2.2 Etiologi
Menurut Helmi (2014), Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses
patologik.
5
Fraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis
imperfekta, osteomielitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.
Gejala pada fraktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus pendarahan oral,
fungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, dan deformitas.
Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula, akan terlihat gerakan yang abnormal pada tempat
fraktur sehingga gerakan mandibula menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur.
Sebagian besar fraktur mandibula terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan
jaringan keras atau lunak (Sukman, 2016).
2.4 Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan proliferasi menjadi
oedem lokal dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau
tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup adalah dilakukan
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan, tetap
pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).
2.5 Komplikasi
Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan
komplikasi lama yaitu, sebagai berikut:
2. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi, CRT (Cappillary Refill
Time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar serta dingin pada ekstremitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi pada orang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
3. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana tejadi terjebaknyaotot, tulang,
syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema
atau perdarahan yang menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah. Kondisi sindrom
kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan
persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk sindrom
kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor
(pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan pulsesessness (tidak ada denyut
nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT > 3 detik (pada bagian distal kaki).
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedik
infeksi dimulai pada kulit (superfisial) danmasuk kedalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur tebuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
(ORIF dan OREF) atau plat.
5. Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang
bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
1. Delayed Union.