Anda di halaman 1dari 14

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*
March 13, 2016
Oleh: Fikar Damai Setia Gea**

A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
Sejak konsep komunikasi pembangunan berkembang dan diterapkan di Indonesia,
sudah berbagai cara dan metode telah dilakukan agar program-program pembangunan dapat
sampai dan dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat. Misalkan saja, metode komunikasi
pembangunan yang dipergunakan dalam rangka difusi inovasi pertanian kepada masyarakat
petani di Indonesia, baik dengan cara menggunakan media massa (tv, radio, surat kabar),
komunikasi personal dan kelompok langsung ke tengah-tengah masyarakat maupun dengan 
penyuluhan langsung. Namun, apa yang terjadi ialah sepertinya permasalahan-permasalahan
terkait dengan kemiskinan akibat sangat minimnya hasil produksi pertanian tidak ada
akhirnya.

Jika diperhatikan secara sepintas, sebenarnya penerapan komunikasi pembangunan di


Indonesia khususnya dan di negara-negara dunia ketiga umumnya telah berjalan dengan baik
sesuai dengan konsep awal dari komunikasi pembangunan itu sendiri. Akan tetapi, justru
beberapa ahli komunikasi pembangunan justru memperdebatkan hal ini karena konsep
komunikasi pembangunan di Indonesia masih belum bergeser dari pengaruh paradigma
dominan pembangunan yang berideologis kapitalis (Dilla, 2010:127).
Perspektif dominan merupakan sebuah gambaran model komunikasi pembangunan
yang sebelumnya telah berhasil diuji di negara-negara barat dan model dimaksud juga ingin
diterapkan di negara-negara sedang berkembang/negara dunia ketiga (Harun, et. al, 2011:
109). Model pengembangan ini menggarisbawahi kepentingan pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi, modal dan teknologi mesin yang intensif, struktur top-down dari wewenang
ekonom yang berkuasa dan perilaku tertentu yang mempengaruhi antarindividu. Dengan
konsep atau perspektif dominan ini peranan media massa menjadi sangat penting dalam
upaya menginformasikan berbagai hal terkait dalam hal mempercepat dan menggerakkan
jarak yang lambat dari transformasi sosial.
Dalam kenyataannya, penerapan komunikasi pembangunan tidak hanya ditentukan
oleh sebuah pesan tentang pembangunan yang dikemas dengan baik menjadi satu bentuk
informasi yang komunikatif dan disampaikan kepada masyarakat dengan menggunakan
media massa. Apakah dengan cara itu proses komunikasi pembangunan sudah berhasil dan
tujuan dari komunikasi pembangunan itu berhasil? Ternyata permasalahannya tidak
sesederhana itu.
Sebagai contoh ialah seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Saleh dan Hadiyanto
di Kabupaten Ogan Ilir tentang hambatan komunikasi yang dialami oleh peternak sapi disana.
Ternyata terdapat banyak faktor yang menyebabkan sebuah pesan dapat sampai dan akan
mudah dilaksanakan di lapangan. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa ada
faktor-faktor lain yang mempengaruhi sebuah pesan pembangunan akan diterima atau tidak
ditengah-tengah masyarakat. adapun beberapa kendala itu adalah: karakteristik individu
peternak (usia, pendidikan rendah, pendapatan rendah, pengalaman rendah, dan
kekosmopolitan, serta pengetahuan yang rendah) diindikasikan berpengaruh terhadap
hubungan antar personal dalam merespon lingkungan di luar sistim sosialnya dan
berpengaruh dalam adopsi inovasi (Saleh, et, al. 2010: 31).
Faktor lain yang mempengaruhi ialah bagaimana aktifitas komunikasi dalam
kelompok yang dilakukan oleh komunikator. Beberapa hal penting dalam aktifitas
komunikasi ini adalah intensitas komunikasi, metode komunikasi, pencarian informasi,
keterlibatan dalam kelompok dan arah informasi. Selain itu faktor-faktor lain yang
menghambat komunikasi pembangunan adalah prinsip-prinsip awal yang memang sudah
dipegang oleh masyarakat yaitu dapat berupa harapan yang ingin dicapai, perbedaan
kebutuhan, prasangka, perhatian dan keakraban yang masing-masing individu dan kelompok
masyarakat berbeda-beda (Saleh, et, al. 2010: 32).
Dengan demikian, untuk menyukseskan peran komunikasi pembangunan tidak hanya
dengan berpatokan pada perspektif dominan yang selama ini dipegang teguh oleh para ahli
dan banyak negara. Bukan berarti tidak baik atau salah akan tetapi ada faktor-faktor tertentu
yang menentukan berhasil tidaknya sebuah pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
Media massa memang merupakan media yang sangat dominan dalam penyampaian informasi
karena memiliki potensi efek yang sangat luar biasa. Begitu juga dengan percepatan
pembangunan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja itu sangat
berdampak signifikan. Namun, penting untuk diketahui ialah bagaimana karakter sosial dan
budaya dimana sosialisasi tentang pembangunan atau difusi inovasi diterapkan.
Kondisi Indonesia dengan heterogenitas yang sangat tinggi, baik dilihat dari usia,
budaya, pengalaman, kesadaran akan teknologi, nilai-nilai kearifan lokal yang masih sangat
kuat, tingkat pendidikan, dan masih banyak faktor lainya yang sangat mempengaruhi dalam
penerapan komunikasi pembangunan. Maka, untuk tu perlu diurai apa saja hambatan-
hambatan dalam komunikasi pembangunan dan apa solusi-solusinya sehingga komunikasi
pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia lebih efektif, efisien dan berhasilguna.

2.        Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
a.         Apa saja kendala dan hambatan komunikasi pembangunan di Indonesia?
b.         Apa solusi dalam pelaksanaan komunikasi pembangunan di Indonesia?

3.        Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala dan hambatan komunikasi
pembangunan di Indonesia selama ini dan mencoba memberikan gambaran tentang solusi
dalam komunikasi pembangunan di Indonesia sehingga lebih efektif, efisien dan tepat guna.

B.       KENDALA DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


1.        Hegemoni Paradigma Dominan
Penerapan komunikasi dalam upaya pembangunan dari masa ke masa mengalami
pasang surut sebagai akibat pengaruh kekuatan besar yang bergejolak sehingga terjebak pada
posisi ketergantungan, baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya. Akibat pengaruh
paradigma dominan pembangunan, seringkali pengkajian mendalam terhadap aspek-aspek
sosial budaya masyarakat bukan suatu keharusan. Perencana pembangunan yang diwakili
penguasa dan penerima manfaat pembangunan dalam hal ini masyarakat berjalan sendiri-
sendiri. Kegagalan pembangunan di berbagai bidang yaitu disebabkan kajian komunikasi
pembangunan diletakkan dalam pendekatan komunikasi yang bersifat linier dan top-down.
Konsep ini mereduksi pemikiran dan konsep komunikasi yang diharapkan mampu melakukan
transfomasi ide, pikiran, sikap dan perilaku masyarakat secara dua arah.
Tehranian (dalam Dilla, 2010:129) mengemukakan tiga tinjauan teoritis tentang
pengaruh paradigma dominan pembangunan terhadap konsep komunikasi pembangunan di
Negara-negara Dunia ketiga, yaitu pertama, melihat pembangunan hanya sebagai proses
pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan
pembangunan. Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan penghasilan dan pendapatan
masyarakat. Namun tidak diperhatikan apakah pembangunan tersebut untuk seluruh
masyarakat atau hanya segelintir masyarakat tertentu saja. Kedua, rasionalisasi yaitu hanya
menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat abstrak dan rasio, dan ketiga, proses
pembangkitan kesadaran sejarah dan identitas diri yang autentik sebagai daya motivasi dalam
rangka proses revolusi dominasi dan eksploitasi. Dengan demikian mengakibatkan banyak
kemiskinan, kelaparan dan kesengsaraan.
Dalam konsep paradigma dominan, media massa menjadi senjata utama dalam
komunikasi pembangunan karena diyakini mampu mempercepat penyebaran informasi
dengan jangkauan yang sangat luas dan memiliki efek yang sangat luar biasa. Karena itu oleh
beberapa ahli, komunikasi pembangunan sering didefinisikan dengan konsep yang hapir sama
dengan komunikasi massa. Menurut Peterson (dalam Dilla, 2010:115), komunikasi
pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk menggunakan proses komunikasi dan
media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum berlansung dalam
Negara sedang berkembang. Quebral (dalam Dilla, 2010:115) komunikasi pembangunan
adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara.
Widjaja A. W, Hawab dan ASrsyik (dalam Dilla, 2010:115) mengartikan komunikasi
pembangunan sebagai komunikasi yang berisikan pesan-pesan pembangunan. 
Komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara, teknik penyampaian gagasan
dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan
kepada masyarakat yang menjadi sasaran agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi
dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha
mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat agar mereka ikut serta dalam
memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan suatu bangsa.
Secara prinsipil memang media massa memiliki pengaruh yang siginifikan dalam
menyebarlauaskan informasi. Menurut Schram (dalam Dilla, 2010:122) mengemukakan
peranan media massa dalam pembangunan adalah : (1) menyampaikan kepada masyarakat
informasi tentang pembangunan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan. (2)
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil baik secara aktif dalam proses
pembuatan keputusan, juga memperluas ruang dialog agar melibatkan semua pihak, dan (3)
mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan mulai orang dewasa hingga
anak-anak.
Dalam kondisi ini masyarakat diterpa oleh media massa sudah tentu. Artinya secara
kognitif memberikan pemahaman baru, pembelajaran baru ataupun kesadaran baru kepada
masyarakat tentang sebuah program pembangunan kepada masyarakat. Akan tetapi,  dari sisi
afektif yaitu perasaan, emosi dan sikap dan dari sisi konatif yaitu perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu tidak dapat dijamin. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
karakter, budaya, cara berpikir, penerimaan terhaap sesuatu yang barudan juga nilai-nilai
kearifan lokal yang dengan sangat kuat mengikat individu atau kelompok masyarakat
tertentu.

2.        Kendala dan Hambatan Teknis Komunikasi


Kegagalan pemerintah dalam komunikasi pembangunan dinilai masyarakat dari
adanya beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:
a.         Minimnya informasi, komunikasi dan sosialisasi dari pemerintah.
b.        Media lebih sibuk melakukan pencitraan dan dramatisasi.
c.         Pemerintah bertindak sebagai pelaku dan pemeran pembangunan secara sepihak tanpa
melibatkan pihak lain.
Dalam beberapa jurnal pembangunan juga disebutkan bahwa kendala yang dihadapi
masyarakat (bidang pertanian hortikultura melalui media massa) adalah kurangnya informasi
pertanian hortikultura, juga masih belum mencukupinya isi berita tentang peluang pasar
domestik maupun luar negeri. Disamping itu sirkulasi atau keterlambatan terbit media lokal
juga menjadi kendala informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura melalui media
massa, karena media lokal umumnya terbit per satu bulan sekali (Pandia, 2006, hal 56).
Setiap kegiatan komunikasi tentu mengharapkan komunikasi yang efektif. Akan tetapi
kita tidak dapat menyangkal bahwa, setiap komunikasi belum tentu akan berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Tentu saja terdapat berbagai kendala dan hambatan dalam
berkomunikasi. Apalagi komunikasi pembangunan dengan segala macam kompleksitasnya.
Dalam hal ini kita akan melihat komunikasi pembangunan yang tercermin dalam komunikasi
massa. Kita perlu memahami hambatan yang ada dalam komunikasi untuk mengantisipasinya
agar tujuan komunikasi kita tercapai (Ardianto, 2007, hal 89-101).
a.         Hambatan Psikologis
-          Kepentingan. Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan stimulus yang ada hubungannya
dengan kepentingannya. Kepentingan tidak hanya mempenagruhi perhatian tetapi juga daya
tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku.
-          Prasangka. Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok
lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Persepsi akan menjadi prasangka yang
menetap dalam diri seseorang. Dalam prasangka terdapat emosi yang memaksa untuk
menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional sehingga akan timbul
penilaian negatif dan tidak objektif.
-          Stereotip. Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan
watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif. Jika komunikatornya orang
batak berarti ia berwatak keras.
-          Motivasi. Motif merupakan alasan-alasan, penggerak atau dorongan dalam diri manusia
berbuat sesuatu.semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, makan
semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
b.        Hambatan sosio-kultural
-          Aneka etnik. Keanekaragaman etnik atau budaya dapat menjadi hambatan dalam
komunikasi, karena masing-masing budaya terkadang memiliki pemahaman tersendiri akan
sesuatu.
-          Perbedaan norma sosial. Ini mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan
dilaksanakan sebagai alat pengawas secara sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap
anggota-anggotanya.
-          Kurang menguasai bahasa. Masih adanya masyarakat Indonesia yang belum menguasai
bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Untuk di daerah terpencil tentu harus dipakai bahasa
yang mereka bisa mengerti.
-          Faktor semantik. Komunikator bisa saja salah dalam pengucapan kata karena berbicara
terlalu cepat. Serta adanya perbedaan makna dan pengertian untuk kata atau istilah yang
sama. Selain itu, juga terdapat perbedaan makna atau arti kata karena pengertian konotatif
yaitu arti sebuah kata dapat berbeda karena latar belakang dan pengalaman seseorang.
-          Pendidikan belum merata. Terdapatnya kesenjangan pendidikan antara desa terpencil dan
perkotaan, ada yang berpendidikan tinggi dan ada yang berpendidikan rendah sehingga daya
nalarnya tentu berbeda dalam menafsirkan suatu informasi.
-          Hambatan mekanis. Adanya kerusakan sebagai akibat cuaca buruk, mesin cetak yang rusak
atau sinyal yang tidak bagus. 
c.         Hambatan interaksi verbal
-          Polarisasi. Kecendrungan melihat dunia dalam bentuk lawan kata yang mengelompokkan
manusia, objek dan kejadian dalam lawan kata misalnya kawan-lawan, baik-buruk, positif-
negatif.
-          Orientasi intensional. Kecendrungan melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri
yang melekat pada mereka. Jika komunikatornya cantik atau ganteng, maka komunikan akan
memperhatikan dan sebaliknya, jika komunikatornya tidak menarik secara visual maka
komunikan akan mengabaikannya.
-          Evaluasi statis. Kecendrungan memberi kesan pertama dan meyakininya selamanya. Jika
komunikator pertama kali dilihat memberikan materi yang kurang bagus dan cara
berkomunikasinya juga tidak bagus, maka untuk seterusnya kita tidak akan pernah suka
melihat si komunikator tadi untuk bahasan atau bentuk komunikasi lainnya. Padahal mereka
juga bisa belajar dan berubah ke arah yang lebih baik di masa mendatang.
-          Indiskriminasi. Ini terjadi bila komunikan memusatkan perhatian pada kelompok orang,
benda atau kejadiandan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik/khas dan
perlu diamatai secara individual. Indiskriminasi hampir mirip dengan stereotip.

C.      SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


1.        Pentingnya Memahami Konsep Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi dikatakan efektif apabila menimbulkan efek yang diharapkan dari
komunikan. Dan itu hanya bisa terjadi bila komunikator mengenal secara benar siapa
komunikannya. Karena salah satu prinsip utama dari komunikasi ialah bahwa komunikasi
hanya bisa terjadi bila terjadi pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang
terlibat dalam proses komunikasi (Cangara, 2014: 23).
Dalam melakukan proses komunikasi pembangunan di Indonesia yang efektif ialah
bahwa komunikator, baik pemerintah, NGO, kelompok bahkan individu dalam
menyampaikan pesan-pesan pembangunan sebelumnya diwajibkan untuk mengenal siapa
komunikannya (masyarakat sasaran). Dengan mengenal masyarakat sasaran akan
menciptakan kesamaan pengalaman (sharing similar experiences). Dengan demikian
diharapkan ada sikap saling menerima antara kedua belah pihak.
Secara keseluruhan, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat heterogen
yang dapat dilihat dari berbagai aspek, baik dari sisi budaya, sosial dan cara bergaul dalam
masyarakatnya. Oleh karena itu menjangkau masyarakat Indonesia harus memahami kaidah
emas komunikasi yaitu simpati dan empati.
Simpati adalah menempatkan diri secara iamjinatif dalam posisi orang lain. Dalam
penerapan komunikasi pembangunan, komunikator harus berpikir dan merasa seperti dalam
situasi yang sama dengan masyarakat yang dijadikan komunikan. Misalnya ialah ketika
sebuah inovasi yang ingin kita sebar kepada sebuah kelompok masyarakat, hal utama ialah
kenali mereka dengan baik. Dengan bersimpati dengan mereka maka komunikator
mengetahui cara berpikir mereka dan hal-hal apa saja yang dapat membuat mereka menerima
sebuah perubahan. Tahapan selanjutnya adalah menentukan media apa yang cocok untuk
digunakan.
Empati adalah berada pada posisi orang lain. Empati dapat juga diartikan sebagai
simpati yang mendalam. Jadi pada tahapan ini sebenarnya antara komunikator dan
komunikan memiliki kadar kesamaan pengalaman yang relatif tinggi. Dalam komunikasi
pembangunan kita sering mengenal pendekatan ini seperti seorang penyuluh/pendamping
pertanian yang tinggal langsung di tengah-tengah masyarakat, merasakan pergumulan
mereka, mengenal karakter mereka, memahami budaya mereka dan hal-hal lain tentang
masyarakat. selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi rill di lapangan itu
untuk dijadikan rekomendasi dalam memiih cara komunikasi pembangunan yang efektif
dilakukan.

2.        Pentingnya Memahami Konsep Ruang Sosial


Ciri khas pembangunan di Indonesia ialah penekanannya pada keselarasan antara
aspek kemajuan lahiriah dan aspek kepuasan batiniah, yang tidak terdapat pada pengertian
pembangunan di negara-negara lain (Effendi, 2011:90). Faktor keselarasan tersebut secara
implisit mengandung makna keserasian dan keseimbangan.
Jadi, dalam penerapan komunikasi pembangunan di Indonesia tidak dapat dipandang
hanya dalam satu segi saja. Namun harus dengan konsep ruang sosial yang lebih luas. Ada
sisi budaya dan mentalitas yang harus ditembus dalam mengkomunikasikan pembangunan.
Sebagai bahan pertimbangan, Koentjaraningrat (dalam Effendi, 2011:91) mengemukakan
kelemahan-kelemahan mentalitas masyarakat Indonesia daam pembangunan yaitu:
a.       Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang
terpengaruh oleh atau bersumber pada sistim nilai budaya sejak beberapa generasi yang lalu.
b.      Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang baru
timbul sejak Zaman Revolusi yang tidak bersumber dari sistim nilai budaya.
Kedua konsep ini tentu  saja telah mengalami perubahan setelah era modernisasi di
Indonesia. Disamping nilai-nilai budaya, pemikiran-pemikiran pasca era revolusi dewasa ini
masyarakat Indonesia telah dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka dalam rangka komunikasi pembangunan kepada masyarakat Indonesia setidaknya
harus mampu memahami kondisi realitas masyarakat dari sisi kebudayaan, cara berpikir
masyarakat tentang apa itu perubahan, apa itu pembangunan dan apa itu sebuah kemerdekaan
dan terakhir ialah sejauhmana masyarakat telah terkontaminasi dan menjadi pengguna dari
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi ke depan dalam merencanakan sebuah komunikasi pembangunan tidak bisa
hanya ditinjau dari satu aspek saja. Misalkan, permasalahan kemiskinan tidak dapat diukur
hanya dengan pendapatan masyarakat saja, tetapi bisa juga dilihat dari sisi ekonomi, hukum,
sosial, keamanan dan lain sebagainya. Maka dalam hal inilah berkembanglah konsep ruang
sosial. Ruang sosial (social space) adalah ruang pertemuan atau ruang terbentuknya semua
perilaku sosial dari suatu masyarakat. Disebut ruang sosial karena ruang ini dihasilkan oleh
interaksi sosial antara manusia, interaksi antar personal, kelompok, maupun interaksi
personal dengan kelompok maupun masyarakat. Konsep ruang sosial dikembangkan oleh
Donald Black.
Menurut Donald Black (Liliweri, 2014:66), dalam ruang sosial ditemukan lima
dimensi, yaitu:
1.        Dimensi normatif, yaitu dimensi yang berisi norma-norma yang dijadikan sebagai instrumen
kontrol sosial terhadap perilaku orang-orang dalam ruang sosial tesebut.
2.        Dimensi vertikal, yaitu dimensi yang menggambarkan perbedaan distribusi kesejahteraan
sosial yang diukur melalui kekayaan material dari orang-orang yang ada dalam ruang sosial
tersebut.
3.        Dimensi pengusahaan, yaitu dimensi yang menggambarkan berbagai kumpulan kemampuan
orang-orang yang dapat bekerja atau bertindak secara kolektif dalam suatu organisasi.
4.        Dimensi horizontal, yaitu dimensi yang menggambarkan berbagai derajat distribusi relasi
antara individu dengan orang-orang lain dalam ruang sosial itu, yang melahirkan keakraban,
integrasi sosial, kohesi dan solidaritas sosial.
5.        Dimensi simbolis, yaitu dimensi yang menggambarkan perbedaan jumlah, isi serta kualitas
kebudayaan suatu masyarakat.
Pandangan Donald Black mengenai ruang sosial tersebut sangat membantu kita
menganalisis perilaku sosial, bukan semata-mata bersumber dari satu sudut pandang
keilmuan saja, namun menganalisisnya dari kerja sama antardisiplin ilmu.
  
3.        Strategi Baru Komunikasi Pembangunan
            Beberapa peran baru komunikasi pembangunan yang dianggap telah keluar dari
perspektif dominan dan perlu dikembangkan dalam penerapan komunikasi pembangunan di
Indonesia (Dilla, 2010:132-148) adalah:
a.       Komunikasi dan Pengembangan Kapasitas Diri
Strategi komunikasi dalam pengembangan kapasitas diri unsur utamanya adalah partisipasi,
sosialisasi, mobilisasi, kerja sama dan tanggung jawab diantara individu - kelompok dalam
perencanaan pembangunan. Upaya pengemangan kapasitas diri dimaksudkan untuk
memberikan pencerahan, penguatan, dan pemberdayaan masyarakat dalam menggali,
meningkatkan, dan meningkatkan potensi dan kemampuan mereka. Dengan demikian
penekanannya ditekankan pada aliran informasi dab pesan yang bersifat bottom-up atau
komunikasi horizontal diantara masyarakat. masyarakat harus berdiskusi bersama,
mengidentifikasi kebutuhan, keinginan dan harapan termasuk memutuskan tindakan mereka.
Selanjutnya memilih dengan informasi dan media komunikasi paling sesuai dan tepat dengan
kebutuhan mereka.
Peran utama komunikasi dalam berbagai upaya pembangunan diri adalah:
i.
                               Menyediakan informasi teknis tentang berbagai masalah dan kemungkinan pembangunan,
serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai permintaan lokal.
ii.            Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan diri dari kelompok-
               

kelompok lokal sehingga kelompok lain dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman
kelompok lainnya dan dapat menjadi motivasi untuk mencapai pencapaian serupa.

b.      Memanfaatkan Media Rakyat (Folk Media) dalam Pembangunan


Penggunaan media rakyat sebagai media alternatif yang relevan bagi pembangunan didasari
beberapa alasan, diantaranya: pertama, minimnya pengetahuan dan keterampilan, kedua
status sosial ekonomi rendah, ketiga, kemampuan baca tulis yang kurang, dan keempat
mayoritas masyarakat pedesaan irrasional.

Tujuan dari penggunaan media rakyat yaitu, membangun hubungan kedekatan,


pengikat/transaksi sosial, pengakuan/ pengahargaan identitas diri, dan penghilangan
pembatasan anatara sistem tradisionl dan modern. Tema yang bisanya berkeembang dalam
media rakyat menyangkut ekspresi hidup, keteladanan, simbol-simbol, ritual, cita-cita
budaya, value (baik dan buruk). Dalam tema tersebut disisipkan ide pembangunan. Melalui
media rakyat segala ide, gagasan, dan inovasi pembangunan diceritakan dan disesuaikan
dengan bentuk media yang ada. Dengan begitu ide pembangunan dan produk - produk
kebudayaan lokal masyarakat dapat saling mengisi.
Banyak media rakyat yang fleksibel dan berfungsi sebagai model komunikasi persuasif,
di mana pesan-pesan modern mendesak audiensnya untuk membatasi ukura anggota mereka,
hidup secaa harmonis dengan para tetangga, dan menjalani hidup yang lebih sehat. Kegunaan
media rakyat diutamakan untuk kepetingan hiburan, komunikasi sosial, dan aktivitas religius
karena media rakayat merupakan perluasan dari budaya lokal, maka media-media tersebut
dianggap sebagai penggerak yang akan menahan sikap-sikap modern dan pola sikap, serta
memperkuat nilai-nilai budaya dari komunitas yang bersangkutan.

c.       Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Media Rakyat


Pembangunan menggunakan media rakyat perlu diperhatikan terkait isu krusial. Isu krusial
yang ada adalah menyiapkan pesan-pesan yang berorientasi pada pembangunan tentang isi
sebuah media rakyat. Ranganath menyatakan karakter -karekter dalam bentuk media rakyat
harus didasarkan pada kategori bentuk, isi tematis, fleksibilitas, dan konteks kebudayaan.
Isu krusial yang berhubungan dengan integrasi anatara media rakyat dengan media
massa. Hal ini akan memberikan informasi dan hiburan pada media massa dan bagi media
rakyat sebagai penyebaran geografis secara luas, namun bila dalam penggunaan integrasi ini
tidak tepat bisa membahayakan kedua media tersebut.

d.      Menyempitkan Ruang Pemisah Melalui Redudansi


Media dapat meningkatkan dan menyempitkan kesenjangan sosial-ekonomi melalui
informasi yang dapat diakses . Untuk bisa menyempitkan jurang pemisah sosial - ekonomi
dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat dalam proses penyebarannya. Pertama,
masyarakat yang berpengetahuan rendah dikategorikan terbelakang dalam akses informasi.
Kedua, isi pesan dibuat sederhana dan mudah dimengerti oleh komunikan, bentuk
kosakatanya disederhanakan, dan sumber-sumber yang kredibilitas tinggi setidaknya
komunikan dapat mengerti isi pesannya selayaknanya digunakan. Ketiga, daya tarik dan
penyajian informasinya disesuaikan dengan kondiri para komunikan, sehingga seandainya
komunikannya perpengetahuan lebih rendah mereka dapat mengejar kemampuan mereka
untuk mengimbangi yang lebih tinggi.

e.       Menganggulangi Bias Pro-Literacy


Bias pro-literasi muncul akibat kekeliruan dalam menafsirkan sumber komunikasi yang
memposisikan komunikannya sebagai seseorang yang memiliki keahlian terhadap pesan yang
disampaikan. Pembangunan tidak akan berhasil jika mengabaikan hal ini, maka dari itu perlu
adanya strategi penanggulangan para komunikan illiterate yaitu dengan mengkomunikasikan
melalui pendidikan formal dan informal. Strategi ini diterapkan dengan memadukan ide
pembangunan dan inovasi pada masyarakat sesuai level pendidikan dan pengetahuan yang
dimiliki masyarakat pedesaan dan perkotaan sehingga semua kalangan bisa mendapatkan
keuntungan dari pembangunan.

f.       Memaksimalkan Peran Komunikator Sebagai Agen Pembangunan


Agen perubahan atau pembangunan dalam konteks ini adalah orang atau kelompok yang
berpendidikan dan terampil untuk melakukan perubahan sosial (social changes) memberi
pesan mengenai informasi pembangunan melalui saluran atau media secara terencana,
sistematis, sinergi, dan terintegrasi.
Fungsi agen pembangunan untuk mendidik, mempersuasif, menyampaikan ide-ide baru
(inovasi) kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
wawasan dan cita-cita menuju pada suatu perubahan sikap, tingkah laku dan metal
masyarakat.
Posisi agen pembangunan ada dua, yaitu orang dalam (insiders) dan orang luar (outsiders).
Peran orang dalam dan orang luar dalam kegiatan pembanguan berpengaruh pada
keberhasilan diterima atau ditolaknya suatu ide, gagasan, atau inovasi yang diberikan. Peran
agen perubahan dari orang dalam biasanya lebih diterima karena lebih mengetahui seluk-
beluk karakteristik masyarakat setempat sehingga mempermudah usaha mempersuasi dalam
penerimaan ide pembangunan, walaupun tidak menutup kemungkinan agen pembangunan
dari orang luar bisa merubah dan memasukkan ide pembangunan ke masyarakat tersebut.
g.      Menyusun Pesan Berorientasi Audiens
Tugas penting bagi agen pembangunan yang mengarahkan tujuannya pada masyarakat adalah
memotivasi, menggerakkan, mengajak audiens menjadi bagian penting dari proses
komunikasi. Para audiens di ajak berkomunikasi menggunakan simbol dan bahasa yang dapat
dipahami bersama dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat
sebagai penerima pesan.

h.      Memanfaatkan Jasa Teknologi Komunikasi


Memanfaatkan jasa teknologi komunikasi pada perubahan sosial sangat membantu kegiatan
komunikasi pembangunan. Penerapan tekonogi komunikasi pada kegiatan pembangunan
diantaranya: penyiaran televisi, perekam video maupun kaset, telepon, komputer, komunikasi
satelit, tele-konferensi, audio - konferensi dan teknologi baru dalam komunikasi “Cyber
communication” atau komunikasi dunia maya. Untuk memanfaatkan perkembangan ini perlu
dibutuhkan kearifan dan kebijakan semua pihak yang ikut terlibat, termasuk dampak yang
ditimbulkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elfinara dan Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi – Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Dilla, Sumadi. 2010. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung: Sembiosa
Rekatama Media.
Effendy, Onnong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Harun, Rochajat dan Elvinaro Ardianto. 2011.  Komunikasi Pembangunan dan Perubahan
Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pandia, Idawati. 2009. Opini Publik Mengenai Peran Media Lokal Dalam Pembangunan Bidang
Pertanian Hortikultura. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. Volume 10 No.
1, April 2009.
Saleh, E. Rosana, A. Dan Hadiyanto. 2010. Hambatan-hambatan Komunikasi yang Dirasakan
Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir.  Jurnal
Komunikasi Pembangunan. Februari 2010, Vol. 08, No. 1 (hal 27-41)

Anda mungkin juga menyukai