Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


seiring dengan perkembangan zaman setiap orang berupaya meningkatkan
kualitas hidupnya di bidang Kesehatan. Hal ini tidak menjadi sesuatu yang baru di
perhatikan ataupun menjadi keinginan setiap orang, karena pada dasarnya dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 28H ayat (1) menyatakan setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
Kesehatan. Sehingga tidak mengherankan lagi apabila setiap orang ingin
mendapatkan kualitas hidup serta pelayanan Kesehatan yang baik, karena negara
juga menjaminkan hal tersebut.
Pelayanan Kesehatan yang diperuntukan untuk masyarakat tidak hanya
tentang dokter yang melayani pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan
namun juga, kehadiran perawat, dan tenaga Kesehatan lainnya. Seperti bidan, ahli
farmasi, dan ahli gizi. Menyandang profesi sebagai seorang dokter merupakan
suatu hal yang mulia, oleh karena kewajibannya untuk memberikan pelayanan dan
juga melayani pasien dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan manusia,
sehingga sering dikatakan bahwa profesi di bidang kedokteran ini senantiasa
melaksanakan perintah moral dan intelektual. Tidak hanya kepada seorang yang
berprofesi sebagai dokter, namun juga menjadi seorang perawat maupun tenaga
medis untuk senantiasa melayani masyarakat seturut dengan nilai moral dan
intelektual.
Pelaksanaan tugas sebagai seorang dokter, perawat, maupun tenaga medis
lainnya tidak terlepas dari dasar pelaksanaan tugas dan nilainya, yaitu kode etik.
Kode etik Kesehatan merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
professional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota
profesi Kesehatan masyarakat. Kehadiran kode etik ini menempati titik dasar
pelaksanaan tugas profesi yang sangat penting, oleh karena tanpa adanya kode
etik, maka akan berakibat pada keselamatan nyawa dari seorang pasien.
Dalam menjalankan profesi sebagai seorang dokter akan terjadi hubungan
langsung antara dokter dan juga pasien. Dari prinsip atau hubungan pasien-dokter
(tenaga Kesehatan lainnya)- rumah sakit, dikenal hubungan terapeutik atau
transaksi terapeutik, dimana terjadi suatu ikatan antara pasien dan dokter dalam
hal pengobatan atau perawatan penyakitnya serta antara pasien dengan rumah
sakit dalam hal pelayanan Kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasarana
Kesehatan yang terstandar.

1.1 Rumusan Masalah


1) Profesi di bidang Kesehatan
2) Kode etik di bidang tenaga Kesehatan
3) Asas-asas dalam hubungan terapeutik
4) Pola hubungan terapeutik
5) Hak dan kewajiban antara dokter dan pasien
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Profesi di Bidang Kesehatan


2.2.1 Definisi Dokter
Pengaturan tentang kedokteran secara umum diatur dalam Undang-Undang
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Ada juga PerMen No.
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran. Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran pasal 1 ayat (2)
disebutkan “Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi,
dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Menurut hariyani (2005), pengertian Dokter adalah pihak yang mempunyai
keahlian di bidang kedokteran. Pada kedudukan ini, dokter adalah orang yang
dianggap pakar dalam bidang kedokteran.
Astuti (2009) menjabarkan bahwa dokter adalah orang yang memiliki
kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan
Kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut
hukum dalam pelayanan Kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dokter
adalah seseorang yang telah lulus Pendidikan kedokteran yang oleh hukum diberi
kewenangan untuk melakukan praktik kedokteran dalam upaya pelayanan
Kesehatan.

2.2.2 Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab


Dalam tugasnya seorang dokter berperan untuk:
1) Mengedukasi masyarakat akan pentingnya memelihara Kesehatan serta
menjalani pola hidup sehat;
2) Melakukan Tindakan pencegahan penyakit dan melayani konsultasi
Kesehatan;
3) Melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis penyakit pasien dan
memberikan pengobatan yang sesuai;
4) Melakukan pemeriksaan penunjang berdasarkan gejala yang tengah
dialami pasien;
5) Melakukan rehabilitasi medis pada pasien supaya tidak terjadi komplikasi
penyakit;
6) Memberikan terapi (obat) sesuai dengan diagnose penyakit yang diderita
pasien;
7) Mengoordinasikan seluruh kegiatan manajemen mutu di pusat layanan
Kesehatan;
8) Membentuk manajemen dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pusat
layanan Kesehatan.

Terdapat 10 kewenangan dokter dalam pasal 35 ayat (1) UU Praktik


Kedokteran, yaitu:
1) Mewawancarai pasien;
2) Memeriksa fisik dan mental pasien;
3) Menentukan pemeriksaan penunjang;
4) Menegakkan diagnosis;
5) Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
6) Melakukan Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
7) Menulis resep obat dan alat Kesehatan;
8) Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
9) Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan;
10) Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah
terpencil yang tidak ada di apotek.
Disamping tugas dan wewenangnya sebagai seorang dokter, Adapun tanggung
jawab profesi kedokteran tersebut, antara lain:
1) Tanggung Jawab Etis
2) Tanggung Jawab Profesi
3) Tanggung Jawab Hukum
2.2.3 Definisi Perawat
Dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Keperawatan, disebutkan pada
pasal 1 ayat (2) “Perawat adalah seseorang yang telah lulus Pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Tidak hanya undang-
undang tersebut yang mengatur tentang keperawatan. Ada juga PerMen No. 26
Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan.
Menurut ICN (International Council of Nursing) tahun 1965, perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan Pendidikan keperawatan yang memenuhi
syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan Kesehatan,
pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit. Maka dapat disimpulkan
perawat adalah tenaga professional yang mempunyai kemampuan, tanggung
jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan perawatan kepada
pasien yang mengalami masalah Kesehatan.

2.2.4 Fungsi Perawat


Fungsi perawat yang utama adalah membantu pasien atau klien dalam kondisi
sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat Kesehatan melalui layanan
keperawatan (Nisya, 2013). Disamping fungsi utama tersebut terdapat 3 fungsi
tambahan seorang perawat, yaitu:
1) Fungsi Independen Perawat, fungsi mandiri untuk tidak bergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam menajalankan tugasnya dilakukan
secara tersendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan Tindakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2) Fungsi Dependen Perawat, fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas atau instruksi dari perawat lain.
3) Fungsi Interdependen Perawat, fungsi yang dilakukan dalam kelompok
tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lain.
2.2.5 Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Perawat
Dilansir oleh American Nurses Association, terdapat beberapa tugas perawat
di rumah sakit, antara lain:
1) Menjaga dan merawat pasien;
2) Memberikan obat sesuai waktu dan takaran;
3) Menjaga Kesehatan pasien;
4) Memberikan motivasi dan perhatian.
Berdasarkan Pasal 32 ayat (7) UU Keperawatan, perawat berwenang untuk:
1) Melakukan Tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegative tenaga medis;
2) Melakukan Tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat; dan
3) Memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan program pemerintah.
Disamping menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai seorang perawat, di
saat itu juga terdapat tanggung jawab yang harus dipenuhi seseorang dengan
profesinya sebagai perawat, antara lain:
1) Tanggung Jawab terhadap klien;
2) Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri;
3) Tanggung jawab terhadap profesi;
4) Tanggung jawab terhadap masyarakat;
5) Tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air.

2.2.6 Definisi Tenaga Kesehatan


Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, “tenaga
Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang Kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya Kesehatan”.
Tenaga Kesehatan itu sendiri di bagi menjadi tiga komponen penting, antara
lain: Bidan; ahli farmasi; dan ahli gizi.
2.2.7 Definisi Bidan
Bidan adalah salah satu profesi di bidang Kesehatan yang secara khusus
menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-
pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi.

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2019 tentang kebidanan, “bidan


adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program Pendidikan
kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan”.

2.2.8 Tugas dan Peran Bidan

Dalam pasal 46 ayat (1) UU Kebidanan, menjelaskan tentang tugas pelayanan


seorang bidan, antara lain:

1) Pelayanan Kesehatan ibu;


2) Pelayanan Kesehatan anak;
3) Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/ atau
5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Pasal 47 ayat (1) UU Kebidanan, juga menjabarkan peran seorang bidan,


antara lain:

1) Pemberi pelayanan kebidanan;


2) Pengelola pelayanan kebidanan;
3) Penyuluh dan konselor;
4) Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
5) Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/
atau
6) Peneliti.
2.2.9 Definisi Ahli Farmasi

Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concerns, commits,


dan competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi, yaitu
suatu pekerjaan (occupation) yang menunjukkan karakter specialised knowledge
dan diperoleh melalui academic preparation (Wertheimer dan Smith, 1989).

2.2.10 Tugas Ahli Farmasi

Salah satu tugas seorang ahli farmasi atau apoteker adalah bertanggung jawab
untuk memberikan obat sesuai resep dokter serta memastikan efektivitas dan
keamanan dari penggunaan obat. Apoteker juga bertugas untuk mengedukasi
masyarakat mengenai penggunaan obat yang rasional serta efek sampingnya.

2.2.11 Peran dan Tanggung Jawab

Sebagai seorang Ahli farmasi mempunyai peran dan tanggung jawab untuk:

1) Mendesain, memproduksi, dan mendistribusikan obat;


2) Meracik obat untuk penyembuhan suatu penyakit tanpa menimbulkan
efek samping;
3) Mengawasi obat yang diresepkan dokter untuk mendukung penggunaan
obat yang rasional;
4) Melakukan konsultasi dengan pasien;
5) Menjelaskan efek samping obat kepada pasien;
6) Menjelaskan makanan/ obat apa yang harus dihindari saat sakit atau
hamil;
7) Menghitung dosis obat yang khusus per individual terutama bayi, anak-
anak, dan penyakit tertentu;
8) Mengkaji resep secara administrasi dan kesesuaian farmasetik dengan
pertimbangan klinis;
9) Memusnahkan obat yang kedaluwarsa, rusak, atau mengandung
narkotika dan psikotropika;
10) Memusnahkan resep yang sudah disimpan lebih dari 5 tahun;
2.2.12 Definisi Ahli Gizi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.


374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi. “Ahli gizi dan ahli
madya gizi adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
Pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku,
mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetic baik di masyarakat, individua tau rumah sakit”.

2.2.13 Peran Ahli Gizi

Sebagai orang yang berporfesi sebagai ahli gizi memiliki peran sebagai:

1) Pelaku tatalaksana/ asuhan/ pelayanan gizi klinik


2) Pengelola pelayanan gizi masyarakat
3) Pengelola tatalaksana/ asuhan/ dan pelayanan gizi di RS
4) Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/ masal
5) Pendidik/ penyuluh/ pelatih/ konsultan gizi
6) Pelaksana penelitian gizi
7) Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
8) Berpartisipasi Bersama tim Kesehatan dan tim lintas sectoral
9) Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis.

2.2.14 Fungsi Ahli Gizi

Fungsi ahli gizi dalam perannya sebagai ‘pengelola tatalaksana/ asuhan/


pelayanan gizi di RS, adalah untuk merencanakan, mengorganisasi, dan
mengarahkan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit.
2.2.15 Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Ahli Gizi

Sebagai seorang ahli gizi yang telah mengikuti dan menyelesaikan


Pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku,
mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh untuk
melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetic baik di masyarakat, individu atau di rumah sakit.

2.2 Kode Etik di Bidang Tenaga Kesehatan


2.3.1 Kode Etik Profesi

Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Kepegawaian, kode etik


profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.2 Tujuan Kode Etik Profesi


1) Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;
2) Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis;
3) Melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi.

2.3.3 Kode Etik Bidan Indonesia


a. Kewajiban Bidan terhadap tugasnya:
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling


menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainnya.
b. Kewajiban bidan terhadap profesinya
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi
dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan


kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

2.3.4 Kode Etik Ahli Farmasi


1) Seorang asisten apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara
martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat
dipercaya.
2) Seorang asisten apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.
3) Seorang asisten apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya
sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku
dan kode etik profesi.
4) Seorang asisten apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme dalam
memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.

2.3.5 Kode Etik Ahli Gizi


1) Ahli gizi wajib menjunjung tingginama baik profesi gizi denan
menunjukan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan
kepentingan pribadi.
2) Ahli gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan Kerjasama
yang baik.
3) Ahli gizi hendaknya senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya
secara sendiri-sendiri atau Bersama-sama guna perkembangan profesi gizi.
4) Ahli gizi wajib membina serta memelihara nama baik dan korps ahli gizi.

2.3 Transaksi Terapeutik


Transaksi Teraupeutik adalah perjanjian antara dokter dan pasien berupa
hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Objek dari perjanjian ini adalah berupa upaya atau terapi untuk
menyembuhkan pasien.
2.3.1 Asas-asas dalam hubungan Terapeutik
1) Asas Konsensual, Asas yang akan menjadi pijakan dasar pemikiran
perlunya ketegasan dan kejelasan dalam membuat parameter kesepakatan;
2) Asas Itikad Baik, Asas yang akan menjadi pijakan dasar pemikiran
perlunya ketegasan dan kejelasan dalam membuat parameter maksud baik;
3) Asas Kebebasan, Asas yang akan menjadi pijakan dasar pemikiran
perlunya ketegasan dan kejelasan dalam membuat parameter pilihan-
pilihan;
4) Asas Tidak Melanggar Hukum, Asas yang akan menjadi pijakan dasar
pemikiran perlunya ketegasan dan kejelasan dalam membuat parameter
tidak melakukan kejahatan;
5) Asas Kepatutan dan Kebiasaan, Asas yang akan menjadi pijakan dasar
pemikiran perlunya ketegasan dan kejelasan dalam membuat parameter
hubungan kepercayaan.

2.3.2 Pola Hubungan Teraupeutik


Terdapat tiga pola hubungan dokter dengan pasien, yaitu:
1) Relasi Aktif Pasif (activity-passivity relation)
Dalam pol aini tidak ada interaksi karena peran aktif lebih banyak
dilakukan dokter, sementara pasien menyerahkan kepercayaannya kepada
dokter.
2) Kerjasama Terbimbing (guidance cooperative)
Pasien memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengemukakan
keinginannya atau harapannya dan dokter memberikan bimbingan layanan
Kesehatan.
3) Kerja Sama yang Saling Menguntungkan (mutual participation relation)
Hal ini berdasarkan atas pemikiran bahwa setiap manusia memiliki
martabat dan hak yang sama. Terjadi atas kesadaran diri.

2.3.3 Hak dan Kewajiban Antara Dokter dan Pasien


a. Hak pasien dalam pelayanan Kesehatan:
1) Hak pasien atas perawatan;
2) Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga
Kesehatan;
3) Kewajiban memenuhi aturan-aturan pada Kesehatan;
4) Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga Kesehatan;
5) Kewajiban memberikan imbalan jasa;
6) Kewajiban menyimpan rahasia pribadi dokter yang
diketahuinya berdasarkan pada perjanjian terapeutik yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak, dokter juga
mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengemban profesi.
b. Hak dokter sebagai pengemban profesi:
1) Hak memperoleh informasi yang selengkaplengkapnya dan
sejujurjujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi
kepentingan diagnosis maupun terapeutik;
2) Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan
yang diberikannya kepada pasien;
3) Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam
melaksanakan transaksi terapeutik;
4) Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas
pelayanan kesehatan yang diberikannya;
5) Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medic dari pasien
atau keluarganya.

c. Kewajiban Dokter
1) kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi, yaitu dengan cara melakukan tindakan medis
dalam suatu kasus yang konkret menurut ukuran tertentu yang
didasarkan pada ilmu medis dan pengalaman;
2) Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain
rahasia atas kesehatan pasien bahkan setelah pasien meninggal
dunia;
3) Kewajiban untuk memberikan informasi pada pasien dan/atau
keluarganya tentang tindakan medis yang dilakukannya dan
risiko yang mungkin terjadi akibat tindakan medis tersebut;
4) Kewajiban merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang
mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik;
5) Kewajiban untuk memberikan pertolongan dalam keadaan
darurat sebagai tugas perikemanusiaan.

2.3.4 Hubungan Hukum Dokter terhadap Pasien


Berdasarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dokter mempunyai hak :
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional;
3) memperoleh informasi yang iengkap dan jujur dan pasien atau
keluarganya;
4) menerima imbahan jasa.
Hubungan hukum dokter dengan pasien, menempatkan dokter dan pasien
berada pada kesejajaran, sehingga setiap hal ynag dilakukan oleh dokter
terhadap pasien tersebut harus melibatkan pasien dalam menentukan
apakah sesuatu tersebut dapat atau tidak dapat dilakukan atas dirinya.
Salah satu bentuk kesejajaran dalam hubungan hukum dokter-pasien
adalah melalui Informed Consent atau persetujuan Tindakan medik.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam bidang Kesehatan serta pelayanan Kesehatan, tidak hanya seorang
dokter yang kemudian bekerja sendiri untuk memberikan pelayanan kepada
pasien. Namun juga, terdapat perawat, serta tenaga Kesehatan lainnya, yang
terdiri atas Bidan, Ahli farmasi, dan Ahli Gizi.
Setiap profesi dalam bidang Kesehatan dalam menjalankan profesinya
semuanya akan berpedoman dan berpegang teguh dalam kode etiknya masing-
masing. Hal ini untuk memberikan pelayanan serta kualitas moral dan etik
yang baik dalam dunia pelayanan Kesehatan kepada pasien maupun
masyarakat.

3.2 Saran
Dalam menjalankan fungsi dan tugas serta wewenang setiap bagian profesi
dalam bidang Kesehatan mulai dari dokter, perawat, hingga tenaga Kesehatan
lainnya, hendaknya selalu berdasarkan atas pengetahuan medis yang baik dan
berpedoman pada kode etik profesi.
Sebagai seorang dokter terdapat 3 tanggung jawab yang diampuh antara
lain:
1. Tanggung Jawab etis;
2. Tanggung Jawab Profesi;
3. Tanggung Jawab Hukum.

Disamping tanggung jawab tersebut dokter juga berwenang untuk:

Anda mungkin juga menyukai