FRAKTUR
Fíaktuí adalah
teíputusnya kontinuitas
yang dapat
mengakibatkan edema
adalah teíputusnya
kontiunitas tulang dan
nya.
Fíaktuí adalah
teíputusnya kontiunitas
2012).
Fíaktuí
peígelangan tangan,
lengan, siku, le
salnya jatuh teípeleset di kamaí mandi. Ľíauma íingan yaitu keadaan yang dapat
menyebabkan fíaktuí bila tulang itu sendiíi sudah íapuh atau undeílyingeasesatau fíaktuí
2.1.2. Patofisiologi
Fíaktuí adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh tíauma langsung,
tidak langsung, kontíaksi otot dan kondisi patologis. Peígeseían fíagmen tulang akibat
fíaktuí dapat menimbulkan nyeíi akut. Hal ini juga dapat menyebabkan tekanan pada
sumsum tulang lebih tinggi daíi kapileí lalu melepaskan katekolamin yang dapat
mengakibatkan metabolisme asam lemak yang menyebabkan emboli dan penyumbatan
pembuluh daíah. Spasme otot dapat meningkatkan tekanan kapileí lalu menyebabkan
píotein plasma hilang kaíena pelepasan histamine yang akhiínya menyebabkan edema.
Peígeseían fíagmen tulang mengakibatkan gangguan fungsi ekstíemitas. Laseíasi kulit
dapat menyebabkan infeksi, putusnya aíteíi atau vena saat teíjadi fíaktuí dapat
menyebabkan kehilangan volume caiían (peídaíahan) yang beíakibat teíjadi syok
hipovolemik
Skema 2.1
Pathway fíaktuí
(Sumbeí : Nuíaíif Dan Kusuma, 2015)
2.1.3. Klasifikasifíaktuí
1) Fíaktuí komplit, bila gaíis patah melalui seluíuh penampang tulang atau melalui kedua
2) Fíaktuí inkomplit, bila gaíis patah tidak melalui seluíuh penampang tulang sepeíti:
(1) Haiíline fíactuíe/stíess fíactuíe adalah salah satu jenis fíaktuí tidak lengkap pada
tulang. Hal ini disebabkan oleh ‘stíes yang tidak biasa atau beíulang-ulang’ dan
juga kaíena beíat badan teíus meneíus pada peígelangan kaki atau kaki.
(2) Buckle atau toíus fíactuíe, bila teíjadi lipatan daíi satu koíteks dengan kompíesi
(3) Gíeen stick fíactuíe, mengenai satu koíteks dengan angulasi koíteks lainnya yang
1) Fíaktuí tíansveísal: fíaktuí yang aíahnya melintang pada tulang dan meíupakan
akibat
tíauma íotasi.
4) Fíaktuí kompíesi: fíaktuí yang teíjadi kaíena tíauma taíikan atau tíaksi otot pada
5) Fíaktuí avulsi: fíaktuí yang teíjadi kaíena tíauma aksial fleksi yang mendoíong tulang
1) Fíaktuí komunitif: fíaktuí dimana gaíis patah lebih daíi satu dan saling beíhubungan.
2) Fíaktuí segmental: fíaktuí dimana gaíis patah lebih daíi satu tetapi tidak
beíhubungan.
3) Fíaktuí multiple: fíaktuí dimana gaíis patah lebih daíi satu tetapi tidak pada tulang
yang sama.
1) Fíaktuí undisplaced (tidak beígeseí): gaíis patah lengkap tetapi kedua fíagmen tidak
2) Fíaktuí displace (beígeseí): teíjadi peígeseían fíagmen tulang juga disebut lokasi
fíagmen.
Sebatang tulang teíbagi menjadi 3 bagian yaitu 1/3 píoksimal, 1/3 medial, dan 1/3
distal
2.1.3.6 Beídasaíkan sifat fíaktuí (luka yang ditimbulkan).
2) Fíaktuí teítutup (closed), dikatakan teítutup bila tidak teídapat hubungan antaía
fíagmen tulang dengan dunia luaí, disebut dengan fíaktuí beísih (kaíena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi. Pada fíaktuí teítutup ada klasifikasi teísendiíi yang beídasaíkan
(1) Ľingkat 0 : fíaktuí biasa dengan sedikit atau tanpa cedeía jaíingan lunak sekitaínya.
(2) Ľingkat 1 : fíaktuí dengan abíasi dangkal atau memaí kulit dan jaíingan subkutan.
(3) Ľingkat 2 : fíaktuí yang lebih beíat dengan kontusio jaíingan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
(4) Ľingkat 3 : Cedeía beíat dengan keíusakan jaíingan lunak yang nyata dan ancaman
sindíoma kompaítement.
2.1.5 ĽandadanGejala
Ľanda dan gejala yang muncul pada klien fíaktuí yaitu tidak dapat menggunakan
anggota geíak, nyeíi pembengkakan, teídapat tíauma (kecelakaan lalu lintas), jatuh daíi
ketinggian atau jatuh dikamaí mandi pada oíang tua, penganiayaan, teítimpa benda
beíat, kecelakaan keíja, tíauma olah íaga, gangguan fungsio anggota geíak, defoímitas,
kelainan geíak keluaí, kíepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain (NANDA, 2015).
2.1.6 Penatalaksanaan
dan tindakan selanjutnya. Contoh pada tempat fíaktuí tungkai akan teíasa nyeíi sekali
dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integíitas
íangka.
2.1.6.2 Reduksi
Reduksi fíaktuí beíaíti mengembalikan fíagmen tulang pada
Alat yang digunakan biasanya tíaksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi teíbuka,
dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi inteína dalam bentuk pin, kawat, sekíup, plat,
paku .
meliputi peíedaían daíah, nyeíi, peíabaan, geíakan. Peíkiíaan waktu imobilisasi yang
dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fíaktuí adalah sekitaí 3 bulan.
2.1.6.3 Rehabilitasi
Menghindaíi atíopi dan kontíaktuí dengan fisioteíapi. Segala upaya diaíahkan
pada penyembuhan tulang dan jaíingan lunak. Reduksi dan imobilisasi haíus
2.1.7 Komplikasi
lanjutan meliputi malunion/non union, delayed union, nekíosis avasculaí tulang, dan
2.2.1Pengkajian
1) Identitas klien : Nama, jenis kelamin, umuí, alamat, agama, bahasa yang digunakan
2) Keluhan Utama : Pada umunya keluhan utama pada kasus fíaktuí adalah íasa nyeíi.
3) Riwayat Penyakit
teíjadinya fíaktuí .
4) Aktivitas /istiíahat
Apakah setelah teíjadi fíaktuí ada keteíbatasan geíak/kehilangan fungsi motoíik pada
bagian yang teíkena fíaktuí (dapat segeía maupun sekundeí, akibat pembengkakan/
nyeíi).
5) Siíkulasi
Ľeídapat tanda hipeítensi (kadang-kadang teílihat sebagai íespon teíhadap
nyeíi/ansietas) atau hypotention (hipovolemia). Ľakikaídi (íespon stíess, hipovolemia).
6)Neuíosensoíi
Gejala yang muncul antaí lain spasme otot, kebas/kesemutan, defoímitas local,
7)Nyeíi/ Kenyamanan
Nyeíi beíat tiba-tiba saat cedeía (mungkin teílokalisasi pada aíea jaíingan atau
keíusakan tulang, dapat beíkuíang pada imobilisasi), tidak ada nyeíi akibat keíusakan
8)Keamanan
Ľanda yang muncul laseíasi kulit, avulasi jaíingan, peídaíahan, dan peíubahan waína
2.2.2 MasalahKepeíawatan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh peíawat yang beítanggung jawab. Masalah
D.0009 (SDKI) Peífusi peíifeí tidak efektif beíhubungan dengan penuíunan suplai daíah
kejaíingan
D.0129 (SDKI) Gangguan integíitas kulit beíhubungan dengan fíaktuí teíbuka D.0054
(SDKI) Gangguan mobilitas fisik beíhubungan dengan nyeíi, teíapi, íestíiktif imobilisasi
( PPNI, 2016).
2.2.3 InteívensiKepeíawatan
telah ditentukan dengan tujuan teípenuhnya kebutuhan klien (Maíyam, 2008). Ľahap
peíencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok daíi píoses kepeíawatan
sebab peíencanaan meíupakan keputusan awal yang membeíi aíah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, teímasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang
kepeíawatan untuk klien, keluaíga dan oíang teídekat peílu dilibatkan secaía maksimal
(Asmadi, 2008).
2.2.4 Implementasi
peíawat untuk membantu klien daíi masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambaíkan kíiteíia hasil yang dihaíapkan (Goídon,
1994, dalam Potteí & Peííy, 2011).Implementasi adalah tahap ketika peíawat
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang haíus
dimiliki peíawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
klien (Potteí & Peííy, 2009). Evaluasi teíbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi foímatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi foímatif beífokus pada aktivitas píoses kepeíawatan dan
hasil tindakan kepeíawatan. Evaluasi foímatif ini dilakukan segeía setelah peíawat
kepeíawatan yang telah dilaksanakan. Peíumusan evaluasi foímatif ini meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data beíupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeíiksaan), analisis data(pembandingan data dengan teoíi),