OLEH :
Waktu Pelaksanaan
13 – 16 Oktober 2021
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Gangguan volume cairan dalah
suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan,
atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan
intraseluler. (Carpenito, 2000 dalam Gede 2014). Pada gangguan volume
cairan dapat ditetapkan dua diagnosa yaitu kelebihan volume cairan dan
kekurangan volume cairan.
Kekurangan volume cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada dalam cairan tubuh normal,
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. Penyebab kekurangan
volume cairan termasuk kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang
terjadi akibat muntah-muntah, diare, suksion gastro intestinal, dan
berkeringat, dan penurunan masukan seperti pada adanya mual atau
ketidakmampuan untuk memperoleh cairan (Smeltzer, 2000).
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES
yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi
yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES.
Penyebab kelebihan volume cairan mungkin berhubungan dengan kelebihan
cairan biasa atau penurunan fungsi dari mekanisme homeostatis yang
bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan cairan (Smeltzer, 2001).
Klien yang berisiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien
yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis (Weldy,
1992 dalam Potter,2005).
C. Etiologi
1. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan cairan pada anak tergantung berat badan, sampai 10 kg kira-
kira perlu 100 ml/kg berat badan. Kebutuhan cairan pada orang dewasa
yaitu 50 cc per kg berat badan. Selain itu faktor usia juga akan
mempengaruhi komposisi tubuh ( potter & perry 2012)
2. Temperatur yang tinggi
Dapat menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan, pada suhu yang
tinggi tubuh juga meningkatkan curah jantung dan frekwensi denyut nadi,
akhirnya terjadilah peningkatan eksresi aldosteron, menyebabka retensi
natrium dan sekresi kalium yang di lakukan oleh ginjal( weldy, 1992 dalam
potter & perry 2012)
3. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah
cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh
pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stres
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis
otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhann kebutuhan cairan
yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam
tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.
6. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
7. Luka bakar
Klien dengan kasus luka bakar parah atau luka bakar derajat dua, maka
akan kehilangan cairan sesuai dengan luas area luka bakar yang ada pada
tubuh klien(potter & perry 2012 )
Long et al, 1993 dalam potter & perry 2005, menyatakan bahwa klien
dengan luka bakar akan kehilangan cairan melalui 5 rute al:
a. Cairan intravaskuler yang terperangkap sebagai edema
b. Cairan intertisial hilang sebagai eksudat luka bakar
c. Cairan yang menguap bersama kalor pada area luka bakar
d. Kapiler darah yang bocor akan menambah pengeluaran cairan.
e. Perpindahan natrium dan air ke dalam sell, yang lebih jauh membuat
volume cairan ekstra sell semakin berkurang.
8. Gangguan fungsi ginjal
Gagal ginjal akan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kemampuan ginjal dalam melakukan reabsorbsi zat sisa metabolik akan
sangat mempengaruhi tingkat kepekatan(osmolaritas) cairan dalam
darah(potter & perry 2005 )
D. Tanda dan gejala
1. Gangguan keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan Tanda dan gejala
Kekurangan volume cairan – 1. Pemeriksaan fisik
kehilangan air dan elektrolit hipotensi postural, takikardia,
pada jumlah yang sama atau membran mukosa kering, turgor
isotonik kulit buruk, haus, konfusi,
kehilangan berat badan berlebihan,
pengisian vena lambat, vena leher
datar, letargi, oliguria (<30
mL/hari), denyut nadi lemah
2. Hasil laboratorium:
Keseimbangan cairan Tanda dan gejala
Berat jenis urine >1.030,
Meningkatnya kadar Hematokrit
>50%,
meningkatnya kadar BUN
>25 mg/100 ml
(hemokonsentrasi)
Kelebihan volume cairan 1. Pemeriksaan fisik
– air dan natrium ditahan berat badan meningkat, edema
pada jumlah yang isotonik hipertensi, krekles pada paru,
konfusi leher, meningkatnya
tekanan darah dan vena, bunyi
poliuria (jika mekanisme hinjal
normal), distensi vena
2. Hasil laboratorium
menurunnya kadar hematokrit
<38%, dan menurunnya kadar
BUN <10 mg/100 ml (hemodilusi)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat
hiperventilasi
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi
relatif asam-asam nonkarbonat.
Status CO2 HCO3 H+ PAO2 PACO2
Asidosis respiratorik + >27 <7,35 <75 >45
(+) (−)asam (−) (+)
Alkolosis respiratorik − <22 >7,45 >100 <35
(−) (+)basa (+) (−)
Asidosis metabolik − <22 <7,35 <75 <35
(−) (−)asam (−) (−)
Alkolosis metabolik + >27 >7,45 >100 >45
(+) (+)basa (+) (+)
F. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang
sering diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Pemeriksaan
darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi Penetapan
PH diperlukan pada gangguan kesetimbangan asam dan basa. Pemeriksaan
berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin. dan analisa gas
darah.
Dalam potter & perry 2005, ada lima pemeriksaan lab yang di gunakan
dalam menilai keseimbangan cairan dan elektrolit:
1. Pemeriksaan kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum di ukur untuk menentukan status hedrasi,
kosentrasi elektrolit pada plasma darah dan keseimbangan asam basa.
Elektrolit yang sering di ukur mencakup natrium, kalium, klorida dan
bikarbonat serta daya gabungan karbondioksida.
1. Pengkajian
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien (umur,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan)
a) Umur
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas
organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan
elektrolit. Kebutuhan cairan pada anak tergantung berat badan, sampai
10 kg kira-kira perlu 100 ml/kg berat badan. Kebutuhan cairan pada
orang dewasa yaitu 50 cc per kg berat badan. Selain itu faktor usia juga
akan mempengaruhi komposisi tubuh ( potter & perry 2005)
b) Jenis kelamin
Seorang wanita membutuhkan cairan lebih dari pada laki-laki. M enurut
suatu penelitian tingkat estrogen dan progesteron wanita yang cenderung
fluktuatif setiap bulannya dapat memengaruhi kemampuan hidrasi
mereka. Ketika kadar hormon estrogen dan progesteron tinggi seperti
saat PMS, seorang wanita kehilangan sekitar 8 persen plasma darah.
Progesteron yang tinggi juga dapat menaikkan suhu tubuh hingga sekitar
17 derajat celcius. Pada periode tersebut aktivftas metabolisme pada
wanita cenderung meningkat sehingga penggunaan kalori serta cairan
juga ikut meningkat. Bila tidak diimbangi dengan minum air yang
cukup, maka tubuh berpotensi mengalami dehidrasi. (http://journal-
kesehatan.com/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html)
c) Pekerjaan
Pekerja kantoran dengan ruangan ber ac biasanya membutuhkan
intake cairan yang lebih sedikit dari pada pekerja kuli buruh yang harus
mengeluarkan keringat ketika bekerja. Selain itu pekerja buruh juga
memerlukan aktifitas fisik yang tinggi sehingga akan mengalami
kehilangan cairan melalui dua mekanisme.
i. Kecepatan Ventilasi yang meningkat melalui saluran nafas
ii. Produksi panas yang tinggi yang akan mendorong hilangnya
cairan melalui keringat
d) Lingkungan
Faktor lingkungan juga akan mempengaruhi output cairan tubuh.
Pada suhu lingkungan yang tinggi cairan tubuh yang ada pada kulit akan
mengalami evaporasi. Evaporasi merupakan proses terjadinya
penguapan cairan yang disebab oleh adanya peningkatan suhu yang
diamana cairan tersebut akan berubah menjadi gas secara spontan
(wikipedia)
b. Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
c. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
a) Ringan : ± 2%
b) Sedang : ± 5%
c) Berat : ±10%
2) Kardiovaskuler :
a) distensi vena jugularis : meningkat pada pasien kelebihan volume
cairan
b) tekanan darah : meningkat pada hipervolemia dan menurun
pada hipovolemia
c) hematokrit : hiperosmolar pada pasien dehedrasi
d) bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering (pasien dehedrasi)
4) Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran (kesadaran pada kekurangan cairan).
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah
muntah dan perut terasa mual
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030
4) Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25
– 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya
di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).
f. Analisa data (dengan diagnosa nanda M. Wilkinson, Judith. 2017 )
Ditandai dengan
4. Implementasi (Penatalaksanaan)
` Iplementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, sebagai
tempat untuk menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana
di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan yang spesifik, yang mencakup tindakan
perawat dan tindakan dokter.(Bulechek & McCloskey, 1995)
5. Evaluasi tindakan keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga
dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta dalam
menentukan(Potter & perry 2005).:
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
( Wilkinson, 2007).
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan
pengkajian, tetapi di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga akan di
susun keputusan tentang status klien dan kemajuan klien( poter & perry,
2005). Maksud dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa yang harus
di lakukan jika terdapat suatu masalah. Sedangkan maksud dari evaluasi
adalah menentukan apakah masalah yang di ketahuai telah teratasi,
memburuk atau sebaliknya telah mengalami perubahan ( poter & perry,
2005). Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
Daftar pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah Brunner &
Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta : EGC
www.google.com.http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/implikasi-
keperawatan-atas-masalah-cairan-tubuh di akses pada tanggal 9 juli 2018
https://www.scribd.com/document/101002039/27193361-Asuhan-Keperawatan-
Askep-Pada-Klien-Dengan-Gangguan-Volume-Cairan di akses pada tanggal
9 juli 2018