Tugas ini disusun guna mengikuti Pekan Karya Ilmiah HMP D3 Keperawatan Stikes
Mambaul Ulum surakarta
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I : Pendahuan............................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................................................
Tujuan Masalah...................................................................................................................
BAB II : Pembahasan........................................................................................................
Definisi ...............................................................................................................................
Patofisiologi.........................................................................................................................
Pathway penyakit.................................................................................................................
Penatalaksanaan ..................................................................................................................
Cara pencegahan..................................................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................................
Saran ...................................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
Lampiran .............................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada
hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona
hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona
terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang
meninggal. usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan
COVID-19 dengan gejala mirip flu.
Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular,
kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, Virus Corona
bukan kali ini saja memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip
Flu, Virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks yang lebih parah
dan gagal organ.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi
2. Tanda dan gejala/manisfestasi klinis
3. Patofisiologi
4. Pathways penyakit
5. Penatalaksanan
6. Cara pencegahan
4
C. TUJUAN MASALAH
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, terdapat tujuan
dari masalah itu sendiri.
3. Memahami dan mengetahui apa itu COVID-19 dan apa yang harus kita
lakukan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan
penyebaran dan keparahan gejala.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu > 38𝑂 C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, myalgia,
gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain, sedangkan ARDS,
Syok sepik, asidosis metabolik dan perdarahan ditemukan pada kasus berat dengan
perburukan yang cepat dan progresif (PDPI, 2020). Lebih dari 40% demam pada
pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1- 39𝑂 C, sementara 34%
mengalami demam suhu lebih dari 390C (Huang et al., 2020).
6
Gejala klinis utama yang dijelaskan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) tersebut sejalan dengan laporan jurnal penelitian Huang et al., 14 (2020)
dengan mendefinsikan gejala ringan. Menurut jurnal tersebut gejala ringan pada
pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) didefinisikan sebagai pasien dengan
infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum, anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal,
atau sakit kepala.
a. Tanpa Gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala
b. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti
hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang
pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga
sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu
makan, delirium, dan tidak ada demam
c. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU Anak-anak : pasien
dengan 15 tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas +
napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia
berat). Kriteria napas cepat : usia 5 tahun, ≥30x/menit
7
d. Berat
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30
x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
2) Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang
sangat berat).
C. Patofisiologi
8
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma
sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab 27 dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan (Kumar & Al Khodor, 2020). Gabungan
retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian
akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis (Sukmana & Yuniarti, 2020)
D. Patway
9
Menurut (Natalia et al., 2020)
E. Penatalaksanaan
Posisi elevasi kepala 30-45▫ adalah posisi berbaring dengan bagian kepala
tempat tidur ditinggikan dengan berbagai ketinggian posisi tempat tidur dengan
indikasi tidak melakukan manuver daerah leher dan extremitas bawah dalam
posisi lurus tanpa adanya flexi. elevasi kepala hampir sama dengan posisi semi
fowler yaitu dengan cara meninggikan kepala 30 atau 45 derajat dengan
menggunakan bed fungsional yang dapat diatur secara manual atau otomatis
(Febriyanti, 2020).
Lebih lanjut dalam jurnal penelitian Caputo, Strayer, & Levitan, (2020)
melaporkan bahwa posisi pronasi dapat diberikan pada pasien dengan
suplementasi oksigen menggunakan nasal kanul, high flow nasal cannula
(HFNC), maupun noninvasive ventilation (NIV), selama pasien tersebut
komunikatif dan nyaman dengan posisi tersebut. Indikasi penerapan posisi
pronasi : Pasien dengan hipoksia akut, suplementasi oksigen > 2 liter per menit
untuk mempertahankan saturasi ≥ 92 %, tidak ada distress napas berat, kesadaran
pasien baik, pasien dapat melakukan posisi pronasi secara mandiri dan
kontraindikasi posisi pronasi : trauma pada area kepala / leher, instabilitas pada
area tulang belakang, riwayat strenotomi, hemoptysis, 40 instabilitas
10
hemodinamik atau beresiko tinggi jatuh ke dalam instabilitas hemodinamik, dan
kehamilan.
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
11
Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai
Anda benar-benar sembuh.
Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang
sakit.
Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.
12
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan
menjadikannya beberapa poin, sebagai berikut :
2. Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak keluar
rumah kecuali di saat yang genting.
4. Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi wabah
ini, karena yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolisme
tubuh dan dapat meningkatkan imun denngan olahraga serta makan makanan
yang sehat.
13
Daftar Pustaka
14
LAMPIRAN
15