompok yang berada di lokasi geografis dengan menggunakan
mikrofon dan amplifier khusus yang dihubungkan antara satu dengan
yang lainnya, sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif
dalam suatu pertemuan besar dan diskusi.

Pendengar dapat bertanya kepada pembicara dan kelompok itu dapat


mendengarkan jawaban atau tanggapan pembicara.

Hypertext adalah tulisan yang tak berurutan non-sequential. Dengan


suatu sistem authoring (menulis) pengarang menghubungkan
informasidari bagian manapun dalam paket pelajaran itu, menciptakan
jalur-jalur melalui suatu materi yang berkaitan, memberi keterangan
teks yang tersedia.

Hypermedia adalah perluasan hypertext yang menggabungkan media


lain kedalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang dapat
membuat sesuatu korpus materi yang kait-mengkait meliputi teks,
grafik, gambar animasi, dan lain-lain.

Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pembelajaran


menggunakan materi video rekaman, disajikan dengan pengendalian
komputer kepada penontonyang tidak hanya mendengar dan melihat
video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, sehingga
proses itu yang menetukan kecepatan dan sekuensi penyajian.

Compact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video


dimana signal audio visual direkam bukan pada pita magnetik.
Kemp dan Deyton (1985) mengelompokan media kedalam 8 jenis,
yaitu:

1) Media cetakan
2) Media panjang
3) Overhead transparancies
4) Rekaman audio-tape
5) Seri slide atau filmtrips
6) Penyajian multiimage
7) Rekaman video dan film hidup
8) Komputer

Media cetakan meliputi bahn-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk


pembelajaran dan informasi. Di samping buku teks atau buku ajar
termasuk juga lembaran penentuan, berupa daftar cek tentang langkah-
langkah yang harus diikuti mengoprasikan seluruh peralatan atau
memeriksa peralatan.

Penetuan belajar adalah bentuk media cetak lain yang mempersiapkan


dan mengarahkan siswa untuk maju ke unit berikutnya menyelesaikan
mata pelajaran. Bentuk lain dari media cetakan adalah brosur dan
newsletter. Brosur merupakan pengumuman atau pemberitahuan
mengenai sesuatu program atau pelayanan, sedangkan newsletter
berisikan laporan kegitan suatu organisasi.

Teks program adalah satu jenis media cetakan yang banyak digunakan.
Teks informasi ini merupakan stimulus yang meminta siswa untuk
memberikan respons, kemudian siswa diberikan jawaban benar dengan
membandingkan jawabannya dengan jawaban yang disiapkan. Dengan
tahapan demikian siswa dapat meneruskan bacaannya dan sudah
menguasai informasi yang disajikan, atau siswa akan minta diulang
membaca informasi yang serupa sebelum disajikan dengan informasi
baru.

Beberapa kelebihan media cetakan, termasuk teks terprogram adalah


sebagai berikut.

a. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-


masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat
maupun lambat membaca dan memahami.
b. Dapat mengulang materi dalam media cetakan sehingga akan
mengikuti ukuran pikiran secara logis
c. Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetaksudah merupakan
hal lumrah
d. Khusus pada teks terprogram siswa akan berpartisipasi atau
berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respons terhadap
pertanyaan dan latihan yang disusun, siswa dapat segera
mengetahui jawaban benar atau salah
e. Meskipun isi informasi media cetak atau harus diperbaharui dan
direvisi sesuai dengan perkembangan dan temuan baru dalam
bidang ilmu, namun materi tersebut dan direproduksi dengan
ekonomis dan didistribusikan dengan mudah.

Keterbatasan media cetakan adalah sebagai berikut.

a. Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan


b. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi
gambar
c. Proses percetakn media seringkali memakan waktu beberapa hari
lebih sampai berbulan-bulan, tergantung kepada peralatan
percetakan dan kerumitan informasi
d. Pembagian unit-unit dalam media cetakan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjangdan membosankan
siswa
e. Umumnya media cetakan akan mendapatkan hasil yang baik jika
tujuan pelajaran itu bersifat kognitif, misalnya belajar tentang fakta
dan keterampilan.
f. Jika tidak terawat dengan baik media cetakan cepat rusak atau
hilang

Media cetakan pada umumnya digunakan untuk penyampaian pesan


atau informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis,
flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin, dan pameran.
Dengan perencanaan yang baik papan tulis akan menjadi media
pembelajaran yang efektif.

E. Manfaat dan Pedoman Penggunaan Media

Media sangat bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran,


manfaat itu adalah sebagai berikut.

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman


yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa berbeda.
Kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam
pengalaman yang dimliki oleh siswa. Dua anak yang hidup di dua
masyarakat atau lingkungan yang berbeda, akan mempunyai
pengalaman yang berbeda. Ini disebabkan karena berbedanya
“kesempatan untuk mengalami” yang diperoleh anak-anak.
Ketersediaan buku, bacaan-bacaan, kesempatan berdarmawisata,
dan lain-lain adalah faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak-anak. Media pembelajaran dapat mengatasi
perbedaan-perbedaan ini jika siswa tidak mungkin untuk dibawa ke
objek yang dipelajari, maka objeklah yang dibawa ke siswa.
2) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,
dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh siswa. Ini disebabkan oleh:

 objek terlalu besar, misalnya lingkungan pasar, terminal, stasiun,


pelabuhan, candi, ikan paus, dan lain-lain. Dengan media seperti
gambar, foto, slide, atau film, kita dapat menampilkannya ke
hadapan siswa;
 beberapa objek, makhluk hidup, dan gerakan-gerakan terlalu kecil
untuk diamati dengan mata telanjang, misalnya: bakteri, sel darah,
protozoa, dan lain-lain. Dengan bantuan gambar, film, dan
mikroskop sebagai media pembelajaran dapat memperbesar dan
memperjelas objek-objek tadi.
 gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat diikuti prosesnya dalam
beberapa saat saja dengan teknik time-lapse dengan media
fotographi, film, atau komputer;
 gerakan-gerakan yang terlalu cepat dan sulit ditangkap mata biasa,
misalnya kepakan sayap burung, laju peluru, komet, dan lain-lain
dapat diamati dengan media;
 ada kalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks seperti
peredaran darah atau siklus air hujan dapat ditampilkan dengan
gambar, skema, atau simulasi komputer;
 bunyi-bunyi yang amat halus yang semula tidak mungkin ditangkap
telingan menjadi jelas didengar dengan menggunakan media;
 rintangan-rintangan untuk mempelajari musim, iklim, dan geografi
secara umum dapat diatasi. Kehidupan ikan-ikan di dasar laut atau
kehidupan gajah di hutan dapat dihadirkan di depan kelas melalui
media;
 kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto,
dan slide;
 kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung


antara siswa dan lngkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang
dimiliki si A berbeda dengan si B, bila si A hanya pernah
mendengar sedangkan si B pernah melihat sendiri bahkan pernah
memegang, meraba, dan merasakannya. Pengamatan yang
dilakukan oleh siswa bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang
penting yang dimaksudkan oleh guru.
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan
realistis. Sering kali sesuatu yang diterangkan oleh guru diterima
sebagai konsepsi yang berbeda oleh siswa yang berbeda pula.
Penggunaan media seperti gambar, film, objek, model, grafik, dan
lain-lain bisa memberikan konsep dasar yang benar.
6) Media membangkitkan motivasi dan rangsangan anak untuk
belajar. Pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran
film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan rangsangan-
rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk belajar.
7) Media membangkitkan keinginan dan minat guru. Dengan
menggunakan media pembelajaran, horizon pengalaman anak
semakin luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan
sendirinya semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk
belajar selalu muncul.
8) Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari
yang konkret sampai hal yang bersifat abstrak. Sebuah film Candi
Borobudur misalnya, dapat memberikan imaji yang konkret tentang
wujud, ukuran, lokasi candi, dan sebagainya.

Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis


dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Program pembelajaran
direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa dengan tujuan yang kan
dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara
penggunaannya harus dipertimbangkan dan ditentukan dengan saksama.

Ada beberapa pedoman umum yang perlu diperhatikan dalam


penggunaan media dalam proses pembelajara.
1. Tidak ada satu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran, karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
2. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
3. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media
dengan karakteristik materi pelajaranyang disajikan.
4. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan
belajar yang akan dilaksanakn, seperti belajar secara klasikal,
belajar dalam kelompok kecil, belajar secara individual.
5. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup, seperti
mengecek media yang akan dipakai, mempersiapkan serbagai
peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pengajaran di
mulai.
6. Siswa perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar
mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting
selama penggunaan media.
7. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan
partisipasi aktif para siswa.

F. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang sangat sederhana


hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya menggunakan
indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera. Dari yang murah
dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung
pada perangkat keras.
Dalam perkembangannya media mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tuan yang dimanfaatkan dalam proses
belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis.
Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan
mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang
muncul terakhir adalah teknologi mikroprosesor yang melahirkan
pemakaian komputer dan kegiatan interaktif (Arsyad, 2006:29).
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran
dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1. media hasil teknologi cetak,


2. media hasil teknologi audio-visual,
3. media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4. media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi


perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow yang dikutip Arsyad
(2006:33) dibagi ke dalam dua kategari luas, yaitu pilihan media
tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.

1. Pilihan Media Tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang,


proyeksi overhead, slide, (filmstrips).
b. Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts,
grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu/flanel)
c. Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)
d. Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara,
dan multi image)
e. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).
f. Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah
berkala, lembaran lepas atau hand-out).
g. Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan).
h. Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe,
boneka).

2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi (teleconference dan telelecture)


b. Media berbasis mikroprosesor ( pembelajaran berbantuan
komputer, permainan komputer, pembelajaran interaktif,
hypermedia, dan compact video disc).

Pengelompokan media yang banyak dianut oleh para pengelola


pendidikan adalah seperti yang disampaikan oleh Kemp dan Dayton
(1985). Oleh mereka, media dikelompokkan dalam delapan jenis, yaitu:

1. Media cetak,
2. Media pajang,
3. Overhead transparacies (OHT) dan Overhead Projector (OHP),
4. Rekaman audiotape,
5. Slide dan filmstrip,
6. Penyajian multi-image,
7. Rekaman video dan film, dan
8. Komputer.

Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam


penggunaannya. Seorang guru seharusnya dapat mengkaji

G. Penggunaan Media Pembelajaran

Setelah memahami pengertian, manfaat, dan jenis media pembelajaran,


kini pembahasan akan mengerucut pada penggunaan media dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut ini disajikan
alternatif penggunaan media untuk menunjang pencapaian kompetensi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan pada
keterampilan berbahasa.

1.   Alternatif media dalam pembelajaran bahasa Indonesia

a. Dalam pembelajaran mendengarkan, media yang dapat


digunakan yaitu: radio, tape recorder, video, dan laboratorium
bahasa.
b. Dalam pembelajaran berbicara, media yang dapat digunakan
yaitu: permainan, gambar, kartu kata dan kalimat, wacana, teks
puisi, dan lingkungan.
c. Dalam pembelajaran membaca, media yang dapat digunakan
yaitu bahan cetakan seperti buku, modul, lembaran lepas,
kliping berupa wacana atau cerita.
d. Dalam pembelajaran menulis, media yang dapat digunakan
yaitu: gambar, foto, lingkungan, papan pajang, pengalaman
siswa, dan televisi.
2.   Penggunaan media dalam proses pembelajaran

Berikut ini disajikan contoh atau model pembelajaran bahasa Indonesia


di Sekolah Dasar. Sebagai sebuah model, sangat diharapkan guru dapat
menyesuaikan atau mengembangkannya sesuai dengan kondisi sekolah
yang bersangkutan.

H. Karakteristik Beberapa Jenis Media Pembelajaran

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang


dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat
karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat
diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990).
Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya
membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini,
pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting
artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media.

Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa


karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan
dengan situasi belajar tertentu.

Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan


petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi
pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat
melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran
tersebut (Arsyad, 2002) adalah:
a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu
peristiwa atau obyek;

b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi


suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan
waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan
kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih
singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau
sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya
agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut;

c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media


mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara
bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di
berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian tersebut.

Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik


media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak
ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan
Kemp, telah melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi
mengenai media pembelajaran.

Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media


pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio,
media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai
rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok
berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil
teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer,
dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-
masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan
berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik dari masing-masing
kelompok media tersebut akan dibahas dalam uraian selanjutnya.

Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam


kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul
visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik
yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang
dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa
saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah
mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak
(pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses,
terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik),
dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.

Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok


ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam
simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan
rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan
ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas).
Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk
kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam
penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan
penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik
umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh
siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara
penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media
dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya
memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis,
sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar
secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua
ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara
terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat
untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media
film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan,
dsb., sesuai dengan kebutuhan.

Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk


kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan
peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya
dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman,
1990).

Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan


pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu
kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar,
dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan
konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat,
memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan
pembelajaran.

BAB II
MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR
MENGAJAR

BAB II

MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR


MENGAJAR
A. Proses Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke
liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif).

Istilah proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar


hendaklah diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik
karena ada yang secara langsung mengajar ataupun secara tidak
langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi
dengan media atau sumber belajar yang lain. Guru atau instruktur
hanyalah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat
memungkinkan siswa belajar.

Siswa atau peserta latihan sendiri, petugas perpustakaan, kepala


sekolah, tokoh masyarakat atau orang yang mempunyai keterampilan
atau kemampuan tertentu di masyarakat juga merupakan sumber belajar.
Mereka dapat digolongkan sebagai sumber belajar jenis orang.

Jenis belajar yang lain adalah pesan yaitu ajaran atau informasi yang
akan dipelajari atau diterima oleh siswa. Bidang studi atau mater-materi
latihan jenis ini adalah sebagai berikut:

 Bahan (materials)
Jenis ini biasa disebut dengan istilah perangkat lunak atau software.
Didalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan baik
dengan bantuan alat penyaji maupun tanpa alat penyaji. Contohnya,
buku yang anda baca ini, mocul dan audio.
 Alat (device)
Istilah hardware atau perangkat keras dan digunakan untuk
menyajikan pesan contohnya, proyektor, film dan tv.
 Teknik
Prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan alat,
bahanuntuk menyajikan pesan misalnya teknik demonstrasi, kuliah,
ceramah, dan belajar sendiri.
 Lingkungan atau setting
Memungkinkan siswa belajar, misalnya: kita dapat melihat banyak
sekali sumber belajar. Bahan dan alat tang kita kenal dengan istilah
software dan hardware tak lain dan tidak bukan adalah media
pendidikan.

1. Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Metode adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang
tentang media. Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan
(Associaton of Education and Communication Technology). Gagne
(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponendalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang berbeda.
Mpikiran, perasaanedia adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya
dapat dimanipulasi. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan
diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim atau
penerima sehinnga dapat merangsang pikiran, perasaan dan
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar tadi.

2. Perkembangan Media Pendidikan


Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar,
model objek, dan alat lain yang dapat memberikan pengalaman
konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi
belajar siswa. Karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu
visual yang dipakainya orang yang kurang memperhatikan aspek
desain, pengembangan pembelajaran produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar
pertengahan abad ke 20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran
ini dilengkapi dengn alat audio sehingga kita kenal adanya alat
audio visual atau audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan
pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin
usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini.
Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat
dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi
tersebut kemudiandikenal dengan nama kerucut pengalaman dari
Edgar Dale

Gambar 1

Dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu
apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, sehinnga selain alat bantu
media juga berfungsi sebagai alat bantu media juga berfungsi
sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat
audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja,
melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. teori ini
sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-
program pembelajaran.
Sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media
saja. Faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses
belajar belum mendapat perhatian.
Pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa
sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar.
Pada saat itu teori tingkah laku ajaran B.F. Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.
Teori ini untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar
mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah
laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri
siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku
tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap ada perubahan tingkah laku
positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan,
berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem mulai menampakan
pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendidikan sistem ini mendorong digunakan media
sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap
program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan
memusakan perhatian pada siswa. Program pembelajaran
direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan yingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan
dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan
ditentukan dengan seksama.
Pada dasarnya para guru dan para ahli audio visual menymbut
baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran mulai dipakai berbagai format
media.
Dari pengalaman mereka,guru mulai belajar bahwa cara belajar
siswa itu berbeda, sebagian lebih cepat belajar memulai media
visual, sebagian melalui medi audio, sebagian lebih senang melalui
media cetak dan sebagainya.
3. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran
atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran media dan penerima pesan adalah komponen-komponen
proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi
ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya
bisa guru, siswa orang lain ataupun penulis buku dan proseduryang
ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa orang lain
ataupun penulis buku dan prosedur media. Salurannya adalah
media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga
guru.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi baik simbol verbal maupun simbol non-verbal atau
visual. Proses penuangan pesan kedalam simbol-simbol
komunikasi disebut encoding.
Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak.
Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan atau
kekurang keberhasilan dalam memahami apa-apa yang didengar
dibaca atau dilihat dan diamatinya.
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang
proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan
istilah noises.
Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan
fisik seperti kelelahan sakit, keterbatasan daya inderadan cacat
tubuh.
Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti
perbedaan adat istiadat norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai
panutan, dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang
ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses belajar
mengajar ditempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan
berbeda dengan proses yang dilakukan dikelas yang bising.
Perbedaan adat istiadat norma sosial dan kepercayaan kadang-
kadang bisa menjadi sumbersalah paham.
Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri
guru maupun siswa, baik sewaktu pesan maupun proses
komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak
efektif dan efisien.
Media pendidikan sebagai salah satu pengajaran menyalurkan
pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaab gaya
belajar,minat, intelegensi, dan lain-lain dapat dibantu diatasi
dengan pemanfaatan media pendidikan.
4. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai
berikut.
1. Memperlias penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu adan daya indera seperti
misalnya:
a. Objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita
gambar, film bingkai
b. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film dan
bingkai
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa
ditampilakan lagi lewat rekaman film, video maupun secara
verba
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pendidikan berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar
b. Memungkinkan yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan kenyataan
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan minatnya
4. Dengan sifat yang unit siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru banyak mengalami kesulitan bila mana semuanya itu
harus diatasi sendiri. Hal in akan lebih sulit apabila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu
dengan kemampuannya dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama
b. Mempersamakan pengalaman
c. Menimbulkan presepsi yang sama

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan


sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis


(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbataasan ruang, waktu dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu
harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru
dengan siswa juga berbeda. 

Pengetahuan yang dibedah dari setumpuk buku, masih yang


terlewat yang dapat ditemukan dari bahan ajar lain yang berserakan di
dunia maya dalam bentuk kode-kode digital. Belajar tatap muka dengan
guru atau berdiskusi dengan teman sebangku akan semakin terlengkapi
dengan pembelajaran menggunakan multi media yang bersifat statis atau
interaktif. Sekolah perlu membangun paradigma yang merespon itu
semua.

Sekarang computer tidak hanya digunakan untuk efisiensi dan


efektifitas dalam pengelolaan penyelenggaraan sekolah saja. Komputer
dapat digunakan untuk mempermudah menunjukkan pengetahuan,
mengganti simulasi yang berbahaya, memberi daya tarik yang lengkap
menyentuh seluruh modalitas manusia lewat desain multi media.
Penyajian bahan ajar dalam bentuk multi media dapat dirancang untuk
keperluan presentasi dan dapat juga untuk dirancang untuk
pembelajaran mandiri.

Bila sekolah akan menerapkan model pembelajaran berbasis computer


maka langkah yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut.

1) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan


Disadari bahwa untuk meningkatkan kelembagaan diperlukan
pemahaman konsep dasar pemberdayaan. Konsep ini harus dilandasi
dengan nilai-nilai prinsip dan nilai-nilai instrumental yang selanjutnya
hadir secara sadar dalam jiwa warga sekolah. Sehingga dalam diri warga
sekolah itu muncul kesadaran diri, kesadaran kolektif, kesadaran
lingkungan fisik yang berkelanjutan, dan kesadaran ber- Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Bila sudah demikian , maka akan tercipatalah kehidupan yang
bermutu dengan berstandart mutu yang tinggi.
Dan ini menjadi bekal bagi warga sekolah pada saat harus
memposisikan diri memegang amanat berkiprah dalam dunia
pendidikan.
Dalam melaksanakan amanat selalu dihadapkan pada pilihan-
pilihan, yang harus diputuskan diambil mana yang paling tepat dan
mengarah pada tujuan. Putusan itu dipahami dapat bersifat strategic dan
ada yang bersifat non strategic.

Rincian Program yang dilakukan :

 Mensosialisasikan program peningkatan kapasitas kelembagaan


 Melakukan pembinaan berkelanjutan.

2) Pengajaran dan pembelajaran berbasis computer atau


e-learning

Dalam usaha optimalisasi penguasaan siswa terhadapa bahan ajar


perlu diputuskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pengajaran dan pembelajaran yang dilaksanakan harus yang bermakna
dan dapat melatih kemampuan berpikir siswa. . Sistem learning
menarik, menyenangkan dan mendorong cara-cara belajar yang
berdisiplin, dan lebih efektif , sehingga dapat melahirkan budaya belajar
unggul. Faktor internal dan eksternal pada fungsi PBM menunnjukkan
siap seluruhnya, seluruh factor menjadi kekuatan dan peluang. Pada
fungsi pendukung PBM ketenagaan factor yang menjadi titik lemah
adalah kemampuan guru bmengoprasikan komputer .

Sehingga guru perlu dididik dan dilatih mengoprasikan komputer


sampai komputer berbasis LAN dan mengenal internet. Susunan bahan
ajar yang disusun guru dapat segera disajikan dengan berbasis
komputer, misalnya dengan menggunakan MS. Power Point atau Front
Page. Demikian juga susunan pokok ujinya. Rincian Program yang
dilakukan :

 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan komputer badi guru


 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan komputer bagi siswa
 Penyusuna bahan ajar berbasis komputer
 Pengusunan pokok uji berbasis komputer.

B. Kegunaan Media Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan


sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis


(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbataasan ruang, waktu dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu
harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru
dengan siswa juga berbeda.

C. Dasar – Dasar Penggunaan Media Pembelajaran

Menurut Sudjana (2003: 68) bahwa perkembangan konsep teknologi


pembelajaran dari komunikasi audio – visual menuju ke pendekatan
sistem, disebabkan oleh adanya pemikiran yang memandang teknologi
pendidikan sebagai suatu pendekatan sistem di dalam proses belajar
mengajar yang dipesatkan pada desain, implementasi dan evaluasi
terhadap proses mengajar dan belajar.

Mulyasa (2004: 148) mengemukakan bahwa pembaruan


pembelajaran tidak harus disertai dengan pemakaian perlengkapan yang
serba hebat. Dalam rangka pembangunan pendidikan guru dan
pengembangan karier pendidikan seperti di atas perlu ditekankan
pentingnya pengembangan cara-cara baru yang efektif dan sesuai
dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Adapun
menggunakan media gambar (poster) pemakaian media tersebut untuk
menunjang pembelajaran. Kriteria pemeliharaan media harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat
khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Pemilihan media
seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media
merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan.
Karena itu, meskipu tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor
lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi
kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur
penilaiannya harus dipertimbangkan (Ely dalam Arief, 2003: 83).

 Media Poster

Poster adalah salah satu media yang terdiri dari lambang kata atau
simbol yang sangat sederhana, dan pda umumnya mengandung anjuran
atau larangan (Depdikbud, 1988:50). Menurut Sudjana dan Rivai
(2002:51) poster adaah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang
kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap
perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan
yang berarti didalam ingatannya.Poster disebut juga plakat, lukisan atau
gambar yang dipasang telah mendapat perhatian yang cukup besar
sebagai suatu media untuk menyampaikan informasi, saran, pesan dan
kesan, ide dan sebagainya (Rohani, 1997:76-77). oster terdapat
kelebihannya dengan harganya terjangkau oleh seorang guru tetapi ada
juga kelemahannya dikarenakan media poster berdimensi dua, sehingga
sukar untuk melukiskan sebenarnya.

Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel)


untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu
sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia
pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari
sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima informasinya adalah
siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa
sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa. Oleh Bloom
(dalam Rahmanto, 1998:14) mengemukakan bahwa kemampuan
tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah (domain) yang kemudian
dikenal dengan istilah “taksonomi”, yakni ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotorik.

Dalam setiap proses belajar-mengajar antara guru dan siswa


mempunyai tujuan yang sama, yaitu siswa mengalami perubahan yang
positif dan sebelum proses belajar-mengajar dilalui dan sesudah proses
belajar-mengajar berlangsung meskipun ada perbedaan-perbedaan yang
terdapat antara setiap siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Perbedaan itu dapat terjadi pada tingkat keterampilan kognitifnya, dapat
terjadi pada cara siswa menangkap pengetahuan yang baru, dan dapat
pula pada tingkat keterampilan motoriknya. Jika guru bertolak dari
pemahaman bahwa penggunaan media dalam proses belajar-mengajar
bertujuan untuk memudahkan siswa belajar.

Banyak ahli telah mengemukakan teori tentang proses belajar-mengajar


anak seiring dengan pertumbuhan mentalnya. Dalam proses belajar
mengajar salah satu tugas utama guru adalah membangkitkan minat
belajar siswanya Piaget dengan teori perkembangan intelektualnya
mengatakan bahwa perkembangan anak mengikuti fase-fase
perkembangan. Fase-fase itu telah kita kenal yaitu: fase sensori motor,
fase praoperasional, fase konkret operasional, dan fase formal
operasional.Dengan mengetahui prinsip-prinsip pemilihan media, maka
pertimbangan pokok dalam memilih media, terdiri atas beberapa kriteria
sebagai berikut:
1) Media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan
pengajaran;
2) Media yang dipilih hendaknya selalu disesuaikan dengan
kemampuan siswa;
3) Media yang digunakan hendaknya tepat guna;
4) Media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya
alat/bahannya atau tersedia waktu untuk mempersiapkan dan
mempergunakannya;
5) Media yang dipilih hendaknya disenangi oleh guru dan siswa;
6) Persiapan dan penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan
biaya yang tersedia;
 Pola Penggunaan Media

Guru harus mamahami tentang pola penggunaan media yang tepat. Pola
penggunaan media yang dimaksud, yaitu:

1. Pola Penggunaan Pola di Dalam Kelas

Media ini digunakan dengan tujuan untuk menunjang tercapainya tujuan


pengajaran. Ada beberapa hal yang harus dipikirkan pada penggunaan
media tersebut yaitu:

1. Media yang digunakan harus transparansi dan tersedia,


2. Teknik atau metode yang digunakan oleh guru harus sesuai,
3. Memperhatikan kondisi kelas yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar (Budinuryanta, 1998: 15).
4. Pola Penggunaan di Luar Kelas
Pola ini dapat ditemukan pada beberapa contoh kasus seperti dalam
pengajaran Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Pemakaian media seperti
ini, dapat berlaku kapan saja, tergantung kepada tujuan yang hendak
dicapai pemakainya.

1. Prosedur Penggunaan Media Pengajaran

Telah diuraikan sebelumnya bahwa media pengajaran seharusnya dipilih


secara sistematik, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Menurut Budinuryanta (1998: 17) mengemukakan bahwa ada tiga
langkah pokok dalam prosedur penggunaan media pengajaran yang
perlu diikuti yaitu:

1. Persiapan Dilakukan sebelum menggunakan media.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan media


dapat dipersiapkan dengan baik, yaitu:

(1) pelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah


disediakan, kemudian diikuti di dalamnya,

(2) siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media


yang dimaksud,
(3) tetapkan apakah media tersebut digunakan secara individual atau
kelompok, dan atur tatanannya, agar peserta dapat melihat, dan
mendengar pesan-pesan pengajarannya dengan baik.

2. Pelaksanaan (Penyajian)

Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta


terhadap pokok-pokok materi atau pesan pengajaran yang hendak
disampaikan melalui media tersebut.

 Penggunaan Media Gambar Seri Dalam PBM

Baugh (dalam Sulaiman, 1998: 30) mengemukakan tentang


perbandingan peranan tiap alat indera kita. Semua pengalaman belajar
yang dimiliki seseorang dapat dipersentasikan yaitu: 90% diperoleh
melalui indera lihat, 5% melalui indera dengar, dan 5% melalui indera
lain. Keefektifan penggunaan alat bantu gambar dalam proses belajar-
mengajar, dapat dilihat dari hasil penelitian Spaulding (dalam Soeparno,
dkk, 1998: 25) menguraikan tentang bagaimana siswa belajar melalui
gambar, sebagai berikut:

1) Gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik


minat siswa secara efektif,
2) Gambar harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat siswa
menjadi efektif, dan gambar membantu para siswa membaca buku
pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi
materi teks yang menyertainya.
Secara umum Media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunjan
sebagai berikut ;

 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersipat verbalitas


 Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu , daya indra,
seperti : Objek yang terlalu besar – bisa di gantikan dengan realita ,
gambar,film bingkai, flim, atau model. Objek yang kecil di bantu
dengan proyek mikro, flim bingkai, atau gambar
 Konsep yang terluas (gunung merapi, gempa bumi, iklim, dan lain
lain.
 Penggunan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatsi sipat pasif anak didik, Dalam hal in media pendidikan
untuk:
 Menimbulkan kegembiraan belajar
 Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dan
lingkungan dan kenyataan.
 Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampun dan minat nya 

Dengan sifat yang unik pada siswa ditambah lagi dengan


lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa.

D. Metode

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keefektifan media gambar


dalam penulisan karangan pada siswa pendidikan dasar adalah
membandingkan dua kelompok siswa. Kelompok pertama sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kedua
tidak diberikan perlakuan.
 Metode Pembelajaran Efektif
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang
wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita.
Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan
yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi
bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka
menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.
Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan
dan tidak membosankan.
Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang
mungkin bisa kita persiapkan.

 Metode Debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang


sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.

Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari
empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil
posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan
perdebatan tentang topik yang ditugaskan.

Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi


pro dan kontra diberikan kepada guru.Selanjutnya guru dapat
mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat
dalam prosedur debat.

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan


pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar
yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika
mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen)
untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam
usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok.

 Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan


pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal
itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role
Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.


2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.
 Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan


metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.

1. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang


pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1.Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2.Berpikir dan bertindak kreatif.
3.Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4.Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.


Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut.2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
BAB III

HYPNOTEACHING

BAB III
HYPNOTEACHING

PENDAHULUAN

Hipnotis tidak hanya berguna dalam mengatasi permasalahan yang


menyangkut kondisi fisik ataupun psikis, melainkan juga bisa
dimanfaatkan dalam upaya optimalisasi kegiatan belajar-mengajar.
Hipnotis jenis yang satu ini disebut hypnoteaching. Sebagaimana
dikemukakan Heranto Nurcahyo, secara harifah, hypnoteaching berasala
dari kata hypnosis dan teaching. Dari sini kemudian bisa diarikan bahwa
hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan
sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas. Dengan sugesti yang
diberikan diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan bahwa ada
potensi luar biasa yang selama ini belum pernah mereka optimalkan
dalam pembelajaran. Dalam hypnoteaching, sebagaimana yang terjadi
pada hipnotis umumnya, penyajian materi pelajarannya menggunakan
bahasa-bahasa bahwa sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk
berkonsentrasi secara penuh pada ilmunya yang disampaikan oleh guru.

Hypnoteaching menekankan pada komunikasi alam bahwa


sadra siswa baik yang dilakukan dalam kelas maupun luar kelas. Hal ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti sugesti dan imajinasi.
Sugesti merupakan kekuatan luar biasa.

Kemampuan sugesti yang terus terngiang dalam otak, mampu


mengantarkan seseorang pada apa yang dipikirkan. Sedangkan imajinasi
merupakan proses membayangkan sesuatu terlebih dahulu baru
melakukannya.Sebagaimana dikatakan Imam Bukhari, pelaksanaan
hipnotis harus diarahkan pada tujuan-tujuan positif yang membangun,
yakni dengan masukan kesan-kesan positif yang membangun alam sadar
siswa. Akan tetapi dalam pelaksanaan hypnoteaching, seorang guru
harus berpenampilan penuh percaya diri sehingga memiliki daya tarik
tersendiri. Selain sebagai pengajar dan pendidik seorang guru juga harus
mempunyai rasa empati dan simpati kepada para siswa. Jika ia memilki
rasa empati kepada mereka, niscaya mereka pun akan mempenyai rasa
simpati kepadanya sesuai kaidah timbal balik. Selain itu perlu
menggunakan bahasa yang baik dengan memilih kosakata yang enak
didengar oleh mereka.

A. Alasan Pentingnya Hypnoteaching

Peran guru sangatlah penting dalam dalam membina watak anak


bangsa melalui pendidikan. Guru harus menyadari betapa semua
tindakan yang dilakukannya di kelas akan berimbas pada perilaku siswa
dilapangan, oleh karena itu ia harus melakukan sebuah tindakan yang
cerdas dalam mengontrol dan mempengaruhi perilaku mereka. Guru
juga perlu memperhatikan emosi dan psikologi siswa, sehingga suasana
belajar menjadi menyenangkan. Pada dasrnya guru yang berkualitas
akan berusaha meningkatkan prestasi siswanya.

Kebanyakan guru kurang berinteraksi dengan para siswanya. Hal


itu mengakibatkan konsentrasi mereka terhadap materi pelajaran yang
maksimal. Adapun beberapa aturan yang diterapkan dalam
hypnoteaching antara lain, semua siswa harus terlibat aktif dikelas
melakukan semua perintah dengan cepat dan membuat mereka dalam
suasana yang menyenangkan. Suasana kelas yang menyenangkan dan
siswa mampu memahami pelajaran dengan maksimal merupakan tolak
ukur efektifitas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Itulah hal pertama yang menjadikan alasan mengapa seorang guru,
perlu melakukan hypnoteaching. Selain itu dengan menyinergikan
antara metode pengajaran yang telah diaplikasikan guru disekolah
dengan teknik hypnoteaching, maka akan memberikan totalitas
penguasaan dan wawasan materi pengajaran guru, sekaligus
pengaplikasian komunikasi yang efektif terhadap siswa. Hypnoteaching
dapat mendorong motivasi guru untuk menjadi sosok teladan bagi para
siswa sekolah, sehingga setip hari ia dapat selalu memberikan positive
statement kepada siswanya. Ia juga harus dibekali ilmu komunikasi
efektif yang dapat diaplikasikan kepada siswa dengan cara
memberdayakan pekiran alam bawah sadar mereka selama proses
belajar-mengajar.

B. Penekanan dalam Hypnoteaching


Mengajar yang baik merupakan kebutuhan bagi orang tua dan guru
jika ia tidak dapat menguasai siswanya maka ia dianggap gagal dalam
mengajar. Mengajar bukan hanya berbicara mengenai suatu topik tetapi
juga memperluas strategi metode dan keahlian tertentu.
Metode hypnoteaching terbukti mampu menciptakan kelas yang
menyenangkan bagi para siswa. Hypnoteaching bisa diterapkan dalam
pendidikan formal maupun nonformal yang dimulai dengan mengubah
presepsi mereka yang dimulai dengan mengubah presepsi mereka
terhadap guru.
Hypnoteaching akan mengubah presepsi para siswa terhadapguru yang
mengajaryakni bahwa guru menjadi pelindung mereka. Suasana belajar
yang akrab dan menyenangkan akan memudahkan mereka dan
menyerap dan memahami pelajaran. Hypnoteaching juga fokus pada
kekuatan vibrasi, metafora dan edifikasi. Presepsi memiliki kekuatan
yang sangat besar dalam mempengaruhi penilaian guru terhadap siswa.
Kekuatan vibrasi merupakan sesuatu yang terpancar berdasarkan
kekuatan pikiran yang dibangun, misalnya memperhatikan kebaikan
siswa. Sedangkan kekuatan metafora adalah keinginan yang luar biasa
untuk mencapai tujuan dan diungkapkan kepada orang lain.
Cara dalam pelaksanaan hypnoteaching, yaitu sebelum belajar ,
para siswa akan dihipnotis terlebih dahulu oleh guru. Dalam kondisi
hipnotis, mereka disugestikan supaya mau mengikuti pelajaran dengan
serius dan konsentrasi penuh.

Ketika dibangunkan dari tidur hipnotis maka mereka akan


benar-benar serius dan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran
sebagaimana yang disugestikan. Di samping itu, dengan sekali hipnotis
siswa yang nakal dan tidak bisa dinasi hati juga bisa berubah menjadi
penurut.

C. Kelebihan Hypnoteaching
Dalam hypnoteaching seorang guru dianggap sebagai motivator,
fasilitator dan konselor oleh siswanya. Pembelajaran dengan metode
konvensional cenderung menganggap seorang guru adalah orang yang
paling benar, sehingga setip siswa harus semua ilmu darinya. Dalam
hypnoteaching seorang guru juga dituntut demikian, akan tetapi lebih
menekankan seorang guru untuk memotivasi agar siswanya berperan
aktif atau siap menyampaikan hal-hal yang menurutnya salah atau
kurang sependapat.
Adapun beberapa kelebihan hypnoteaching dalam kegiatan belajar-
mengajar adalah:
1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang
baik antara guru dan siswanya
2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya
masing-masing
3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam
hypnoteaching
4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih bberagam
5. Siswa dengan mudah dapat menguasai materi karena lebih
termotifasi untuk belajar
6. Pembelajaran bersifat aktif
7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif
8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif
9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati
10. Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak
menghafal pelajaran
11. Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pelajaran
yang diberikan guru

D. Hambatan dalam Pelaksanaan Metode Hypnoteaching


Dalam hal ini terdapat beberapa hambatan untuk menerapkan metode
hypnoteaching dalam kegiatan belajar mengajar, di antaranya sebagai
berikut:
1. Metode hypnoteaching belum banya digunakan olehpara pendidik
di Indonesia sehingga pengguanaan metode ini justru dipandang
aneh oleh sebagian kalangan, terutama orang-orang yang belum
sepenuhnya menyadari akan pentingnya peran hypnoteaching
dalam mengoptimalkan kegiatan belajar-mengajar.
2. Banyaknya siswa yang ada dalam sebuah kelas menyebabkan
kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu
persatu kepada mereka.
3. Hypnoteaching tidak memandang kuantitas namun kualitas
terutama dalam masalah pembagian dan efektifitas ruangan, tentu
saja hal ini masih bisa diatasi oleh pihak sekolah dengan
mempersiapkan dan memikirkan segala hal yang dibutuhkan
sebelum pelaksanaan dimulai.
4. Meskipun hypnoteaching mempunya manfaat besar, namun tidak
bisa dipungkiri bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang instan.
5. Sehingga pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang sangat
mungkin dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
6. Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan hypnoteaching,
sebab pada dasarnya guru harus menguasai metode ini. Jika tidak
informasi mengenai hypnoteaching hanya akan menjadi wacana
bagi mereka.
7. Walaupun saat ini sudah banyak edaran di internet tentang adanya
pelatihan hypnoteaching namun biayanya sangat tinggi sehingga
menambah kesulitan bagi pendidik.
8. Meskipun diantara para pendidik ada yang berani bahkan sudah
melakukan hypnoteaching tetapi masih dalam jumlah yang sangat
sedikit.
9. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah untuk
menunjang pelaksanaan hypnoteaching di sekolah.
10. Jarang sekali siswa mwnggunakan penalaran logis yang lebih
tinggio, seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan
suatu konsep. Disamping itu kebanyakan siswa juga masih pasif
saat kegiatan belajar-mengajar.

E. Kualitas, Peranan, Dan Langkah-Langkah Dasar Menjadi


Guru Yang Menguasai Hypnoteaching
1. Kualitas Guru
Guru berada pada posisi pelaksana terdepan dalam usaha
membangun manusia seutuhnya. Dia adalah pihak yang mencetak
manusia masa depan dan generasi baru yang genius dan berkualitas
tinggi. Menjadi seorang guru bukannlah pekerjaan yang mudah
sebagaimana yang dibayangkan oleh sebagian orang. Pada dasarnya
menjadi guru profesional tidak hanya bermodal penguasaan materi dan
mampu penyampaikan kepada siswa. Akan tetapi, menjadi guru yang
profesional juga harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan
khusus, mencintai profesinya, serta mampu menyampaikan kode etik
guiru dan lain sebagainya.
Dalam undang-undang tentang guru dan dosen disebutkan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidik menengah.
Sebagaimana dikutip oleh empat faktor utama yaitu kemampuan
profesional, upaya profesional, waktu yang tercurah, dan akuntabilitas.

2. Kemampuan Profesional

Piet A. Sahartian dan Ida Aleida mengemukakan bahwa


kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan akademik
yang sesuai dengan kemampuan mengajarnya.

Sehingga ia memiliki wibawa akademis. Kompetensi profesional


yang dimaksud adalah kemampuannya untuk mengetahui masalah
akademik yang sangat berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
Dengan demikian kompetensi ini mutlak dimiliki untuk menjalankan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Di sisi, para pakar dan ahli
pendidikan pun mengemukakan bahwa kompetensi profesional
merupakan salah satu syarat pokok dalam pelaksanaan tugasnya dalam
pelaksanaan tugasnya dalam jenjang apapun.

Dari para pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan


profesional guru mencakup intelegensi, sikap, dan prestasi pada bidang
pekerjaannya. Secara sederhana hal ini ditunjukan dengan kemampuan
menguasai materi pengajaran dan metodologinya.

Agar mencapai kemampuan profesional, maka ia tidak cukup


mengantongi ijazah. Dalam konteks ini ada beberapa pendapat yang
mengungkapkan tentang ciri-ciri seorang guru yang profesional.

a) Menurut Moh. Uzer Usman


Moh. Uzer Usman dalam bukunya menjadi Guru Profesional,
menjelaskan bahwa kemampuan profesional guru dapat dirumuskan
dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menurut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan


teori ilmu pengetahuan yang mendalam
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan bidang profesinya
3. Menurut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan yang sejalan dengan dinamika
kehidupan
6. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan dan
fungsinya
7. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan
pasiennya ataupun guru dengan siswanya
8. Diakui masyarakat karena memang diperlukan jasanya
dimasyarakat

b) Menurut PPIKIP Bandung

Pusat Pengkajian Institut Keguruan dan Ilmu Pengeetahuan


(PPIKIP) Bandung, Nana Syaodih Sukmadinata, merumuskan 9
ciri suatu profesi dan keguruan sebagai berikut:

1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial


2. Memiliki keahlian/ keterampilan tertentu
3. Keahlian
4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas
5. Disiplin ilmu pendidikan diperolem dalam waktu yang cukup
lama
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional
7. Memiliki kode etik
8. Kebebasan memberikan untuk memecahkan masalah dalam
lingkup kerjanya
9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi, serta
adanya pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan
profesinya
a. Sejalan dengan pendapat PPIKIP Bandung tersebut,
departemen pendidikan dan kebudayaan atau departemen
pendidikan nasional 1980 telah merumuskan dan
mengelompokan hal tersebut dalam dua dimensi umum
kemampuan.
1. Kemampuan profesional yang mencakup beberapa hal
yaitu:
a. Penguasaan materi pelajaran, misalnya pada bahan
yang akan diajarkan dan dasr keilmuan dari bahan
pelajaran tersebut
b. Penguasaan dan landasan serta wawasan dan
kependidikan maupun keguruan
c. Penguasaan proses kependidikan dan pembelajaran
siswa
2. Kemampuan personal yang meliputi:
a. Penampilan dan sikap positif terhadap keseluruhan
tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan
situasi kependidikan
b. Pemahaman dan penghayatan serta penampilan
nilai-nilai yang sepantasnya dilakukan dan dimiliki
guru
c. Penampilan diri sebagai panutan dan teladan bagi
para siswa
3. Kompetensi Pendukung
Guru yang profesional seharusnya memiliki empat
kompetensi pedagogis, kognitif, personal, dan sosial.

3. Upaya Profesional

Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk


mentransformasikan kemampuan profesionalnya kedalam tindakan
pendidik dan mengajar supaya mencapai hasil yang memuaskan. Upaya
profesional ini antara lain diwujudkan dengan penguasaan keahlian
dalam menyusun program pengajaran sesuai tahap perkembangan siswa,
menyiapkan pengajaran, menggunakan bahan ajar mengelola kegiatan
belajar dan mendiagnosis keberhasilan.

Guru juga dapat memperkaya dan meremajakan kemampuan


melalui inovasi dalam mengajar, termasuk dalam mengatasi atau
membantu memecahkan kesulitan belajar siswa. Sebagai profesional ia
dituntut untuk menguji cara mengajarnya dan tidak mengulangi
kegagalan dan tetap berhasil meningkatkan kemampuan belajar mereka
setiap saat.
1. Waktu yang tercurahkan untuk kegiatan profesional
Waktu yang tercurahkan untuk kegiatan profesional adalah
intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk
mengajar. Konsep waktu belajar diukur dari intensitas belajar siswa
atau perseorangan.
Tidak mungkin guru menjadi profesional jika hanya sebagian kecil
waktu yang dicurahkan untuk pekerjaannya, sedangkan sebagian
besar waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan lain,
misalnya bekerja ditempat lain ikut kampanye, sehingga kehabisan
waktu untuk menekuni pekerjaan dan kewajibannya.
2. Akuntabilitas
Guru bisa dikatakan profesional jika pekerjaannya dapat menjamin
kehidupannya. Pendapatan seseorang profesional ditentukan oleh
kemampuan dan prestasi kerjanya. Dari berbagai teori yang telah
dipaparkan, maka yang dimaksud kualitas guru adalah
kemampuan-kemampuan yang bersifat profesional dengan berbagai
macam kapasitas sebagai seorang pendidik, kualitas guru dapat
diukur melalui persiapan dalam proses belajar-mengajar,
pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar dan pelaksanaan
bimbingan penyuluhan serta kompetensi kepribadian.
F. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Seorang guru dalam proses belajar mengajar memiliki beberapa


peranan yaitu sebagai demonstrator pengelola kelasdan evaluator.

1. Guru sebagai demonstator


Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah bahwa ia
sendiri adalah pengajar. Ia akan memperkaya dirinya dengan ilmu
pengetahuan untuk bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar, sehingga ia mampu memperagakan apa yang
diajarkannya kepada para siswa secara didaktik, yakni segala
sesutau yang disampaikannya harus betul-betul dipahami oleh
mereka.
Selain itu seorang guru juga hendaknya mampu dan terampil dalam
merumuskan tujuan pembelajaran khusus. Ia pun dituntut untuk
mampu mengembangkan siswa supaya dapat menerima dan
memahami serta menguasai pengetahuan.
2. Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam menjalankan peranannya, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasikan. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-
kegiatan belajar terarah pada tujuan pendidikan. Hal ini karena
pengawasan terhadap lingkungan belajar turut menentukan sampai
sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang
baik.
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang
dan merangsang siswa untuk belajar, merasa aman, dan kepuasan
dalam mencapai tujuan.
3. Guru sebagai Manajer
Sebagai manajer guru wajib membimbing pengalaman-pengalaman
siswa sehari-hari. Salah satu manajemen kelas yang ialah
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit
mengurangi ketergantungannya kepada guru, sehinnga ia mampu
membimbing kegiatannya sendiri.
Disamping itu guru guru hendaknya mampu memimpin kegiatan
belajar yang efektif yang efisien dengan hasil optimal. Sebagai
manajer lingkungan belajar, ia perlu menggunakan pengetahuan
tentang teori belajar-mengajar dan teori perkembangan sehingga
proses pembelajaran mudah dilaksanakan dan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum pun bisa tercapai.
4. Guru sebagai Mediator
Alam perannya seorang mediatir, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan, sebab media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Media pendidikan merupakan dasra yang diperlukan untuk
mencapai keberhasilan proses pengajaran disekolah. Media
pendidikan ini bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral.
Guru tidak hanya cukup memiliki pengetahuan tentang media
pendidikan melainkan juga harus memiliki keterampilan dalam
memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan
baik.
5. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna dan dapat meunjang dan pencapaian dalam
proses belajar-mengajar aik yang berupa fasilitator ataupun surat
kabar.

G. Langkah-langkah Dasar Menjadi Guru yang menguasai


Hypnoteaching

Menyajikan materi pelajaran dalam metode hypnoteaching haruslah


menggunakan bahasa bawah sadar. Hal ini dilakukan agar siswa tersedot
secara penuh terhadap materi yang disampaikan. Dalam melakukan
hypnoteaching hanya diperlukan langkah-langkah sederhana. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang wajib dilakukan agar dapat menguasai
jurus menjadi guru yang menguasai hypnoteaching.

1. Niat dan Motivasi dalam Diri Sendiri


Kesuksesan seseorang tergantung pada niat dirinya untuk berusaha
dan bekerja keras dalam mencapai kesuksesan tersebut.
Niat yang besar akan memunculkan motivasi yang tinggi dan
komitmen pada bidang yang ditekuni.
2. Pacing
Artinya menyamankan posisi, gerak,tubuh, pada cenderung atau
lebih suka berinteraksi dengan teman yang memiliki banyak
kesamaan sehingga ia akan merasa nyaman.
Dengan kenyamanan bersumber dari kesamaan otak inilah. Maka
setiap pesan yang dsampaikan dari satu orang ke orang lain bisa
diterima dan dipahami dengan baik.
Hal tersebut juga berlaku dalam penerapan pengajaran metode
hypnoteaching, maksudnya jika, para siswa membenci pelajaran yang
diberikan oleh guru, berarti gelombang otak guru belum setara dengan
mereka. Meskipun usianya jauh berbeda dari pada mereka, namun
gelombang otak sebenarnya dapat disertakan seakan-akan melakukan
atau berpikir seperti mereka. Adapun beberapa cara dalam melakukan
pacing terhadap siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:

a. Bayangkan usia kita seperti para siswa-siswa, sehingga kita dapat


melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami oleh
mereka saat ini, bukan saat kita masih sekolah dulu.
b. Gunakan bahasa sesuai dengan bahasa yang sering dilakukan oleh
siswa. Jika perlu, gunakan bahasa gaul yang sedang tren dikalangan
mereka.
c. Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan
tema bahasan
d. Sangkutkan teme pelajaran kita dengan teme yang sedang tren
dikalangan siswa
e. Selalu update tentang tema,bahasa, hingga gosip terbaru.

Dengan melakukan hal-hal tersebut maka tanpa sadar gelombang


pikiran kita telah sama dengan mereka sehingga mereka merasa nyaman
untuk bertemu dengan kita. Jika hal itu telah terjadi, maka bersiaplah
untuk melakukan langkah berikutnya.
3. Leading
Memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan sesuatu. Hal ini
dilakukan setelah proses pacing dilakukan. Jika kita melakukan
leading tanpa didahului dengan pacing maka hal itu sama saja
dengn melakukan perintah kepada siswa yng cukup beresiko.
Hal ini akan berakibat pada penolakan mereka kepada guru. Setelah
melakukan pacing, para siswa akan merasa nyaman dengan guru.
Pada saat itulah hampir setiap apapun yang guru ucapkan atau
tugaskan, mereka akan melakukan dengan sukarela dan bahagia.
Sehingga, sesulit apa materinya, pikiran bawah sadar mereka akan
menangkap materi pelajaran dengan mudah. Merea juga tidak akan
merasa kesulitan dalam mengerjakan soal ujian meskipun soal ujian
sulit.
4. Gunakan kata positif
Langkah keempat adalah kata pendukung dalam melakukan
langkah pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai
dengan cara pengajaran ibawah sadar yang tidak mau menerima
kata negatif.
5. Berikan pujian
Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya
pujian merupakan atas peningkatan harga diri seseorang.
Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri
seseorang. Maka dari itu, berikanlah pujian kepada para siswa
dengan tulus sehingga mereka akan mendorong untuk melakukan
yang lebih dari sebelumnya. Pemberian pujian nbisa dilakukan
ketika siswa berhasil atau mencapai prestasi.
Berikanlah pujian sekecil apapun bentuk prestasinya, termasuk
ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya.
Meskipun masih berada di bawah teman-temannya tetaplah berikan
pujian.
6. Modeling
Modeling adalah proses memberi teladan atau contoh melalui
ucapan dari perilaku yang konsisten dan merupakan salah satu
kunci keberhasilan hypnoteaching. Setelah para siswa merasa
nyaman dengan guru, maka ia perlu menetapkan prilakunya agar
konsisten dengan ucapan dan ajarannya, sehingga ia selalu menjadi
figur yang dipercaya

H. Tips Memaksimalkan Pembelajaran Hypnoteching

Adapun beberapa type dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran


hypnoteaching, adalah sebagai berikut:

1. Kuasai Materi secara Komperhensif


Penguasaan materi sangat esensial untuk dapat melaksanakan tugas
mengajar dengan baik dan menarik.

2. Libatkan Siswa secara Aktif


Menyiapkan pembelajaran agar siswa terlibat aktif bukanlah
perkara mudah, tapi mutlak harus, dilakukan oleh guru secara
kreatif. Sebagai contoh, ia bisa melibatkan siswa untuk melakukan
diskusi yang terbagi dalam berberapa kelompok agar mereka dapat
memahami pelajaran dengan lebih baik.

3. Upayakan untuk melakukan Interaksi Informal dengn Siswa


Terkadang, bergurau dan berbincang disela-sela istirahat atau
sebelum memulai materi sangat penting untuk mencairkan suasana.
Tidak hanya itu hal tersebut juga membangkitkan motivasi dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
4. Berikan Siswa Kewenangan dan Tanggung Jawab atas Belajarnya
Siswa akan termotivasi jika ia diberikan kewenangan untuk
menentukan sendiri cara belajarnya. Dengan begitu, prestasi belajar
yang diraihnya juga bisa semakin meningkat.
5. Yakinkan bahwa Setiap Siswa Memiliki Cara Belajar yang
Berbeda-Beda
Pada dasrnya, setiap siwa memiliki gaya belajar yang berbeda satu
sama lainnya, sebab setiap siswa, diyakini memiliki potensi yang
berbeda-beda. Ada siswa yang pintar dalam bidang tertentu tetapi
lemah dalam bidangnya lainnya, begitupun sebaliknya. Dengan
demikian, jangan perlakukan semua siswa dengan cara yang sama,
sehinnga seorang guru dapat lebih mudah dalam meningkatkan
kualitas belajar mereka.

6. Yakinkan Siswa bahwa Mereka Mampu Berhasil dalam Pelajaran


Sebagai guru, kita harus meyakinkan para siswa bahwa materi
pelajaran ataupun tugas yang kita berikan dapat mereka lakukan
dengan baik, sehingga hasilnya pun dapat maksimal.
7. Beri Kesempatan kepada Siswa untuk Melakukan secara
Kolaboratif atau Kooperatif
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan
sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif. Hal in ini terbukti dapat
meningkatkan motifasi dan keterkaitan mereka pada pembelajaran,
karena kompetisinya sedikit.
8. Upaya Materi yang Disampaikan Kontekstual
Seorang guru harus pandai dalam mengaitkan materi yang
diajarkan dengan pengetahuan awal para siswa. Hal ini penting
dilakukan agar mereka dapat memahami pelajaran yang diberikan
lebih baik.
9. Berikan Upaya Balik dengan Cepat dan Bersifat Deskriptif
Memberikan mpan balik dengan cepat dan bersifat deskriptif
mampu membantu siswa menyadari sudah sejauh mana
perkembangan pemahaman atau penguasaan mereka terhadap
pengetahuan, keterampilan atau sifat tertentu.
10. Tingkatan Jam Terbang
Tidak ada yang bisa mengalahkan pengalaman, karena pengalaman
yang baik ataupun yang buruk merupakan guru yang terbaik dalam
kehidupan, termasuk bagi para siswa.

I. Cara Pelaksanaan Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Hipnotis adalah suatu hal yang memiliki kekuatan tersendiri. Tidak


dipungkiri bahwa hipnotis dapat digunakan sebagai sarana untuk
mempengaruhi orang lain. Baik dalam hal positif ataupun negatif.
Adapun segi positifnya adalah hipnotis sangat ampuh untuk
mengoptimalkan kegiatan belajar-mengajar, yang kemudian berujung
pada keuntungan karena dalam menumbuhkan siswa-siswa yang pintar.

Dalam konteks ini seorang guru tentu saja perlu belajar untuk
menggunakan hiopnoitis dalam pengajarannya. Hipnotis dapat
diaplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreatifitas, dan lai
sebainya dalam diri siwa.

Mengajar dengan metode hipnotis adalah sebuah metode mutakhir


yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar baik secara formal dan
nonformal. Akan tetapi metode ini masih dalam eksperimen dan banyak
kemungkinan untuk dikembangkan sesuai dengan situasi, kondisi dan
karakteristik material pembelajarn di dunia keguruan.

Adapun cara cara melakukan hypnoteaching ini, yaitu gelombang


siswa itu harus diturunkan dari kondisi beta menjadi alpha, bukan theta.
Hal ini bertujuan untuk lebih mudah meneriama informasi secara efektif
dalam pikiran bawah sadarnya. Agar kondisi tersebut bisa tercapai,
seorang guru harus bisa menghipnotis siswa kedalam kondisi rileks atau
masuk kedalam bawah sadar, dengan menggunakan bahasa-bahasa yang
dapat membuatnya rileks dan nyaman.

Selain itu dalam proses hypnoteching juga perlu teknik improvisasi


yang bagus, intonasi suara diatur, bersifat penuh bujukan, kualitas
vokal, dan pemilihan kata. Ketika siswa berada pada gelombang otak
alpha, saat itu guru memasukan afirmasi positif atau sugesti positif
kedalam pikiran bawah sadarnya. Afirmasi nini merupakan ucapan
positif untuk menggantikan nilai negatif dalam pikiran bawah sadar.

Kekuatan yang berasal dari guru harus benar-benar memberikan


pengaruh pada siswa. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
dorongan kuat yang positif dan meniadakan kata-kata yang memilki
konotasi negasi.

a) Latihan Hipnotis untuk Guru


Setiap guru memiliki potensi untuk dapat melakukan hypnotaeching,
karena metode ini merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Untuk
dapat menumbuhkan kemampuan hypnoteaching terdapat beberapa
lanhkah yang dapat dilakukan olehnya.

1. Biasakan Mengucapkan Lafal-Lafal dengan Fasih


Fasih berarti mengucapkan kata-kata dengan jelas. Untuk
mendapatkan kondisi fasih, seperti halnya belajar huruf, kita harus
melatih huruf demi huruf dalam abjad dan mencoba menggunakan
menjadi kat ataupun kalimat, yang diawali dengan pengucapan
lambat, hal ini akan menentukan apakah kejelasan dan ketegasan
lafal yang kita ucapkan memiliki kefasihan yang sama atau tidak.

2. Belajar Menggunakan Intonasi yang Bervariasi


Anggap kelas adalah tempat kita memerankan suatu tokoh dalam
drama. Variasi-variasi dari intonasi kata yang keluar dari mulut kita
dapat diatur sedemikian rupa. Dalam kondisi tertentu kita
menggunakan intonasi yang lebih tinggio dari biasanya. Bisa juga
kita menggunakan intonasi yang berada dibawah standar.
3. Hilangkan Penggunaan Kata Jeda
Cobalah menyampaikan konsep sederhana dan telah diskusi, lalu
beranjak kekonsep yang agak rumit, hinnga konsep yang paling
rumit. Kebiasaan mengucapkan kata jeda bisa dilatih dengan cara
diam, kemudian melanjutkan pembicaraan. Berlatihlah secara terus
menerus, sehingga kebiasaan kurang baik tersebut lambat laun akan
hilang dan kita dapat berbicara dengan lancar tanpa hambatan.
4. Biasakan Mengatakan Ide yang Terlintas dalam Pikiran kita ,
Meskipun Tidak Nyambung Kebiasaan ini akan membantu kita
untuk mampu mengucapkan ide yang datang secara tiba-tiba. Hal
tersebut merupakan latihan bagaimana kita dapat menyambungkan
antara pikiran dengan mulut kita, seperti halnya sorang penulis
mampu menyambungkan ide-ide yang terlintas dipikirannya
dengan jari-jari tangannya.
5. Biasakan Mantap Tajam Objek yang Diaajak Bicara
Tatapan mata adalah tanda bahwa seseorang ingin menyampaikan
sesuatu kepada orang yang ditujunya. Bagi sebagian orang,
terkadang menatap orang lain terasa sangat benar, apalagi jika yang
ditatap memiliki karisma yang lebih besar dari pada yang menatap.

6. Gerakan Anggota Badan kita secara Dinamis


Gerakan badan dalam sebuah dialog menunjukan bahwa sesuatu itu
sangat penting dan dasyat. Disamping itu gerakan badan pembicara
akan membantu menarik perhatian beberapa objek yang diajak
dialog, sehinnga menggunakan mereka menaruh operhatian penuh
terhadap si pembicara. Sebagai contoh orang banyak tertawa ketika
ia menyaksikan komedi karena gerakan yang dilakukan oleh
sikomedian dan hanya sebagian kecil orang yang tertawa kerena
materi guyonannya
7. Gunakan Media yang Efektif
Memanfaatkan media sangant membantu agar orang yang diajar
bicara mampu menangkap pesan secara lebih lengkap ketimbang
pembicaraan saja. Ketika ia memerankan drama sebagai pangeran
maka akan lebih dimengerti jika ia mengenalkan pakaian sang
pangeran dengan pedang dan perisainya, untuk itu, maka pilihan
media harus direncanakan secra matang ketika akan dimanfaatkan
sebagai alat menyampaikan pesan.
8. Biaasakan Menggunakan Kata-Kata yang Memotivasi
Kata-kata yang bisa memotivasi sangat membantu seseorang untuk
mengikuti apa yang kita inginkan. Dengn demikian, pemilihan kata
yang tepat pun sangat diperlukan.
9. Biasakan Menyampaikan Pesan dengan Sepenuh Hati
Membiasakan diri untuk menyampaikan pesan dengan sepenuh hati
adalah kunci yang menentukan keberhasilan ketika kita mengajak
orang lain mengikuti keinginan kita.
Sebab, seseorang yang mengikuti hati dengan kata-kata akan
kurangg mendapatkan respon positif dari orang yang diajaknya.
b) Prinsip dalam Pelaksanaan Hypnoteaching Tujuan Pembelajaran
dapat Tercapai

Pembelajaran dengan menggunakan hipnotis tentu saja berbeda


dengan model pembelajaran laiinnya, sehingga terdapat beberapa hal
yang harus dibedakan dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan supaya
pelaksanaan pembelajaran dengan model hypnoteaching bisa berjalan
secara efektif dan mendapatkan hasil yang meksimal. Adapun beberapa
langkah yang perlu dilakukan oleh guru agar bisa mencapai tujuan
pembelajaran dengan baik adalah berikut ini:

1. Mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa.


2. Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hipnotis,
seperti suara, gambar, tulisan, gerak, dan simbol-simbol.
3. Memulai mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat, seperti
melakukan induksi (cara untuk masuk kedalam fokus).
4. Melakukan afirmasi (menyatakan sesuatu yang positif tentang diri
sendiri) sebagai bahan untuk memunculkan gagasan dari siswa.
5. Melakukan visualisasi sebagai sarana agar siswa dapat
memproduksi gagasan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan topik
pembelajaran hari itu.
6. Melakukan evaluasi.

c) Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Salah satu unsur hipnotis dalah proses pembelajaran adalah


menggunakan alat peraga atau mengeluarkan ekspresi diri, jika perlu
seluruh anggota badan dapat diserakan. Adapun salah satu keberhasilan
metode hypnoteaching adalah menggunakan teknik cerita dan kisah
orang-orang sukses sebagai upaya untuk memotivasi siswa. Adapun
beberapa metode dalam pembelajaran hypnoteaching tersebut adalah:

1. Semua siswa dipersilahkan dduduk dengan rileks.


2. Kosongkan pikiran untuk sesaat.
3. Tarik nafas panjang melalui hidung, lalu hembuskan lewat mulut.
4. Lakukan terus secara berulang dengan pernafasan yang teratur.
5. Berikan sugesti pada setiap tarikan nafas supaya badan terasa
rileks.
6. Lakukan terus menerus dan berulang, kata-kata sugesti yang akan
membuat nyenyak dan tertidur.
7. Perhatikan posisi kepala dari semua suyet, bagi yang sudah tertidur,
akan tampak tertunduk atau leher tidak mampu menahan beratnya
kepala.
8. Selanjutnya, beriklan sugesti positif seperti fokus kepada pikiran,
peka terhadap pendengaran, fresh otak dan pikiran, serta
kenyamanan pada seluruh badan.

Pada kejadian hipnotis massal, adakalanya beberapa orang-orang


mengantuk. Jika hal ini terjadi segera dekati dan lakukan hipnotis
perorangan menggunakan metode DHKH (dari hati ke hati).

Dengan begitu, tanpa disadari, suyet akan menggunakan


mengeluarkan kata-kata kesedihan saat itu. Air matanya pu biasanya
akan meleleh membasahi pipi. Dalam kondisi ini berikan keyakinan
dan kekuatan hati agar suyet lebih tegar lagi dalam menjalani hidup.

Adapun inti dari hypnoteaching adalah seni mempengaruhi para


siswa agar terhipnotis dengan apa yang kita perintahkan, sehinnga
mereka mau dan mampu menerima pesan kita dengan senang hati,
serta menimbulkan keinginan untuk melakukannya hypnoteaching
hanyalah salah satu dari beberapa metode yang dapat dilaksanakan
dalam proses pembelajaran yang efektifitas dan efisiennya sangat
tergantung kepada pelaku, objek, situasi dan kondisi pembelajaran.
Oleh karena itu sebelum seorang guru untuk menggunakan metode
hypnoteaching, dibutuhkan analisis terhadap semua daya dukung yang
mampu membantu terlaksananya metode ini.
BAB IV
TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT
MEMFASILITASI PEMBELAJA
BAB IV
TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT MEMFASILITASI
PEMBELAJARAN

A. Penggunaan Media Berdasar Model Komunikasi


Media Komunikasi Konvensional
Media adalah saluran (“medium”) untuk menyampaikan informasi
/pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima
pesan). Tujuannya adalah pesan sampai kepada komunikan (penerima)
sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikator (sumber informasi)
untuk bisa mempengaruhi penerima informasi
(perubahan perilaku tertentu). Model komunikasi konvensional
menetapkan isi pesan dan media yang dipergunakan, lebih dalam rangka
pencapaian tujuan komunikasi si pemberi pesan. Proses yang
dikembangkan adalah satu arah dengan umpan balik hanya sebagai cara
memeriksa apakah pesan telah diterima dengan baik. Bisa saja model
komunikasi konvensional menggunakan media yang penggunaannya
secara partisipatif, namun hakekatnya tetap sama yaitu menyampaikan
pesan/informasi yang ditetapkan secara
sepihak. Misalnya: menyampaikan materi pengenalan teknologi
pertanian baru dengan menggunakan media poster sebagai bahan
diskusi, tetapi bertujuan untuk ’mengarahkan’ peserta agar menerima
teknologi itu. Ini berarti media yang dikembangkan hanya merupakan
alat untuk mengefektifkan ’penyuluhan’ teknologi baru tersebut.

Gambar 1

B. Media Komunikasi Partisipatif


Komunikasi dalam paradigma partisipatoris adalah berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah,
mengidentifikasi penyelesaian, dan melaksanakannya. Komunikasi
bukanlah menginformasikan atau mempromosikan sesuatu agar publik
tertarik, melainkan membangun suatu pemahaman tentang kehidupan
dan lingkungan melalui penggunaan pengetahuan dan informasi yang
relevan. Tujuan komunikasi bukanlah agar pesan dan informasi
pembangunan diterima masyarakat, melainkan memotret realitas yang
perlu diperbaiki melalui proses pembangunan. Dengan begitu, media
digunakan bukan sekedar menyampaikan informasi, melainkan lebih
memprioritaskan pada membangun proses komunikasi dialogis. Media
yang demikian seharusnya memungkinkan masyarakat berpartisipasi
aktif dalam menyampaikan pengalaman, pikiran, dan pendapatnya.

Gambar 2

C. Penggunaan media dalam pembelajaran


Media Belajar Konvensional
Media belajar konvensional disebut juga sebagai media mengajar.
Pengguna media mengajar lebih banyak ‘guru’. Media lebih banyak
digunakan untuk memperjelas materi yang ingin disampaikan guru
kepada para ‘murid’. Sifat media yang demikian tidak membangun
proses diskusi dan dialog. Walaupun media digunakan oleh peserta
belajar (murid), namun semangat dari penggunaan medianya adalah
untuk membantu transfer pengetahuan dari guru kepada para murid.
Bukan untuk membantu peserta belajar memahami realita
kehidupannya, mengkritisi, dan kemudian mengembangkan kesimpulan
dan mengkaitkan antara suatu teori/konsep dengan realita tersebut.

D. Media Pembelajaran Partisipatif


Merujuk kembali kepada konsep pembelajaran Paulo Freire, media
partisipatif adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar
menguraikan realita kehidupannya. Jadi, media lebih banyak digunakan
oleh peserta, bukan alat bantu fasilitator. Fasilitator membantu
menyiapkan media yang dapat mempermudah pembelajaran peserta.
Pembelajaran partisipatif sebenarnya mengutamakan penggunaan media
local yang dikembangkan oleh peserta belajar sendiri untuk
meningkatkan efektivitas
proses pembelajarannya. Apa yang dimaksud dengan media lokal?
Media local adalah media yang alat, bahan, dan teknologinya tersedia di
masyarakat itu sendiri. Apabila FI bekerja di masyarakat yang masih
belum tersentuh teknologi media (media cetak, audio, audio visual,
multimedia), FI dapat mengembangkan media-media dengan teknologi
dijital bersama masyarakat sebagai kegiatan pembelajaran dan
penguatan kapasitas.
Gambar 3

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengem-bangkan dan


menggunakan media dalam memfasilitasi pembelajaran adalah:
 Media yang dikembangkan dan dipergunakan dalam fasilitasi tidak
boleh terlalu bersifat memberi informasi dan tidak bersifat
instruksional, tetapi lebih bersifat mengajukan permasalahan yang
ada.
 Penyajian media yang ada harus diikuti dengan fasilitasi dan
pembahasan oleh para peserta dengan jalan menjawab atau
menfasilitasikan berbagai pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator,
sesuai dengan siklus belajar berdasarkan pengalaman:
o Mengalami
o Mengungkapkan pengalaman
o Analisis
o Menarik kesimpulan
o Menerapkan, yang akhirnya menimbulkan pengalaman baru
o
Skema 14. Penggunaan Media dalam Daur POD

Gambar 4

 Peran peserta lebih aktif dalam menggunakan media yang ada


sebagai alat untuk “mengalami dan mengungkapkan
pengalaman”. Sedangkan peran fasilitator lebih untuk
menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai.
E. Persiapan penggunaan media pembelajaran
 Pelajari dan kuasai materi dan tujuan pembelajarannya, kemudian
pilihlah jenis, fungsi dan cara penggunaan media3 yang cocok
untuk tujuan pembelajaran tersebut.
o Jenis media yang dipergunakan merupakan pilihan format
media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan media
praktek, poster, buklet, brosur, atau film. Ini akan
berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam
menggunakan media, misalnya: media brosur atau buklet
kurang tepat digunakan untuk khalayak yang terbatas
kemampuan membacanya; untuk khalayak ini, film, poster
tunggal atau poster seri akan lebih tepat. Selain itu, pilihan
jenis media juga tergantung pada tujuan/fungsi penggunaan
media tersebut, misalnya: buklet biasanya bersifat
informasional dan instruksional, komik biasanya bersifat cerita
untuk bahan diskusi kasus, film bisa bersifat dokumenter
maupun kasus yang menggugah, dan sebagainya.

 Cara kerja media menyangkut karakteristik media tersebut baik


berdasarkan jenis/format maupun tujuan/fungsi medianya. Misal:
poster digunakan untuk diskusi kelompok; film ditayangkan
sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan sebagai
bahan bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan
diskusi refleksi, dan sebagainya.

o Pelajari cara mempergunakan media tersebut dalam


keseluruhan proses pembelajaran. Sebaiknya media itu dicoba
terlebih dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok
belajar, terutama media yang memerlukan alat bantu seperti
tayangan slide dan film.

F. Tips dalam penentuan media belajar


Dalam memilih, menyiapkan dan merancang media belajar,
fasilitator perlu menguasai beberapa hal, yaitu: jenis media, fungsi
media, cara membuat, dan cara kerjanya. Dalam penggunaannya, media
yang dipilih perlu memperhatikan karakteristik peserta belajarnya,
terutama tingkat literasi mereka (kemampuan membaca-menulis dan
memahami media). Bagi seorang fasilitator, penting untuk memiliki
keterampilan mengembangkan jenis media yang mudah dibuat sendiri
(media by design) meskipun bukannya tidak boleh menggunakan media
jadi yang siap pakai (media to use). Fasilitator dapat mengumpulkan
media dari berbagai sumber dan memanfaatkannya untuk kegiatan
pembelajaran kelompok apabila relevan atau sesuai dengan kebutuhan.
Media yang bisa dipersiapkan atau dibuat secara cepat oleh fasilitator
sendiri antara lain:
o Lembar penugasan (kelompok/perorangan)
o Lembar kasus/cerita
o Lembar praktek (panduan praktek)
o Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen
o Permainan
o Gambar sederhana
o Foto-foto (dari arsip foto)
o Transparansi (yang sudah diisi)
o Kartu metaplan (yang sudah diisi)
o Flipchart (yang sudah diisi)

Media yang perlu dikembangkan secara khusus dan dalam


pengembangannya bisa melibatkan peserta belajar, antara lain:
o Komik/cerita bergambar
o Fotonovela (komik foto)
o Poster/poster seri
o Film video
o Boneka/wayang (puppet-show)
o Kaset cerita
o Lembar balik bergambar (flipchart)
o “Dongeng dijital”

 Perhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang


tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan
slide, film dan ‘dongeng dijital’ dapat disajikan dengan
menggunakan layar untuk semua peserta dalam sebuah kelas
belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster serial atau komik foto
(fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam
kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang
tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

 Pelajari profil peserta belajar sebagai pertimbangan agar media


yang akan disiapkan benar-benar bisa membantu peserta untuk
belajar. Media akan menghambat kegiatan belajar kalau tidak
mudah digunakan. Media akan sulit digunakan kalau tidak
cocokdengan karakteristik peserta.

G. Media belajar untuk masyarakat


Salah satu tantangan sebagai fasilitator adalah merancang metode
dan media yang cocok (tepatguna) dengan peserta belajar. Apabila
peserta belajar adalah masyarakat butahuruf (illiterate) atau tingkat
bacanya rendah (low-literate), sebaiknya digunakan media yang:
 Tidak terlalu banyak tulisan (tulisannya dikurangi); tulisan
sebaiknya hanya untuk hal-hal pokok saja dan usahakan kalimat-
kalimatnya lebih pendek dan memakai huruf berukuran besar
 Gambarnya lebih banyak; gambar menjadi komponen yang utama
dalam media tersebut. Buatlah gambar yang sederhana dan jelas.
 Formatnya besar; poster tunggal atau lembar balik akan lebih tepat
daripada buklet, meskipun keduanya mengandung gambar yang
banyak
 Visual sesuai dengan kenyataan; sebaiknya tidak menggunakan
gambar karikatur atau gambar yang abstrak. Buatlah gambar yang
realistis atau naturalis.

H. Teknik Menggunakan Media pembelajaran


Berikut ini adalah contoh-contoh teknik menggunakan media
berdasarkan fungsi media yang berbeda di dalam suatu pembelajaran
kelompok, yaitu: sebagai alat berbagi pengalaman, sebagai alat berbagi
peran, sebagai alat penyadaran dan motivasional, sebagai alat bantu
penjelasan, sebagai alat analisis, dan sebagainya. Walau jenis dan fungsi
media berbeda, namun secara umum penggunaan media tetap mengacu
pada daur pembelajaran berbasis pengalaman peserta. Sebaiknya kita
menghindari penggunaan media sebagai bahan ceramah saja. Suatu
media bisa mencakup beberapa fungsi sekaligus, namun biasanya
terdapat fungsi tertentu yang ditonjolkan.
Berikut ini adalah contoh-contoh teknik penggunaan media untuk
berbagai fungsi berbeda.
Gambar 5

1) Media sebagai Alat Berbagi Pengalaman (Media Diskusi)


 Fasilitator membagikan media kepada kelompok dan menjelaskan
cara menggunakannya sebagai bahan diskusi (misal: media gambar,
“fotonovela” atau komik foto, lembar kasus, dan sebagainya).
 Peserta melaksanakan diskusi kelompok dengan menggunakan
media tersebut.
 Pada saat pleno, kelompok juga menggunakan media untuk
menampilkan hasil kerjanya, misalnya:
o Hasil diskusi ditampilkan dalam bentuk visual (gambar,
skema,tabel)
o Hasil analisa kasus dirumuskan di atas flipchart
o Pelajaran-pelajaran ditulis di atas kartu-kartu metaplan, dan
sebagainya.
Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi pengalaman adalah media
yang bisa mendorong semua peserta untuk berdiskusi dan bertukar
pikiran/ informasi (dalam diskusi kelompok atau pleno)

2) Media sebagai Alat Berbagi Peran


 Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media untuk
melaksanakan suatu kegiatan (tugas tim), misalnya:
o Lembar praktek/kerja kelompok
o Panduan simulasi/bermain peran
o Media untuk melakukan permainan (games)

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi peran adalah


media yang mendorong kegiatan bersama (melibatkan sesama
peserta atau peserta dengan fasilitator untuk melaksanakan
kegiatan bersama).
3) Media sebagai Alat Penyadaran/Motivasional
 Apabila media akan digunakan peserta, fasilitator menjelaskan cara
menggunakan media untuk melakukan suatu kegiatan (poster, role-
play, lembar kasus, drama, permainan). Fasilitator bisa juga
menayangkan media yang menggugah (cuplikan film, “dongeng
dijital”) untuk dilanjutkan dengan diskusi pembahasan.
 Untuk mengembangkan proses penyadaran, fasilitator
mempersiapkan pertanyaan kunci yang bersifat refleksi sikapnilai
(renungan). Peserta menarik pelajaran (lesson learned) dari
kegiatan/media tersebut dan melakukan perenungan bersama.
 Untuk mengembangkan proses motivasional, fasilitator
menyiapkan pertanyaan kunci untuk mengembangkan pendapat,
gagasan tindakan terhadap situasi nyata yang mereka alami yang
serupa dengan situasi yang ditampilkan dalam media.
Pengertian kunci: Media penyadaran adalah media yang bersifat
menggugah perasaan dan mendorong peserta merefleksi sikap-nilai
mereka. Media motivasional adalah media yang menimbulkan semangat
untuk bertindak dan memecahkan masalah yang terjadi dalam situasi
nyata peserta.

Gambar 6

4) Media sebagai Alat Bantu Penjelasan


 Fasilitator menggunakan media untuk menjelaskan, misalnya:
o Transparansi atau powerpoint slide untuk menjelaskan materi
belajar atau tugas kelompok (metode ceramah)
o Flipchart untuk menjelaskan penugasan kepada peserta
o Kartu-kartu metaplan untuk menjelaskan kesimpulan diskusi
pleno, dan sebagainya.
 Media juga bisa digunakan oleh peserta untuk menjelaskan sesuatu
(misal: gambar, flipchart, metaplan, transparansi, power point, dan
sebagainya).
 Fasilitator kemudian meminta semua peserta untuk memberikan
tanggapan, masukan, komentar, atau pertanyaan terhadap
penjelasan.

Pengertian kunci: Media sebagai alat bantu adalah media yang bisa
digunakan oleh fasilitator maupun peserta untuk menjelaskan sesuatu
pembahasan (presentasi, ceramah, memberi penjelasan, dan
sebagainya).
5) Media sebagai Alat Analisa Masalah
 Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan
diskusi analisis (misal: media gambar, lembar kasus, panduan role
play, format analisa SWOT atau format analisa pohon masalah,
dsb.).
 Peserta menggunakan media untuk melakukan analisa masalah,
sebab-akibat masalah, dan mengembangkan alternatif pemecahan
masalah dan pilihan tindakan.
Pengertian kunci: Media analisa masalah digunakan sebagai alat bantu
untuk melihat semua sudut pandang dan faktor yang saling berkaitan
terhadap suatu permasalahan. Media ini harus bisa menggambarkan
suatu kerangka atau sistem pemikiran agar mudah dianalisa.
Gambar 7

6) Media Praktek
o Fasilitator menjelaskan tujuan praktek dan berbagai media praktek
(alat dan bahan) apa saja yang digunakan. Media praktek yang
diperlukan tentunya tergantung pada jenis keterampilan yang
dilatihkan, misalnya: praktek pembuatan pupuk kandang, praktek
pembibitan, praktek pembuatan teras kebun, praktek pembuatan
obat tradisional, dan sebagainya.
o Fasilitator menjelaskan langkah-langkah atau prosedur praktek dan
penggunaan berbagai alat dan bahan pada setiap langkah atau tahap
kerja.
o Fasilitator mendemonstrasikan penggunaan alat/bahan pada setiap
langkah praktel dengan diikuti peserta atau peserta melakukan
sendiri setiap langkah dengan didampingi fasilitator.
o Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan proses dan hasil
praktek: apakah keterampilan baru ini perlu penyesuaian atau
adaptasi dengan kebutuhan atau keadaan lokal, apakah perlu
ujicoba, dan sebagainya.
Pengertian kunci: Media praktek adalah alat bantu untuk belajar
keterampilan tertentu, terutama keterampilan mekanis/ penggunaan alat
dan prosedur kerjanya.

Keterampilan ini hanya dapatdikuasai apabila dilakukan (dipraktekkan)


berkali-kali.
Biasanya media praktek ini satu paket dengan media instruksional
(media petunjuk teknis).

Gambar 8

7) Media Berfungsi Tunggal


Fasilitator membagikan media berfungsi tunggal (misalnya: bahan
serahan,
referensi, sumber acuan, dan sebagainya.) dan menjelaskan topik
(isinya) secara garis besar. Media bisa dibawa pulang oleh peserta.
Pengertian kunci: Media berfungsi tunggal adalah media yang
digunakan peserta secara mandiri dalam kegiatan belajarnya sendiri.

I. Tips penggunaan media


 Kalau media akan digunakan peserta, selalu jelaskan terlebih
dahulu bagaimana cara menggunakannya.
 Perhatikan keterjangkauan pandangan peserta terhadap media:
o Jika menggunakan poster tunggal atau poster seri, poster harus
dipajang sedemikian rupa, sehingga setiap peserta dapat melihat
gambar atau membaca tulisannya dengan jelas. Jangan sampai
terdapat penghalang, bayangan, atau pantulan cahaya yang
dapat mengganggu pandangan.
 Poster ditempatkan sebatas tinggi pandangan mata seluruh peserta,
tetapi masih dapat dijangkau oleh penyaji sendiri.
o Apabila menggunakan brosur, komik, atau buklet, setiap peserta
hendaknya dapat menyimak isi media tersebut secara seksama.
Media sebaiknya dipergunakan oleh kelompok kecil saja.
o Dalam hal pemutaran tayangan slide (sound-slide), usahakan
agar gambar yang ditampilkan pada layar dapat dilihat dengan
baik. Harus diperhatikan jarak antara layar dengan proyektor,
sesuai dengan keadaan ruangan. Rekaman suara yang berasal
dari kaset juga harus terdengar dengan jelas.
o Apabila fasilitator menulis sesuatu di atas papan tulis, flipchart,
atau metaplan, ukuran huruf harus tepat (terbaca) dan jenis
huruf balok terutama kalau tulisan tangannya jelek.
Kombinasikan penggunaan media supaya peserta mengalami berbagai
hal:mendengar,membaca,menulis,menggambar,menceritakan
menjelaskan, mengalami/melakukan, dan sebagainya.
BAB V

PEMBUATAN MEDIA PRESENTASI


BAB V

PEMBUATAN MEDIA PRESENTASI

Pelatihan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran Pengenalan


Pengembangan Media Presentasi Dalam Pembelajaran

Sebenarnya, hampir semua jenis media pada dasarnya dibuat untuk


disajikan atau dipresentasikan kepada sasaran. Yang membedakan
antara media prsentasi dengan media pada umumnya adalah bahwa pada
media presentasi pesan/materi yang akan disampaikan dikemas dalam
sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat alat saji
(proyektor). Pesan/ materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar,
animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh.

Pada dasarnya media presentasi yang menggunakan program


komputer ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari media
transparansi yang disajikan melalui OHP. Berbeda dengan transparansi
OHP tidak bisa menampilkan unsur audio visual, maka media presentasi
dengan program komputer ini, kita bisa menampilkan unsur audio-
visual dalam pembelajaran.
Berkat keefektifannya dalam menyajikan pesan, maka saat ini
media presentasi banyak diaplikasikan untuk keperluan pendidikan dan
pembelajaran. Tentu saja ini bukan berarti bahwa media presentasi
merupakan media yang paling cocok untuk semua materi dan topik
pembelajaran.

Saat ini pengembangan dan penggunaan program presentasi


multimedia telah berkembang pesat. Banyak jenis perangkat lunak
(software) yang dapat digunakan untuk membuat media presentasi.
Jenissoftware aplikasi yang sifatnya open source misalnya: Program
Impress yang ada padaOpenOffice. Selain itu, banyak pula jenis
software aplikasi yang harus membeli (tidak gratis), misalnya: Program
Visual Basic,

Makromedia Flash, Direktor, Authorware, Dream Weaver, dan


masih banyak lagi. Diantara sekian banyak jenis software tersebut, salah
satunya yang biasa digunakan di kalangan pendidik (khususnya guru)
adalah Microsoft Powerpoint yang dikeluarkan oleh perusahan software
Microsoft.

A. Prinsip-Prinsip Pengembangkan Media Presentasi Untuk


Pembelajaran.
Pengembangan media presentasi harus dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengembangan media pembelajaran. Beberapa prinsip berikut
perlu Anda pertimbangkan ketika akan mengembangkan media
presentasi.

 Harus dikembangkan sesuai dengan prosedur pengembangan


instruksional, karena padasarnya media presntasi yang kita bahas di
modul ini adalah untuk keperluan pembelajaran. Jika kita tidak
menerapkan prinsip ini, maka bahan presentasi yang kita hasilkan
akan menjadi tidak efetif untuk mencapai tujuan pembneleran.
Atau malah mirip seperti bahan presentasi untuk informasi pada
umumnya.
 Harus diingat bahwa media presentasi berfungsi sebagai alat bantu
mengajar, bukan merupakan media pembelejaran yang akan
dipelajari secara mandiri oleh sasaran. Media presentasi kurang
cocok digunakan sebagai bahan belajar yang bersifat pengayaan.
Ini berbeda dengan program multimedia inteaktif. Oleh karena itu
pesan- pesan yang disajikan dalam media presentasi sebaiknya
dibuat secara garis besa dan tidak detail, sebab penjelqasan secara
detail akan disajikan oleh penyajinya atau guru.
 Pengembang media presentasi seyogyanya mempertimbangkan
atau menggunakan secara maksimal segala potensi dan
karakteristik yang dimiliki oleh jenis media presentasi ini.
Unsur-unsur yang perlu didayagunakan pada pembuatan media
presentasi ini antara lain memiliki kemampuan untuk menampilkan
teks, gambar, animasi, dan unsur audio-visual. Sedapat mungkin
unsur-unsur tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam
pembuatan media poresentasi yang akan dibuat.
 Prinsip kebenaran materi dan kemenarikan sajian. Materi yang
disajikan harus benar substansinya dan disajikan secara menarik
pula.

B. Beberapa Tips Pembuatan Presentasi

Sebelum membuat media presentasi menggunakan komputer,


biasakan untuk membuat naskahnya terlebih dahulu (secara manual).
Naskah tersebut merupakan draft atau rancangan, yang selanjutnya
dapat Anda gunakan dalam pembuatan media presentasi dengan
program Power Point. Dengan dibuatnya naskah tersebut, maka ketika
Anda ingin memproduksi dengan komputer, Anda sudah tidak lagi
memikirkan sistematika materinya dan akan terhindar dari kesalahan
materi.

Ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan pada saat


membuat/memproduksi naskah menjadi media presentasi dengan
menggunakan PowerPoint, yaitu sebagai berikut:

 Pilih jenis huruf(font) yang tingkat keterbacaannya tinggi,


misalnyaAr ial, Verdana, atau Tahoma. Gunakan ukuran huruf
(font size) 17- 20 untuk isi teks, sedang untuk
sub judul 28 dan untuk judul 30.
 Untuk memperjelas dan memperindah tampilan, gunakan variasi
warna, gambar,foto, animasi atau video.
 Area tampilan frame yang ditulis jangan melebihi ukuran 16x20 cm
 Usahakan dalam satu slide /frame tidak memuat lebih dari 18 baris
teks.
 Dalam satu frame usahakan hanya berisi satu topik atau sub topik
pembahasan
 Beri judul pada setiap frame atau tampilan
 Perhatikan komposisi warna, keseimbangan (tata letak),
keharmonisan, dan kekontrasan pada setiap tampilan sangat penting
untuk medoa presentasi.
 Variasi warna memang diperlukan, tetapi harus juga diperhatikan
prinsip kesederhanaan.

C. Langkah-Langkah Pembuatan Media Presentasi


Pada kegiatan belajar 2 ini, kita akan mendiskusikan dan
mempraktekkan langkah-langkah
pembuatan media presentasi. Untuk membimbing Anda dalam membuat
media presentasi, berikut diuraikan secara singkat langkah-langkah
membuat media presentasi dengan menggunakan program aplikasi
Microsoft PowerPoint XP 2003.
Bagian ini sebaiknya Anda pelajari sambil mempraktekkan secara
langsung menggunakan komputer. Sekarang silakan membuka program
Microsoft Office di komputer Anda. Bantu teman-teman Anda yang
belum familier dengan program ini.
a) Membuat Sebuah Presentasi
Membuka Program Pada desktop komputer anda, klik tombol

Gambar 1
Gambar 2

 Setelah langkah tersebut Anda lakukan, layar komputer seharusnya


tampil seperti gambar berikut

b) Membuat Sebuah Slide


Setelah jendela PowerPoint (jendela presentasi/slide) muncul, sekarang
tuliskan teks
pada setiap frame sesuai naskah yang telah Anda buat.

Gambar 3

Lakukan langkah-langkah berikut:


 Klik to add title (kursor akan berkedip-kedip di tengah kotak)
 Ketikan huruf berikut: SUMBER-SUMBER ENERGI
 Klik to add subtitle untuk menuliskan subjudul : Disusun Oleh:
 Klik pada tempat yang kosong diluar kotak, maka tampilan akan
menjadi :

Gambar 4
 Maka akan muncul menu berikutPada kotak File Name ketikan :
Sumber-sumber energy

Gambar 5

 Nama File Presentasi kita, yaitu Sumber-sumber Energi, sekarang


terlihat pada tittle
 bar di atas jendela Power Point
c) Menambahkan Slide Baru
 Pada toolbar, klik icon
 Pada Layar akan muncul diagram berikut

Gambar 6

 Pada panel layout slide tersebut, gerakan mouse ke bawah,


hingga bagianOther
 Layout Klik mouse pada icon
 Setelah slide baru terbentuk klik Click to add title

Gambar 7

 Kemudian ketik : Jenis Sumber Energi


 Klik teks Click to add text, kemudian ketikan: Cahaya
 Tekan Tombol Enter pada keyboard, maka pada slide akan
terlihat seperti berikut:
 Ketikkan pada point kedua : Listrik
 Ketikkan pada point ketiga : Air
 Ketikkan pada point keempat : gerak
 Sehingga pada slide akan
Gambar 8

d) Memasukkan Picture
 Klik ganda pada Double click to add clip art
 Setalah pada desktop terlihat menu berikut klik yang selanjutnya
 Gerakkan mouse ke arah bawah untuk memilih gambar yang kita
inginkan

Gambar 9

 Pilih gambar yang kita inginkan dengan cara mengklik gambar


 Tekan tombol ‘OK’ slide pada layar akan terlihat seperti berikut:
e) Memformat Text
Klik huruf awal yang terdapat pada bullet, kemudian drag hingga ke
arah ujung tekt
paling bawah seperti arah drag berikut ini:

 Pada layar akan terlihat seperti gambar berikut:


 Pada toolbar, klik ikon ‘A’ sebanyak 2 kali
 Tekt yang kita blok akan menjadi lebih besar
 klik pada bagian yang kosong di luar kotak.

Gambar 10
 Blok tekt :Cahaya

Gambar 11
Gambar 12

 Klik ikon
 Klik panahdrop-drown di samping kanan kotak Font size
 Dari menu yang terlihat klik60
 Selanjutnya klik panahdrop-drown disamping kanan Font box
 Dari menu yang terlihat, arahkan kursor ke bawah dan temukan
Antique Olive Compact
 Tampilan tekt pada slide kita akan terlihat seperti berikut:
 Jika kita akan menginginkan agar bentuk jenis dan ukuran air,
listrik, dan cahaya gerak seperti halnya maka klik ‘ikon’
 Drag kursor mulai dari tekt listrik air gerak maka akan berubah
seperti terlihat pada gambar

f) Memformat Gambar
 Klik GambarLampu

Gambar 13

 Letakkan mouse pada tanda yang berwarna hijau yang terletak di


atas gambar
 Kursor akan berubah bentuknya menjadi seperti lingkaran

Gambar 14

 Klik dan drag kursorcounterclockwi se ke arah kiri:


 Kembalikan posisi gambar seperti semula seperti halnya langkah
diatas
 PadaPicture Toolbar, klik ikonCrop
 Klik dan drag, pada gambar dari bawah dan juga dari samping,
seperti berikut

Gambar 15

g) Memberi Warna untuk Teks

Setelah judul presentasi Anda ketik (dengan warna hitam), sekarang


gantilah warna tulisan judul tersebut dengan warna yang lebih menarik.
Ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam pemilih warna,
misalnya tingkat keterbacaan, kekontrasan, dan komposisi.

Gambar 16

h) Membuat Animasi Teks


Anda bisa memanfaatkan fasilitas animasi yang ada pada Program
PowerPoint untuk menambah efek gerakan pada teks atau gambar. Anda
bisa mengatur urutan dan waktu yang ada di Program PowerPoint. Tapi
ingat, jangan terlalu banyak macam gerakan hingga justru mengganggu
pesan yang akan disampaikan.

Gambar 17

i) MemberiBackground pada tampilan slide


Agar tampilan slide Anda lebih menarik, maka Anda dapat memberi
background yang Anda
inginkan pada setiap slide yang Anda buat.Caranya sebagai berikut:

Gambar 18

 Setelah muncul kotak dialogAutomatic > pilih dan Klik pada Fill
Effectsi, maka akan muncul kotak dialog Fill Effects, sehingga
Anda dapat memilihback ground untuk: (Fill effects Gradient,
Texture, Pattern dan Picture)
Catatan:
Pemilihanbackground dengan cara di atas hanya berlaku per-slide bila
yang dipilih hanya
apply saja. Jika Anda ingin seluruh slideakanmempergunakan
background yang sama ,
maka pilih apply to all

j) Memasukan Gambar dengan TeknikInsert


Anda juga bisa memasukkan gambar pada slide presentasi dengan cara
menggunakan fasilitasinsert.
Caranya, ikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Gambar 19

Catatan:
Selain gambar (image) juga bisa memasukkan unsur lain ke dalam slide,
misalnya
berupa suara (sound), animasi dan video. Namun Anda harus perhatikan
bahwa semua format dapat diinsert ke dalam power point. Format-
format standar yang dapat diakses oleh program power point, antara lain
: formatwav (untuksoun d), format JPEG (untuk gamnbar, ormat Giv
(untuk Animasi), formatMPEG atauAV I(untuk video)

k) Cara memasukan video dengan teknikinsert


Pernahkah mencoba menyisipkan Video ke dalam presentasi yang Anda
buat?...
Tetapi yang perlu di ingat apabila Anda ingin menyisipkan video ke
program PowerPoint. Sebelum Anda menyisipkan video ke presentasi
yang harus Anda lakukan adalah Anda harus mengkompresi file video
tersebut ke dalam bentuk fileM PEG atauAV I . Baru Anda dapat
melakukan Langkah berikutnya, hampir sama dengan yang Anda
lakukan pada point 1 di atas, yang membedakannya pada pilihan
paneltoolbar, yaitu:

 Anda dapat Klikinsert


kemudian klikmovie and sound dan klik movie from file kalau Anda
menyimpannya di my documen,

Gambar 20

l) Membuat Hyperlink pada media presentasi

Agar presentasi yang Anda buat terlihat lebih menarik dan interaktif,
kita bisa memanfaatkan fasilitas action button pada Progaram
PowerPoint. Dengan menggunakan fasilitas ini maka media presentasi
yang Anda buat akan menyerupai multimedia interaktif. Untuk
memanfaatkanhyperl ink maupun action button, Anda dapat melakukan
langkah- langkah sebagai berikut:

o Buat desain tampilan dalam bentuk tombol(button), lalu Anda


ketik untuk masing-
masing topik atau sub topik yang akan Anda uraikan. setelah
selesai.
o Klik tombol(button) atau blok pada kalimat yang akan
dihubungkan (di link) dengan
Mouse > kemudian klik insert pada paneltoolbar di atas >
klikHyperlink > pilihsl ide yang dituju > klikOK
o Setelah meng-klik OK, maka tombol(button) atau kalimat yang
mempergunakan
Hyperlink akan terlihat adagaris dibawahnya.
o Untuk mengaktifkanHyperlink: tekanShift+F5 padakeyboard >
arahkanmousE

Pada tombal(button) atau kalimat yang bergaris bawah > ketika muncul
gambar tangan sedang “menunjuk” maka klik padatombo l (button)atau
kalimat yang Anda buat sudah terhubung dengan penjelasan yang ada
di slide yang dilink-kan atau di hubungkan.
Perhatikan dan ikuti secara urut cara membuatnya seperti terlihat pada
gambar di bawa
Gambar 21

D. Mengevaluasi Program Media Presentasi

Kegiatan evaluasi harus dilakukan setiap kali kita mengembangkan


sebuah produk media. Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui apakah produk media yang kita kembangkan bisa mencapai
tujuan yang diharapkan.

BAB VI
MEDIA TIGA DIMENSI

BAB VI
MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI

Pada bagian ini dibahas media pembelajaran tiga dimensi yang terdiri
atas media benda sebenarnya, media benda tiruan dan perangkat media
tiga dimensi yang lainnya.

Media Benda Sebenarnya

Tujuan Khusus

Setelah membahas bagian ini, Anda diharapkan akan dapat:

1. Menjelaskan manfaat belajar melalui benda sebenarnya.


2. Menjalankan langkah-langkah belajar melalui benda
sebenarnya.
3. Menjelaskan karakteristik belajar melalui benda sebenarnya.
4. Menjelaskan langkah-langkah belajar melalaui kegiatan widya
wisata.
5. Memberikan contoh jenis-jenis benda sebenarnya.
6. Menjelaskan pengertian media pembelajaran tiruan.
7. Menjelaskan kegunaan dan manfaat media pembelajaran
tiruan dalam pembelajaran.
8. Menjelaskan macam-macam model tiruan.
9. Membuat model-model tiruan (sketsa).
10. Menjelaskan manfaat dan cara pembuatan peta timbul.
11. Membuat sebuah peta timbul yang baik.
12. Menjelaskan manfaat globe sebagai media pembelajaran
tiruan.
13. Menjelaskan macam dan cara penggunaan globe.
14. Menjelaskan manfaat penggunaan boneka, topeng, sebagai
media pembelajaran.
15. Menyebutkan contoh-contoh boneka yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.
16. Memainkan boneka dalam sebuah sandiwara boneka.
17. Menjelaskan pengertian dan kegunaan mock-up
18. Menjelaskan pengertian dan kegunaan diorama.
19. Menjelaskan cara-cara pembuatan diorama.
20. Menjelaskan pengertian dan penggunaan ritatoon.
21. Menjelaskan pengertian dan kegunaan rotatoon.
22. Menjelaskan cara penggunaan rotatoon yang baik.
23. Menjelaskan pengertian standar lembar balik.
24. Menjelaskan cara pembuatan dan penggunaan standar lembar
balik.
25. Membuat diorama, ritatoon, rotatoon dan standar lembar
balik yang baik.

A. Pengertian Benda Asli

Salah satu bentuk media pembelajaran yang termasuk dalam


kategori tiga dimensi adalah benda-benda asli, atau wujud kenyataan
kondisi yang sebenarnya. Dari segi efektivitas pengajaran, penggunaan
benda sebenarnya sebagai media pembelajaran dapat memberikan
urunan yang cukup berarti, terutama dari pemerolehan pengalaman yang
bersifat langsung dan kongkrit. Karena segala peristiwa yang terungkap
di dalam jalinan interaksi dengan media sebenarnya tersebut, cukuplah
untuk mendapatkan peng-alaman langsung, lengkap dan kesan yang
mendalam dari apa yang dipelajari, tepatlah apabila kita belajar melalui
benda-benda atau keadaan yang sebenarnya. Ada yang menyebut media
ini sebagai alat peraga langsung.

Pengertian yang termasuk dalam kategori media pembelajaran yang


sebenarnya, baik benda yang hidup seperti manusia, tumbuhan, dan
hewan, di samping benda mati dan benda tak hidup (anorganik). Ada
dua cara yang ditempuh untuk belajar melalui benda sebenarnya, yaitu
membawa kelas ke dunia luar atau membawa dunia ke dalam kelas.
Untuk membawa kelas ke dunia luar caranya dapat melalui
Widyawisata/Karyawisata, yaitu perjalanan ke luar kelas atau sekolah
(wisata) untuk tujuan belajar (widya). Sedangkan untuk dapat membawa
dunia (luar) ke dalam kelas adalah dengan cara menggunakan specimen
atau barang contoh, yaitu benda-benda aseli baik dalam keadaan hidup
dan utuh.

B. Belajar Benda Asli melalui Widyawisata

Widyawisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui


suatu kunjungan ke suatu tempat atu obyek di luar kelas sebagai bagian
integral dari seluruh kegiatan akademis/ belajar dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaran (instruksional) tertentu. Widya
artinya belajar dan wisata artinya kunjungan atau perjalanan.

Keuntungan Widyawisata
Beberapa keuntungan yang diperoleh melalui widya-wisata,
antara lain:Pengalaman langsung Pengalaman langsung dengan benda
sebenarnya akan memberikan kesan yang lebih kuat, dengan demikian
membuat hasil belajar yang lebih menetap. Dengan demikian siswa akan
bertambah wawasan serta pengalamannya. Membangkitkan minat untuk
menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru.

Dengan dibentuknya panitia study tour siswa diberi tugas dan


tanggung jawab masing sesuai dengan bidang ugas dan tanggung
jawabnya. Di situlah mereka belajar seni hidup yang nyata dan salling
tolong menolong satu sama lain.Menciptakan kepribadian yang komplit
bagi guru maupun siswa. Banyak pengalaman yang hanya dapat
diperoleh melalui kegiatan ini. Misalnya bagaimana mengatasi
hambatan transportasi, bagaimana mengatasi hambatan bahasa
(misalnya lokasi wisata hanya menggunakan bahasa lokal saja),
bagaimana mengatasi keadaan darurat (misalnya ada peserta yang sakit
mendadak) dan sebagainya.

Mengintegrasikan antara pengajaran di kelas dengan kehidupan


nyata di masyarakat. Karyawisata mampu mengintegrasikan
pengalaman siswa atau peserta didik. Pengalaman yang dimiliki siswa
perlu disesuaikan dengan pengalaman yang ada, agar peserta didik
memiliki pemahaman yang luas terhadap dunia sekitarnya. Pengalaman
yang diperoleh selama melakukan karyawisata merupakan pengalaman
langsung dari kehidupan di luar diri anak atau masyarakat sekitar yang
dekat dengan siswa.
Kelemahan-kelemahan
Di samping ada keuntungan yang kita dapatkan dari kegiatan
karyawisata, ada juga kelemahan-kelemahan yang kita dapatkan.
Beberapa kelemahan Widyawisata, yaitu sebagai berikut ini. Masalah
waktu Apabila tidak dirancang secara baik, disamping mengganggu
siswa dan kegiatan rutinnya juga akan memboroskan waktu saja.

Memerlukan biaya

Memerlukan biaya, tenaga dan tanggungjawab ekstra.


Disamping biaya yang dikeluarkan di luar biaya rutinsekolah, tenaga
untuk perjalanan juga memerlukan pengelolaan yang penuh
tanggungjawab baik dari siswa maupun guru. Karena bagaimanapun
perjalanan sekolah semacam ini mengandung banyak resiko. Obyek
wisata yang kurang memenuhi syarat Sering terjadi tujuan widya wisata
tidak dapat tercapai disebabkan obyek yang tidak memenuhi syarat
untuk bahan belajar. Misalnya obyek yang terlalu rumit, terlalu kecil,
terlalu besar, berbahaya dan sebagainya.

Langkah-langkah Widyawisata

Secara umum widya wisata dapat melalui tahap-tahap: perencanaan,


pelaksanaan, dan evaluasi/follow-up. Namun tahapan itu dapat dirinci
sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan yang jelas, yaitu apa yang akan dicapai melalui
kegiatan widyawisata tersebut.
2. Jika kegiatan tersebut melalui instansi-instansi tertentu, persiapkan
lebih dulu prosedur perijinan yang harus dipenuhi. Pilihlah kurir
yang cekatan, sehingga mereka dapat menyelidiki dulu kondisi dari
obyek yang akan dikunjungi. Mintalah persetujuan dan kerja sama
dari/dengan orang tua.
3. Persiapkan dengan teliti apa saja yang perlu dibawa untuk
kelengkapan dan keamanan pada waktu mengadakan perjalanan
dan waktu berada ditempat wisata.
4. Jelaskan pada siswa tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan dan
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang nanti jawabannya akan
ditemukan ditempat wisata.
5. Dalam perjalanan tata tertib harus dijaga dan utamakan
keselamatan, sehingga bisatiba ditempat tujuan dengan selamat dan
tepat pada waktu yang direncanakan.
6. Setelah tiba di tempat yang dituju ingatkan sekali lagi tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh murid selama ditempat tersebut.
7. Setelah pulang dengan selamat, lanjutkan dengan kegiatan lanjutan
yang berupa:

a) Pelaporan secara umum proses dan hasil kegiatan perjalanan


tersebut.
b) Diskusikan hasil-hasil yang diperoleh selama widya wisata.
c) Adakan kegiatan evaluasi terhadap hasil widya wisata tersebut.
Untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya tercapai.
d) Rumuskanlah saran-saran untuk kegiatan yang serupa untuk
kegiatan yang akan datang.
e) Simpan dengan baik semua dokumentasi yang diperoleh agar
dapat digunakan sewaktu-waktu.
f) Buat laporan lengkap seluruh kegiatan widyawisata dan seluruh
hasil yang diperoleh selama widya wisata tersebut dalam satu
file yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu.

C. Belajar Benda Sebenarnya melalui Speciment

Ada dua istilah untuk menggolongkan benda sebenarnya (real


things), yaitu obyek (object) dan benda atau barang contoh (specimen).
Benda asli disebut obyek dimaksudkan untuk semua benda yang masih
asli, alami seperti dimana ia hidup dan berada.Untuk mempelajari
obyek, kita dapat menyelenggarakan widya wisata, sehingga bertemu
dengan benda-benda asli dimana ia seharusnya berada. Sedangkan
specimen atau bendaatau barang contoh dimaksudkan untuk benda-
benda asli atau sebagian dari benda-benda asli yang digunakan sebagai
contoh.

Jadi specimen pun juga benda asli yang mewakili benda aslinya
yang sebenarnya berjumlah sangat banyak atau benda aslinya berukuran
sangat besar atau luas atau utuh, sedangkan specimen sebagi-an kecil
dari padanya atau ia hanya mewakili jenisnya saja.Ada pula cara
mengklasifikasikan benda asli menjadi benda asli alam (natural thing)
dan benda asli buatan manusia. Jadi benda asli buatan adalah jenis
benda asli yang sudah diubah bentuk dan sifatnya oleh tangan manusia
yang mungkin dijadikan bahan (makanan, minuman dan sebagainya),
alat, perlengkapan, perhiasan, permainan, dan sebagainya.

Specimen benda yang masih hidup


a) Akuarium: Sebuah tempat atau wadah (biasanya terbuat
dari bahan kaca) yang berisi air yang digunakan untuk
memelihara binatang atau tumbuh-tumbuhan air.
b) Terrarium: Kota tempat untuk memelihara hewan darat ( jenis
hewan yang melata) dan tumbuhan darat (tentu saja yang berukuran
cukup kecil).
c) Kebun binatang: Dengan segala jenis binatang darat, laut, maupun
berbagai jenis burung yang dimaksudkan sebagai contoh/sampel
juga. Pengelola kebun binatang ini berusaha membuat kondisi
hidup binatang yang dipeliharanya sesuai dengan atau setidak-
tidaknya mirip dengan habitat aslinya.
d) Kebun percobaan atau kebun percontohan dengan berbagai
tumbuhan budidaya maupun tumbuhan lain.
e) Insektarium: Berupa kotak atau tempat memelihara jenis-jenis
serangga atau tempat memajang berbagai jenis serangga yang
sudah mati atau diawetkan

Specimen benda yang sudah mati

1. Herbarium: Bagian dari tumbuhan yang sudah dikeringkan.


2. Taksidermi: Yaitu kulit hewan yang dibentuk kembali setelah kulit
tersebut dikeringkan dan isi tubuhnya diisi dengan benda lain,
misalnya kapuk.
3. Awetan dalam botol, yaitu mahluk yang sudah mati diawetkan
dalam botol yang berisi larutan formalin 4%, alkohol 70 – 90%.
4. Awetan dalam cairan plastik atau bioplastik yaitu mahluk yang
sudah mati disimpan dalam cairan plastik yang semula cair
kemudian membeku.
Specimen dari benda tak hidup

Specimen dari benda tak hidup, yaitu contoh-contoh dari


berbagai benda tak hidup seperti batuan dan mineral. Adapun untuk
mempelajari specimen inipun ada banyak cara sesuai dengan tujuan
yang ingin kita capai dan sifat-sifat benda tersebut.

Mungkin kita belajar dengan melihat dengan teliti,


mengklasifikasikan, menganalisis, menggunakan, men-diskusikan,
mengadakan percobaan, dan sebagainya.Disamping sejumlah
keuntungan dari belajar melalui benda sebenarnya ada juga
kelemahannya.

Ada beberapa alasan yang membuat orang tidak mempelajari benda


sebenarnya, antara lain disebabkan:

 Benda itu sudah tidak ada lagi sekarang

Benda-benda purba yang hidup pada jutaan tahun yang lalu dan
sekarang ini tinggal fosilnya saja tentu tidak mungkin untuk
menemukan binatang ataupun tumbuhan purba tersebut dalam keadaan
hidup. Untuk itu maka kita dapat membuat replikasinya atau tiruannya
berdasarkan fosil-fosil yang sempat ditemukan.

 Benda itu terlalu jauh dan tak terjangkau oleh kita

Baik benda-benda langit yang memang sangat jauh jaraknya dari kita
maupun benda-benda di bumi sekalipun namun terlalu jauh untuk kita
jangkau ataupun jika kita ingin mempelajarinya secara langsung
memerlukan waktu perjalanan berhari-hari ataupun bahkan berminggu-
minggu. Untuk menghemat waktu baik bagi guru maupun siswa lebih
baik kita siapkan atau buat tiruannya dalam bentuk yang diperkecil.
Dengan demikian akan membantu memberikan kejelasan kepada siswa
yang mempelajarinya.

 Benda itu terlalu besar atau terlalu kecil

Susunan tata surya kita tidak mungkin akan dapat terlihat struktur dan
posisinya masing-masing di ruang angkasa kita tanpa kita buta
tiruannya. Selain ukurannya yang sangat besar untuk dapat diamatinya
secara langsung jangkauan pengamatan manusia juga sangat terbatas.
Untuk itu perlu dibuat tiruannya dalam bentuk model perbanding-an
yang diperkecil. Sebaliknya untuk benda-benda atau obyek yang sangat
kecil ukurannya yang hanya dapat terlihat dengan jelas dengan bantuan
mikroskop dapat pula kita buat tiruanhya dalam bentuk model
perbandingan yang diperbesar.

 Benda itu sangat berbahaya untuk dipelajari langsung.

Misalnya binatang ataupun tumbuhan yang berbisa atau beracun jika


disentuh. Contohnya di Amerika Selatan ada jenis katak yang pada
seluruh kulit tubuhnya mengandung racun yang mematikan manusia
yang hanya dengan menyentuhnya saja.

Jenis serangga tertentu yang gigitannya mengandung racun mematikan,


ular berbisa, berbagai jenis binatang penyengat. Untuk mempelajarinya
secara langsung dan dalam keadaan hidup tentu sangat berbahaya dan
mengandung resiko. Oleh sebab itu kita bisa membuat tiruannya dalam
bentuk model yang bentuk dan ukurannya dibuat sangat mirip dengan
benda atau obyek aslinya (model utuh).

 Benda itu tak boleh dilihatnya

Mengapa benda itu tak boleh dilihat? Bukannya tidak dapat dilihat,
tetapi karena alasan etika benda tersebut tidak boleh dilihat. Misalnya
bagian dari organ tubuh manusia yang jika dipertontonkan tentu
melanggar etika, kecuali untuk kepentingan ilmiah atau pengobatan
yang tentu saja atas ijin atau profesinya.

 Benda itu terlalu cepat atau terlalu lambat geraknya

Untuk mempelajari benda-benda atau obyek-obyek yang sangat besar


ukuranya dan untuk melihat bagaimana gerak benda tersebut, misalnya
palnit tata surya kita, kita tidak dapat melihat hal itu secara langsung. Di
samping akan nampak lambat gerakannya (walaupun sebenarnya
gerakan yang sesungguhnya sangat cepat), kemampuan mata kita juga
sangat terbatas.

D. Media Benda Tak asli atau Tiruan

Media tiruan atau Model adalah merupakan tiruan dari benda yang
berbentuk tiga dimensi yang dibuat sedemikian rupa sehingga serupa
dalam bentuk dan tidak sama dalam hal-hal yang lainnya. Meskipun
semua orang tahu, bahwa belajar melalui pengalaman lang-sung atau
melalui benda sebenarnya mempunyai sejumlah keuntungan, perlu
diketahui juga bahwa sejumlah besar keterbatasan akan teratasi dengan
penggunaan model.

Penggunaan model dimaksudkan untuk mengatasi beberapa masalah


belajar, antara lain yaitu:

 Ukuran

Kesulitan mempelajari obyek-obyek yang terlalu besar atau luas,


sehingga tak dapat diamati secara menyeluruh dan sebaliknya obyek-
obyek yang terlalu kecil, sehingga tak dapat diamati dengan mata
dengan baik dapat diatasi dengan menggunakan model. Untuk obyek
yang terlalu besar dan luas dibuat model sederhana yang diperkecil dan
untuk obyek yang terlalu kecil digunakan model perbandingan yang
diperbesar.

 Waktu

Maksudnya dengan menggunakan model kita dapat mengganti


kenyataan terhadap waktu lampau yang tak dapat kita jangkau dan
dengan model kita dapat memproyeksi ide terhadap hal yang akan
datang yang tidak dikenalnya secara kongkrit. Misalnya obyek-obyek
tempat bersejarah dapat digambarkan dalam bentuk model dan dengan
model pula kita dapat menciptakan bentuk bangunan yang kita
kehendaki dan akan diwujudkan dalam bentuk bangunan yang
sebenarnya.
 Tak terjangkau secara fisik

Maksudnya obyek-obyek yang terlalu jauh dan terlalu banyak


memakan waktu dan biaya yang diperlukan dapat diganti dengan
menggunakan model-model dari obyek tersebut. Misalnya model rumah
orang Eskimo, orang Indian dan sebagainya. Demikian pula obyek yang
terlalu jauh dari kita, misalnya planet-planet yang ada dalam tata surya
kita.

 Kenyataan-kenyataan yang “tidak berguna”

Banyak obyek atau benda sebenarnya yang dengan mudah kita


jangkau, tetapi tidak memberi keterangan yang memadai. Misalnya:
Kerja dari mata manusia, struktur bagian dalam telinga manusia, kita
membuat model yang diperbesar yang dapat memperlihatkan bagian
dalam dari benda tersebut. Tentu dengan model irisan/terbuka dari
obyek tersebut.

 Proses

Maksudnya dengan model-model kita dapat memperlihatkan proses


kerja dari obyek-obyek yang besar dan luas. Misalnya proses peredaran
planet-planet atau proses terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan
dan sebagainya.Keuntungan Benda Model Beberapa keuntungan
penggunaan model sebagai media pendidikan antara lain adalah:
Model berbentuk tiga dimensi Walaupun bukan benda sebenarnya, ia
merupakan wakil yang terbaik bagi benda sebenarnya.

1.Dengan adanya perubahan ukuran, model lebih mudah dipelajari.


Misalnya model yang diperkecil dan model yang diperbesar.
2.Karena bagian-bagian yang tidak penting dihilangkan, orang tinggal
mempelajari bagian-bagian yang penting saja. Misalnya melalui
model yang disederhanakan.
3.Dapat mempertunjukkan struktur bagian dalam suatu benda. Melalui
model irisan orang dapat melihat bagian dalam suatu benda yang
tidak mungkin melihat dalam keadaan aslinya.
4.Kekongkritan yang tak langsung. Melalui model siswa mendapatkan
pengalaman yang kongkrit walaupun tidak mela- lui benda yang
sebenarnya.

Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan peng-gunaannya


model dapat dibeda- kan antara lain model perbandingan (scale model),
model yang disederhanakan (simplifi-cation model), model irisan
(cutaway and cross section model), model lapangan (macquette), model
susunan, model terbuka, model utuh (duplikat tiruan) boneka dan topeng
dan bak pasir.

 Macam-macam Benda Model


Model Perbandingan

Model ini dibuat terutama untuk menerangkan sesuatu obyek


atau benda yang karena besarnya sukar dibawa masuk kelas atau karena
kecilnya sukardiamati dengan baik. Untuk membuat model ini ketelitian
perbandingan antara benda asli dengan model yang akan dibuat
hendaknya diperhatikan, agar murid tidak mendapatkan pengertian yang
keliru dari benda yang sebenarnya.

Membuat model perbandingan memang tidaklah mudah.


Misalnya kita membuat model perbandingan untuk planet atau benda-
benda ruang angkasa.Untuk perbandingan antara bumi, bulan dengan
planet Yupiter misalnya, kita sering kali tidak membuat per-bandingan
yang sebenarnya. Misalnya besar bumi sepuluh kali bulan, tetapi kita
buat model dengan perbandingan satu berbanding empat. Sebaliknya
dari benda-benda yang kecil ukurannya kita lebih mudah untuk
membuat model tiruannya secara tepat. Globe misalnya adalah salah
satu model perbandingan.

Tetapi dalam bahasan ini, globe akan dibahas dalam paragraf


tersendiri karena pembuatannya memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus yang perlu diperhatikan.

 Model yang Disederhanakan

Model ini dibuat dengan cara menyederhanakan bentuk benda yang


sebenarnya. Dari bentuk benda yang lebih rumit ditiru bagian-bagian
pentingnya saja. Dengan demikian model ini masih tetap menunjukkan
kesan bentuk yang sebenarnya, hanya dalam wujud yang sederhana.
Banyak obyek yang riil tetapi sulit untuk dipelajari secara langsung,
karena rumitnya konstruksi dari benda atau obyek tersebut.

Dengan model yang disederhanakan akan lebih mudah menangkap


pengertian tentang struktur dari suatu bentuk yang terlalu rumit. Model
ini merupakan tiruan dari benda sebenarnya dalam garis besar yang
hanya mengutamakan ciri-ciri khususnya saja. Misal-nya
menggambarkan sebuah pelabuhan dengan berbagai macam kendaraan,
berbagai macam kapal, gedung-gedung atau bangunan gedung, para
pekerjanya, mesin-mesin besar yang sedang bekerja disitu. Untuk
menggambarkan situasi seperti ini tentu saja tidak dibuat dengan
menampilkan sesuai dengan jumlah kapal yang sebenarnya, kendaraan
dan bangunan-bangunan, tetapi dengan beberapa model kapal, model
kendaraan, dua bangunan gedung, sebuah kantor dan beberapa model
orang-orangan cukup dapat meng-gambarkan situasi sebuah pelabuhan.

 Model Irisan

Untuk memperlihatkan struktur bagian dalam suatu bentuk atau


obyek agar men-dapatkan pengertian yang jelas tentang bagian-
bagiannya maka digunakanlah model irisan. Model irisan ini dibuat
dengan beberapa alasan yang antara lain benda aslinya tertutup dan
terlalu besar, misalnya gunung berapi, sedang murid memerlukan
penjelasan tentang struk- tur bagian dalamnya. Alasan lain adalah alasan
kesesuaian, misalnya untuk mendapat pema-haman yang jelas tentang
struktur bagian dalam mata manusia, kita tidak mungkin membuat irisan
langsung pada tubuh manusia, sekalipun sudah mati. Untuk itu
diperlihatkan tiruan untuknya.

 Model Lapangan

Model lapangan ini dibuat untuk menerangkan suatu daerah


tertentu atau kondisi wilayah tertentu. Misalnya pelabuhan udara, daerah
perkebunan, proyek perumahan, dan sebagainya, Model lapangan dibuat
untuk memperjelas lokasi suatu bangunan tertentu. Tentu saja model
lapangan ini perlu dilengkapi dengan berbagai bentuk model yang
sedang disederhanakan. Biasanya model semacam ini disebut maket
(maquette).Walaupun dilengkapi dengan berbagai model yang
disederhanakan dan juga menggunakan prinsip model perbanding-an,
dalam model ini yang diutamakan adalah bentuk kejelasan lokasinya.
Dengan model ini orang yang akan mempelajari atau menyelidiki lokasi
suatu daerah akan mendapat kejelasan yang memadai melalui model ini.

 Model Susunan

Model susunan dimaksudkan struktur bagian dalam dari suatu


benda, disamping memperlihatkan bagian dalam obyek juga dapat
dilepas atau dipreteli untuk dipelajari satu per satu sehingga
memperjelas pengertian. Dan bila sudah selesai dapat diletakkan
kembali pada posisinya semula. Model ini dapat berupa variasi dari
model irisan. Model irisan sendiri dapat disebut model terbuka, karena
menggambarkan obyek yang aslinya dalam keadaan tertutup
ditampilkan dalam model yang terbuka. Untuk model terbuka sebaiknya
siswa disuruh hati-hati waktu mempelajarinya. Karena disamping mahal
harganya, juga agak mudah rusak dan apabila alat penyetelnya rusak
dapat mengganggu penampilan model tersebut dan mungkin tidak dapat
disusun seperti semula.

 Model Utuh

Pada suatu saat guru mengalami kesulitan untuk menerangkan


suatu obyek yang sebenarnya tidak terlalu kecil, sehingga mudah untuk
dapat dilihat dengan mata dan juga tidak terlalu besar, sehingga mudah
untuk dibawa masuk kelas, tetapi benda asli yang dimaksudkan tidak
ada lagi atau tidak mudah terjangkau karena tempatnya sukar untuk
dicapai atau benda tersebut terlalu rawan untuk ditampilkan langsung
misalnya mudah hancur, mudah membusuk dan sebagainya.Untuk
mengatasi problem tersebut di atas, maka guru berusaha membuat tiruan
yang baik bentuk dan ukurannya ini disebut model utuh. Umumnya
model ini dapat dibuat dari bahan plastik atau bahan karet.

E. Peta dan Macamnya

Peta Timbul

Peta timbul adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi


rendahnya permukaan bumi. Secara fisik peta timbul adalah termasuk
model lapangan juga, walaupun untuk obyek lokasi yang lebih luas. Peta
timbul mempunyai ukuran panjang, lebar, dan dalam (lekukan relief).

Keuntungan peta timbul jika dibandingkan dengan peta datar


adalah lebih mudah memberikan pengertian atau gambaran tentang
keadaan permukaan bumi.Dengan melihat peta timbul siswa
memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak tepi pantai,
dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah,
danau-danau, dan sebagainya. Siswa akan mudah memperoleh
pengertian atau memahami mengapa tinggi tempat/gunung diukur dari
permukaan air laut dan sebagainya.

Peta timbul dapat dibuat oleh guru oleh guru bersama siswa.
Dengan demikian akan dapat memupuk daya kreasi dan imajinasi siswa.
Disamping itu dapat pula memupuk rasa tanggungjawab bersama
terhadap hasil karya bersama. Berbagai macam bahan yang dapat
dipakai untuk membuat peta timbul, antara lain: semen, tanah liat,
serbuk gergaji, bubur kertas koran, dan lain-lain.

Tentu saja pemilihan bahan yang akan dipakai harus


disesuaikan dengan keperluan peta timbul yang akan dibuat.

Misalnya apabila kita akan membuat peta timbul ukuran besar


yang diletakkan dihalaman sekolah, lebih tepat bila menggunakan
semen dan pasir. Sedangkan untuk membuat peta timbul yang dapat
dipakai di dalam kelas dan dengan mudah dapat dibawa dari kelas yang
satu ke kelas yang lain, lebih tepat kalau dibuat dari bahan yang ringan,
yaitu bubur kertas koran.
Cara membuatnya pun berbeda-beda tergantung dari bahan yang akan
dibaut dan tempat peta timbul itu dibuat. Sebagai pedoman dibawah ini
disajikan cara membuat peta timbul bubur kertas.

Gambar 1

a. Bahan-bahan yang diperlukan

1) Peta datar sesuai dengan peta timbul yang akan dibuat.


2) Papan alas yang dapat dibuat dari tripleks, anyaman bambu,
papan kayu, dan sebagainya.
3) Kertas koran atau dapat kertas bekas yang lainnya.
4) Perekat kanji dan gom arabica atau lem kayu.
5) Cat warna.

b. Proses pembuatannya
1) Siapkan peta datar yang lengkap, sesuai dengan keperluan peta
timbul yang akan dibuat.
2) Kertas koran disobek-sobek kecil-kecil dan direndam
dalam air,selama satu atau dua malam.
3) Sobekan kertas koran itu kemudian ditumbuk dan diaduk
dengan perekat dari kanji yang dicampuri sedikit dengan lem kayu
(gom arabica).
4) Mulailah membuat peta pada alas papan yang telah disediakan,
sesuai dengan rencana (sambil melihat peta datar yang diturun),
dengan cara menempelkan bubur kertas koran itu pada papan
sesuai dengan tinggi rendahnya tempat pada peta (perhatikan skala
perbandingannya).
5) Setelah selesai peta tersebut dikeringkan, jangan lupa memeriksa
jika ada yang retak segera ditutup atau diperbaiki.

6) Setelah kering benar, berilah warna dengan bermacam-macam cat


yang tersedia dan perlu diingat bahwa warna disamping
memberikan arti tertentu pada peta juga berpengaruh untuk
menampakkan adanya relief pada peta timbul. Perhatikan pedoman
warna yang antara lain:

a. pemberian warna pada peta tidak bebas, karena warna peta


mempunyai arti tersendiri. Karena itu warna yang digunakan
adalah warna yang berlaku pada peta datar;
b. berilah warna dasar dulu secara keseluruhan dengan warna
muda. Dataran rendah diberi warna hijau (hijau campur putih),
dataran tinggi diberi warna kuning muda (kuning campur putih),
hal ini perlu untuk memberikan efek yang cerah/ baik bagi
pandangan mata, dan
c. kemudian baru diberi warna yang sebenarnya dengan pedoman
makin rendah suatu dataran makin tua wrna hijaunya, makin
tinggi dataran coklatnya makin tua

Disamping cara di atas untuk membuat peta timbul dengan bahan


yang sama dapat dilakukan dengan cara membuat cetakan dulu dari
tanah liat, baru kemudian dilapis dengan potongan-potongan kertas, dan
setelah kering baru diberi warna.Cara ini mempunyai keun-tungan yaitu
kita dapat membuat peta timbul dengan menggunakan cetakan yang
sama. Cara ini tepat bila kita bermaksud memproduksi peta timbul
dalam jumlah yang banyak.

F. G l o b e

Globe adalah model atau tiruan dari bentuk bumi yang diperkecil.
Jadi globe sebe-narnya adalah termasuk model perbandingan.Globe
memberikan keterangan tentang permukaan bumi pada umumnya dan
khususnya tentang lingkungan bumi, aliran sungai dan langit.

Dalam abad ke X, seorang rohaniwan terkenal yang bernama


Gilbert (yang kemudian dikenal sebagai Paus Sylvester II) telah
membuat dan menggunakan globe untuk mengajar astronomi.

 Tujuan penggunaan globe


a) Menunjukkan bentuk bumi yang sebenarnya dalam bentuk dan
skala kecil.
b) Menunjukkan skala-skala yang menunjukkan jarak dan route
dari pada lingkungan yang luas.

Gambar 2

 Jenis-jenis globe

Ditinjau dari segi ukurannya globe dapat dibedakan menjadi beberapa


macam. Ukuran globe ditentukan menurut panjang garis tengahnya.
Ukuran yang paling umum adalah 8, 12, 18,, 20 dan 24 inci (satu inci =
25,4 mm). Globe 8 inci cocok untuk dipakai perseorangan. Globe 12
dan 16 inci yang biasa dipakai untuk kelompok atau kelas. Tentu saja
makin besar makin baik karena jelas, tapi harganya juga makin mahal.
Ditinjau dari segi isinya, globe ada bermacam-macam tergantung dari
keperluannya. Tetapi yang biasanya dipakai ada tiga jenis, yaitu:

 Globe politik
Dibuat terutama untuk menunjukkan lokasi dan ikatan negara-negara,
kota-kota penting, route perdagangan dan ciri-ciri lain yang diciptakan
oleh manusia. Globe fisikal politik Dibuat untuk menunjukkan ciri-ciri
politik seperti globe politik, tetapi juga meng-utamakan tinggi
rendahnya daratan dan dalamnya laut dengan kode warna tertentu.

 Globe buta

Dibuat hanya berupa garis-garis skala untuk menunjukkan tempat. Guru


dan murid dapat melukiskan sendiri dengan kapur sesuai dengan bahan
yang sedang dibicarakan.

Penggunaan Globe

Dalam penggunaannya kita harus ingat bahwa keadaan bumi yang


ditunjukkan pada globe hanya berupa garis-garis, warna-warna dan
lambang-lambang yang tidak sama persis dengan keadaan bumi yang
sebenarnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu menggunakan


globe, antara lain adalah:

a. Pengajaran ilmu bumi hendaknya dimulai dengan apa yang diketahui


siswa. Widya wisata dan mengamati lingkungan yang dekat adalah
merupakan dasar pembentukan pengertian geografis.
b.Ingat tidak ada orang yang langsung dapat membaca peta/globe.
Oleh karena itu pertama harus dikenalkan arti lambang-lambang
untuk membaca peta.
c. Pengajaran ilmu bumi hendaknya dimulai dengan pengertian dan
fakta yang sederhana, kemudian makin lama makin kompleks.
d.Ajaklah anak untuk ikut aktif dalam kegiatan membuat peta, peta
timbul, globe, dan sebagainya. Dalam mengajar ilmu bumi gunakan
juga media yang lain.

G. Boneka, hewan, dan miniature

Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai


manusia (contohnya Bert), atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan
untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang
dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk
anak-anak, terutama anak perempuan.

Sejak tahun 1940-an pemakaian boneka ebagai media pendidikan


menjadi populer dan banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Sekolah
Lanjutan di Amerika. Di Eropa seni pembuatan boneka telah sangat tua
dan sangat populer serta lebih tinggi tingkat keahliannya dibandingkan
di Amerika. Di Indonesia penggunaan boneka sebagai media
pendidikan massa bukan merupakan sesuatu yang asing.
Di Jawa Barat dikenal boneka tongkat yang disebut “Wayang
Golek” dipakai untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan
Ramayana. Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah dibuat pula boneka
tongkat dalam dua dimensi yang dibuat dari kayu dan disebut dengan
nama “Wayang Krucil”. Di Jawa Tengah dan di Jawa Timur pula
dikenal dengan boneka bayang-bayang yang disebut “Wayang Kulit”.
Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan
cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini
disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing:

 Macam-macam Boneka

Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis


boneka, antara lain:

a) Boneka jari

Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola
pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka.
Sesuai dengan namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan
jari tangan.
Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita/ dalam. Dapat juga
dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung
tangan.

Gambar 3

b) Boneka Tangan

Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu
tokoh, lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu
tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka
tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja,
sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan
menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara
memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan alat
bantu yang lain).
Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau
menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan
tangan. Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media
pendidikan/ pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan,
bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri
boneka “Si Unyil”

Gambar 4

c) Boneka Tongkat
Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan
menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan
tangan dan tubuh boneka.
Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis
ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media
pendidikan/ pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat
sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya dibuat tokoh tentara,
pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya Boneka tongkat dapat dibuat
darikayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.

Gambar 5

d) Boneka Tali

Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai dinegara barat.


Perbedaan yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain
adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-
gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara meng-gerakkannya
dengan tali. Dengan demikian maka kedudukan tangan orang yang
memain-kannya berada di atas boneka yang dimainkannya. Untuk
memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang teratur, sebab
memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih sulit
dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya.
Adakan tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang
lain, karena mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.

Gambar 6

e) Boneka Bayang-bayang

Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang


cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang
dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan
“Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini
dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini
diperlukan ruangan gelap/tertutup. lagi pula diperlukan lampu untuk
membuat bayang-bayang layar.

Keuntungan Penggunaan Boneka

1) Beberapa keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:


Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang
terlalu rumit.
2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana.
3) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan
memainkannya.
4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan
dan menambah suasana gembira.

Petunjuk Penggunaan Boneka sebagai Media Pembelajaran


Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka
perlu kita per-hatikan beberapa hal yang antara lain adalah:
1) Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian
akan dapat diketahui, Apakah tepat digunakan permainan
sandiwara boneka atau sandiwara yang lain.
2) Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan
secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan adegannya
harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya
dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia
mendalang/memainkan boneka tersebut.
3) Permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena
itu pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan
penonton. Untuk anak-anak usia kelas rendah sekolah dasar atau
anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka dirancang untuk
banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan.
4) Permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10
sampai 15 menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada
anak dalam permainan sandiwara boneka tersebut dapat
ditangkap/dimengerti oleh anak-anak/penonton.
5) Hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton
diajak nyanyi bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog
atau diskusi dengan anak-anak/penonton untuk memantapkan
pesan nilai yang diajarkan.
6) Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta
daya imajinasi anak-anak yang menonton.

H. T o p e n g

Topeng adalah tiruan dari wajah manusia, tetapi dapat juga dibuat
topeng tiruan dari wajah binatang sebagai tokoh dalam cerita.
Keistimewaan topeng dapat melukis-kan perangai orang atau tokoh
pelaku tertentu dalam sandiwara topeng. Misalnya melukis-kan wajah
orang pemarah, pemalu, penjahat dan sebagainya. Misalnya di Madura
dikenal permainan sandiwara berupa wayang topeng, dengan lakon
cerita dari Bharata Yuda atau Ramayana dan juga lakon-lakon yang ada
dalam ketoprak.
Cara pemanfaatan topeng sebagai media pembelajaran dilakukan
dengan cara dimainkan melalui sandiwara topeng atau “Role Playing”
dengan menggunakan topeng.

Adapun langkah-langkah merencanakan sandiwara topeng adalah


sebagai berikut.

a. Rumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dan tinjau kembali


apakah tujuan-tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai secara
efektif dengan media sandiwara topeng?
b. Buatlah naskah sandiwara yang akan dimainkan (skenario
sederhana) yang dapat dipelajari dan dihafalkan oleh siswa yang
akan memainkannya.
c. Setelah disiapkan setting kelasnya untuk pementasan, maka kita
dapat mementaskan sandiwara, sentara siswa yang lain sebagai
penonton yang mengikuti alur cerita dengan cermat.
d. Setelah selesai pementasan kegiatan kelas bisa dilanjutkan dengan
diskusi untuk memecahkan masalah yang telah dipentaskan melalui
dramatisasi tersebut. Dengan demikian sandiwara topeng dapat
menjadi salah satu metode yang efektif untuk pendidikan sikap dan
untuk menghidupkan berbagai matapelajaran bidang sosial yang
lainnya.
Ada beberapa macam topeng yang dapat dipakai untuk pementasan
sandiwara topeng. Di beberapa daerah di Indonesia, topeng dibuat dari
bahan kayu. Misalnya topeng Jabung-Malang, Pakisaji- Malang, topeng
Cirebon dan sebagainya. Selain itu topeng dapat dibuat dari bahan
plastik-cetak. Untuk keperluan pembelajaran di sekolah, topeng dapat
dibuat dari bahan yang jauh lebih murah, yaitu dari bahan kertas bekas.

Gambar 7

Cara membuat topeng dari bahan bubuk kertas adalah sebagai berikut:

Bahan dan Alat yang diperlukan

 kertas bekas koran atau majalah, kertas layang-layang, perekat dari


kanji.
 tanah liat untuk cetakan topeng:

o sabun hijau atau minyak kelapa


o alas dari papan ukuran 40 X 40 cm.
o sendok-sendok pencungkil
o cat dan kuas
o ember atau Waskom
o kain lap yang bersih
o wol bekas, benang tahun

Cara membuatnya

 Membuat rancangan gambar atau pola topeng yang akan dibuat.


 Menyediakan alas untuk bekerja.
 Mengambil tanah liat sebesar kepalan tangan kita, letakkan di atas
alas papan dan mulailah membentuk tiruan wajah sesuai dengan
pola/rencana gambar.
 Keringkan bentuk wajah yang telah dibuat.
 Lumuri seluruh permukaan tiruan wajah dari tanah liat (cetakan
topeng) dengan sabun hijau atau minyak kelapa.
 Rekatkanlah sobekan atau potongan kertas bekas selebar materai,
berangsur-angsur di atas lapisan sabun atau minyak kelapa. Pada
bagian yang banyak relief gunakan irisan/potongan kertas yang
sempit/kecil, untuk bagian yang rata gunakan sobekan kertas yang
lebih lebar.
 Untuk merapikan permukaan topeng, Keringkanlah dan setelah
kering topeng dilepas dari cetakan.
 Berilah warna seperti cara memberi warna boneka. Pilih warna cat
sesuai dengan karakter yang ingin ditonjolkan.
 Jangan lupa memberi lobang pada bagian kedua mata dan bagian
kiri-kanan topeng, untuk tempat tali pengikat (dari karet gelang).

I. Bak Pasir

Banyak orang menganggap bahwa bak pasir hanya baik untuk


permainan murid taman kanak-kanak saja. Akan tetapi kenyataannya
tidak demikian. Bak pasir sangat baik untuk memvisualisasikan suatu
keadaan untuk diperhatikan oleh orang dewasa juga. Seorang Amerika
Serikat bernama Norman Bel Geddes selagi Perang Dunia Kedua
sedang berkecamuk mevisualisasikan dengan bak pasir peperangan di
Midway dan Laut Koral sedemikian hidupnya sehingga foto dari bak
pasir itu dikira orang hasil pemotretan dokumenter yang diambil dari
pertempuran sebenarnya.Dalam pendidikan kemiliteran bak pasir
dianggap sangat penting untuk mengajarkan berbagai taktik perang.

Oleh karena kesederhanaannya, begitu pula mudah membuatnya,


bak pasir menjadi tempat yang efektif bagi seorang instruktur
kemiliteran untuk menerangkan berbagai strategi lapangan. Dengan
menggunakan model-model kecil, pemandangan pada bak pasir bisa
sangat hidup. Cermin yang diletakkan di bak pasir dapat merupakan
danau. Banda-benda dapat dibuat dari karton atau balok-balok kayu
kecil. Kalau pada bagian belakang bak pasir ditegakkan pula tripleks
yang diberi gambar gunung dan langit biru dengan awan di sana sini,
seperti latar belakang sebuah pentas, maka bak pasir itu memberi efek
tiga dimensi yang menarik. Warna tentu menambah bagus bak pasir itu.

Untuk latihan kemiliteran, di dalam bak pasir terdapat selain


pohon-pohonan juga model rumah-rumah penduduk, jembatan, gereja
atau mesjid. Juga prajurit-prajurit dengan perwiranya dalam pakaian
tempur, truk, tank, meriam dan lain-lain persenjataan dalam ukuran
kecil. Bak pasir dapat juga digunakan untuk penyuluhan pertanian atau
pelajaran hortikultura dan pelajaran dekorasi eksterior.

Juga besar sekali faedahnya untuk menjelaskan akibat erosi yang


disebabkan oleh banjir akibat penebangan hutan secara liar. Begitu pula
untuk menjelaskan bagaimana menyalurkan air untuk irigasi atau
pemeliharaan ikan dalam kolam-kolam. Atau memberi gambaran
bagaimana orang harus menebang hutan sesudah itu menanam kembali
pohon-pohon yang baru. Sama halnya dengan media tiga dimensi yang
lainnya, bak pasirpun tidak boleh berlama-lama dibiarkan menjadi
benda tak berguna setelah habis tugasnya atau pemanfaat-annya.
Membuat bak pasir seperti juga membuat media tiga dimensi lainnya,
sebaiknya dibuat secara gotong royong untuk membangkitkan perhatian
kepada siswa dan mendorong kreativitas.

Kelebihan bak pasir adalah, bahwa benda itu dapat digunakan


berulang-ulang karena mudah menyusun kembali bagian-bagiannya.
Tetapi ini pulalah yang menjadi kelemahannya, sebab apa yang terdapat
di dalamnya sepeeti pohon-pohohnan dan apa yang terdapat di
dalamnya mudah sekali roboh atau terserak kalau tidak hati-hati
menggunakannya. Apa yang terdapat dalam bak pasir tidak permanen,
sehingga isinya dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan pemakainya
atau maksud dari guru atau instruktur untuk mevisualisasikan apa yang
ingin dijelaskannya. Seperti media tiga dimensi yang lainnya, dengan
bak pasir, orang dapat melihatnya dari segala sudut
pemandangan.Kelemahan yang lain adalah jika guru kurang kreatif
untuk memanfaatkan bak pasir dengan menata isinya dengan model-
model tiruan yang lainnya, maka anak-anak akan menjadi kurang
tertarik dengan tampilan bak pasir yang kita buat, sehingga akan
menurun-kan tingkat efektivitasnya.

J. Perangkat Lain Media Tiga Dimensi

Pada bahasan ini dibicarakan beberapa media tiga dimensi yang


bukan karena aseli atau tiruannya dibahas disini tetapi karena
perangkatnya atau unsur perangkatnya berwujud tiga dimensi.

Berturut-turut dibahas Mock-up, Diorama, Ritatoon, Rotatoon, dan


Standar Lembar Balik.

1. Mock-up

Mock-up adalah alat tiruan tiga dimensi yang dapat


memperlihatkan fungsi atau gerakan dari aspek tertentu saja dari benda,
alat atau obyek yang akan diterangkan. Pada mock-up hanya nampak
bagian yang penting yang perlu diperagakan gerakannya atau proses
kerjanya kepada siswa, sedang bagian kecil lainnya yang dianggap
tidak penting atau yang dapat mengganggu perhatian siswa
dihilangkan.

Jadi sebenarnya mock-up terletak ditengah-tengah model tiruan


dengan benda sebe-narnya. Dikatakan model tidak tepat, karena dapat
memperlihatkan fungsi sebenarnya dari bagian alat itu, sebaliknya
disebut benda sebenarnya juga tidak tepat, karena bagian-bagian lain
dari bentuk benda aslinya yang tidak diterangkan, dihilangkan. Selain
itu bahan baku yang dibuat untuk alat ini bisa dibuat dari bahan yang
lain dari benda atau peralatan aslinya. Misalnya siswa waktu belajar
tentang fungsi bel listrik. Pertama dapat dibuat model rumah yang
sederhana, kemudian dibuat perangkat bel listrik yang sebenarnya dan
dihubungkan dengan listrik (battery atau accu). Bel listrik ditempelkan
pada dinding rumah-rumahan tersebut.

Dengan demikian siswa dapat melihat proses kerjanya bel listrik


dan tahu cara meletakkan bel listrik dan tahu cara meletakkan bel listrik
yang baik. Contoh lain misalnya dibuat mock-up traffick light ukuran
kecil yang dapat menyala. Kemudian dibuatkan model lapangan yang
menggambarkan perempatan jalan dan traffick light tadi dipasang pada
posisi yang tepat.

Dengan menggunakan mobil-mobilan kecil anak dapat bermain


lalu-lintas dengan menggunakan traffick light tiruan tadi. Khusus untuk
mock-up traffic light-nya dapat dibuat dari bahan yang nantinya benar-
benar dapat memperagakan seperti keadaan yang sebenarnya.
Lampunya benar-benar dapat menyala (warna merah, kuning dan hijau).

Contoh yang lain misalnya seorang calon pilot pesawat terbang


menggunakan mock-up yang berupa tiruan cockpit pesawat yang
lengkap dengan semua panel yang persis seperti pada cockpit pewasat
terbang yang sebenarnya. Hanya untuk situasi yang menggambarkan
landasan pacu dan landasan untuk landing pesawat, serta suasana lalu
lintas udara digambarkan dalam video pada layar monitor yang ada di
depan sang calon pilot tersebut. Dengan peralatan seperti ini sang calon
pilot dapat berlatih melakukan take-off maupun landing/mendaratkan
pesawatnya dengan benar dan aman.

Banyak juga mock-up yang sengaja dibuat dan perdagangkan


sebagai mainan anak-anak. Misalnya mock-up kapal-kapalan yang
dilengkapi dengan baling-baling sebagai tenaga pendorong dan dapat
berjalan/meluncur di air, mock-up lokomotif atau mock-up mesin uap
yang dapat berfungsi persis seperti lokomotif atau mesin uap yang
sebenarnya.

2. Diorama

Yang dimaksud dengan diorama adalah medium berupa kotak atau


bentuk tiga dimensi yang lain yang melukiskan suatu pemandangan
yang mempunyai latar belakang dengan prespektif yang sebenarnya,
sehingga menggambarkan suatu suasana yang sebenarnya. Diorama
adalah merupakan gabungan antara model dengan gambar prespektif
dalam suatu penampilan yang utuh. Dengan diorama kesan visual yang
diperoleh siswa lebih hidup. Peragaan melalui medium diorama bisa
dilengkapi dengan lampu warna tertentu sehingga lebih memberikan
kesan hidup dan dramatis. Diorama dapat dibuat dalam ukuran yang
diperkecil, tetapi dapat pula dibuat dalam ukuran yang sebenarnya.
Adapun objek yang dapat dibuat diorama, misalnya kampung nelayan di
pantai, rumah adat atau perkampungan tradisional suku tertentu dengan
aktivitas penghuninya atau dapat pula dibuat diorama yang
menggambarkan suatu peristiwa penting masa lalu yang dicatat dalam
sejarah.

Diorama yang dibuat dengan ukuran besar/sebenarnya dapat anda


temukan misalnya di lantai dasar Monumen Nasional (Monas), museum
Lobang Buaya, Museum Stratria Mandala Jakarta, di samping diorama
tersebut dibuat dengan ukuran besar juga dilengkapi dengan lampu
sebagai pemberi suasana agar berkesan hidup.

Selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung suasana,


sehingga menjadi nampak lebih “hidup”.Diorama yang dibuat dengan
ukuran yang besar atau mendekati ukuran sebenarnya misalnya diorama
yang terdapat/dibuat di lantai dasar Museum Nasional (MONAS).
Diorama ini menggambarkan sejarah perkembangan bangsa Indonesia
ini mulai dari jaman purba sampai dengan jaman modern, yaitu sampai
dengan peristiwa-peristiwa penting di tahun 1960-an. Demikian pula
seri diorama yang terdapat di Museum Satria Mandala Jakarta juga
dipajang sejumlah diorama yang mengambarkan sejarah perkembangan
dari Tentara Nasional kita (TNI) mulai jaman pra-kemerdekaan sampai
pada masa bangsa Indonesia sadah mengalami kemajuan seperti
sekarang ini. Di Museum Lobang Buaya juga dilengkapi dengan ruang
diorama yang dibuat mengenang peritiwa Lobang Buaya tahun 1965.
Pada diorama tersebut selain ukuran model dari tokoh-tokohnya yang
dibuat dalam ukuran asli juga dikenakan pakaian/kostum aslinya yang
pernah dipakai oleh para tokoh dalam peristiwa sejarah tersebut.
Sehingga dengan diorama yang dibuat dengan cara ini akan
lebih memberikan kesan “hidup” atau menghidupkan kembali peristiwa
masa lalu, serta bagi penonton yang melihatnya akan lebih berkesan
mendalam baginya.Beberapa contoh diorama di atas semuanya adalah
diorama yang dipajang secara permanen, sehingga penonton atau
pengunjunglah yang berkeliling untuk menontonnya. Sedangkan untuk
diorama yang dipertontonkan di kelas adalah diorama yang tidak
permanen, artinya bisa dipindah-pindahkan sewaktu-waktu dan
disimpan jika selesai digunakan.

Oleh sebab itu diorama jenis ini harus dibuat dari bahan yang
cukup ringan dan ukurannyapun tidak terlalu desar, tetapi dapat dilihat
dengan jelas bila dipertontonkan di kelas. Berikut kita bahas tentang
diorama yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas.

Tujuan penggunaan diorama

a. Untuk memberikan pemandangan/gambaran visual dari pokok yang


sebenarnya dalam bentuk kecil.
b. Membawa ke dalam kelas sebagian kecil dari pada dunia dalam
bentuk diperkecil dan tiga dimensi.
c. Dapat menggambarkan peristiwa yang terjadi disuatu tempat,
waktu tertentu dilihat ari posisi atau arah tertentu pula secara lebih
“hidup”

Petunjuk pembuatan diorama


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan diorama antara
lain:

a. Pikirkan dulu apakah diorama yang akan dibuat/ dipakai benar-benar


merupakan media yang efektif untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditetapkan.
b. Hal-hal yang dimuat dalam diorama hendaknya dibatasi pada hal-hal
yang penting untuk menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Jangan terlalu kompleks, buatlah sesederhana mungkin tetapi
mencakup pokok masalah yang dipelajari siswa.
c. Ukuran diorama disesuaikan dengan keperluan. Untuk klasikal,
kelompok atau individu.
d. Hendaknya diusahakan benda-benda yang menjadi pokok
pembicaraan diujudkan benda aslinya atau tiruan. Jika terpaksa tidak
ada benda-benda tersebut baru dipakai gambar yang digunting pada
sisi gambar (guntingan gambar).
e. Sediakan tempat penyimpanan yang baik. Salah satu kelemahan
pemakaian diorama adalah penyimpanannya memakan tempat.
Selain itu jika tidak disimpan ditempat yang aman akan menjadi
cepat rusak atau aus.

3. Ritatoon

Ritatoon adalah serangkaian gambar berbingkai atau gambar seri.


Jadi sebenarnya wujut gambarnya sendiri bukan tiga dimensi, melainkan
dua dimensi.Tetapi karena perangkat untuk meletakkan gambar
berbingkai tersebut tiga dimensi, maka ritatoon termasuk golongan
media yang ujud perangkatnya tiga dimensi.

Tempat gambar seri tersebut berupa sebuah papan yang diberi


lajur-lajur berlobang/seperti parit untuk menempatkan bingkai-bingkai
gambar tadi secara vertikal dan berjajar. Ritatoon terdiri dari seri
beberapa gambar dapat 5 atau enam dan dapat pula lebih banyak lagi.
Pada tiap gambar dibaliknya terdapat sketsa gambar yang serupa dengan
gambar yang ditampilkan dengan sedikit keterangan tentang gambar
tersebut.

Satu set gambar seri yang dipersiapkan merupakan serangkaian


gambar yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

Adapun petunjuk menggunakannya dapat diperhatikan langkah-langkah


sebagai berikut:

a. Sebelum mengajar dengan menggunakan bahan gambar seri


tersebut, susunlah gambar dalam urutan mulai gambar yang
ditampilkan lebih dahulu dekat guru sampai urutan terakhir ke
papan ke arah siswa.
b. Sisakan lajur-lajur kosong di depan sejumlah gambar yang akan
mengisinya.
c. Pada waktu mengajar/menerangkan, kita tampilkan sesuai dengan
urutan yang telah disusun tiga yaitu dari yang paling dekat
anda/guru diletakkan di depan susunan gambar yang belum
ditampilkan, sehingga apabila seluruh penampilan selesai, lajur-
lajur akan penuh sampai yang terdepan.
d. Cara ini dimaksudkan agar guru dapat membaca dan melihat sketsa
setiap gambar yang ada dibelakang bingkai gambar tersebut
sebelum ditampilkan.

Memang dapat digunakan dengan cara lain atau kebalikan dari


keterangan di atas, hanya syaratnya adalah jarak antara lajur-lajur itu
dibuat cukup jarang, sehingga guru dapat mengintip sketsa gambar yang
ada dibelakang pada waktu menerangkan.

Dan dengan cara ini jumlah lajur yang dibutuhkan dapat lebih
sedikit/dihemat. Dapat juga gambar yang sudah ditampilkan kita
letakkan di atas meja.

 Membuat Ritatoon

a. Siapkan papan kayu bahan bangunan siap pakai (sudah diketam


halus) dengan lebar 20 cm dan tebal 2 cm, sedangkan
panjangnya sesuai dengan kebutuhan, kayu olahan untuk
bakalan reng yang sudah diketam halus pula jumlah sesuai
keperluan dan paku secukupnya.
b. Potonglah papan kayu tersebut dengan ukuran lebar maksimal
70 cm (sesuai dengan panjangnya kertas manila/manila karton.
Ingat bahwa gambar yang akan kita pajang pada ritatoon ini
akan dilihat oleh siswa di kelas, karena itu ukurannya harus
cukup besar (dengan jelas terlihat bagi siswa yang duduk di
bangku kelas yang paling belakang).
c. Sambungkan potongan kayu tersebut dengan menjejerkan papan
tersebut sehingga mencapai lebar 60 cm, sebagai alat
menyambungkan/ menggandeng-kan adalah bahan reng tadi
pada kedua ujung papan dan kemudian dipaku. Reng yang
menggandengkan papan ini nantinya berada di bagian bawah
dari papan tadi.
d. Pasanglah reng yang akan dipakai menjadi lajur-lajur dan beri
jarak antara setengah sampai satu senti meter, kemudian
pakulah.
e. Di situ akan terbentuk parit-parit yang nantinya dipakai sebagai
tempat meletakkan gambar seri yang menjadi bahan media
pembelajaran.
f. Agar perangkat media yang kita buat ini awet, sebaiknya dicat
dengan warna yang tidak terlalu kontras (misalnya warna krem,
kuning atau hijau muda).
g. Sekarang tinggal menyiapkan seri gambar berbingkainya.
h. Untuk gambar yang akan dipajang pada ritatoon sebaiknya
berukuran cukup besar. Misalnya gambar dibuat sebesar karton
manila, tetapi jika tinggal memanfaatkan gambar-gambar yang
diambil dari kalender bekas misalnya. Kita tinggal
menempelkan gambar tersebut pada selembar kayu lapis
(tripleks) yang paling tipis (+/- 3mm). Gambar seri dapat pula
kita buat sendiri dengan merepro gambar dari buku pelajaran
dan tentu saja diperbesar beberapa kali lipat.
i. Jangan lupa gambar seri tersebut diberi sketsa dan keterangan
singkat tentang gambar itu pada bagian belakang/sebaliknya.
j. Untuk menjamin keamanan dan keawetan dari media yang telah
kita buat, sebaiknya dibuatkan kantong/envelop pembungkus
yang dapat memuat satu seri gambar dengan diberi keterangan
seperlunya pada bagian luar kantong tersebut.
 Rotatoon

Rotatoon sebenarnya prinsipnya adalah gambar seri juga. Bedanya


dengan ritatoon adalah rotatoon merupakan gambar seri yang
berhubungan. Rotatoon dibahas dalam media tiga dimensi bukan karena
gambarnya, melainkan karena perangkat untuk menampilkan berujud
tiga dimensi. Rotatoon sebenarnya adalah merupakan penggunaan
semacam “wayang beber” yang disempurnakan.

Dengan menggunakan kotak persegi panjang yang dilobangi bagian


muka dan bagian belakangnya, sehingga dapat terlihat gambar-gambar
yang telah digulung pada gulungan yang diletakkan pada bagian tepi
kotak tersebut. Besar lobang yang kita buat adalah dengan perbandingan
seperti pada layar televisi. Dengan alat pemutar gambar seri tersebut
dapat ditampilkan secara berurutan. Dengan kata lain rotatoon adalah
semacam film strip tanpa proyeksi. Lobang depan dibuat sedemikian
rupa sehingga menyerupai layar telivisi dan dengan demikian akan
menarik perhatian anak. Mengingat sebagian besar Sekolah Dasar di
Indonesia belum memiliki alat-alat pro-yeksi dan banyak daerah belum
berlistrik maka rotatoon dapat digunakan sebagai pengganti film strip.

Penggunaan ritatoon pada prinsipnya sama dengan gambar seri


yang lain, yaitu pada bagian belakang setiap gambar tersebut dilengkapi
sketsa dari gambar yang berada di depannya. Dengan cara demikian
guru tidak perlu melihat lagi ke depan pada waktu menje-laskan atau
menceritakan gambar tersebut.Untuk ukuran ideal sebuat rotatoon
sebaiknya kita buat seperti proporsi lebarnya layar televisi.
Jika kelas dapat melihat gambar secara jelas televisi yang
berukuran 25 inci, maka lebar tempat gambar untuk rotatoon juga kita
buat sebesar itu.

4. Standar Lembar Balik

Sesuai dengan namanya Standar Lembar Balik adalah standar


yang dapat dipakai untuk menyajikan gambar seri dengan cara
membalik-balik gambar seri tersebut. Media ini digolongkan tiga
dimensi karena perangkat yang digunakan berujud tiga dimensi, yaitu
standarnya. Alat ini dibuat dari standar yang berkaki empat dan seberkas
gambar/bagan yang telah tersusun sesuai dengan urutan penyajiannya.

Bahan untuk membuat standar ini dapat dibuat dari kayu,


bambu, rotan, atau dapat juga dari besi. Tentu saja jika dibuat dari besi
cara membuatnya juga lebih sukar, biasanya lebih mahal, tetapi
penggunaannya lebih tahan lama dan lebih kuat.

 Cara membuat standar lembar balik

a. Buatlah standar berkaki empat yang kokoh dan cukup kuat jika
dipakai untuk menggantungkan sejumlah gambar (dapat dibuat
dari bahan besi atau kayu dengan kualitas yang baik).
b. Ukuran disesuaikan dengan keperluan, yaitun untuk klasikal,
kelompok sedang, kecil dan perorangan atau individual.
c. Persiapkan gambar seri, bagan atau grafik yang akan
dipertunjukkan dengan cara: pada sisi bagian atas gambar diberi
bingkai dan karton atau kertas tebal. Pada sisi kiri kanan bingkai
diberi lubang yang nantinya dapat dimasukkan dalam ring yang
disediakan pada standar yang dibuat.
d. Gambar yang telah disusun secara berurutan tadi dimasukkan
lobangnya pada ring yang tersedia. Sehingga kita dapat
membalikkan gambar-gambar tadi dengan melewati palang
standar dengan mudah. Maka standar lembar balik siap

 Cara menggunakan standar lembar balik

a. Susunlah gambar menurut urutan penyajian, yaitu urutan


gambar yang akan ditampil lebih dahulu berada dekat
guru/pengajar. Seperti gambar seri lainnya,lebih baik apabila
pada balik gambar-gambar seri ini juga dibuat sketsa dan
sedikit keterangan tentang gambar tersebut.
b. Sebelum mulai menyajikan gambar, agar gambar yang tidak
dilihat siswa, guru dapat membuat bingkai judul atau tema
pelajaran.
c. Mulailah menyajikan pelajaran dengan membalik gambar-
gambar tersebut melalui atas palang standar. Maka satu persatu
gambar akan muncul di hadapan anak-anak.
d. Sementara gambar ditonton oleh siswa, guru dapat menjelaskan
gambar-gambar tersebut dari belakang layar
KESIMPULAN

Ada beberapa batasan atau pengertian tentang media


pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-batasan
tersebut, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar
(di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

Dalam awal perkembangannya, media memiliki posisi sebagai


alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar
bagi guru (teaching aids). Sebagai alat bantu dalam mengajar, media
diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar,
mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan kemajuan
teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi
dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi
sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat
bantu. Media adalah bagian integral dari proses belajar mengajar.

Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran


dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang
mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya
kurang efisien). Dengan kata lain, bahwa posisi guru sebagai fasilitator
dan media memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut
keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar
terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin
terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi
pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan
membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana
ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh
terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih
“hidup”, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman
pebelajar terhadap materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media
adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar
(Degeng, 2001).

Setiap jenis media memiliki karakteristiknya yang khas, yang


dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi (misalnya dari segi
ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan
kontrolnya oleh pemakai, menurut kemampuannya membangkitkan
rangsangan seluruh alat indera, dan petunjuk penggunaannya untuk
mengatasi kondisi pembelajaran). Secara umum media pembelajaran
memiliki tiga karakteristik atau ciri yaitu: a) ciri fiksatif, yang
menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri
manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu
obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. Azhar Arsyad, M. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja


Grafindo.

Dr. AriefS. Sadiman, m.SC. 2010. Media Pendidikan. Pt. Raja Grafindo
Persada.

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. 20011. Media Pembelajaran


manual dan digital. Ghalia Indonesia.

Ibnu Hajar,M. 20011. Hypnoteaching. Yogyakarta:Diva Press.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar


Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://www.vilila.com/2010/04/pengembangan-media
pembelajaran.html#ixzz1dHzsIaTq

Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and


Teaching, Prentice Hall Regents: New Jersey.

Davis, Ben. 1991. Teaching with Media, a paper presented at


Technology and Education Conference in Athens, Greece.

Idris, Nuny S. 1999. Ragam Media Dalam Pembelajaran BIPA. A Paper


presented at KIPBIPA III, Bandung

Kemp, Ferrod E. 1980. Planning and Producing Audiovisual Materials.


Harper and Row: New York.

Anda mungkin juga menyukai