Anda di halaman 1dari 21

LA POR ANPRAKTIK

PENKLINIK
DAH ULU AN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

AS UH AN KEPE RAWATA N PAD A TN. I


DE NG AN HI PERPI EK SI A SUSP MALA RI A
DI R UAN G KE PER AWATA N SA KUR A
RUMKI T T K I I PEL AMONI A

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NUR ADELIA ARIF
18 3145 105 042

CI LAHAN CI INSTITUSI

(......................................) (......................................)

PROGRAM STUDY S1. KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022
Page 1
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR_____________________________________________________________________________________3
LAMPIRAN 1 LAPORAN PENDAHULUAN__________________________________________________________4
1. PENGERTIAN.............................................................................................4
3. TANDA DAN GEJALA..............................................................................5
4. PATOFISIOLOGI........................................................................................6
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...............................................................6
6. PENATALAKSANAAN..............................................................................7
7. KOMPLIKASI.............................................................................................9
8. PATHWAY.................................................................................................10
9. PROSES KEPERAWATAN.......................................................................11
A. PENGKAJIAN...........................................................................................11
B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................13
C. RENCANA KEPERAWATAN....................................................................1
DAFTAR PUSTAKA______________________________________________________________________________________1

Page 2
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas dari mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. I Dengan Malaria Di Ruang Keperawatan Sakura
Rumkit Tk II Pelamonia”
Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca laporan ini, agar nantinya dapat
menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada CI Lahan dan CI Institusi yang telah membimbing dalam menulis dan
menyusun laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 31 Januari 2022

Penulis

Page 3
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAMPIRAN 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur
nyamuk (Handayani wiwik, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali (Harijanto, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).

2. ETIOLOGI.
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di
jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
anopheles betina (Harijanto, 2009). Genus Plasmodium merupakan penyebab
penyakit malaria yang mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni
manusia sebagai hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes
definitif. Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi
medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna) menyebabkan
malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria berat/malaria otak
dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana benigna.
Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana. Plasmodium ovale (malaria
tertiana ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat (Muslim, 2009).

Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu Plasmodium


falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematianPlasmodium vivax,
Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri khas morfologi plasmodium
pada hapusan darah adalah sebagai berikut : Plasmodium falcifarum : gametosit
berbentuk pisang; Plasmodium vivax : trofozoit berbentuk amuboid dengan sel
darah merah yang terinfeksi membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah
merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae :
trofozoit dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009)

Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain
melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada sawar
plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal. Metode penularan lainya
adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik

Page 4
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang
terakhir adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan dalam literatur bahwa melalui
metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena
tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).

3. TANDA DAN GEJALA


Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium (tabel 1).
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan,
malaise, sakit kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam
ringan, anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-
kadang merasa dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax
dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal
tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara
berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya
temperatur, diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan
panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ;
kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun,
dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi
plasmodium vivax, pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat
ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium
falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada plasmodium
malariae.
Masa Tipe
Plasmodiu Relap
inkubasi panas Recrudensi Manifestasi klinis
m s
(hari) (jam)
Gejala gastrointestinal , hemolisis,
anemia, ikterus, splenomegali,
hepatomegali, hemoglobinuria,
Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 - +
algid malaria, gejala serebral,
edema paru, hipoglikemia,
gangguan kehamilan, kematian
Gejala gastrointestinal, gangguan
Vivax 13(12-17) 48 + -
kehamilan, anemia, splenomegali.
Gejala gastrointestinal, anemia,
Ovale 17(16-18) 48 + -
splenomegaly.
Gejala gastrointestinal, Sindroma
Malariae 28(18-40) 72 - + nefrotik, splenomegali, anemia
jarang terjadi.

Keterangan :
A. Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh hospes
sampai timbulnya gejala demam.

Page 5
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

B. Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah
periode yang lama dari masa latent (sampai lima tahun), biasanya karena infeksi
tidak sembuh atau oleh bentuk luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale
(plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).
C. Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan
berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari
perbanyakan parasit dan keadaan immunitas penderita.
D. Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaaan paroksimal.
E. Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa
8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa
berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer (Harijanto,
2009).

4. PATOFISIOLOGI

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke


dalam tubuh manusia. Sporozoit menginfeksi sel hati, berkembang biak menjadi
skizon. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (P. Vivax, dan P.Ovale memiliki
stadium dorman. (Hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk
menginvasi kembali dalam darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian)
sesudah memperbanyak diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony).
Selanjutnya parasit memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit
(erythrocytic schizogony). Merozoit mengifeksi sel darah merah. Stadium ringan,
trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan merozoit.
Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (gametosit).

Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis penyakit ini. Gametosit,
jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh
nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap. Dalam tubuh nyamuk, parasit
memperbanyak diri dengan cara sporogonic cyclec . Di dalam tubuh nyamuk,
mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot. Zigot
bergerak dan memanjang (ookinet). Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk
berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan
sporozoit. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur nyamuk. Sporozoit
siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan kembali melangsungkan siklus
hidupnya (muslim, 2009).

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan
preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah.
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (P.

Page 6
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta


kepadatan parasitnya. Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu
semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit
dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai berikut :
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah


menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah
parasit per 1000 eritrosit.

B. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)


Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara
imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan
yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitivitasnya.

C. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan sensitivitasnya
dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit yang dapat
dideteksi sangat sedikit dapat mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat
dan dapat dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin.

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan
trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT)
serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi pembesaran hati
dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).

6. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi
malaria berat. Pemberian cairan yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya
nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5% untuk
menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar
elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.

Page 7
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diet lunak yang
diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang
diberikan dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu
yang tajam.
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi
pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria dan
gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi,
mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan
air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.
B. Penatalaksanaan non medis
1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
3) Menggunakan pembasmi serangga.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal
diusahakan jauh dari kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak
menyebar lebih jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas
sarang nyamuk.
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang
bergantungan serta genangan air.
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang
pantai (Irianto, 2011)

C. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria
terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi
parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit;
digunakan sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur
eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan
digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan

Page 8
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium. Skizontisida darah juga


membunuh bentuk eritrosit stadium seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae.
Skizontisida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan
yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk
stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan
parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida
bersifat sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat spesies,
sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium
vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk
membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah
transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi standar
untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes. Adalah klorokuin, S-P,
kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang beredar diindonesia. Obat baru
halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater,
pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).

7. KOMPLIKASI
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria
sebagai berikut :
A. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran.
Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala Koma Glasgow (GCS,
Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa GCS ≤11, sedangkan pada anak
berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang
yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
B. Anemia berat (Hb 10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati
lainnya.
C. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1 mL/Kg
BB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah meningkat
>3 mg%).
D. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
E. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%
F. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat
dingin
G. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
H. Kejang berulang >2 kali/24 jam setelah pendiningan pada hipertermia.
I. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
J. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6- Posfat
Dehidrogenase)(Widoyono, 2008)

Page 9
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

8. PATHWAY

Gigitan nyamuk anopheles

Menginfeksi sel parenkim hepar

Pembelahan inti

Merozoite lepas

Masuk ke sirkulasi darah


Protein membrane
Menginfeksi eritrosit Kompensasi tubuh
eritrosit terinfeksi

Malaria Peningkatan metabolisme


Pengikatan khusus
pada CD 36
eritrifagositosis Kurang
infromasi
Anoreksia
Sumbatan kapiler
HB menurun Peningkatan
suhu tubuh Defisit
Penurunan aliran darah
Kadar O2 dalam nutrisi
darah menurun Defisit
pengetahuan
Ginjal Serebral

Sirkulasi jaringan Hipertermi


Darah ke ginjal Hipoksia jaringan terganggu
mengalami
penurunan Perfusi perifer
Penurunan kesadaran
tidak efektif
Produksi urine Resiko ketidakseimbangan
menurun cairan

Page 10
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

9. PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik
individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan
sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi (Deswani, 2009).

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan
proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna
mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu dan saat ini, data objektif dan subjektif dari klien, keluarga,
masyarakat, lingkungan, atau budaya. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat
tergantung kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
1. Identitas pasien
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang
tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.

2. Data riwayat kesehatan


a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam
yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual, muntah, lemah,
menggigil, malaise, nyeri sendi dan tulang, berkeringat.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah
mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat malaria, apakah pernah
bepergian dan bermalam didaerah endemik.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam keluarga.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
2) Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh, dan
volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
3) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan istirahat
dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah dan demam menggigil.

Page 11
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

4) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau kelelahan
saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami mual, muntah dan nyeri
kepala.
5) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih
cukup baik dan bersih.

3. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


a) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan kesadaran,
kelemahan atau kelumpuhan otot
b) Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,5oC – 40oC, penurunan tekanan darah,
nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
c) Pemeriksaan fisik
1) Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada simetris/tidak dan
ada/tidak benjolan atau bekas luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak benjolan dan nyeri
tekan.
Perkusi : Resonan.
2) Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen simetris/tidak, ada/tidak
luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran hepar atau
limfa.
Perkusi: Timpani
3) Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
4) Pengecapan : Mulut terasa pahit
5) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
6) Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.

Page 12
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.


7) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
8) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
9) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
10) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.

4. Riwayat Psikologis dan Spiritual


a) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di alami,
cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari orang - orang terdekat
pasien.
b) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan sejauh mana
kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.

5. Pemeriksaan penunjang
a) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
b) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati dan
limpa.
c) Laboratorium
1) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000 mm3 )
2) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat (n :
150.000-400.000 sel/mm3 )
3) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
4) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
5) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+)

B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan diuresis osmotik,


diaforesis
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin, penurunan aliran arteri dan/vena ditandai dengan akral teraba
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit
teraba hangat
4. Defisit pengetahuan tentang malaria berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
ditandai dengan nafsu makann menurun

Page 13
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

C. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
NO
(SDKI) SLKI SIKI
1. (D.00036) Setelah dilakukan A. Pemantauan Cairan (I.03121)
Resiko Ketidakseimbangan Cairan tindakan selama 2 x
24 jam, diharapakan 1. Observasi
keseimbangan cairan a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
meningkat (L.03020) b) Monitor frekuensi nafas
Kriteria Hasil : c) Monitor tekanan darah
1. Asupan cairan d) Monitor berat badan
meningkat e) Monitor waktu pengisian kapiler
2. Haluaran urine f) Monitor elastisitas atau turgor kulit
meningkat g) Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
3. Kelembaban h) Monitor kadar albumin dan protein total
membran mukosa i) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
meningkat kalium, BUN)
4. Asupan makanan j) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
5. Dehidrasi membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
menurun lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
6. Tekanan darah k) Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis. Dyspnea, edema perifer, edema
membaik anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan
7. Denyut nadi menurun dalam waktu singkat)
radial membaik l) Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan
8. Tekanan arteri rat- mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan
rata membaik

Page 1
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

9. Membran mukosa pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)


membaik
10. Turgor kulit 2. Terapeutik
membaik a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
11. Berat badan b) Dokumentasi hasil pemantauan
membaik
3. Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. (D.0009) Setelah dilakukan A. Manajemen Hipovolemia (I.03116)


Perfusi Perifer Tidak Efektif tindakan selama 2 x 1. Observasi
24 jam, diharapakan a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
perfusi perifer takanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
meningkat (L.02011)
b) Monitor intake dan outpute cairan
Kriteria Hasil : 2. Terapuetik
1. Denyut nadi a) Hitung kebutuhan cairan
perifer meningkat b) Berikan posisi modified Trendelenburg
2. Warna kulit pucat c) Berikan asupan cairan oral
menurun 3. Edukasi
3. Kelemahan otot a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
menurun b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4. Pengisian kapiler 4. Kolaborasi
membaik a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
5. Akral membaik b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
6. Turgor kulit
d) Kolaborasi pemberian produk darah
membaik
7. Tekanan darah

Page 2
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

sistolik membaik
8. Tekanan darah
diastolik
membaik
9. Tekanan darah
rata-rata
membaik
3. (D.0130) Setelah dilakukan A. Manajemen Hipertermia (I.15506)
Hipertermia tindakan selama 2 x
24 jam, diharapakan 1. Observasi
terjadi penurunan
suhu tubuh a) Identifikasi penyebab hipertermia
Kriteria Hasil : b) Monitor suhu tubuh
1. Pasien dan c) Monitor kadar elektrolit
keluarga akan: d) Monitor haluaran urine
menggunakan e) Monitor komplikasi akibat hipertermia
metode yang
tepat untuk 2. Terapeutik
mengukur suhu
2. Melaporkan b) Sediakan lingkungan yang dingin
tanda dan gejala c) Longgarkan atau lepaskan pakaian
hipertermi d) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
3. menjelaskan e) Berikan cairan oral
tindakan untuk f) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (berkeringat
mencegah atau berlebih)
meminimalkan g) Lakukan pendinginan eksternal Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
peningkatan suhu h) Berikan oksigen, jika perlu
tubuh.

Page 3
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

3. Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,  jika perlu

4. (D.0111) Setelah dilakukan A. Edukasi Kesehatan (I.12383)


Defisit Pengetahuan tindakan selama 1. Observasi
2 x 24 jam, a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
diharapakan tingkat b) Indetifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
pengetahuan
2. Terapeutik
membaik (L.12111) a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Kriteria Hasil : b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
1. Perilaku seusai c) Berikan kesempatan untuk bertanya
anjuran 3. Edukasi
meningkat a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengruhi kesehatan
2. Verbalisasi minat b) Ajarkaan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam belajar c) Ajarkan startegi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
meningkat sehat
3. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topik meningkat
4. Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat

Page 4
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

5. Pertayaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun
6. Persepsi yang
keliri terhadap
masalah menurun
7. Perilaku membaik
5. (D.0019) Setelah dilakukan A. Manajemen Nutrisi (I.03119)
Defisit Nutrisi tindakan selama 2 x
24 jam, diharapakan 1. Observasi
keadekuatan asupan c) Identifikasi status nutrisi
nutrisi untuk
memenuhi d) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
kebutuhan
metabolisme e) Identifikasi makanan yang disukai
membaik (L.03030) f) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Kriteria Hasil :
8. Porsi makanan g) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrk
yang dihabiskan
h) Monitor asupan makanan
meningkat
9. Berat badan i) Monitor berat badan
membaik
10. Indeks Massa j) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Tubuh (IMT)
2. Terapeutik
membaik
11. Frekuensi a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
makan membaik
12. Nafsu

Page 5
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

maakan membaik b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)


13. Membran
mukosa membaik c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mecegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkaan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, aantiemetik),
jika perlu

b) Kolaborasi dengaan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutien yang
dibutuhkan, jika perlu)

Page 6
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Riswahyuni, 2020. Askep Malaria SDKI. Avaible from : https://pdfcoffee.com/askep-
malaria-sdki-pdf-free.html
Samoke, 2018. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Malaria. Avaible from :
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-malaria/
Ditjen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2017. Buku Saku
penatalaksanaan Kasus Malaria. Avaible from :
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/bukusaku_malaria.pdf
Siahaan, Refida Veronika. Pathway Malaria. Avaible from :
https://www.scribd.com/document/443598963/394239679-368459386-Pathway-
Malaria-docx
Asis, Irma Rusmiyanti, 2019. KTI Irma Rusmiyanti Asis Fix.pdf. avaible from:
http://repository.poltekkeskdi.ac.id/1467/1/KTI%20Irma%20Rusmiyanti%20Asis
%20Fix.pdf

Page 1
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Page 1

Anda mungkin juga menyukai